Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

KONSEP LABA DAN KONSEP EKUITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi

Disusun Oleh:

1. Fena Dhian (120301164100)

2. Diah Dwi H (12030116410022)

Kelas : Reguler XXXV

Kelompok : 7

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2016
KONSEP LABA

PENDAHULUAN

Tujuan utama dalam pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang
berkepentingan dalam laporan keuangan.

Tujuan lebih spesifik mencakup :

1. Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen.


2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari
perusahaan atau pembagian dividen masa depan.
3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan
manajerial masa depan.

A. KONSEP LABA PADA TINGKAT SINTAKTIK

Meskipun akuntansi memberikan kata-kata manis pada interpretasi dunia-nyata atas laba
akuntansi (umumnya disebut laba ekonomi), atau dampak perilakunya (baik kemampuan
prediktifnya ataupun relevansi umum dalam proses keputusan) mereka umumnya mendasarkan
prinsip dan aturan pada premis yang mungkin tidak berkaitan dengan fenomena dunia-nyata atau
pengaruh perilaku. Sebagai contoh, Kelompok Studi tentang Tujuan Laporan Keuangan
mengatakan bahwa “penghasilan .. didasarkan pada ketentuan dan aturan yang harus logis dan
secara internal konsisten, sekalipun hal itu mungkin tidak serasi dengan pandangan para ekonom
atas laba.” Ketentuan dan aturan itu dibuat logis dan konsisten dengan mendasarkan pada premis
dan konsep yang telah dikembangkan dari praktik yang ada. Konsep-konsep tersebut seperti
realisasi, penandingan, dasar akrual, dan alokasi biaya dapat didefinisikan hanya dalam pengertian
aturan yang tepat, karena hal itu tidak mempunyai padanan dalam dunia nyata.

Akuntan telah menggunakan istilah-istilah ini begitu sering dan begitu lama sehingga sulit
untuk menerima kenyataan bahwa hal itu tidak mempunyai signifikansi di luar peranan
terbatasnya dalam logika struktur akuntansi. Tidak adanya signifikansi dapat merupakan satu
alasan mengapa banyak mahasiswa mengalami kesulitan menangkap arti konsep-konsep
akuntansi; mereka berusaha memberikan signifikansi interpretif terhadap konsep-konsep yang
tidak mempunyai hubungan pada obyek dan kejadian yang nyata. Tetapi laba akuntansi adalah
penjumlahan dari banyak pos positif dan negatif, dimana banyak daripadanya tidak mempunyai
kandungan interpretif; jika ada satu atau lebih dari pos-pos ini tidak mempunyai signifikansi
interpretif dan jumlahnya material, laba bersih yang dihasilkan juga tidak mempunyai signifikansi
interpretif, sekalipun hal itu mungkin berisi informasi untuk pasar modal.

SFAC l mengansumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja
suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa
depan.

Penulis lain mengansumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa
untuk model-model keputusan dari investor dan kreditor.

Bedford, di pihak lain, menegaskan bahwa pembaca laporan laba harus menyadari bahwa arti
laba akuntasnsi hanya dapat dimengerti dengan bagaimana laba diukur (operasionalisme). Yaitu,
pembaca harus memahami operasi yang digunakan oleh akuntan untuk menghasilkan jumlah laba.

1. Pendekatan Transaksi pada Pengukuran Laba

Melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian aktiva dan kewajiban hanya bila merupakan
hasil dari transaksi. Transaksi eksternal berasal dari melakukan bisnis dengan pihak luar dan
transfer aktiva atau kewajiban ke atau dari perusahaan itu. Transaksi internal berasal dari
penggunaan atau konversi aktiva di dalam perusahaan. Pendekatan transaksi siap memberi
kemungkinan pada konsep pengakuan pada waktu penjualan atau pertukaran dan pada konvensi
biaya dalam akuntansi.

Manfaat utama dari pendekatan transaksi adalah :

1. Komponen laba bersih dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, seperti menurut produk
atau golongan pelanggan, untuk mendapatkan informasi yang lebih berguna bagi manajemen.
2. Laba yang berasal dari berbagai sumber seperti dari operasi dan dari penyebab eksternal dapat
dilaporkan secara terpisah sejauh hal itu dapat diukur.
3. Hal itu memberikan dasar untuk menentukan jenis dan kuantitas aktiva dan kewajiban yang
ada pada akhir periode. Metode penilaian lain kemudian dapat diterapkan lebih mudah pada
persediaan ini.
4. Efisiensi bisnis mengharuskan pencatatan transaksi eksternal untuk alasan-alasan lain.
5. Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling berhubungan satu sama lain, yang diasumsikan
memungkinkan pemahaman yang lebih baik atas data yang mendasari.

Beberapa konsep laba bersih yang dihitung dengan metode yang berbeda untuk menghitung
pemeliharaan modal, dapat digabungkan ke dalam pendekatan transaksi dengan membuat
penyesuaian pada pendapatan dan beban pada saat setiap transaksi dicatat dan dengan membuat
penyesuaian pada aktiva pada setiap akhir periode. Jadi, praktik akuntansi dewasa ini adalah
gabungan dari konsep pemeliharaan modal dari laba, konsep operasi, dan pendekatan berdasarkan
transaksi pada pengukuran laba.

2. Pendekatan Aktivitas pada Pengukuran Laba

Pendekatan aktivitas pada laba berbeda dengan pendekatan transaksi dalam hal ia memusatkan
pada deskripsi aktivitas sebuah perusahaan dan bukan pada pelaporan transaksi. Yaitu, laba
diasumsikan timbul bila aktivitas-aktivitas atau kejadian-kejadian tertentu terjadi, tidak hanya
sebagai hasil dari transaksi spesifik. Sebagai contoh, laba aktivitas akan dicatat selama proses
perencanaan, pembelian, produksi, dan penjualan, termasuk selama proses penagihan. Perbedaan
utama adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang mengukur suatu
kejadian eksternal – yaitu transaksi; sedang pendekatan aktivitas didasarkan pada konsep aktivitas
atau kejadian dunia-nyata dalam pengertian yang lebih luas.

Salah satu manfaat yang diasumsikan dari pendekatan aktivitas adalah bahwa hal itu
memungkinkan pengukuran beberapa konsep yang berbeda dari laba, yang dapat digunakan untuk
tujuan yang berbeda. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang melibatkan jenis
evaluasi dan prediksi yang berbeda daripada laba yang berasal dari pembelian atau penjualan
sekuritas atau dari penahanan aktiva untuk keuntungan modal yang diharapkan. Selanjutnya,
klasifikasi komponen laba menurut jenis operasi memungkinkan prediksi yang lebih baik karena
pola perilaku yang berbeda dari jenis aktivitas yang berbeda.
Namun, kedua pendekatan ini gagal mencerminkan kenyataan dalam pengukuran laba karena
keduanya tergantung pada hubungan struktural dan konsep yang sama yang tidak mempunyai
padanan dunia-nyata.

B. KONSEP LABA PADA TINGKAT SEMANTIK

Akuntan mengandalkan pada dua konsep ekonomi dalam mendefinisikan laba. Pertama
perubahan dalam kesejahteraan. Kedua maksimisasi laba dalam kondisi-kondisi tertentu dari
pasar, permintaan produk, dan biaya masukan.

1. Laba sebagai suatu Pengukur Efisiensi

Operasi efisien dari sebuah perusahaan mempengaruhi baik aliran deviden saat ini maupun
penggunaan modal yang diinvestasikan untuk memberikan aliran deviden masa depan. Pemegang
ekuitas saat ini dapat mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendapatkan manajemen baru
jika manajemen yang sekarang tidak beroperasi secara efisien, atau mereka dapat memberikan
insentif atau bonus kepada manajemen yang efisien. Pemegang saham prospektif akan berusaha
untuk mengevaluasi efisiensi manajemen sebelum menginvestasikan atau menetapkan nilai pada
saham perusahaan tersebut. Dalam kasus manapun, pengukuran efisiensi perusahaan memberikan
dasar untuk keputusan-keputusan. Tujuan mengukur efisiensi suatu perusahaan dicerminkan
dalam SFAC l, dinyatakan bahwa “Pelaporan Keuangan harus memberikan informasi tentang
kinerja keuangan selama suatu periode.”

Efisiensi mempunyai acuan dunia nyata paling tidak dalam konsep. Salah satu interpretasinya
adalah bahwa itu merupakan kemampuan relatif untuk mendapatkan keluaran maksimum dalam
jumlah sumber daya tertentu, atau suatu kombinasi sumber daya yang optimum bersama dengan
permintaan tertentu akan produk (dan karenanya harga) guna memungkinkan imbalan yang
maksimum bagi pemilik. Efisiensi adalah suatu istilah yang relatif dan hanya mempunyai arti bila
dibandingkan dengan yang ideal atau beberapa dasar lain. Hal itu juga tergantung pada apakah
sasaran perusahaan untuk memaksimalkan laba atau untuk memberikan imbalan atas investasi
yang wajar atau pantas.
Jika laba bersih dibagi dengan modal yang diinvestasikan, maka hasilnya disebut tingkat
imbalan atas investasi. Imbalan ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih kepada pemegang
saham dengan ekuitas pemegang saham – atau dengan membagi laba bersih ditambah bunga
(sesudah pajak) dengan total kapitalisasi perusahaan, termasuk utang jangka panjang dan ekuitas
pemegang saham – yaitu tingkat imbalan atas total ekuitas. Dalam kasus manapun, pengukuran
pemanfaatan yang efisien dari modal yang digunakan dalam perusahaan dianggap harus diperoleh.
Tetapi, kembali lagi kriteria efisiensi tergantung pada standar yang digunakan. Tingkat imbalan
untuk tahun-tahun sebelumnya, tingkat imbalan yang diperoleh perusahaan lain, suatu tingkat yang
arbiter, atau suatu tingkat yang ditentukan pasar dapat digunakan sebagai standar.

Dasar lain untuk membandingkan laba adalah total pendapatan dari periode yang
bersangkutan. Meskipun total pendapatan periode itu dapat diukur lebih akurat daripada modal
yang diinvestasikan, penggunaan total pendapatan sebagai dasar mempunyai kekurangan nyata.
Perbandingan laba bersih terhadap penjualan untuk beberapa tahun sah hanya jika pemanfaatan
kapasitas adalah sama setiap tahun atau jika kegagalan untuk memanfaatkan kapasitas dipandang
sebagai bagian dari inefisiensi manajemen.

