Anda di halaman 1dari 21

STASE TELINGA HIDUNG TENGGOROK

RSUD SYAMSUDIN, SH
LAPORAN KASUS
“TUMOR TONSIL”

PEMBIMBING :
dr. Kote Noordiantha , Sp. THT-KL

DISUSUN OLEH :
DYOZA ASHARA CINNAMON
NIM : 2013730139

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. W
No. Rekam medik : 100xxxx
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : -
Tanggal masuk : 30 Juli 2017

ANAMNESIS

Anamneis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 31 Juli 2017


Keluhan Utama : sakit menelan ± 1 bulan, dirasakan semakin memberat akhir akhir ini
Keluhan Tambahan : Leher terasa kering, demam, benjolan pada leher bagian belakang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan ± 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengeluh sakit
menelan. Sakit menelan ini semakin lama semakin mengganggu pasien sampai membuat
pasien tidak nafsu makan dan bila tidur pasien suka mengorok. Pasien sudah pernah berobat
ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3 jenis obat yaitu antibiotik, paracetamol dan obat
penghilang nyeri akan tetapi keluhan tidak berkurang.
Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa kering dan juga demam serta ada
benjolan leher bagian belajang. Demam yang dirasakan tidak tinggi dan hilang timbul sejak
± 1 bulan yang lalu. Benjolan pada leher bagian belakang dirasakan pasien ± 7 bulan
sebelum masuk Rumah sakit
Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma disangkal,
tidak ada riwayat alergi terhadap obat.
Pasien juga baru saja melahirkan anak ke duanya saat keluhan dirasakan semakin
memberat.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Kebiasaan Pribadi :


Pasien suka mengkonsumsi makanan yang panas dan minuman yang dingin.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 72 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,8 ºc

Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus 4 kali permenit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Genitalia : Tidak diperiksa

Anggota gerak : Atrofi (-), normotonus

Kulit : Dalam batas normal

Kelenjar getah bening : Teraba perbesaran kelenjar getah bening di inguinal dextra
berdiameter 2,5 cm dan berjumlah 1 dengan konsistensi
kenyal dan mobile

Refleks fisiologis

Biceps : ++/++

Triceps : ++/++

APR : ++/++

KPR : ++/++

Refleks patologis : -/-

B. Status THT
Telinga
KANAN KIRI
Daun telinga ;
 Bentuk Normotia Normotia
 Infeksi (-) (-)
 Trauma (-) (-)

 Tumor (-) (-)

Pre auriculae :
 Fistel (-) (-)
 Auricula accessories (-) (-)
 Abses (-) (-)

 Sikatrik (-) (-)

Retro auriculae :
 Pembengkakan (-) (-)
 Abses (-) (-)
 Fistel (-) (-)

 Sikatrik (-) (-)

 Nyeri tekan (-) (-)

Infra auriculae :
 Parotis Tidak teraba membesar Tidak teraba membesar
Liang telinga :
 Liang telinga Lapang Lapang
 Warna Merah muda Merah muda
 Sekret (-) (-)

 Serumen (-) (-)

 Kelainan lain (-) (-)

Membran timpani :
 Utuh / tidak Utuh Utuh
 Warna Putih keabuan Putih keabuan
 Refleks cahaya (+) (+)

 Posisi Normal Normal

 Perforasi (-) (-)

 Kelainan lain :
 Jaringan granulasi (-) (-)

 Polip (-) (-)

 Kolesteatoma (-) (-)

 Tumor (-) (-)


Hidung
KANAN KIRI
Bentuk Biasa Biasa
Vestibulum nasi Normal Normal
Cavum nasi Lapang Lapang
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka inferior & media
 Besar Eutrofi Eutrofi
 Warna Merah muda Mmerah muda
 Permukaan Licin Licin
Meatus inferioa & media Sekret (-) Sekret (-)
Septum Ditengah Ditengah
Sekret Sekret (-) Sekret (-)
Kelainan lain Massa (-) Massa (-)

Tenggorokan
Mukosa Warna merah muda
Uvula Ditengah, deviasi (-)
Faring Warna merah muda, arcus faring
simetris, massa (-), granul (-)
Tonsil T1 – T3 dengan warna hiperemis
Refleks muntah (+)

Mulut
Deviasi : (-)

Leher
Kelenjar Submandibula Tidak teraba membesar
Kelenjar Cervicalis anterior (superior, media, Tidak teraba membesar
inferior)
Kelenjar Cervicalis posterior Tidak teraba membesar
Kelenjar supraclavcula Tidak teraba membesar
Thyroid Tidak teraba membesar
Tumor (-)
Abses submandibula (-)
Abses cervical (-)

Resume

Pasien datang dengan keluhan ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengeluh
sakit menelan hilang timbul. Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa
kering dan juga demam serta ada benjolan pada leher bagian belakang. Demam yang
dirasakan hilang timbul sejak ± 1 bulan juga. Benjolan pada leher awalnya dirasakan
pasien ± 1 tahun sebelum masuk Rumah sakit, akan tetapi sejak ± 1 bulan sebelum masuk
Rumah Sakit benjolan semakin membesar.
Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma disangkal,
tidak ada riwayat alergi terhadap obat.
Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3 jenis obat yaitu
antibiotik, paracetamol dan obat penghilang nyeri akan tetapi keluhan tidak berkurang.

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis


Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 72 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,8 ºc
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik
Kelenjar getah bening : Teraba perbesaran kelenjar getah bening di Colli Sinistra
berjumlah 1 dengan konsistensi padat

STATUS THT

 Pada tonsil didapatkan pembesaran tonsil T3-T1, warna hiperemis, konsistensi kenyal,
mobile

DIAGNOSA

A. Diagnosa Kerja : Suspek tumor tonsil


B. Diagnosa Banding : Limfoma non Hodgkin
Limfoma Hodgkin
Karsinoma sel skuamosa

PENATALAKSANAAN

 Pro biopsi tonsil sinistra


 Rawat Inap
 Foto rontgen thorax
 Lab : darah lengkap, fungsi hati, elektrolit, faal hati, dan faal ginjal
 Perbaikan Keadaan Umum
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.1

Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior
(otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas dipermukaan oral
palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot yang
tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba eustachius dan dasar
tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas esofagus. Otot ini lebih penting
daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada operasi tonsil agar tidak melukai otot
ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan palatum mole. Di inferior akan
berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan lateral dinding faring. 1
Gambar 1: Tonsil dan adenoid, penampang anterior dan sagital 2

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai
10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar
tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap
kali makan. 1,2,3

Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil


dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau
obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah
kearah hipofaring, sehingga sering menyebabkan sering terjaganya anak saat tidur karena
gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama yaitu: 1

 Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf, dan limfa
 Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda dan
 Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium.

Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi. Tonsil
merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi
limposit yang sudah disentisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu: 1

 Menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif


 Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.
Gambar 2: Anatomi tonsil 2

Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh: 2,3

 Lateral – muskulus konstriktor faring superior


 Anterior – muskulus palatoglosus
 Posterior – muskulus palatofaringeus
 Superior – palatum mole
 Inferior – tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan
tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering
saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal. 1

PERDARAHAN

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu:1


 Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan
arteri palatina asenden;
 Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;
 Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal;
 Arteri faringeal asenden.

Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal
dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut
diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal
asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus
yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di
sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal serta akan menuju vena
jugularis interna. 1,2

ALIRAN GETAH BENING

Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan


pembuluh getah bening aferen tidak ada. Eferen limfatik mengalir langsung ke
kelenjar jugulodigastric dan node nimfa serviks atas dalam dan secara tidak
langsung melalui kelenjar getah bening retropharyngeal 1

PERSARAFAN

Persarafan tonsil didapat dari serabut saraf trigeminus (saraf maksilaris ) dan
saraf glosofaringeus. 1

IMUNOLOGI TONSIL
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit
B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada
tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen
komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel
limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal
pada folikel limfoid. 1

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi


dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama
yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai
organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.12,3

FISIOLOGI TONSIL
Fungsi tonsil yang sesungguhnya belum jelas diketahui tetapi ada beberapa teori yang
dapat diterima antara lain : 2

 Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.
 Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.
 Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing maupun mikroorganisme yang
masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung.

DEFINISI

Kanker tonsil muncul di ororfaring ( daerah di belakang mulut ) merupakan kanker


yang jarang terjadi, hanya terjadi 1% dari semua jenis kanker yang terjadi dalam setiap
tahun. Walaupun jarang terjadi, angka mortaliti dari kanker tonsil sangat tinggi. Dari sekitar
8000 kasus kanker tonsil yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 3000 (sekitar
40%) terbukti fatal. 4
ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO
Etiologi masih belum diketahui akan tetapi bila dilihat dari faktor resiko maka yang
paling sering dari kanker tonsil adalah tembakau, biasa dari mengkonsumsi rokok maupun
mengkonsumsi tembakau secara langsung. Angka kejadian kanker tonsil meningkat pada
pasien yang mengkonsumsi tembakau. Pada pasien yang mengkonsumsi alkohol angka
faktor resiko terjadinya kanker tonsil meningkat. Ketika ada kombinasi antara konsumsi
alkohol dengan tembakau akan meningkatkan angka faktor resiko dari kanker tonsil dua
kali lipat dibandingkan pasien yang mengkonsumsi hanya satu bahan baik alkohol saja
ataupun tembakau saja. 4

Faktor resiko lainnya dari kanker tonsil adalah : 4

- AIDS dan penyakit sistem imun


- Salah satu atau semua anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker orofaring oral.
- Menguyah Betalnu (populasi orang Indian)
- Higienisasi mulut yang kurang
- Plak prekanker (area merah atau putih dari fimitation pada mulut)
- Sifilis

Secara statistik, pria lebih sering menderita kanker tonsil dibandingkan dengan
wanita dan warna Afrika memiliki faktor resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Ras kaukasia. Sebagai tambahan, orang dari ekonomi rendah memiliki resiko lebih tinggi
untuk menderita kanker tonsil dibandingkan dengan orang yang ekonominya tinggi. 4

GEJALA KLINIS
Gejala utama dari kanker tonsil adalah nyeri tengorokan dan nyeri menjalar dari
kanker tonsil sampai ke telinga. Sakit pada mulut yang tidak sembuh sembuh juga
merupakan gejala dari kanker tonsil. 4
Gejala klinis lainnya dari kanker tonsil : 4

- Perdarahan
- Susah mengunyah
- Susah berbicara
- Susah menelan
- Sakit yang menjalar ke telinga
- Sakit pada wajah, mata, dan pergerakan rahang
- Bengkak pada kelenjar limfe di leher

MACAM-MACAM TUMOR TONSIL DAN HISTOPATOLOGISNYA


Seperti pada rongga mulut, lesi prekanker dapat muncul di orofaring, tetapi dengan
tingakat yang lebih rendah. Lesinya termasuk leukoplakia sekunder hingga hiperkeratosis
dengan atau tanpa perubahan atipikal, eritroplasia, liken planus, dan mukositis nikotin.
Pada daerah orofaring, palatumnya sering mengalami perubahan. 5

- KARSINOMA SEL SKUAMOSA


Lebih dari 80% tumor ganas dari daerah orofaring adalah karsinoma sel skuamosa.
Dengan jelas terlihat, tumor ini dapat eksofitik dan berukuran besar ataupun ulseratif
dan sangat infiltratif. Secara histologi, karsinoma sel skuamosa di klasifikasikan
menjadi nonkeratinosis, keratinosis, verukosa, spindle cell, dan karsinoma adenoid
skuamosa. 5

- Karsinoma nonkeratinosis dan keratinosis


Karsinoma nonkeratinosis dapat berdiferensiasi baik maupun buruk. Karsinoma ini
menyebar melalui submukosa dan memiliki margin “pushing”. Karsinoma ini
berasal dari mukosa saluran napas yaituu dari endodermal. Karsinoma sel skuamosa
keratinosis sering berasal dari jaringan ektodermal. Umumnya lesinya cenderung
bersifat ulseratif dan fungating, jarang menyebar ke submukosa, dan memiliki
margin infiltrating. Karakteristik karsinoma sel skuamosa keratinosis tidak
mempengaruhi angka metastasis nodus limfe atau kesembuhan dari pasien. Secara
umum, derajat diferensiasi dan keratinisasi dari tumor primer kurang relevan
dibandingkan dengan lokasi tumor, ukuran, stage, dan luasnya invasi dari
karsinoma. 5

- Karsinoma verukosa
Karsinoma verukosa jarang terjadi pada daerah orofaring dan lebih sering terjadi di
rongga mulut. Karsinoma ini memiliki berbagai gambaran histologi dari karsinoma
sel skuamosa yang berdiferensiasi sempurna. Dari gambaran histologi
menunjukkan diferensiasi yang sempurna, epitel berkeratin, lipatan papilomatous.
Pertumbuhannya biasanya lambat, dan menimbulkan sedikit gejala. Nodus limfe
membesar karena respon inflamasi dan mungkin dapat menjadi metastasis tumor.
Lesinya dapat mengikis permukaan dasarnya, termasuk tulang, tetapi tidak
menyebar ke permukaan lainnya. Atypism serta mitosis sel jarang terjadi, dan oleh
karena itu multipel biopsi biasanya diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Biopsi
yang dalam menunjukkan invasi yang lebih dalam yang akan lebih membantu
mendiagnosa; dengan memiliki gambaran patologis dari lesi secara klinis sangat
bermanfaat untuk mengkolerasikan gambaran patologinya dengan gambaran
patologi kliniknya. Penatalaksanaan yang paling bagus adalah eksisi melalu
pembedahan. Radioterapi tidak direkomendasikan karena dilaporkan karsinoma
dapat berubah menjadi anaplastik yang lebih agresif. 5

- Karsinoma spindle cell


Gambaran histopatologi dari karsinoma sel spindel adalah adanya bentuk spindel
pada sel mesenkim yang menyerupai anapastik sarkoma, denga berbagai bentuk sel
skuamosa. Komponen epidemoidnya dapat diabaikan. Mikroskopik elektron
memperlihatkan karsinoma sel spindel adalah bagian dari karsinoma sel skuamosa
dan bukan tumor jaringan ikat. Tumor ini menyebar ke kelenjar limfe dan terapinya
sama dengan terapi pada karsinoma sel skuamosa. 5
LESI LIMFOSITIK

Banyak jaringan limfoid dari daerah orofaringeal kadang ikut berperan dalam
transformasi tumor ganas. Lesi limfositik paling sering terjadi adalah limfoma, yang
muncul terutama pada tonsil palatina dan mungkin juga muncul di bawah lidah.
Limfoma dapat unifokal ataupun terjadi pada berbagai area. Lesinya besar dengan
riwayat perjalanan penyakit yang singkat. Tumor ini tidak muncul sebagai lesi
ulseratif. Biasanya, tonsilnya membesar. Pada berbagai kasus, seluruh tonsilnya
mengalami penyakit yang sama, dan tidak ada bukti bahwa tonsil tersebut sehat.
Limfoma pada tonsil serta pada bagian bawah lidah merupakan gejala pertama awal
dari limfoma sistemik yang mana akan menyebar ke seluruh bagian tubuh. Pada
beberapa kasus, penyakit ini dapat didiagnosa lebih awal dan hanya pada tonsil
palatina ataupun bagian bawah tonsil dapat muncul atau penyakit ini hanya terbatas
pada area orofaringeal dan servikal saja. 5

Neoplasma Kasus (%)


Karsinoma sel skuamosa 72
Limfoma (non-Hodgkin’s) 14
Limfoma (Hodgkin’s) 2
Lainnya 12
Tabel 2.1 Insidensi tumor tonsil berdasarkan jenis tumor 5

II. 1 STAGING
Stage tumor tonsil menurut TMN 5

 Primary Tumor (T)


Tx : tumor tiadk dapat dinilai
To : tidak ditemukan gambaran tumor
Tis : karsinooma in siu
T1 : diameter tumor 2 cm atau kurang
T2 : diameter tumor >2cm tetapi <4cm
T3 : diameter tumor >4cm
T4 : diameter tumor >4cm dengan penyebaran ke antrum, muskulus pteryoid, kuli,
leher, serta akar lidah

 Keterlibatan Nodul (N)


Nx : kelenjar limfe tidak dapat dinilai
No : tidak ditemukan gambaran perbesaran kelenjar limfe
N1 : perbesaran nodus ipsilateral diameter <3cm
N2 : perbesaran nodus ipsilateral diameter tidak lebih dari 6cm
N2a : satu gejala klinis disertai perbesaran kelenjar diameter 3- 6cm
N2b : berbagai gejala klinis disertai perbesaran kelenjar diameter tidak lebih
dari 6cm
N3 : ipsilateral nodus masif, nodus bilateral atau kontralateral
N3a : nodus ipsilateral, diameter >6cm
N3b : nodus bilateral (setiap bagian leher harus diberikan stage, misalnya
N3b;kanan, N2a : kiri)
N3c : nodus kontralateral

 Jauh Metastasis (M)


Mx : tidak dapat dinilai
Mo : tidak jelas gambaran metastatis
M1 : Metastasis luas seperti pad mata, kulit, pleura,kelenjar

STAGE I : T1N0M0
STAGE II : T2N0M0
STAGE III : T3NOMO T1-T3, N1, MO
STAGE IV : T4, N0 atau N1, M0
Tiap T, N2 atau N3, M0
T iap T, tiap N, M1

TATALAKSANA
Pada prinsipnya terdapat banyak macam tata laksana yang mungkin dilakukan :
radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan, atau kombinasi dari ketiga macam itu. Pilihan
penatalaksanaan tergantung pada histologi, stadium tumor, dan keadaan umu pasien. 6

- Radioterapi
Pada tumor primer daerah leher, umumnya merupakan pilihan pertama. Tergantung
pada stadium tumor, radiooterapi kadang-kadag dikombinasikan dengan kemoterapi.
Hasilnya cukup baik, terutama pada karsinoma dengan stroma yang kaya limfosit
(dibandingkan dengan karsinoma-nasofaring). Gejala sampingan pada radioterapi
tidak ringan. Mukositis akut akibat penyinaran yang pada umumnya hampir selalu
secara spontan menghilang, bisa menjadi begitu gawat, sehingga diperlukan
pemberian makanan buatan sementara. Dengan dimatikannya kelenjar-kelenjar lendir
dan liur yang berada di daerah penyinaran, keluhan mulut kering (xerostomi) tetap ada.
Radioterapi eksternal diikuti dengan radioterapi internal pada tumor palatum molle,
tumor tonsil dan dasar tonsil dapat merupakan alternatif yang baik. 6

- Pembedahan
Berupa reseksi tumor, sedapat mungkin dengan mengambil batas jaringan sehat yang
luas (1,5cm). Hampir selalu dilakukan reseksi tumor primer sekaligus bersamaan
dengan mengeluarkan kelenjar limfa leher. Di tempat reseksi timbul suatu luka cacat
yang luas, yang umumnya tidak dapat ditutup secara primer. Oleh karena itu,
digunakanlah jaringan dari tempat lain untuk menutup luka cacatnya. Untuk itu
umumnya dipakai kulit yang diberi tangkai pembuluh darah atau dari potongan kulit
berotot (misalnya, potongan myokutan dari muskulus pectoralis mayor). Demikianlah
tindakan bedah dengan akibat fungsional dan kosmetik yang besar. Namun, sekarang
dalam banyak kasus, dapa diperoleh hasil kosmetik dan fungsional yang cukup
memuaskan. 6
- Penatalaksanaan paliatif
Ditujukan untuk menghilangkan gejala dan perbaikan atau mempertahankan fungsi.
Kemoterapi dalam hal ini dapat digunakan.7
Kemoterapi melalui pemberian obat (bisa oral ataupun injeksi) berguna untuk
membunuh sel kanker, dapat menyusutkan tumor yang merupakan prioritas dari
tindakan pembedahan. Kemoterapi kanker tonsil biasanya menggunakan dua jenis
pengobatan : 5-flurouracil dan cisplatin. Dengan mengkonsumsi obat kombinasi, hasil
pengobatannya mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan denga pengobatan
dengan salah satu obat saja. Kemoterapi tidak sering digunakan sendiri pada
penanganan kanker tonsil. Penelitian membuktikan, walaupun begitu kombinasi
pengobatan kemoterapi dan radioterapi membantu dalam penyembuhan kanker tonsil
tingkat lanjut dengan menurunkan gejala klinis dari kanker tonsil. 7

PROGNOSIS
Karsinoma orofaring mempunyai derajat bertahan hdup kira-kira 40%. Mortalitas
yang tinggi adalah akibat pasien sering terlambat berobat.7
REFERENSI
1. Anil KL. Otolaryngology head and neck surgery in Current Diagnosis & Treatment.
Management of adenotonsillar disease. 2nd edition. New York: McGrawHill; 2007
2. Tonsil and adenoid anatomy. Edisi Juni 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1899367-overview, 16 Oktober 2011
3. The fauces. Edisi 2009. Diunduh dari
http://education.yahoo.com/reference/gray/subjects/subject/243, 16 Oktober 2011

4. Tonsil cancer : Sign, Symptoms and Treatment. Diunduh dari


www.canceranswer.com/Tongue.Base.Tonsil.htm , 16 Oktober 2011
5. Charles W. Cummings, M.D, john M. Fredrickson, M.D, Lee A. Harker, M.D.
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Third Edition. 1993. Mosby
6. P.van den broek, L. Feenstra. Buku saku ilmu kesehatan Tenggorokan, Hidung, Telinga
edisi 12. Editor ; Prof. Dr. Nurbaiti iskandar, SpTHT. EGC

Anda mungkin juga menyukai