1.

Mendesain Pola Peledakan

Pola peledakan yang akan diterapkan telah direncanakan terlebih dahulu dan dirancang
di lapangan. Untuk pola peledakan itu sendiri berpengaruh terhadap flying rock, vibration,
dan air blast sangat diperhatikan karena sangat dekat dengan pemukiman warga agar tidak
terdapat dampak yang lebih besar. Apabila terdapat lubang ledak lebih dari 15 lubang, maka
peledakan dilakukan 2 kali untuk menjaga getaran yang ditimbulkan, dan apabila terdapat 45
lubang ledak dalam satu area maka dilakukan 4 kali peledakan.
PT SGM menggunakan in hole delay 1-10 ms dan penggunaan delay pada peledakan
tergantung pada stok yang terdapat pada gudang untuk mendukung proses peledakan listrik.
PT SGM menggukan pola peledakan zig-zag (staggered square) untuk mencapai boulder
yang dibutuhkan dalam proses pengolahan. Geometri peledakan yang digunakan pada setiap
peledakan yaitu:
a. Burden dengan jarak 3 m
b. Spacing dengan jarak 3 m
c. Stemming dengan kedalaman 2,7 m
d. Isian Lubang ledak dengan kedalaman 5,3 m
e. Kedalaman lubang ledak 8 m
f. Lebar lubang ledak 3 inch

a. Pemasangan Rangkaian Listrik/ In hole Delay (Tie Up)

Penyambungan sumbu inhole delay harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak terbalik,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
a. Memperhatikan arah gelombang inisiasi awal yang akan ke arah rangkaian.
b. Blok pengikat (bunch block) yang dilengkapi detonator tunda harus diletakkan
dekat dengan lubang ledak.
c. Surface delay dan inhole delay yang disambungkan harus benar-benar tersambung
dengan kuat.
d. Pemasangan kabel harus benar-benar tepat, leg wire harus berpasangan dengan
detonator.

Leg wire merupakan kabel penghubung detonator antar lubang. Fungsi leg wire digunakan
agar lubang ledak dipastikan meledak sesuai rencana yang telah diatur dengan delay masing-
masing.
Fragmentasi merupakan batuan hasil peledakan. Fragmentasi batuan dipengaruhi dari pola
dan geometri peledakan yang dirancang. Fragmentasi yang dikatakan efisien yaitu boulder
yang ukurannya 10-500 cm sehingga tidak diperlukan breaker untuk memecah kembali
fragmentasi hasil peledakan.