2. Laba Akuntansi lawan Laba Ekonomi

Penyusun dan pemakai informasi akuntansi berusaha selama bertahun-tahun untuk


memberikan kandungan ekonomi laba bersih dengan tujuan menetapkan hubungan antara imbalan
atas investasi dan tingkat imbalan internal. Ini membentuk dasar untuk apa yang disebut sebagai
teori estimasi dimana penekanannya adalah pada penyajian laba yang dilaporkan yang akan
memungkinkan investor meramalkan tingkat imbalan internal untuk perusahaan itu secara
keseluruhan dan meramalkan arus kas masa depan dan nilai sekarang perusahaan.

Kedua imbalan itu merupakan ukuran efisiensi untuk aktiva yang digunakan, tetapi keduanya
didefinisikan dengan sangat berbeda.

Imbalan atas investasi (ROI) adalah:

NI
𝑅𝑂𝐼 = (1)
TA

dimana
NI = Laba bersih

TA = Total aktiva yang digunakan pada harga pokok

Tingkat imbalan internal adalah tingkat yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masa
depan yang diharapkan dari aktiva dari harga pokok dari aktiva tersebut, yaitu imbalan (r) yang
muncul dari persamaan :


𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝐴 = ∑ ( (1+𝑟) 𝑛
) (2)
𝑛=1

Kedua persamaan itu dapat dimanipulasikan untuk menunjukkan bahwa:

Laba bersih akuntansi = Pendapatan – beban – penyusutan akuntansi

Laba bersih ekonomi = Pendapatan – beban – penyusutan ekonomi

Karena itu, perbedan antara kedua angka itu berasal dari metode penyusutan yang berbeda.
Akuntan menggunakan metode penyusutan garis lurus (SL) atau dipercepat (AD); ekonom
menggunakan metode bunga (I). Metode bunga bekerja tepat berlawanan dengan metode
penyusutan dipercepat.

Dalam teori tampak seolah-olah ukuran akuntansi akan sesuai dengan ukuran ekonomi, namun
kesimpulan ini tidak berlaku karena parameter yang ada di dalam model dianggap konstan
sedangkan dalam dunia-nyata tidak konstan. Inflasi mengubah harga pokok aktiva; perubahan
yang diperkirakan dalam laju inflasi mempengaruhi tingkat diskonto; faktor penawaran dan
permintaan mempengaruhi resiko perusahaan; dan seterusnya. Pendek kata, analisis itu berubah
terus menerus. Pada titik yang ekstrem, seseorang dapat menyediakan informasi arus kas saja dan
meninggalkan semua perhitungan selanjutnya untuk laba ekonomi kepada para investor.

3. Laba Banyak Orang

Terdapat sejumlah asimetri informasi, dimana satu pihak mengetahui lebih banyak dari yang
lain. Perdagangan, dalam situasi tersebut bias tak terjadi. Pertimbangkan misalnya, pengaruh
bertaruh pada satu sisi mata uang dimana beberapa orang menuntut agar mata uang itu jatuh pada
sisi mereka. Sampai kesepakatan dapat dicapai tentang kemungkinan dari hal ini, semua taruhan
akan berhenti. Dalam dunia semacam itu, pasar dinyatakan tidak lengkap. Dalam suatu dunia yang
tidak pasti dan tidak lengkap konsensus tentang ‘fakta’ tidak mungkin dilakukan – karena tidak
ada fakta seperti itu, hanya pendapat, estimasi dan dugaan. Dalam dunia tersebut, laba bersih
perusahaan tidak dapat didefenisikan sebagai kesepkatan dari semua. Hanya dapat diberikan suatu
defenisi sintaktik. Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang dapat menyetujui pada bagaimana hal itu
dihitung, bukan apa artinya. Apakah hasil yang kurang menggembirakan ini, yang harus dicatat
dalam kaitan dalam teorema Arrow, dapat terus bertahan terhadap tantangan waktu? Jawabannya
harus meununggu pertimbangan dari para peneliti.

C. KONSEP LABA PADA TINGKAT PRAGMATIK

Konsep pragmatik dari laba berkaitan dengan proses keputusan dari investor dan kreditor,
reaksi harga sekuritas dalam pasar yang teratur terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran
modal dari manajemen, dan reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan. Pendekatan ini
membicarakan studi prilaku pada tingkat individu dalam akuntansi, teori pasar efisien, dan
bagaimana akuntansi positif memperluas kerja ini ke bidang pengaturan.

Begitu banyak hasil kerja telah muncul dalam bidang inidalam dua decade sehingga tidak
mungkin memberikan diskusi yang memadai dari masing-masing atau bahkan memberikan daftar
lengkap dari banyak pendekatan yang dikemukakan dalam literatur.

1. Laba sebagai Alat Peramal

SFAC menyatakan bahwa investor, kreditor, dan pihak lain berkepentingan dalam menetapkan
prospek arus kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu
mereka mengevaluasi daya menghasilkan laba masa depan, atau menetapkan resiko investasi atau
memberi pinjaman kepada perusahaan. Jadi, ada hubungan yang diasumsikan antara laba yang
dilaporkan dan arus kas, termasuk kas yang dibagikan kepada pemilik.

Banyak peneliti berusaha memberi bukti pada asumsi-asumsi FASB. Satu arah, penelitian
menanyakan angka-angka spesifik apakah yang disukai investor dan pihak lain dalam menetapkan
prospek perusahaan. Angka-angka tersebut disebut indikator ikhtisar karena hal itu tampak
dimaksudkan untuk mengikhtisarkan keberhasilan atau kegagalan relatif dari suatu perusahaan.
Laba per saham adalah salah satu indikator tersebut dan telah mendapat banyak perhatian dalam
riset akademis. Satu arah penelitian memeriksa nilainya dalam meramalkan kebangkrutan.
Bagi banyak perusahan, prediksi laba diasumsikan lebih relevan dalam meramalkan harga
pasar masa depan saham daripada prediksi distribusi dividen jangka pendek, dan distribusi jangka
panjang yang diasumsikan tergantung pada faktor-faktor laba yang ditahan dan pertumbuhan.
Karena itu, harapan akan laba masa depan dipandang harus digunakan oleh banyak investor
sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi dividen masa depan, dan perkiraan dividen
merupakan faktor yang penting dalam menentukan nilai berjalan dari lembar-lembar saham atau
dari perusahaan secara keseluruhan. Pemegang obligasi dan kreditor jangka pendek juga
berkepentingan dalam laba masa depan.

Dapatkah pengetahuan tentang laba masalalu membantu dalam meramalkan laba masa depan
dan dengan demikian dalam nilai masa berjalan dari perusahaan. Tiada bukti bahwa kondisi-
kondisi ini berlaku. Namun demikian, karena banyak investor yakin bahwa prediksi laba masa
depan yang dilaporkan relevan bagi evaluasi saham suatu perusahaan dalam keputusan jual-beli,
banyak penulis menyatakan bahwa ada sejumlah keabsahan dalam penyajian pengukuran laba
yang akan memungkinkan proyeksi masa depan. Konsep kemampuan meramalkan inilah yang
mengarah pada argumen-argumen untuk meratakan laba periodik. Menurut pendapat pengarang,
perataan menyembunyikan lebih banyak informasi daripada mengungkapkannya. Informasi
mengenai keragaman aktivitas dari tahun ke tahun adalah relevan dalam evaluasi atas resiko dan
karenanya relevan dalam proses keputusan.

2. Pendekatan Pasar Modal

Pengamatan langsung dan tidak langsung menyatakan bahwa laba per saham dan proyeksi laba
per saham yang dilaporkan mempunyai dampak langsung pada harga pasar saham biasa dan dalam
permintaan oleh masing-masing investor meskipun hipotesis pasar yang efisien menyiratkan
bahwa perorangan tidak dapat memperoleh pengetahuan dari informasi ini. Akan tetapi, dalam
bentuk setengah kuat dari hipotesis pasar efisien (harga sekuritas mencerminkan sepenuhnya
semua informasi yang tersedia secara umum tentang perusahaan tersebut) pemggunaan kandungan
informasi dari laba yang dilaporkan diasumsikan merupakan dasar dari reaksi pasar terhadap
informasi ini. Beberapa studi empiris telah menyatakan bahwa laba per saham atau proyeksi laba
per saham yang dilaporkan tidak mempunyai dampak langsung pada harga pasar saham biasa.
Bukti pertama dari hubungan antara laba akuntansi dan harga sekuritas diberikan oleh Profesor
Australia, Ray Ball dan Philip Brown, yang berada di Universitas Chicago pada saat itu. Hasil-
hasil studi mereka pada dasarnya adalah bahwa harga sekuritas bergerak dalam arah yang sama
sama seperti laba akuntansi, telah diperkuatkan berkali-kali setelah itu. Pasar berperilaku seolah-
olah laba menyampaikan informasi. Itu tetap merupakan bukti pertama di mana akuntan mampu
memperlihatkan bahwa angka-angka akuntansi bersifat informatif.

Korelasi antara laba dan harga tidak sempurna. Sebagian dari tidak adanya korelasi yang
sempurna adalah bahwa harga menangkap seperangkat informasi yang lebih luas daripada hanya
laba akuntansi. Alasan lain untuk tidak adanya korelasi yang sempurna adalah bahwa beberapa
fluktuasi dalam laba akuntansi dihasilkan dari perubahan dalam aturan-aturan akuntansi yang tidak
mempunyai implikasi segera pada perekonomian.

Penyusunan suatu model penerapan laba memerlukan pemahaman tentang bagaimana laba
berperilaku sepanjang waktu. Dari sudut pandang prediktif, ini berarti bahwa dugaan yang terbaik
dari laba per saham tahun berikut adalah laba per saham tahun ini. (Hasil kerja selanjutnya
menunjukkan bahwa ada sedikit pergerakan ke atas yang juga harus dipertimbangkan). Hasil ini
mengejutkan banyak pengamat, karena ini mengejutkan dugaan saham yang “bertumbuh”. Itu juga
tampaknya menyiratkan bahwa manajemen yang tampak baik, sebagaimana yang diukur oleh
pertumbuhan beberapa tahun yang mantap, mungkin tidak lebih dari serangkaian manik-manik
yang menguntungkan. Tak perlu dikatakan, implikasi ini sangat kontroversial – dan lebih saji.

3. Pandangan Pendekatan Kontraktual dari Laba

Laba akuntansi yang dilaporkan telah menjadi dasar dari banyak hubungan hukum dan
kontraktual dalam masyarakat; sampai sejauh ini hal itu mempunyai implikasi perilaku sekalipun
mungkin tidak mempunyai interpretasi semantik. Peranan yang dimainkan oleh laba dalam kisar
kontrak yang luas memberi banyak pandangan ke dalam cara laba dapat diperkirakan untuk
berperilaku. Sebagai contoh, satu hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang
mendekati batas perjanjian kreditnya akan memilih metode akuntansi yang melambungkan laba
bersih, dan dengan demikian meningkatkan angka ekuitas dalam rasio utang-pada-ekuitas.

Kekuatan dari pendekatan kontraktual adalah bahwa hal itu tidak menuntut interpretasi
semantik dari perubahan akuntansi. Pendukung pendekatan itu menyatakan bahwa masyarakat
dapat setuju untuk bermain dengan aturan apapapun yang dipilih tanpa memperhatikan apakah itu
masuk akal atau tidak. Posisi ini dipandang ekstrem oleh beberapa pihak yang memperdebatkan
bahwa semua teori dalam jangka panjang harus didasarkan pada konsep-konsep yang mempunyai
signifikansi interpretif, teori laba pragmatik tidak dapat sah dalam jangka panjang tanpa konsep
laba dunia-nyata dan pembuktian dari implikasi perilakunya.

D. APA YANG HARUS DIMASUKKAN DALAM LABA?

Salah satu tujuan utama perusahaan bisnis adalah memaksimisasikan arus dividen kepada
pemegang saham selama keseluruhan umur perusahaan itu, atau maksimisasi dari nilai likuiditas
atau nilai pasar dari perusahaan itu pada akhir umurnya, atau pada titik-titik interim, atau beberapa
kombinasi dari ini.

1. Konsep Operasi Kini dari Laba

Konsep laba operasi kini (current operating concept of income) memusatkan pada pengukuran
efisiensi perusahaan bisnis. Istilah efisien berkaitan dengan pemanfaatan secara efektif sumber
daya perusahaan dalam mengoperasikan perusahaan dan menghasilkan laba.

Pendukung konsep operasi kini menyatakan bahwa laba bersih yang dilaporkan lebih berarti
untuk perbandingan antar periode dan antar perusahaan dan untuk membuat prediksi. Mereka juga
menyatakan bahwa, meski klasifikasi pos-pos operasi dan non operasi mungkin sulit, akuntan yang
terlatih berada pada posisi yang lebih baik untuk membuat klasifikasi ini dari pada pihak luar atau
bukan akuntan. Harus ada pengungkapan penuh atas pos-pos bukan masa berjalan dan bukan
operasi, tetapi para analis keuangan dan sering pengguna lain dari data akuntansi sering
menekankan satu angka untuk laba bersih untuk tahun itu. Jadi, dinyatakan bahwa, jika hanya satu
angka yang dikutip, laba bersih operasi masa berjalan lebih berguna sebagai ukuran kinerja operasi
masa berjalan.

2. Konsep Laba All-inclusive (Laba Komprehensif)

Konsep laba all-inclusive didefinisikan sebagai total perubahan dalam modal yang diakui
dengan mencatat atau revaluasi perusahaan selama suatu periode tertentu, kecuali untuk
pembagian dividend an transaksi modal. Ini merupakan konsep yang dirujuk oleh FASB sebagai
laba komprehensif.
FASB memilih untuk menguraikan konsep laba yang mencerminkan hanya masa berjalan
dengan istilah penghasilan (earning). Dengan demikian diperoleh hirarki berikut:

Penghasilan = Laba Operasi Kini + Laba tak Berulang

Laba Bersih = Penghasilan + efek kumulatif perubahan prinsip akuntansi pada tahun-tahun
sebelumnya

Laba komprehensif = Laba bersih + penyesuaian kumulatif periode sebelumnya + perubahan


bukan pemilik dalam ekuitas yang tersisa

Istilah perubahan bukan pemilik dimaksudkan untuk mengeluarkan transaksi modal seperti
dividend an penerimaan modal baru.

Perbedaan utama antara konsep laba operasi kini dan all-inclusive adalah dalam tujuan yang
diasumsikan untuk pelaporan laba bersih.

3. Laba yang Berulang dan Tak Berulang

Pendukung konsep laba kinerja operasi kini (current operating performance) seringkali
mengklaim bahwa pos-pos operasi pada umumnya didefinisikan sebagai berulang dalam operasi
bisnis dan bahwa pos non operasi umumnya dipandang tidak biasa dan tak dapat diramalkan. Akan
tetapi, ini tidak benar. Banyak pos mungkin bersifat operasi, tetapi tidak harus berulang. Di pihak
lain, beberapa peristiwa non operasi bersifat berulang.

Manfaat dari mengklasifikasikan beban dan kredit laba sebagai berulang dan tak berulang
didasarkan pada kegunaan yang meningkat dari angka laba bersih yang dihasilkan dalam membuat
prediksi oleh investor. Mungkin lebih sulit bagi pihak luar untuk membedakan antara kejadian
berulang dan tak berulang dibanding membedakan pos-pos operasi dan non operasi.

Kelebihan dari klasifikasi dan pelaporan laba berulang serupa dengan kekurangan konsep laba
operasi kini. Kekurangan ini dapat segera diketahui dalam pembahasan mengenai konsep laba all-
inclusive.

4. Penyesuaian Periode Sebelumnya


Pedoman dalam masalah ini diberikan dalam paragraf 23 dari APB 9, digantikan oleh SFAS
16, yang menyatakan bahwa:

Penyesuaian-penyesuaian yang berkaitan dengan periode sebelumnya – dan karenanya dikeluarkan


dalam penentuan laba bersih untuk periode berjalan – dibatasi pada penyesuaian material yang

a. Dapat secara spesifik diidentifikasikan dengan dan secara langsung berkaitan dengan aktifitas
dari periode sebelumnya tertentu
b. Tidak berasal dari kejadian ekonomi yang terjadi sesudah tanggal laporan keuangan untuk
periode sebelumnya
c. Tergantung terutama pada penentuan oleh orang selain manajemen
d. Tidak mudah dipengaruhi oleh estimasi yang layak sebelum penentuan tersebut

Penyesuaian-penyesuaian tersebut jarang dalam akuntansi keuangan modern. Dua pengecualian


yang tercatat dala opini itu adalah kekeliruan yang ditemukan dan perlakuan atas jumlah pajak
yang ditangguhkan tertentu.

Penyusunan APB 20, yang didorong oleh konsensus mereka bahwa laba all-inclusive lebih baik,
setuju bahwa penyesuaian periode sebelumnya harus tetap jarang terjadi. Efek umum dari
perubahan prinsip karenanya perlu ditunjukkan dalam laporan rugi laba periode berjalan, sebagai
bagian dari laba bersih. Satu-satunya pengecualian yang diperkenankan adalah:

a. Perubahan dari metode penetapan harga LIFO ke metode lain


b. Perubahan metode akuntansi untuk kontrak jenis pembangunan jangka panjang
c. Perubahan ke atau dari metode akuntansi “biaya penuh” yang digunakan dalam industri
ekstraktif
d. Perubahan dari akuntansi penghentian-penggantian-perbaikan ke akuntansi penyusutan

Mengikuti implikasi hipotesis pasar yang eisien, pengungkapan koreksi periode sebelumnya
mencukupi untuk menyertakan informasi itu dalam harga pasar. Tidak benar-benar menjadi
masalah apakah pos itu diungkapkan dalam laporan laba rugi atau dalam laporn laba ditahan. Akan
tetapi dapat diperdebatkan bahwa laporan rugi laba adalah laporn utam dan pengungkapannya
dalam laporan lebih jelas daripada pengungkapan dalam laporan laba ditahan. Di pihak lain, dapat
diperdebatkan bahwa karena kemungkinan fiksasi fungsional pada angka laba bersih, pos-pos tak
lancar harus dikeluarkan jika hal itu dapat dilakukan secara obyektif tanpa memungkinkan
manipulasi laba yang dilaporkan.

5. Pos-pos Luar Biasa

APB 30 mendefinisikan pos-pos luar biasa sebagai kejadian dan transaksi yang tidak sering
(atau tidak berulang) dan tidak biasa (tidak berkaitan dengan operasi normal). Kedua kriteria harus
terpenuhi dalam dalam klasifikasi pos-pos luar biasa. Satu-satunya pengecualian dalam aturan
umum ini adalah keuntungan atau kerugian pelunasan utang, yang diperlakukan sebagai pos-pos
luar biasa. Pos-pos yang tidak sering tetapi bukan tidak biasa, atau kebalikannya harus
diperlihatkan pada baris terpisah dalam laba dari operasi.

Tujuan pendekatan dalam APB 30 tampaknya adalah untuk membatasi penggunaan klasifikasi
ini pada waktu-waktu yang tidak biasa yang dapat mempengaruhi prediktabilitas, tetapi tidak akan
memungkinkan penggunaan kebijakanmanajemen dalam menentukan perhitungan laba bersih
sebelum pos-pos luar biasa.

6. Operasi yang Dihentikan

Operasi yang dihentikan diliput dalam ketentuan APB 30, yang dimaksudkan untuk
mengklasifikasikan pos-pos sekuritas ekuitas demikian rupa sehingga memberi kepada para
pembacanya perasaan berapa laba yang mungkin layak diharapkan dari operasi yang berlanjut.
Perusahaan harus memisahkan laba atau rugi sesudah pajak yang dihasilkan dari opersai yang
dihentikan dalam periode berjalan dan sebelum tanggal pengukuran, yang didefinisikan sebagai
tanggal di mana manajemen mengikat diri sendiri pada suatu rencana formal untuk melepaskan
operasi bersangkutan. Laba atau rugi yang dihasilkan oleh operasi yang dihentikan dalam periode
antara tanggal pengukuran dan tanggal pelepasan merupakan bagian dari keuntungan dan
kerugian, sesudah pajak, pada penjualan operasi tersebut. Jika ini diestimasi merupakan kerugian,
estimasi tersebut harus ditunjukkan.

Maksud dari laporan ini mulia. Akan tetapi, dalam praktik, masalah menetukan apa yang harus
dimasukkan dalam operasi yang dihentikan dan apa yang dalam operasi yang berlanjutbegitu besar
sehingga membuat interpretasi atas hasilnya sangat sulit. Kandungan informasi dalam pemisahan
ini sangat tidak pasti.
7. Pengungkapan

Dengan banyaknya kategori yang berada yang sekarang tampak dalam suatu laporan rugi laba,
beberapa kesepakatan untuk penyajiannya diperlukan untuk mempermudah interpretasinya. Suatu

laporan laba rugi komposit bias tampak sebagai berikut:

8. Laba Bersih kepada Siapa?

Berasal dari pendekatan kepemilikan pada akuntansi, laba bersih biasanya diasumsikan berarti
penghasilan bersih atau laba bersih yang terutang kepada pemegang saham atau pemilik saat ini
dari perusahaan tersebut. Akan tetapi, mungkin terdapat alasan sah untuk penyajian angka laba

Penghasilan dari operasi berlanjut


Dikurangi : Provisi untuk pajak penghasilan, pada operasi berlanjut
Ditambah : Ekuitas dalam penghasilan anak perusahaan yang tidak terkonsolodisasi
Dikurangi : Laba dari operasi yang dihentikan, laba bersih sesudah manfaat pajak penghasilan
Ditambah : Estimasi kerugian penjualan operasi yang dihentikan, laba bersih sesudah pajak
penghasilan
Pos luar biasa (uraian), bersih sesudah pajak penghasilan
Efek kumulatif perubahan akuntansi, bersih sesudah pajak penghasilan
Laba bersih
bersih yang merupakan penghasilan bersih pada kelompok penerima yang lebuh sempit atau lebih
luas.

 Konsep Nilai-Tambah dari Laba

Secara luas, adalah mungkin untuk memandang perusahaan sejumlah besar pengklaim atau
pihak yang berkepentingan, termasuk tidak hanya pemilik dan investor lain, tetapi juga karyawan
dan tuan tanah dari property yang disewa. Pandangan ini disebut Pendekatan nilai-tambah.
Dalam pengertian ekonomi, nilai-tambah adalah harga pasar dari keluaran suatu perusahaan
dikurangi harga barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer dari perusahaan lain. Jadi, semua
karyawan, pemilik, kreditor dan pemerintah (melalui pajak) adalah penerima dari laba
perusahaan.

Konsep nilai-tambah menjadi paling berarti apabila diterapkan pada perusahaan yang sangat
besar yang mempangaruhi hidup ribuan orang dan mempunyai kepentingan sosial dan ekonomi
diluar kepentingan sempit dari pemilik dan pemegang saham. Laba nilai-tambah mencakup upah,
sewa, bunga, pajak, dividen, yang dibayarkan kepada pemegang saham, dan penghasilan yang
tidak dibagikan dalam konsep ini. Hanya dalam kasus likuiditas pemegang saham biasa
mempunyai klaim tersisa. Dalam jangka panjang, penahanan penghasilan memberikan
pertumbuhan pada modal perusahaan, yang melalui produktivitas yang meningkat dapat
memberikan arus kenaikan laba pada semua penerima.

 Laba Bersih Perusahaan

Menurut pernyataan 1957 dari American Accounting Association. “… beban bunga, pajak
penghasilan dan distribusi bagi-hasil yang sebenarnya adalah bukan merupakan determinan dari
laba bersih perusahaan..” Lalu dapat disimpulkan bahwa pos-pos ini lebih merupakan pembagian
laba bersih, daripada pengurangan sebelum sampai laba bersih.

Konsep laba bersih mempunyai manfaat dari sudut pandang pemisahan aspek keuangan
perusahaan dari operasi. Laba bersih pada perusahaan adalah suatu konsep operasi dari laba bersih.
Bunga pada pemegang utang dan laba pada pemegang saham bersifat keuangan. Pajak penghasilan
bukan bersifat keuangan ataupun benar-benar operasi; dan pemasukannya dari perhitungan laba
bersih perusahaan mempunyai beberapa kelebihan karena hal itu bukan merupakan biaya masukan
yang dapat dikendalikan.

 Laba Bersih kepada Investor

Sesuai dengan konsep satuan usaha dari perusahaan bisnis, pemegang saham dan pemegang
utang jangka panjang keduanya dipandang sama sebagai investor dari modal permanen.
Dalam konsep satuan usaha, laba kepada investor mencakup bunga atas utang, dividen pada
pemegang saham preferen dan pemegang saham biasa, dan sisa yang tak dibagikan. Konsep laba
ini mempunyai manfaat yang besar untuk beberapa tujuan;

1. Keputusan mengenai sumber modal jangka panjang lebih bersifat keuangan daripada masalah
operasi. Karena itu, laba bersih kepada investor mencerminkan lebih jelas hasil-hasil operasi.
2. Karena membedakan struktur keuangan, perbandingan di antara perusahaan dapat dibuat lebih
segera dengan menggunakan konsep laba ini.
3. Tingkat imbalan pada total investasi yang dihitung dalam konsep laba ini menggambarkan
secara lebih baik efisiensi relatif dari modal yang diinvestasikan daripada konsep tingkat
imbalan pada pemegang saham.

Dalam perhitungan laba bersih kepada investor, pajak penghasilan diberlakukan sebagai
beban. Pendapat pengarang ini adalah posisi yang realistik. Selanjutnya, laba perusahaan sesudah
pajak lebih stabil – menurut industri – daripada laba sebelum pajak; pajak penghasilan tampak
“diteruskan” mirip dengan beban lain-lain. Juga, investor dan manajer, keduanya tampaknya
mengambil sebagian besar keputusan mereka berdasarkan laba sesudah pajak.

 Laba Bersih kepada Pemegang Saham

Sudut pandang yang paling tradisional dan diterima dari laba bersih adalah bahwa hal itu
merupakan imbalan kepada pemilik perusahaan. Meskipun konsep ini mempunyai dasar yang
kuat dalam pendekatan kepemilikan, banyak pengarang menerapkannya pada pendekatan satuan
usaha dan menganggap laba akuntansi kepada satuan usaha merupakan kewajiban kepada
pemilik.

Konsep laba kepada pemegang saham juga mempunyai dukungan dalam bidang ekonomi.
Meski definisi laba ekonomi berbeda dengan laba akuntansi, para ekonom biasanya
memperlakukan laba akuntansi secara statistik sebagai total imbalan dari wiraswastawan dalam
berbagai peranannya sebagai manajer, investor modal, penanggung resiko, dan penyedia sewa.
Konsep itu bisa atau tidak bisa lebih baik, tetapi fakta yang realistik adalah bahwa pemakai
laporan auditor biasanya menafsirkan laba bersih sebagai imbalan kepada pemegang saham.

 Laba Bersih kepada Pemegang Ekuitas Tersisa


Dalam laporan keuangan yang disajikan terutama bagi pemegang saham dan investor, laba
bersih yang tersedia untuk pembagian kepada pemegang saham biasa biasanya diapandang
merupakan jumlah angka tunggal yang paling penting dalam laporan. Karena itu, terdapat
dukungan pragmatik untuk menyajikan laporan dimana laba bersih kepada pemegang ekuitas
tersisa dapat segera diperoleh.

Dalam suatu perusahaan yang menguntungkan dengan umur yang tak terbatas, pemegang
ekuitas tersisa adalah pemegang saham biasa atau investor yang dapat menjadi pemegang saham
biasa melalui konversi atau penggunaan hak-hak lain. Tetapi selalu ada kemungkinan bahwa
melalui reorganisasi, atau karena kegagalan dalam pembayaran klaim preferen, salah satu dari
kelompok investor lain – pemegang saham preferen atau pemegang obligasi – mungkin menjadi
pemegang ekuitas tersisa.

Peraga 10- meringkaskan beberapa konsep laba perusahaan yang diklasifikasikan menurut
penerima laba. Perhatikan bahwa konsep nilai-tambah memerlukan pengakuan laba selama
produksi, karena semua nilai produk dinyatakan dalam satuan harga jual. Konsep-konsep lain
lebih liberal dalam penerimaan mereka atas beberapa metode pengakuan laba.

Peraga 10

Konsep Laba Laba Termasuk Penerima Laba


Nilai Tambah Harga jual produk perusahaan Semua karyawan, pemilik,
dikurangi harga pokok barang kreditor dan pemerintah.
dan jasa yang diperoleh
dengan cara ditransfer.
Laba Bersih Perusahaan Kelebihan pendapatan atas Pemegang saham, pemegang
beban; semua keuntungan dan obligasi dan pemerintah.
kerugian. Beban tidak
termasuk beban bunga, pajak
penghasilan, dan distribusi
bagi hasil yang sebenarnya.
Laba Bersih kepada investor Sama seperti laba bersih Pemegang saham dan
perusahaan, tetapi setelah pemegang hutang jangka
dikurangi pajak penghasilan. panjang.
Laba bersih kepada pemegang Laba bersih kepada investor Pemegang saham (Preferen
saham dikurangi beban bunga dan dan biasa)
distribusi bagi-hasil.
Laba bersih kepada residual Laba bersih kepada pemegang Pemegang saham biasa saat
pemegang ekuitas saham dikurangi dividen ini dan yang potensial kecuali
preferen. bila pembayaran priotitas
tidak dapat dipenuhi.

KONSEP EKUITAS
A. SIFAT DASAR EKUITAS

Ekuitas diambil dari kata “equal” yang berarti keadilan. Dengan kata lain, ekuitas dapat
ditafsirkan sebagai bagian yang adil dari seseorang. Banyak orang yang menggunakan istilah
ekuitas untuk mencakup semua yang meminjamkan uang kepada perusahaan. Mereka
memandang persamaan akuntansi yang mendasar sebagai :

Aktiva = Ekuitas

Karenanya, mereka akan menganggap ekuitas kreditor dan ekuitas pemilik sebagai dua jenis
ekuitas. Yang lain menggunakan istilah ekuitas dalam pengertian yang lebih sempit untuk
mencakup hanya ekuitas pemilik dan menyebutkan ekuitas kreditor sebagai kewajiban. Sehingga
persamaan akuntansi menjadi sebagai :

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas

Sedangkan yang lain tampaknya menyamakan ekuitas dengan kepentingan dari pemegang saham.

1. Ekuitas Pemilik

Ekuitas pemilik, yang biasa disebut sebagai modal atau ekuitas pemegang saham dalam suatu
perseroan, merupakan suatu selisih antara aktiva perseroan dan kewajibannya. Hal ini seringkali
disebut sebagai aktiva bersih dari perseroan tersebut.

Ekuitas pemilik secara tradisional dibagi menjadi dua kategori,

1. Modal yang diinvestasikan (paid in capital)


Modal yang diinvestasikan sebagian besar terdiri dari jumlah yang diinvestasikan oleh
pemegang saham ketika pemegang saham membeli bagian saham dari perusahan atau
muncul ketika perusahaan membeli kembali sejumlah saham atau dari aktivitas
kompensasi berdasarkan saham
Lebih jauh, modal yang diinvestasikan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu
modal saham yang termasuk di dalamnya saham biasa dan saham preferen, serta Tambahan
modal disetor / paid in capital in excess of par. Sedangkan saham yang dibeli kembali oleh
perusahaan disajikan terpisah dalam treasury stock

2. Laba ditahan.
Secara umum laba ditahan merepresentasikan pendapatan/kerugian bersih perusahaan yang
diakumulasikan dan belum didistribusikan.

Dalam beberapa kasus, hak dan prioritas dari beberapa kelas saham perseroan adalah serupa
dengan beberapa jenis utang jangka panjang. Namun secara umum ada perbedaan nyata antara
ekuitas pemegang saham dan kewajiban. Ini mencakup :

1. Tingkat sampai di mana pemegang ekuitas lain mempunyai hak prioritas.


2. Tingkat kepastian dalam penentuan jumlah-jumlah yang akan diterima oleh pemegang
ekuitas.
3. Tanggal jatuh tempo pembayaran terakhir.

Dalam keadaan normal, kreditor dan pemegang utang memiliki prioritas lebih daripada
pemegang saham, mengenai pembayaran bunga periodik dan pengembalian pokok pinjaman.
Pemegang saham preferen mungkin memiliki prioritas lebih daripada pemegang saham biasa.
Tetapi keduanya merupakan klaim terakhir setelah klaim dari kreditor. Secara umum,
pemegang saham tidak dapat mengharapkan pengembalian modal pada tanggal yang dapat
ditetapkan.

3. Teori Kepemilikan

Gagasan hak pemilik (proprietorship) muncul dari upaya untuk menetapkan logika pada
persamaan pembukuan berpasangan (double entry). Dalam persamaan akuntansi ∑A - ∑L = P,
pemilik adalah pusat kepentingan. Aktiva diasumsikan dimiliki oleh pemilik dan kewajiban
merupakan kewajiban pemilik.

Menurut teori kepemilikan, pendapatan adalah kenaikan dalam hak pemilik dan beban adalah
penurunan. Jadi laba bersih (kelebihan pendapatan atas beban, diakrualkan langsung ke pemilik)
merupakan kenaikan dalam kekayaan pemilik. Dan karena laba adalah kenaikan dalam kekayaan,
laba tersebut langsung ditambahkan ke modal pemilik atau hak pemilik.
Teori kepemilikan paling baik diterapkan dalam bentuk organisasi perusahaan perorangan
karena dalam bentuk ini umumnya ada hubungan pribadi antara manajemen perusahaan dan
kepemilikan. Dalam akuntansi, baik untuk perusahaan perorangan maupun persekutuan, teori
kepemilikan tampaknya tetap berlaku. Hal ini dikarenakan sebagian besar laba bersih
ditambahkan setiap periode pada akun modal pribadi dari pemilik sekalipun perhitungan
tradisional atas laba sebenarnya tidak mengukur kenaikan bersih dalam kekayaan.

Teori kepemilikan juga disiratkan dalam berbagai praktik akuntansi dan dalam terminologi
akuntansi berkaitan dengan perseroan. Contohnya, pendapatan bersih perusahaan sekali
direferensikan sebagai “pendapatan bersih pemegang saham”. Sehingga dalam laporan keuangan
terdapat juga earnings per share dan terkadang merujuk ke “nilai buku per saham”. “Pendapatan
bersih pemegang saham” dapat diinterpretasikan sebagai sisa pendapatan bersih yang dapat
dialokasikan ke pemegang saham, dan “Nilai buku per saham” dapat diintrepretasikan sebagai
nilai buku ekuitas per saham dalam pendekatan entitas.

4. Teori Entitas

Keberadaan suatu satuan usaha yang terpisah dari urusan pribadi dan kepentingan lain dari
pemilik dan pemegang ekuitas lain diakui dalam semua konsep pemilik dan ekuitas. Namun, dalam
teori entitas (entity), perusahaan bisnis dipandang mempunyai keberadaan terpisah, bahkan secara
personal, dari pemiliknya. Pendiri dan pemilik tidak harus teridentifikasi dengan keberadaan
perusahaan itu.

Teori entitas didasarkan pada persamaan ∑A = ∑K + SE, atau aktiva = Ekuitas (Kewajiban
ditambah Ekuitas Pemegang Saham). Perbedaan utama antara kewajiban dan ekuitas pemegang
saham adalah bahwa hak dari kreditor dapat dinilai secara independen pada penilaian lain jika
perusahaan itu solven, sementara hak dari pemegang saham diukur oleh penilaian aktiva yang
semula diinvestasikan ditambah penilaian laba yang direinvestasikan dan revaluasi berikutnya.
Tetapi hak pemegang saham yaitu menerima dividan dan bagian dalam aset bersih ketika likuidasi
merupakan hak sebagai pemilik ekuitas, daripada sebagai pemilik aset spesifik.

Sedangkan kewajiban adalah kewajiban spesifik perusahaan, dan aset merepresentasikan hak
pemilik untuk menerima perusahaan untuk menerima barang dan jasa spesifik, atau keuntungan
lainnya. Sehingga penilaian aset harus merefleksikan pengukuran keuntungan yang diterima oleh
perusahaan.

Pendapatan bersih perusahaan secara umum diistilahkan dalam bentuk perubahan bersih dalam
ekuitas pemegang saham, tidak termasuk perubahan peningkatan dari deklarasi dividen dan
transaksi modal. Pendapatan bersih, dalam pandangan entitas, secara sederhana merepresentasikan
perubahan residual dalam posisi ekuitas setelah pengurangan semua klaim, termasuk bunga utang
jangka panjang dan pajak penghasilan. Pendapatan bersih merupakan pendapatan pribadi bagi
pemegang saham hanya jika nilai investasi mengalami peningkatan atau tingkat deklarasi dividen.

Teori entitas mempunyai penerapan utama dalam bentuk perusahaan perseroan, tetapi hal itu
juga relevan bagi perusahaan-perusahaan yang bukan perseroan, yang mempunyai kelanjutan
eksistensi terpisah dari kehidupan masing-masing individu.

Beberapa pengarang telah mengusulkan atau menyiratkan bahwa teori kepemilikan dan entitas
mengarah pada dasar yang berbeda untuk penilaian aktiva. Menurut teori entitas, perusahaan tidak
berkepentingan dengan nilai sekarang karena penekanannya adalah pada akuntabilitas biaya bagi
pemilik dan pemegang ekuitas lain.

5. Teori Ekuitas Residual

Ahli teori akuntansi William Paton menyatakan ekuitas residual sebagai salah satu dari
beberapa jenis ekuitas dalam teori entitas. Paton menekankan hubungan khusus dari pemegang
ekuitas residual dengan pekerjaan akuntan “karena dalam ekuitas tersebut banyak pekerjaannya
menjadi terfokus”. Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba dan dalam laba
ditahan, dan perubahan dalam hak pemegang ekuitas lain semuanya dicerminkan dalam ekuitas
residual dari pemegang saham biasa. Tetapi dalam kasus tertentu, di mana kerugian jumlahnya
besar atau kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham
preferen atau pemegang obligasi dapat menjadi pemegang ekuitas residual.

Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah untuk memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa untuk mengambil keputusan investasi. Pemegang saham biasa pada
umumnya dipandang mempunyai ekuitas residual dalam laba perusahaan dan dalam aktiva bersih
sesuai likuidasi akhir. Karena laporan keuangan umumnya tidak disiapkan berdasarkan likuidasi
yang mungkin, informasi yang diberikan menegnai ekuitas residu harus bermanfaat dalam
meramalkan dividen masa depan yang mungkin bagi pemegang saham biasa, termasuk dividen
likuidasi.

6. Teori Perusahaan

Teori perusahaan (enterprise) dari perusahaan adalah konsep yang lebih luas daripada teori
entitas, tetapi kurang didefinisikan baik dalam lingkup dan aplikasi. Dalam teori perusahaan,
perseroan adalah suatu lembaga sosial yang berusaha untuk memberi manfaat bagi banyak
kelompok yang berkepentingan. Dalam bentuk luas, teori perusahaan mungkin dipandang sebagai
teori akuntansi sosial.

Konsep perusahaan ini paling dapat diterapkan pada perseroan modern yang besar yang
mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan efek tindakan-tindakannya terhadap bebagai
kelompok dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dari sudut pandang akuntansi, ini berarti
bahwa tanggungjawab pelaporan yang tepat tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditor,
tetapi juga pada kelompok lain dan masyarakat umum.

Konsep laba yang paling relevan dalam konsep tangungjawab sosial perusahaan yang luas ini
adalah konsep nilai tambah. Total nilai yang ditambahkan oleh perusahaan adalah nilai pasar
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh perusahaan itu dikurangi nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diperoleh melalui transfer perusahaan lain. Istilah laba bersih perusahaan, seperti
yang digunakan oleh penyataan AAA 1957, adalah konsep yang lebih sempit daripada konsep nilai
tambah. Posisi laba ditahan dalam teori perusahaan serupa dengan posisinya dalam konsep entitas.

7. Teori Dana

Teori dana menyingkirkan hubungan pribadi yang diasumsikan dalam teori kepemilikan dan
personalisasi perusahaan sebagai suatu unit ekonomi dan unit legal dalam unit entitas. Di samping
itu, teori danan member ganti dengan unit operasional, atau berorientasi-aktivitas, sebagai dasar
untuk akuntansi. Bidang kepetinagn ini, yang disebut dana, mencakup kelompok aktiva dan
kewajiban yang berkaitan dan pembatasan yang merupakan fungsi dan aktivitas ekonomi yang
spesifik.
Teori dana didasarkan pada persamaan Aktiva = Pembatasan Aktiva. Aktiva merupakan jasa
prospektif pada dana atau unit operasional. Kewajiban merupakan pembatasan terhadap aktiva
spesifik atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan merupakan pembatasan legal atau
keuangan dari penggunaan aktiva; yaitu modal yang diinvestasikan harus dipertahankan tidak
berkurang kecuali jika wewenang spesifik telah diperoleh (dengan beberapa pengecualian) untuk
likuidasi sebagian atau seluruhnya.

Konsep dana bermanfaat paling besar dalam lembaga pemerintahan dan nirlaba. Penyiapan
laporan konsolidasi juga juga merupakan penerapan teori dana sama seperti perluasan entitas
ekonomi. Teori dana juga dapat diterapkan dalam bidang-bidang akuntansi keuangan; misalnya,
teori dana dapat bermanfaat dapat digunakan untuk mebedakan antara aktiva lancar dan tetap pada
suatu entitas.

Walaupun konsep pendapatan dapat dipertahankan dalam konsep dana, ini bukan merupakan
konsep sentral dari pelaporan keuangan. Sebalikanya, uraian operasi dana disajikan lebih jelas
dalam laporan dana. Laoran keuangan utama adalah iktisar statis atas sumber-sumber dan
penggunaan dana. Laporan laba rugi, jika memang ada, adalah pelengkap laporan dana−suatu
uraian atas dana yang diperoleh dari operasi.

8. Posisi FASB

FASB berpegang teguh pada teori entitas residual ketika membahas mengenai pemilik
ekuitas, yang didefinisikan sebagai “kepentingan sisa dalam aktiva suatu entitas yang tertinggal
setelah dikurangi dengan kewajibannya.” Mereka menyebut selisih antara aktiva dan kewajiban
sebagai “aktiva bersih” dalam kasus organisasi nirlaba dan menyatakan bahwa kedua istilah
tersebut dapat dipertukarkan.

B. KLASIFIKASI EKUITAS PERUSAHAAN PERORANGAN DAN PERSEKUTUAN


ATAU KEMITRAAN

Dalam perusahaan perorangan, keseluruhan ekuitas pemilik umumnya disajikan dalam satu
jumlah. Sesuai dengan teori kepemilikan, ekuitas merupakan kepemilikan usaha dari si pemilik.
Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva pribadi dari si pemilik,
membuat perbedaan antara modal yang diinvestasikan permanen atau laba yang direinvestasikan
menjadi kurang penting untuk tujuan ini. Namun, ini tidak berarti bahwa tidak ada perbedaan
antara modal dan laba. Laba dihitung secara berkala dan ditambahkan pada akun modal pada akhir
setiap periode; transaksi modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung pada akun
modal; dan semua perubahan umumnya diikhtisarkan dalam laporan perusahaan perorangan yang
terpisah.

Ekuitas pemilik dari persekutuan atau kemitraan serupa dengan ekuitas perorangan, kecuali
bahwa hal itu diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan setiap sekutu atau kemitraan. Akun
pengambilan terpisah dapat digunakan untuk menetapkan pengendali atas pengambilan atau
memaksakan ketaatan pada perjanjian pengambilan.

C. KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Hubungan antara perseroan, pemegang saham, dan kreditor, lebih terlibat daripada hubungan
dalam satu perusahaan perorangan atau dalam suatu persekutuan. Tujuan paling mendasar dari
klasifikasi ekuitas pemegang saham adalah untuk memberikan informasi kepada pemegang
saham, investor, kreditor, dan kelompok kepentingan lain mengenai efisiensi dan pengurusan
manajemen. Klasifikasi itu juga harus memberikan informasi mengenai kepentinagn ekonomi
historis dan prospektif dari kelompok-kelompok yang memegang ekuitas spesifik (seperti
karyawan, pelanggan, dan pemerintah) yang mempunyai kepentingan ekonomi umum dalam
perseroan. Dalam memenuhi tujuan ini, informasi dalam laporan keuangan harus mengungkapkan
beberapa ataus semua dari yang berikut:

1. Sumber-sumber modal yang dipasok dalam perusahaan.


2. Pembatasan hukum pada distrbusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang saham.
3. Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial, dan keuangan pada distribusi dividen pada
calon dan pemegang saham sekarang.
4. Prioritas beberapa kelas pemegang saham dalam likuidasi sebagian atau akhir.

1. Klasifikasi Menurut Sumber Modal


Klasifikasi ekuitas pemegang saham menurut sumber umumnya dianggap sebagai tujuan
utama klasifikasi utama dalam penyajian neraca pada struktur akuntansi tradisional. Sumber utama
dari ekuitas pemegang saham perseroan adalah:

1. Jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham


2. Kelebihan laba bersih atas dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham (laba ditahan
dalam perusahaan).
3. Sumbangan selain dari pemegang saham.

Klasifikasi empat arah tradisional dari ekuitas pemegang saham−saham modal, modal
disetor yang lebih besar dari nilai pari atau nilai yang ditetapkan (agio saham), modal revaluasi,
dan laba yang ditahan−hanya sebagian memenuhi tujuan sesuai sumber. Kategori modal saham
dan tambahan modal disetor merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pemegang saham.

Kekurangan utama dari klasifikasi konvensional adalah bahwa klasifikasi menurut sumber
akan hilang ketika transfer dilakukan dari laba yang ditahan ke saham modal dan tambahan modal
disetor dengan menerbitkan dividen saham atau sarana lain.

2. Pengungkapan Modal Legal

Kebanyakan Negara bagian mendefinisikan modal legal (modal berdasar hukum atau
modal yang ditetapkan) sebagai nilai agregat dari semua saham bernilai pari yang diterbitkan (tidak
segera dibatalkan) dan pertimbangan agregat yang dterima untuk semua saham yang diterbitakan
tanpa nilai pari. Akan tetapi, dalam kasus saham berniali tanpa pari, banyak Negara bagian
mengizinkan direktur atau pemegang saham untuk menetapkan berapa banyak dari pertimbangan
yang diterima harus dogolongkan sebagai modal legal dan berapa banyak uang digolongkan
sebagai tambahan modal disetor.

Akibat perbedaan antara modal legal dan modal yang diinvestasikan untuk tujuan akuntansi
dan keuangan, pemisahan modal yang diinvestasikan menjadi modal saham dan tambahan modal
yang disetor mungkin lebih menyesatkan daripada membantu. Salah satu alternatif adalah
mengungkapkan dalam catatan kaki apa yang dipandang akuntan sebagai modal legal atau yang
ditetapkan.
Menurut pendapat Hendriksen dan Van Breda, pengungkapan modal legal mungkin tidak
perlu dalam semua kasus kecuali dalam perusahaan kecil atau baru berdiri. Dalam perusahaan yang
besar dan menguntungkan, modal legal pada dasarnya merupakan bagian kecil dari total ekuitas
pemegang saham.

3. Pengungkapan batasan pada Disposisi Laba

Pengungkapan distribusi atau disposisi yang diniatkan dari suatu perseroan tidak sama
dengan pengungkapan batasan pada disposisi laba. Karena itu, klasifikasi ekuitas pemegang saham
dan catatan kaki pada laporan keuangan harus membedakan secara jelas antar kedua ini.

Asumsi umum yang awal adalah bahwa dividen tunai tidak boleh dibayarkan jika hasilnya
akan mengurangi aktiva bersih di bawah total modal disetor pada perusahaan itu, sekalipun
sebagian atau seluruh modal disetor yang lebih tinggi adri nilai pari dapat didistribusikan secara
legal.

“Laba yang Ditahan untuk Penggunaan dalam Perusahaan” atau cukup disebut “Laba
Ditahan” menyiratkan bahwa laba yang tidak dibagikan sebagai dividen telah diinvestasikan secara
permanen dalam perusahaan. implikasi ini didukung oleh dua pengamatan umum:

1. Distribusi dividen pada kebanyakan perusahaan besar berkorelasi tinggi dengan laba
masa berjalan, laba tahun sebelumnya, dan dividen tahun sebelumnya. Dengan
kesenjangan singkat dan diviasi minor, tampaknya ada upaya untuk membatasi
pembayaran dividen dari laba perusahaan tahun berjalan, bukan membayar dividen dari
laba yang ditahan pada tahun sebelumnya.
2. Dalam kebanyakan perusahaan yang mapan, jumlah laba ditahan lebih besar daripada
modal yang diinvestasikan langsung oleh pemegang saham.

Karena klasifikasi sebagian ekuitas pemegang saham sebagai laba ditahan tidak
menunjukkan jumlah yang mungkin harus dibayarkan sebagai dividen di masa depan atau pun
tidak ada niat perusahaan untuk itu, suatu alternative adalah menunjukkan pembatasan legal,
kontraktual atau keuangan untuk pembayaran dividen.
Pembataran dividen ke pemegang saham biasa juga dibatasi oleh prefensi kontraktual yang
diberikan kepada pemegang saham preferen atau kelompok pemegang saham lain yang diberi hak
prioritas di atas pemegang saham residual itu.

4. Pengungkapan batasan pada Distribusi Likuidasi

Kreditor selalu mempunyai prioritas dalam likuidasi daripada pemegang saham, dan kelas
pemegang saham tertentu memiliki prioritas lebih atas kelas lain sesuai dengan pasal-pasal dalam
anggaran dasar perseroan atau sesuai dengan perjanjian kontraktual. Preferen likuidasi dari saham
preferen mungkin sama dengan nilai pari atau nilai yang ditetapkan per saham atau itu juga dapat
mencakup premium. Biasanya, dividen preferen yang tertunggak dimasukkan jika dividen preferen
bersifat kumulatif.

Preferen likuidasi, karenanya, tidak sama seperti modal legal atau yang ditetapkan. Jika
suatu perusahaan yang menguntungkan tidak mempunyai maksud untuk likuidasi , preferensi
likuidasi mungkin secara relatif tidak penting. Tetapi jika total preferensi menjadi lebih besar
dalam proporsinya dengan total aktiva bersih atau jika likuidasi sebagaian atau akhir tamapak
mungkin terjadi, pengungkapan harus dibuat dalam laporan keuangan.

D. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Apabila suatiu perseroan mempunyai kepemilikan mayoritas dan pengendalian dalam satu
atau lebih anak perusahaan yang berhubungan, informasi yang berharga dapat diperoleh dan
disajikan dalam menggabungkan data keunagn dan menyiapkan laporan keuangan konsolidasi
untuk keseluruhan kelompok itu.

Persyaratan untuk konsolidasi diatur oleh paragraf semula No. 2 dan 3 dari ARB 51 yang
ditetapkan tahun 1959. Yang pertama dari paragraf ini menyatakan bahwa:

Kondisi biasa untuk kepentingan keuangan yang mengendalikan adalah kepemilikan hak suara
mayoritas, dan, karenanya, sebagai aturan umum kepemilikan oleh suatu perusahaan, langsung dan
tidak langsung, atau atas lebih dari lama puluh persen saham suara yang beredar dari perusahaan lain,
adalah kondisi yang mengarah pada konsolidasi.
Yang kedua dari paragraf- paragraf itu kemudian menambahkan peringatan bahwa:

laporan yang terpisah atau laporan yang digabungkan akan lebih baik untuk anak perusahaan atau
kelompok anak perusahaan jika penyajian informasi leuangan mengenai aktivitas tertentu dari anak-
anak perusahaan itu akan lebih informatif bagi pemegang saham saham dan kreditor induk perusahaan
daripada pemasukan anak-anak perusahaan itu dalam konsolidasi. Misalnya, laporan terpisah dapat
disyaratkan bagi anak perusahaan yang merupakan bank atau perusahaan asuransi dan mungkin lebih
baik bagi perusahaan keuangan di mana induk perusahaan dan anak-anak perusahaan lain terlibat dalam
proses pabrikasi.

Meski kelompok yang dikonsolidasi umumnya dipandang sebagai unit ekonomi tunggal,
prosedur akuntansi konsolidasi sering menyangkal hal ini dalam perlakuan mereka atas
kepentingan minoritas. Tampaknya tidak ada pengandalan pada satu teori, seperti teori
kepemilikan, teori ekuitas, atau teori dana yang berlaku sebagai pedoman dalam penetapan
prosedur logis yang konsisten untuk konsolidasi.

1. Prosedur Konsolidasi
Konsolidasi induk perusahaan dengan anak perusahaannya dalam prinsipnya bersifat
langsung. Dua perusahaan atau lebih dikonsolidasikan dengan menambahkan aktiva dan
kewajiban mereka. Perbedaan antara jumlah – jumlah itu merupakan ekuitas dari perusahaan
terkonsolidasi.
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah bahwa akun ekuitas
pemilik konsolidasi tidak dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan pemegang saham mayoritas. Yang
kedua adalah bahwa nilai aktiva anak perusahaan dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan pemegang
saham mayoritas.

Nilai aktiva anak perusahaan dalam laporan konsolidasi = nilai buku aktiva + persentase
kepentingan mayoritas x (nilai wajar – nilai buku)

Alternatifnya :

𝑀𝐼
Nilai yang disesuaikan = a + x (f – a)
(𝑀𝐼+𝑚𝑖)

2. Maksud dan Tujuan


Accounting Research Bulletin No.51, stándar semula dan masih berlaku atas konsolidasi,
menyatakan bahwa :

Tujuan dari laporan konsolidasi adalah untuk menyajikan, terutama untuk kepentingan pemegang
saham dan kreditor induk perusahaan, hasil – hasil operasi dan posisi keuangan induk perusahaan
dan anak perusahaan yang pada dasarnya seolah kelompok suatu perusahaan tunggal dengan satu
atau lebih cabang atau divisi.

 Neraca Konsolidasi.

Dalam neraca, praktik menambahkan bersama klasifikasi terpisah aktiva dan kewajiban induk
dan anak perusahaan adalah sejalan dengan gagasan menyajikan laporan keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Agar konsisten dengan pendekatan entitas pada laporan konsolidasi, revisi
penilaian aktiva anak perusahaan harus mencakup tidak hanya jumlah yang dibayarkan ke induk
perusahaan, tetapi juga bagian kepentingan minoritas dalam penilaian yang meningkat. Biaya
adalah relevan pada saat akuisisi hanya karena itu merupakan bukti terbaik dari nilai. Apabila
hanya sebagian dari kepentingan yang diperoleh, biaya dari kepentingan sebagian harus
digunakan sebagai bukti dati nilai keseluruhan.

 Laporan Laba Rugi Konsolidasi.

Penjualan antar perusahaan dan laba antar perusahaan dihilangkan per entitas, dan penjualan
serta beban lain digabungkan untuk menunjukkan aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Laba
bersih adalah bukan laba secara keseluruhan, tetapi hanya bagian yang dialokasikan ke
kepentingan mayoritas. Laba bersih konsolidasi merupakan ekuitas kepemilikan dari pemegang
saham induk perusahaan dalam laba keseluruhan perusahaan.

3. Klasifikasi Ekuitas Konsolidasi

Mengungkapkan Modal Legal. Kreditor anak perusahaan harus memperhatikan masing –


masing laporan anak perusahaan untuk menentukan modal legal relevan dan hubungannya dengan
kreditor lain. Kreditor induk perusahaan juga harus memperhatikan laporan terpisah induk
perusahaan untuk menentukan hubungan spesifik mereka pada pemegang saham dan kreditor lain
karena mereka hanya mempunyai klaim sekunder atas aktiva anak perusahaan, tetapi klaim primer
atas aktiva induk. Karena itu, penyajian modal legal dan hak para kreditor tidak dapat dan tidak
boleh merupakan tujuan utama dalam klasifikasi ekuitas perusahaan konsolidasi.

Mengungkapkan Sumber Modal. Ada beberapa kendala dalam laporan konsolidasi. Pertama,
modal yang diperoleh dari pemegang saham mayoritas dicerminkan oleh saham modal dan
tambahan modal disetor dari induk perusahaan dalam kebanyakan kasus. Kepentingan minoritas
pada umumnya termasuk di antara kewajiban atau sebagai pos terpisah di antara kewajiban dan
ekuitas pemegang saham. Yang kedua, praktik konvensional klasifikasi menurut sumber adalah
bahwa jumlah modal yang diperoleh dari laba ditahan tidak disajikan secara jelas. Kepentingan
minoritas tidak diklasifikasi sesuai dengan sumber – sumber terpisah modal yang diinvestasikan
oleh pemegang saham dan laba yang ditahan oleh anak perusahaan.
Pemecahan yang disarankan adalah dengan menyertakan di dalam modal investasi konsolidasi,
kepentingan minoritas dalam total ekuitas pemegang saham pada tanggal konsolidasi, dan untuk
mengklasifikasikan laba ditahan sebagai :
1. Yang diperoleh dari laba yang ditahan oleh induk perusahaan sejak pendiriannya.
2. Yang ditahan oleh anak perusahaan sejak konsolidasi (tanpa mempertimbangkan
kepentingan mayoritas dan minoritas yang terpisah dalam laba ditahan anak perusahaan)
Mengungkapkan Kemungkinan Distribusi. Klasifikasi konvensional dari ekuitas perusahaan
konsolidasi gagal mengungkapkan kemungkinan distribusi laba kepada pemegang saham
mayoritas dan minoritas. Jika anak perusahaan beroperasi dengan rugi, laba konsolidasi dapat
dibagikan seluruhnya kepada pemegang saham mayoritas tanpa membayar dividen kepada
kelompok minoritas. Di pihak lain, jika laba bersih konsolidasi diperoleh seluruhnya dari operasi
anak perusahaan, dividen yang cukup besar mungkin diperlukan untuk dibayarkan kepada
pemegang saham minoritas sebelum pemegang saham induk bisa menerima suatu dividen.
Kreditor anak perusahaan tidak mempunyai klaim atas aktiva terpisah induk, dan
karenanya, hutang yang terikat pada anak dan iduk tidak boleh digabung jika tujuannya adalah
untuk mengungkapkan prioritas. Kreditor induk perusahaan hanya mempunyai klaim sekunder
atas aktiva anak perusahaan, pada tingkat yang sama seperti klaim kepentingan minoritas.

E. PENAMBAHAN DALAM MODAL YANG DITANAM


Modal yang ditanam, atau disetor (contributed), merupakan investasi dalam sebuah badan
usaha oleh para pemiliknya. Dalam hal perseroan, modal yang ditanam meliputi jumlah total yang
dibayarkan untuk saham–saham, ditambah laba ditahan yang dikapitalisasi. Jumlah ini mungkin
bertambah oleh adanya penempatan atau penjualan lembar–lembar saham tambahan, oleh
perolehan dan penjualan kembali saham yang diperoleh kembali, oleh konversi utang menjadi
ekuitas pemegang saham, dan oleh pemindahan laba ditahan ke modal yang ditanam. Namun,
prinsip dasar yang banyak dianut paling tidak sejak awal tahun 1930-an adalah bahwa laba ditahan
tidak boleh mencakup pengkreditan dari transaksi-transaksi dalam akun saham perusahaan sendiri
atau pemindahan dari akun modal disetor atau akun-akun modal lainnya.

1. Penempatan Saham Modal

Bila lembar-lembar saham yang sebelumnya tidak diterbitkan dijual secara tunai atau
dengan imbalan lain, kenaikan total dalam ekuitas dimasukkan dalam modal yang ditanam. Di
beberapa negara bagian, peraturan yang mengatur perseroan memperlakukan saham yang sudah
dipesan, tetapi belum diterbitkan, sebagai bagian dari modal legal. Akan tetapi, Model Business
Corporation Act hanya memasukkan dalam modal yang ditetapkan ini saham yang sudah
diterbitkan. Tetapi, apakah saham yang sudah dipesan dianggap modal legal atau bukan, praktik
akuntansinya memasukkan pesanan ini dalam modal yang ditanam jika:

1. Pemesanan itu menunjukkan klaim legal terhadap pemesan.


2. Perseroan bermaksud menagih pesanan ini dalam periode waktu yang wajar dan pasti.

Jika pesanan itu tidak dimaksudkan untuk ditagih, atau jika waktu penagihan tidak pasti,
pesanan itu tidak benar-benar menunjukkan modal yang ditanam. Bila obligasi konvertibel ditukar
dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan untuk memperlakukan konversi ini:

a. Metode nilai buku


Dalam metode ini nilai buku utang jangka panjang hanya direklasifikasi, saat saham baru
diterbitkan, menjadi saham modal dan tambahan modal disetor.
b. Metode nilai pasar
Dalam metode ini harga pasar masa berjalan obligasi itu dikapitalisasi sebagai ekuitas
pemegang saham.

2. Konversi Utang
Bila obligasi konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan
untuk memperlakukan konversi.
1. Metode nilai buku
Nilai buku utang jangka panjang di reklasifikasi, ketika saham baru diterbitkan, sebagai
saham modal atau tambahan laba disetor. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui
pada transaksi karena nilai buku utang hanya dikonversi ke ekuitas

2. Metode nilai pasar


Harga pasar obligasi dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham. Semua kelebihan
harga sekarang terhadap nilai buku obligasi, ditunjukkan sebagai extraordinary loss on
conversion. Jika nilai buku obligasi melebihi harga pasar saat ini, maka diakui sebagai
extraordinary gain on conversion

3. Konversi Saham Preferen

Untuk konversi saham preferen menjadi saham biasa, prosedur yang konvensional adalah
mengikuti metode nilai buku untuk konversi obligasi. Berarti, nilai pari saham preferen ditambah
bagian pro rata dari agio saham preferen dipindahkan ke saham biasa dan agio saham biasa.
Penjumlahan nilai pari saham preferen dan bagian pro rata dari tambahan modal disetor dari
penjualan semula saham preferen itu menunjukkan sumber modal yang ditanam semula.

Cara lainnya adalah memindahkan ke dalam saham biasa suatu jumlah sebesar nilai pasar
masa berjalan saham preferen yang ditarik atau saham biasa baru yang diterbitkan, walaupun
jumlah-jumlah ini seharusnya cukup dekat. Jika jumlah ini melebihi modal yang disetor dari
saham preferen yang ditarik, kelebihan itu harus dipindahkan dari laba ditahan. Hasilnya adalah
hilangnya klasifikasi menurut sumber semula. Prosedur ini juga mempunyai beberapa implikasi
yang menarik. Pertama, prosedur ini menyiratkan diterimanya teori entitas yang kaku ini, karena
prosedur ini menafsirkan laba ditahan itu sendiri sebagai ekuitas perusahaan. Kedua, prosedur ini
menyiratkan bahwa nilai pasar masa berjalan saham biasa tidak mencerminkan suatu kepentingan
dalam laba ditahan.

4. Dividen Saham dan Pemecahan Saham

Baik dividen saham maupun pemecahan saham pada dasarnya merupakan manuver-manuver
keuangan yang tidak ada hubungannya dengan prinsip akuntansi mengenai penentuan penghasilan
dan penilaian neraca. Sebenarnya, jika para akuntan berpegang teguh pada klasifikasi ekuitas
menurut sumber aslinya, tidak perlu ada reklasifikasi ekuitas sebagai akibat dari jenis-jenis
transaksi ini. Satu-satunya yang akan diisyaratkan adalah pengungkapan perubahan dalam jumlah
lembar saham beredar dan perubahan dalam nilai pari atau nilai yang ditetapkan. Akan perlu juga
menghitung kembali laba perusahaan yang dilaporkan untuk periode berjalan dan periode-periode
terdahulu.

Jumlah yang paling umum disarankan untuk dikapitalisasi adalah:

1. Nilai pari, atau nilai yang ditetapkan (atau jumlah modal legal lainnya), saham yang
diterbitkan sebagai dividen
2. Nilai pasar masa berjalan saham yang diterbitkan
3. Modal disetor per saham sebelum dividen dikali jumlah lembar saham yang diterbitkan

Sifat Dividen Saham

Sebagian besar akuntan setuju bahwa dividen saham bukanlah menghasilan bagi penerimanya,
tetapi mereka berbeda pendapat mengenai dasar pemikiran yang menghasilkan simpulan ini.
Committee on Accounting Procedure (CAP) AICPA mendasarkan keyakinannya, bahwa dividen
saham bukan penghasilan bagi penerimanya, pada teori entitas. CAP berpendapat bahwa perseroan
perupakan satuan usaha yang terpisah dan tidak mungkin ada penghasilan bagi pemegang saham
sampai ada pemisahan (severance) aktiva perseroan. Penghasilan bagi perseroan adalah
penghasilan perseroan, bukan penghasilan bagi pemegang saham.

Kapitalisasi Nilai Pari atau Nilai yang Ditetapkan


Dengan penafsiran teori entitas yang lazim, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi
penghasilan bagi penerimanya, masalahnya menjadi masalah penentuan seberapa besar, jika ada,
ekuitas perseroan yang harus direklasifikasi. CAP merekomendasikan bahwa tidak perlu
mengkapitalisasi jumlah yang lebih besar daripada yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
legal dalam dua kasus khusus:

1. Bila jumlah lembar saham tambahan yang diterbitkan begitu besarnya sehingga secara
wajar dapat diperkirakan bahwa harga pasar per saham akan berkurang secara material
2. Dalam hal perusahaan tertutuo dimana dapat diperkirakan bahwa pengetahuan yang
mendalam tentang urusan-urusan perseroan akan mencegah timbulnya implikasi oleh
pemegang saham bahwa dividen saham merupakan distribusi penghasilan perseroan

Kapitalisasi Harga Pasar

Walaupun CAP tidak mengakui bahwa dividen saham adalah penghasilan bagi penerimanya, CAP
merekomendasikan agar jumlah yang dikapitalisasi (yang dipindahkan ke saham modal dan
tambahan modal disetor) seharusnya adalah suatu jumlah yang sama besar dengan nilai wajar (nilai
pasar) saham yang diterbitkan dalam semua kasus dimana jumlah saham yang diterbitkan begitu
kecilnya jika dibandingkan dengan total saham yang beredar sehingga tidak mempunyai dampak
yang nyata pada harga pasar per saham.

Program Opsi Saham Sebagai Kompensasi

Masalah utama yang diperselisihkan adalah penilaian jasa dan penentuan kenaikan yang timbul
dalam modal yang ditanam akibat pemberian opsi saham. Metode penilaian yang paling umum
diusulkan adalah:

1. Selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi diberikan
2. Selisih lebih pada tanggal opsi itu menjadi milik karyawan
3. Selisih lebih nilai wajar diatas harga opsi pada tanggal opsi itu pertama kali dapat
digunakan
4. Selisih lebih pada tanggal opsi itu benar-benar digunakan
5. Biaya bagi perseroan pada tanggal penggunaan, setelah disesuaikan untuk
memperhitungkan dampak pajak penghasilan pada perusahaan
6. Kemungkinan nilai opsi bagi penerima pada tanggal pemberian

F. PENGURANGAN DALAM MODAL YANG DITANAM

Biasanya, modal yang ditanam suatu perusahaan dianggap menunjukkan modal permanen
badan usaha. Pengurangan yang disengaja dalam modal yang ditanam ini tidak boleh dilakukan
dengan membayar kepada pemegang saham kecuali jika pembayaran itu secara spesifik
diungkapkan sebagai dividen likuidasi. Tetapi likuidasi parsial juga terjadi bila kelompok saham
tertentu ditarik dan ditebus. Pembelian saham yang diperoleh kembali dengan penebusan saham
preferen, dengan pengecualian bahwa yang terlibat adalah beberapa pemegang saham dari setiap
kelas dan harga pembelian biasanya tidak diatur sebelumnya.

1. Saham yang Diperoleh Kembali

Ketika ekuitas pemegang saham meningkat sebagai akibat dari transaksi dengan pemegang
saham, akuntan secara umum setuju bahwa tidak ada keuntungan dan tidak ada bagian peningkatan
yang harus ditambahkan ke pendapatan atau laba ditahan. Tetapi ketika ekuitas pemegang saham
berkurang dikarenakan adanya akuisisi saham perusahaan itu sendiri, akuntan tidak setuju
berkaitan dengan efek pada modal yang diinvestasikan dan laba ditahan. Dua pertanyaan mendasar
yang berhubungan dengan kontroversi ini adalah:

1. Berapa banyak dari pembayaran kepada pemegang saham yang harus diperlakukan sebagai
pengembalian modal yang ditanam, dan berapa banyak yang harus dianggap sebagai
distribusi laba ditahan?
2. Bagaimana dampaknya pada modal legal yang harus diungkapkan?
Ketika perusahaan mengakuisisi sahamnya sendiri dan menahan saham tersebut untuk
diterbitkan kembali atau penundaan selanjutnya, akuisisi dan disposisi dapat diperlakukan sebagai
transaksi tunggal atau ganda.
a. Konsep Transaksi Tunggal
Jika perusahaan memperoleh sahamnya sendiri dan kemudian menjual saham itu kepada
pemegang saham lain dengan harga sebesar harga perolehan, tampaknya tidak logis bila klasifikasi
ekuitas pemegang saham harus terganggu hanya karena perseroan memegang saham itu.

b. Konsep Transaksi Ganda

Perolehan saham perusahaan sendiri diasumsikan menunjukkan kontraksi dalam struktur


modal perusahaan. Jika saham itu kemudian diterbitkan kembali, penerbitan saham yang diperoleh
kembali itu dipertanggungjawabkan dengan cara yang sama seperti penerbitan saham yang belum
pernah diterbitkan sebelumnya.

Evaluasi Atas Konsep Transaksi Tunggal dan Transaksi Ganda

Yang pertama didasarkan pada premis bahwa makna (substansi) lebih penting daripada
bentuk dan bahwa suatu perseroan tidak boleh memindahkan jumlah-jumlah dari laba ditahan ke
modal yang ditanam hanya karena pemindahan itu terjadi untuk menangani perpindahan saham
dari suatu pemegang saham ke pemegang saham lainnya.

G. PENGGABUNGAN USAHA

Ketika aset perusahaan satu dibeli oleh perusahaan lain sebagai akibat dari transaksi pembelian
yang melibatkan pembayaran kas atau pertukaran aset lain, aset yang dibeli secara umum dicatat
dalam akun perusahaan yang membeli pada nilai biaya yang diasumsikan menunjukkan nilai
sekarang. Sedangkan biaya historis dari perusahaan yang dibeli tidak lagi relevan. Dan ekuitas
pemegang saham perusahaan yang membeli tidak meningkat atau tidak direklasifikasikan karena
transaksi ini.

1. Penggabungan yang diperlakukan sebagai pembelian


Bilamana aktiva diperoleh dalam pertukaran dengan saham modal, nilai aktiva itu
diasumsikan sama dengan nilai saham yang diberikan dalam pertukaran, kecuali jika nilai
sekarang dari aktiva tersebut dapat diperoleh dengan cara lain yang dapat diuji.

2. Penyatuan kepentingan
Suatu penyatuan kepentingan diasumsikan terjadi bila dua atau lebih perusahaan
bergabung untuk melaksanakan fungsi-fungsi usaha mereka sebagai satu badan usaha
ekonomi tunggal.

3. Evaluasi atas pembelian dan penyatuan kepentingan


Perbedaan antara pembelian dan penyatuan kepentingan terletak pada pemilihan dan
penafsiran satuan usaha yang bertahan. Dalam pembelian, satu dari badan usaha-badan
usaha yang bergabung itu yang bertahan; yang lainnya mati baik bentuk maupun jiwanya.
Akan tetapi, dalam penyatuan kepentingan, perseroan yang bertahan dengan benar
merupakan gabungan dari dua atau lebih badan usaha ekonomi yang terus berjalan

Laba per Saham

Rasio laba per saham mungkin merupakan ikhtisar data akuntansi yang paling sering
dipublikasikan karena dianggap mengandung informasi yang berguna dalam membuat prediksi
mengenai dividen per saham di masa depan dan harga saham di masa depan. Laba per saham juga
dianggap relevan dalam evaluasi atas efektivitas manajemen dan kebijakan dividen

Perhitungan Jumlah Saham

Perhitungan rasio laba per saham memerlukan perhitungan dengan laba bersih bagi pemegang
saham biasa sebagai pembilang dan jumlah saham biasa yang terkait sebagai penyebut. Penjelasan
perhitungannya adalah sebagai berikut:

1. Laba per saham primer


Mencakup jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama tahun tersebut ditambah
jumlah saham yang mewakili sekuritas yang dianggap sebagai setara saham biasa dan
mempunyai efek dilutive.

2. Laba per saham yang didilusi sepenuhnya


Dihitung dengan memasukkan semua sekuritas konvertibel yang berpotensi dilutif, baik
yang diklasifikasikan sebagai setara saham biasa ataupun tidak

Perhitungan Laba
Karena laba hanya berkaitan dengans sekuritas saham biasa dengan hak residual, dividen
yang dibayarkan atau yang terutang untuk sekuritas-sekuritas senior harus dikurangkan dari angka
laba bersih yang diperlihatkan dalam laporan laba rugi. Jika ada penambahan pada lembar saham
biasa dalam penyebut untuk menunjukkan utang konvertibel yang beredar, beban bunga untuk
tahun tersebut, setelah disesuaikan untuk memperhitungkan pengaruh pajak penghasilan, harus
ditambahkan pada laba bersih yang dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai