Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Evolusi merupakan proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yangberlangsung
sangat lambat dan dalam kurun waktu yang sangat lama. Evolusi berjalan terus sepanjang masa.
Evolusi menyebabkan adanya keanekaragaman makhluk hidup. Secara umum museum dapat
dipahami sebagai tempat untuk menyimpan atau mengoleksi benda-benda yang dianggap langka
maupun bendabenda hasil temuan yang dinilai mempunyai arti dan makna bagi perkembangan
budaya atau ilmu pengetahuan (Mohammad Iskandar, 2009: 103). Selain itu museum merupakan
wahana edukatif yang dapat dimanfaatkan cukup efektif bagi masyarakat luas.
Museum sebagai suatu lembaga tetap juga berhak merawat dan melindungi serta
memamerkan koleksi benda-benda sejarah, maka museum memiliki beberapa fungsi. Terdapat 2
fungsi museum yaitu pertama melindungi dan menjaga kelestarian benda-benda bukti material
hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya. Kedua, mengkomunikasikan dan menyebar
informasi mengenai benda-benda tersebut kepada masyarakat melalui publikasi, bimbingan
edukatif cultural dan pameran. Oleh karena itu perlu diadakannya studi lapang ke museum dalam
rangka mempelajari fosil-fosil dan peninggalan pada zaman dahulu. Studi lapang ini dilakukan
dalam rangka memenuhi mata kuliah evolusi.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat dibuat diantaranya:
1. Bagaimana sejarah museum Sangiran dan Trinil?
2. Bagaimana evolusi manusia berdasarkan fosil di Museum Sangiran dan Trinil?
3. Bagaimana pembagian lapisan tanah pada Museum Sangiran dan Trinil?
4. Bagaimana cara mengetahui umur fosil pada suatu lapisan tanah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang dapat dibuat diantaranya:
1. Untuk mengetahui sejarah museum Sangiran dan Trinil
2. Untuk mengetahui evolusi manusia berdasarkan fosil di Museum Sangiran dan Trinil
3. Untuk mengetahui pembagian lapisan tanah pada Museum Sangiran dan Trinil
4. Untuk mengetahui cara mengetahui umur fosil pada suatu lapisan tanah.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Museum Sangiran dibangun pertama kali dengan nama Museum Plestosen pada tahun
1974 dan disahkan menjadi daerah cagar budaya kawasan situs sangiran pada tahun
1977 oleh Prof Dr. Fuad Hassan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Trinil
dibangun pertama kali oleh Wirodihardjo (Wirobalung) sejak tahun 1967 diawali
dengan mengumpulkan fosil-fosil yang dijumpai di tepian Sungai Bengawan Solo
kemudian disimpan dalam rumahnya untuk koleksi.
2. Urutan-urutan evolusi manusia terbagi menjadi beberapa spesies yang pertama
Australopithecus africanus, Australopithecus robustus, Australopithecus bouiser yang
hidup 7-2,5 juta tahun lalu, Homo habilis 2,5 juta tahun lalu dengan volume otak 650
cc, Homo erectus 1,8 juta tahun lalu, Homo sapiens purba yang hidup 400-150 ribu
tahun lalu, Homo nenderthalensis yang hidup 120 tahun lalu, Cro-Magnon yang hidup
35 ribu tahun lalu dan manusia modern yang hidup pada masa sekarang.
3. Dari formasi tanah Trinil terdapat 3 formasi yaitu Caliberg, Pucangan dan Notopuro.
Formasi tanah Sangiran terbagi menjadi 4 yaitu Notopuro, Kabuh, Grenz banle,
Pucangan.
4. Cara mengetahui usia fosil dapat dilihat pada tekstur atau kontur tanah lalu dilihat dari
lapisan-lapisan tanah.
6.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan studi lapang di Museum perlu diketahui juga faktor abiotik
seperti kondisi pH tanah, kelembapan tanah, suhu dan tekstur tanah agar kita dapat
mengetahui penyebab ditemukannya fosil di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai