RSUD SYAMSUDIN, SH
LAPORAN KASUS
“TUMOR TONSIL”
PEMBIMBING :
dr. Kote Noordiantha , Sp. THT-KL
DISUSUN OLEH :
DYOZA ASHARA CINNAMON
NIM : 2013730139
IDENTITAS
Nama : Ny. W
No. Rekam medik : 100xxxx
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : -
Tanggal masuk : 30 Juli 2017
ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan ± 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengeluh sakit
menelan. Sakit menelan ini semakin lama semakin mengganggu pasien sampai membuat
pasien tidak nafsu makan dan bila tidur pasien suka mengorok. Pasien sudah pernah berobat
ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3 jenis obat yaitu antibiotik, paracetamol dan obat
penghilang nyeri akan tetapi keluhan tidak berkurang.
Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa kering dan juga demam serta ada
benjolan leher bagian belajang. Demam yang dirasakan tidak tinggi dan hilang timbul sejak
± 1 bulan yang lalu. Benjolan pada leher bagian belakang dirasakan pasien ± 7 bulan
sebelum masuk Rumah sakit
Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma disangkal,
tidak ada riwayat alergi terhadap obat.
Pasien juga baru saja melahirkan anak ke duanya saat keluhan dirasakan semakin
memberat.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 72 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,8 ºc
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus 4 kali permenit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Genitalia : Tidak diperiksa
Kelenjar getah bening : Teraba perbesaran kelenjar getah bening di inguinal dextra
berdiameter 2,5 cm dan berjumlah 1 dengan konsistensi
kenyal dan mobile
Refleks fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
APR : ++/++
KPR : ++/++
B. Status THT
Telinga
KANAN KIRI
Daun telinga ;
Bentuk Normotia Normotia
Infeksi (-) (-)
Trauma (-) (-)
Pre auriculae :
Fistel (-) (-)
Auricula accessories (-) (-)
Abses (-) (-)
Retro auriculae :
Pembengkakan (-) (-)
Abses (-) (-)
Fistel (-) (-)
Infra auriculae :
Parotis Tidak teraba membesar Tidak teraba membesar
Liang telinga :
Liang telinga Lapang Lapang
Warna Merah muda Merah muda
Sekret (-) (-)
Membran timpani :
Utuh / tidak Utuh Utuh
Warna Putih keabuan Putih keabuan
Refleks cahaya (+) (+)
Kelainan lain :
Jaringan granulasi (-) (-)
Tenggorokan
Mukosa Warna merah muda
Uvula Ditengah, deviasi (-)
Faring Warna merah muda, arcus faring
simetris, massa (-), granul (-)
Tonsil T1 – T3 dengan warna hiperemis
Refleks muntah (+)
Mulut
Deviasi : (-)
Leher
Kelenjar Submandibula Tidak teraba membesar
Kelenjar Cervicalis anterior (superior, media, Tidak teraba membesar
inferior)
Kelenjar Cervicalis posterior Tidak teraba membesar
Kelenjar supraclavcula Tidak teraba membesar
Thyroid Tidak teraba membesar
Tumor (-)
Abses submandibula (-)
Abses cervical (-)
Resume
Pasien datang dengan keluhan ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengeluh
sakit menelan hilang timbul. Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa
kering dan juga demam serta ada benjolan pada leher bagian belakang. Demam yang
dirasakan hilang timbul sejak ± 1 bulan juga. Benjolan pada leher awalnya dirasakan
pasien ± 1 tahun sebelum masuk Rumah sakit, akan tetapi sejak ± 1 bulan sebelum masuk
Rumah Sakit benjolan semakin membesar.
Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma disangkal,
tidak ada riwayat alergi terhadap obat.
Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3 jenis obat yaitu
antibiotik, paracetamol dan obat penghilang nyeri akan tetapi keluhan tidak berkurang.
STATUS GENERALIS
STATUS THT
Pada tonsil didapatkan pembesaran tonsil T3-T1, warna hiperemis, konsistensi kenyal,
mobile
DIAGNOSA
PENATALAKSANAAN
ANATOMI
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.1
Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior
(otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas dipermukaan oral
palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot yang
tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba eustachius dan dasar
tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas esofagus. Otot ini lebih penting
daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada operasi tonsil agar tidak melukai otot
ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan palatum mole. Di inferior akan
berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan lateral dinding faring. 1
Gambar 1: Tonsil dan adenoid, penampang anterior dan sagital 2
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai
10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar
tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap
kali makan. 1,2,3
Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf, dan limfa
Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda dan
Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium.
Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi. Tonsil
merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi
limposit yang sudah disentisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu: 1
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan
tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering
saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal. 1
PERDARAHAN
Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal
dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut
diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal
asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus
yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di
sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal serta akan menuju vena
jugularis interna. 1,2
PERSARAFAN
Persarafan tonsil didapat dari serabut saraf trigeminus (saraf maksilaris ) dan
saraf glosofaringeus. 1
IMUNOLOGI TONSIL
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit
B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada
tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen
komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel
limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal
pada folikel limfoid. 1
FISIOLOGI TONSIL
Fungsi tonsil yang sesungguhnya belum jelas diketahui tetapi ada beberapa teori yang
dapat diterima antara lain : 2
Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.
Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.
Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing maupun mikroorganisme yang
masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung.
DEFINISI
Secara statistik, pria lebih sering menderita kanker tonsil dibandingkan dengan
wanita dan warna Afrika memiliki faktor resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Ras kaukasia. Sebagai tambahan, orang dari ekonomi rendah memiliki resiko lebih tinggi
untuk menderita kanker tonsil dibandingkan dengan orang yang ekonominya tinggi. 4
GEJALA KLINIS
Gejala utama dari kanker tonsil adalah nyeri tengorokan dan nyeri menjalar dari
kanker tonsil sampai ke telinga. Sakit pada mulut yang tidak sembuh sembuh juga
merupakan gejala dari kanker tonsil. 4
Gejala klinis lainnya dari kanker tonsil : 4
- Perdarahan
- Susah mengunyah
- Susah berbicara
- Susah menelan
- Sakit yang menjalar ke telinga
- Sakit pada wajah, mata, dan pergerakan rahang
- Bengkak pada kelenjar limfe di leher
- Karsinoma verukosa
Karsinoma verukosa jarang terjadi pada daerah orofaring dan lebih sering terjadi di
rongga mulut. Karsinoma ini memiliki berbagai gambaran histologi dari karsinoma
sel skuamosa yang berdiferensiasi sempurna. Dari gambaran histologi
menunjukkan diferensiasi yang sempurna, epitel berkeratin, lipatan papilomatous.
Pertumbuhannya biasanya lambat, dan menimbulkan sedikit gejala. Nodus limfe
membesar karena respon inflamasi dan mungkin dapat menjadi metastasis tumor.
Lesinya dapat mengikis permukaan dasarnya, termasuk tulang, tetapi tidak
menyebar ke permukaan lainnya. Atypism serta mitosis sel jarang terjadi, dan oleh
karena itu multipel biopsi biasanya diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Biopsi
yang dalam menunjukkan invasi yang lebih dalam yang akan lebih membantu
mendiagnosa; dengan memiliki gambaran patologis dari lesi secara klinis sangat
bermanfaat untuk mengkolerasikan gambaran patologinya dengan gambaran
patologi kliniknya. Penatalaksanaan yang paling bagus adalah eksisi melalu
pembedahan. Radioterapi tidak direkomendasikan karena dilaporkan karsinoma
dapat berubah menjadi anaplastik yang lebih agresif. 5
Banyak jaringan limfoid dari daerah orofaringeal kadang ikut berperan dalam
transformasi tumor ganas. Lesi limfositik paling sering terjadi adalah limfoma, yang
muncul terutama pada tonsil palatina dan mungkin juga muncul di bawah lidah.
Limfoma dapat unifokal ataupun terjadi pada berbagai area. Lesinya besar dengan
riwayat perjalanan penyakit yang singkat. Tumor ini tidak muncul sebagai lesi
ulseratif. Biasanya, tonsilnya membesar. Pada berbagai kasus, seluruh tonsilnya
mengalami penyakit yang sama, dan tidak ada bukti bahwa tonsil tersebut sehat.
Limfoma pada tonsil serta pada bagian bawah lidah merupakan gejala pertama awal
dari limfoma sistemik yang mana akan menyebar ke seluruh bagian tubuh. Pada
beberapa kasus, penyakit ini dapat didiagnosa lebih awal dan hanya pada tonsil
palatina ataupun bagian bawah tonsil dapat muncul atau penyakit ini hanya terbatas
pada area orofaringeal dan servikal saja. 5
II. 1 STAGING
Stage tumor tonsil menurut TMN 5
STAGE I : T1N0M0
STAGE II : T2N0M0
STAGE III : T3NOMO T1-T3, N1, MO
STAGE IV : T4, N0 atau N1, M0
Tiap T, N2 atau N3, M0
T iap T, tiap N, M1
TATALAKSANA
Pada prinsipnya terdapat banyak macam tata laksana yang mungkin dilakukan :
radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan, atau kombinasi dari ketiga macam itu. Pilihan
penatalaksanaan tergantung pada histologi, stadium tumor, dan keadaan umu pasien. 6
- Radioterapi
Pada tumor primer daerah leher, umumnya merupakan pilihan pertama. Tergantung
pada stadium tumor, radiooterapi kadang-kadag dikombinasikan dengan kemoterapi.
Hasilnya cukup baik, terutama pada karsinoma dengan stroma yang kaya limfosit
(dibandingkan dengan karsinoma-nasofaring). Gejala sampingan pada radioterapi
tidak ringan. Mukositis akut akibat penyinaran yang pada umumnya hampir selalu
secara spontan menghilang, bisa menjadi begitu gawat, sehingga diperlukan
pemberian makanan buatan sementara. Dengan dimatikannya kelenjar-kelenjar lendir
dan liur yang berada di daerah penyinaran, keluhan mulut kering (xerostomi) tetap ada.
Radioterapi eksternal diikuti dengan radioterapi internal pada tumor palatum molle,
tumor tonsil dan dasar tonsil dapat merupakan alternatif yang baik. 6
- Pembedahan
Berupa reseksi tumor, sedapat mungkin dengan mengambil batas jaringan sehat yang
luas (1,5cm). Hampir selalu dilakukan reseksi tumor primer sekaligus bersamaan
dengan mengeluarkan kelenjar limfa leher. Di tempat reseksi timbul suatu luka cacat
yang luas, yang umumnya tidak dapat ditutup secara primer. Oleh karena itu,
digunakanlah jaringan dari tempat lain untuk menutup luka cacatnya. Untuk itu
umumnya dipakai kulit yang diberi tangkai pembuluh darah atau dari potongan kulit
berotot (misalnya, potongan myokutan dari muskulus pectoralis mayor). Demikianlah
tindakan bedah dengan akibat fungsional dan kosmetik yang besar. Namun, sekarang
dalam banyak kasus, dapa diperoleh hasil kosmetik dan fungsional yang cukup
memuaskan. 6
- Penatalaksanaan paliatif
Ditujukan untuk menghilangkan gejala dan perbaikan atau mempertahankan fungsi.
Kemoterapi dalam hal ini dapat digunakan.7
Kemoterapi melalui pemberian obat (bisa oral ataupun injeksi) berguna untuk
membunuh sel kanker, dapat menyusutkan tumor yang merupakan prioritas dari
tindakan pembedahan. Kemoterapi kanker tonsil biasanya menggunakan dua jenis
pengobatan : 5-flurouracil dan cisplatin. Dengan mengkonsumsi obat kombinasi, hasil
pengobatannya mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan denga pengobatan
dengan salah satu obat saja. Kemoterapi tidak sering digunakan sendiri pada
penanganan kanker tonsil. Penelitian membuktikan, walaupun begitu kombinasi
pengobatan kemoterapi dan radioterapi membantu dalam penyembuhan kanker tonsil
tingkat lanjut dengan menurunkan gejala klinis dari kanker tonsil. 7
PROGNOSIS
Karsinoma orofaring mempunyai derajat bertahan hdup kira-kira 40%. Mortalitas
yang tinggi adalah akibat pasien sering terlambat berobat.7
REFERENSI
1. Anil KL. Otolaryngology head and neck surgery in Current Diagnosis & Treatment.
Management of adenotonsillar disease. 2nd edition. New York: McGrawHill; 2007
2. Tonsil and adenoid anatomy. Edisi Juni 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1899367-overview, 16 Oktober 2011
3. The fauces. Edisi 2009. Diunduh dari
http://education.yahoo.com/reference/gray/subjects/subject/243, 16 Oktober 2011