Anda di halaman 1dari 159

CHAPTER 1

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-
genital saja, tetapi dapat juga secara ora-genital, atau ano-genital, sehingga
kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah
genital saja, tetapi apat juga pada daerah – daerah ekstra genital.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan
kelamin, tetapi ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung
dengan alat – alat, handuk, termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit
kelamin ini juga dapat menularkan penyakitnya ini kepada bayi dalam kandungan.
Pada waktu dulu penyakit kelamin di kenal sebagai Veneral Diseases yang
berasal dari kata venus (dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases
ini yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma
inguinale.
Ternyata pada akhir – akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga
dapat timbul akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebakan
oleh perbaikan sarana dan teknik laboratorium dan penemuan beberapa jenis
penyaki secara epidemi seperti herpes genetalis dan hepatitis B.
Oleh karena itu istilah V.D makin lama makin di tinggalkan dan di
oerkenalkan istilah Sexually Transmitted Diseases (S.T.D) yang berarti penyakit –
penyakit yang dapat di tularkan melalui hubungan kelamin, dan yang termasuk
penyakit ini adalah kelima penyakit V.D. tersebut di tambah berbagai lain yang
tidak masuk V.D istilah S.T.D. ini diindonesiakan menjadi P.M.S. (Penyakit
Menular Seksual), ada pula yang menyebutnya P.H.S. (penyakit hubungan
seksual). Sehubungan P.M.S ini sebagian besar di sebabkan oleh infeksi, maka
kemudian istilah S.T.D telah di ganti menjadi S.T.I (Sexually Transmitted
Infection).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Penyakit Menular Seksual
2. Apa Gejala PMS
3. Bagaimana Cara penularan PMS
4. Apa Bahaya atau Akibat PMS
5. Tipe PMS yang umum terjadi
6. Bagaimana Pencegahan PMS
7. Bagaimana Penanganan PMS

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Penyakit Menular Seksual
2. Untuk mengetahui Gejala PMS
3. Untuk mengetahui Bagaimana Cara penularan PMS
4. Untuk mengetauhi Bahaya atau Akibat PMS
5. Untuk mengetahui Tipe PMS yang umum terjadi
6. Untuk mengetahui pencegahan PMS
7. Untuk mengetahui penanganan dari PMS

3
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Pengertian
PMS adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks
(oral, anal, vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui
hubungan seks yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat
muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, serta organ
tubuh lainnya, misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B
penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap
orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di
Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang
yang sering “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin
menular adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin.
Yang ditularkan dari satu orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat
terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi
dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong dari penyakkit
ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma
inguinale.

2.2 Gejala Penyakit Menular Seksual


a. Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada
wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih,
kekuningan, kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki
bau yang tidak sedap dan berlendir.
b. Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah
kencing, biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala
dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung
kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
c. Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka
tersebut dapat terasa sakit atau tidak.

4
d. Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin
e. Kemerahan di sekitar alat kelamin
f. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
g. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak
berhubungan dengan menstruasi
h. Bercak darah setelah hubungan seksual
i. Anus gatal atau iritasi.
j. Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
k. Nyeri di paha atau perut lebih rendah.
l. Pendarahan pada vagina .
m. Nyeri atau pembengkakan testis.
n. Pembengkakan atau kemerahan dari vagina.
o. Nyeri seks
p. Perubahan pada kulit di sekitar kemaluan
q. Terasa sakit pada daerah pinggul (wanita)
r. Meski tanpa gejala dapat menularkan penyakit bila tenang

2.3 Cara Penularan


Penularan PMS pada umumnya adalah melalui hubungan seksual (95 %),
sedangkan cara lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, plasenta (dari
ibu kepada anak yang dikandungannya).

2.4 Bahaya / akibat PMS


a. Menimbulkan rasa sakit
b. Infertilisasi
c. Abortus
d. Ca cerviks
e. Merusak penglihatan, hati dan otak
f. Menular pada bayi
g. Rentan terhadap HIV/AIDS
h. Tidak dapat disembuhkan
i. Kematian

5
2.5 Peningkatan angka kejadian PMS
a. Kontrasepsi, timbul perasaan aman tidak terjadi kehamilan
b. Seks, bebas, norma moral yang menurun
c. Kurangnya pemahaman tentang seksualitas dan PMS
d. Transportasi yang makin lancar, mobilitas tinggi
e. Urbanisasi dan pengangguran
f. Kemiskinan
g. Pengetahuan
h. Pelacuran

2.6 Tipe PMS yang umum terjadi


a. Gonorhea
Penyakt ini paling banyak di jumpai di jajaran penyakit menular seksual,
namun mudah di obati. Tetapi jika terlambat pengobatannya atau kurang tepat
penanganannya dapat menimbulkan komplikasi yang fatal, karena di jumpai 30 %
- 50 % kasus dengan strain yang resistensi terhadapa pengobatan (penicillinase
Producing Neisseria Gonorhoe / PPNG) dan sering infeksi terjadi bersamaan
dengan mikroorganisme lain seperti chlamidia. Gonorea juga bisa menyerang
wanita hamil dan dalam kehamilan biassanya di jumpai dalam bentuk menahun.
1. Penyebab
a. Infeksi gonore disebabkan oleh bakteri Nisseria Gonococcus
b. Sifat bakter
Bakteri mati dalam 1-2 jam pengeringan, bakteri mati dengan uap
550C selama 5 menit, bakteri mati dengan AgNO3 selama 2 menit.
2. Patofisiologis
a. Laki-laki : Uretritis, prostatitis, epididimitis, orchitis, vesikulitis
b. Wanita : bartholinitis, cystitis, salfingitis
3. Gejala
a. Masa inkubasi 2-5 hari
b. Gejala pada pria meliputi :
 Masa inkubasi 2-5 hari
 Gejala pada pria meliputi :

6
 Rasa gatal dan panas di ujung kemaluan
 Rasa sakit saat kencing dan banyak kencing
 Keluar nanah pada ujung kemaluan kadang bercampur darah
 Nyeri waktu ereksi
 Komplikasi : prostatitis dapat berlanjut ke epididmitis, orchitis
kemudian vesikulitis
c. Gejala pada wanita
 Gejala tersembunyi (carrier) karena yang terkena pertama kali
adalah mulut rahim, rasa sakit kurang, genetalia luar tenang
 Mengeluarkan keputihan seperti nanah
 Nyeri pada daerah punggung
 Komplikasi : bartholinitis, dapat berlanjut ke cystitis kemudian
salfingitis.
4. Therapi
a. Pada individu dan ibu hamil diberikan salah satu antibiotika di bawah
ini :
 Ampisilin 2 gram IV dosis awal lanjutkan dengan 3x1 gram
oral selama 7 hari.
 Ampisilin + sulbaktam 2,25 gram oral dosis tunggal
 Spektinomisin 2 gram IM dosis tungga
 Sefriakson 500 mg IM dosis tunggal
b. Pada masa nifas, diberikan salah satu di bawah ini :
 Siprofloksasin 1 gram oral dosis tunggal
 Trimethoprim + sulfamethoksazol (160 = 800 mg) 5 kaplet
dosis tunggal
c. Konjungtivitis pada bayi di obati dengan garamisin tetes mata 3x2
tetes dan di berikan salah satu antibiotika di bawah ini
 Ampisilin 50 mg/kg BB IM selama 7 hari
 Amoksisilin = asam kalvulanat 50 mg/kg BB IM selama 7 hari
 Sefriakson 50 mg/kg BB IM dosis tunggal

7
d. Lakukan konseling tentang penggunaan metode barier dalam
melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan resiko PMS
terhadap ibu dan bayi (bila hamil)
e. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya
f. Buat jadwal kunjungan ulang dan pastikan pesien akan menyelesaikan
pengobatan sampai tuntas

b. Clamidia
Penyakit ini keerabannya sangat tinggi. Penjalaran penyakit sama dengan
gonorea yaitu di mulai dari serviks ataupun uretra ke atas. Dan juga menyebabkan
infertilitas serta meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Selain itu pada
bayi yang lahir pervaginam dapat terinfeksi penyakit yang sama dan dapat
mengalami konjungtivitis.
1. Penyebab
a. Infeksi ini disebabkan oleh chlamydia Tranchomatis
 Sifat bakteri
Infektivitas hilang pada suhu 600C selama 10 menit, pada suhu
-500C sampai -700C infektivitas bertahan bertahun-tahun,
infektivitas hilang oleh eter selama 30 menit atau fenol 0,5%
selama 24 jam.
2. Patofisiologis
a. Sama dengan gonorea yaitu mulai dari serviks ataupun uretra keatas
yang menyebabkan bartholinitis, uretitis, endometritis, salfingitis yang
dapat mengakibatkan infertilitas.
b. Pada kehamilan resiko meningkat karena dapat abortus, kematian
janin, persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan endometritis post
abortum maupun post partum.
c. Pada bayi yang lahir pervaginam dapat mengalami konjungtivitis
inklusi dalam 2 minggu pertama kehidupannya. Pneumonia dapat
terjadi pada usia 3-4 bulan. Selain itu dapat terjadi otitis media,
obstruksi nasal dan bronkhiolitis
3. Gejala

8
a. Masa inkubasi 1 – 4 minggu
b. Lesi primer sama dengan papula, vesikua didaerah genital kemudian
pecah menjadi ulkus dan sembuh sendiri, keluar keputihan encer
berwarna putih kekuningan. Rasa terbakar saat buang air kecil.
c. Lesi sekunder (1 minggu – 2 bulan) sama dengan limfadenitis dengan
bengkak, merah, sakit dan supurati
d. Pada kasusu kronis terjadi elefanfiasi genital oleh karena obstruksi
saluran limfe
4. Komplikasi
a. Penyakit radang panggul kemungkinan kemandulan
b. Kehamilan di luar kandungan
c. Rasa sakit kronis di rongga panggul
d. Infeksi mata berat
e. Infeksi pneumonia pada bayi baru lahir
f. Memudahkan penularan HIV
5. Teraphy
a. Di berikan antibiotika sulfonomida, tetrasiklin

c. Herpes Genetalis
Infeksi herpes virus harmonis pada orang dewasa ringan. Walaupun demikian
penyakit ini dapat menyebabkan kematian janin dan bayi. Herpes genetalis
merupakan virus yang senantiasa bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan
sulit di obati
1. Penyebab
Virus Herpes Simplek tipe II merupakan penyebab herpes genetalis
dengan gelembung-gelembung berisi cairan di vulva, vagina, dan serviks,
yang di kenal dengan nama herpes simpleks. Di negara dengan prevalensi
AIDS tinggi, herpes genetalis dihubungkan dengan kemungkinan HIV(+)
2. Gejala
a. Masa inkubasi 3 – 5 hari
b. Infeksi primer sekitar 3 minggu

9
c. Lesi vasikulo ulseratif penis pada laki-laki dan serviks, vagina, vulva
atau perineum pada wanita
d. Rasa sangat nyeri
e. Demam, disuria dan malaise
f. Limfe denopati inguinal
g. Gejala kambuh lagi tetapi tidak seperti senyeri pada tahap awal,
biasanya hilang timbul dan menetap seumur hidup
3. Komplikasi
a. Rasa nyeri berasal dari syaraf
b. Penularan pada bayi dapat terjadi karena hematogen melalui plasenta,
penjalaran keatas dari vagina ke janin apabila ketuban pecah, melalui
kontak langsung pada waktu bayi lahir
c. Pada kehamilan dapat mengakibatkan keguguran dan kematian pada
bayi.
4. Teraphy
a. Diberikan anti virus yaitu Acyclovir
b. Bedrest, Neurotropik dan suport stamina
c. Persalinan dengan seksio cesarea jika terdapat perlukaan

d. Sifilis
Penyakit ini kini agak jarang ditemukan apalagi setelah diperkenalkannya
antibiotika penisilin. Penyakit ini menyerang semua organ tubuh. Dalam banyak
kasus tidak diketahui bahwa seorang menderita sifilis karena kemungkinan
asimptomatik cukup besar. Sifilis dapat di klasifikasikan menjadi 3 yaitu sifilis
primer (stadium I), sifilis sekunder (standium II) sifilis laten (stadium III).
Penyakit sifilis yang terberat adalah sifilis kongenital.
1. Penyebab
Infeksi sifilis ini di sebabkan oleh bakteri treponema pallida dengan sifat
bakteri yaitu sukar untuk di biakan, bakteri mati pada suhu 390C selama 5
jam, bakteri mati pada suhu 41,50C selama 1 jam, bakteri mati pada suhu
400C selama 1 – 3 hari.
2. Patofisiologi

10
Dapat menyerang semua organ tubuh sehingga cairan tubuh mengandung
treponema pallida. Stadium lanjut menyerang sistem kardiovaskuler, otak
dan susunan syaraf, serta dapat menjadi sifilis kongenital. Penjalaran
menuju janin dalam kandungan dapat menimbulkan cacat bawaan dan
infeksi dini pada saat persalinan.
3. Gejala
a. Stadium laten
 Dapat terjadi 3 – 10 tahun setelah guma
 Menyerang kardiovaskuler, otak, susunan syaraf dan organ lain
b. Sifilis kongenital
 Pemfigus sifilitikus, deskuaminasi pada telapak kaki dan
tangan serta rhagade di kanan kiri mulut.
 Pada persalinan tampak janin ataupu plasenta yang hidropik
4. Komplikasi
a. Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
b. Kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada plasenta lebih besar,
pucat, keabu-abuan dan licin
c. Kehamilan <16 minggu dapat mengakibatkan kematian janin
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kehalahiran bayi prematur dan
menimbulkan cacat.
5. Teraphy
a. Di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :
 Benzatin penisilin 4,8 juta unit IM setiap minggu hingga 4x
pemberian
 Doksisilin hingga 600 mg oral dosis awal di lanjutkan 2x 100
mg oral hingga 20 hari
 Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.
b. Pada bayi harus benar-benar menderita sifilis dengan pemeriksaan
cairan serebro spinalis dan uji serologi – benar di berikan salah satu
antibiotika di bawah ini :
 Banzatin penisilin 300 ribu unit / kg BB / mg sampai 4x
pemberian

11
 Sefriakson 50 mg/kg BB dosis tunggal / hari 10 hari
c. Pastikan pengobatan lengkap dan terjadwal
d. Pantau lesi kronik / gejala lain yang menyertai

e. Hepatitis B
Penularan infeksi Hepatitis B di Amerika Serikat ternyata paling sering
terjadi akibat hubungan seksual. Hepatitis B ini sering di jumpai pada remaja dan
orang dewasa serta pada wanita hamil. Terutama dalam trimester III biasanya
lebih parah, dan menyebabkan nekrosis hati yang laus dengan angka kematian
maternal dan fetal yang tinggi. Janin yang di kandung dapat tertular penyakit yang
sama.
1. Penyebab
a. Di sebabkan oleh virus hepatitis B
b. Yang penularannya melalui darah dan produk darah yaitu bisa bisa
melalui luka, kontak seksual, operasi, medikasi, infus dan injeksi serta
vertika dan ibu kepada bayinya.
2. Patofisiologi
a. Gejala akut sering karier, ditandai dengan anoreksia, rasa mual, febris,
nyeri, tekan pada perut kanan atas
b. Tidak di waspadai dapat berlanjut menjadi kronik
c. Pada kehamilan gejala sering di tafsirkan sebagai hiperemesis
gravidarum
d. Diagnosa dapat di tegakan berdasarkan pemeriksaan serologik
e. Dapat menjadi kanker hati dan menginfeksi janin pada wanita hamil
3. Gejala
a. Masa inkubasi 60-90 hari
b. Gejala akut meliputi demam, nyeri tekan perut kanan atas, mual,
muntah, anoreksia, dan malaise serta ikteri
c. Gejala kronis meliputi hepatitis persisten kronik, sirosis hepatitis,
hepatoma.
4. Teraphy
a. Bed rest

12
b. Perbaikan KU
c. Makan makanan yang mengandung protein dan kalori tinggi
d. Pada orang yang positif terkena Hepatitis B di berikan imunisasi HBIG
(Hepatitis B Immune Glugulin) dengan dosis 0,06 ml/kg BB IM dosis
tunggal selama jangka waktu 14 hari setelah terpapar dan di lanjutkan
dengan serial vaksin HB
e. Pada bayi di berikan HBIG 0,05 ml IM dosis tunggal dalam 12 jam
setelah lahir. Vaksinasi HB di berikan IM di mulai dalam waktu 7 hari
setelah lahir, pada usia 1 bulan dan 6 bulan.

f. HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficincy Syndrome. AIDS
merupakan suatu penyakit relatif baru yang di tandai dengan adanya kelainan
yang kompleks dari sistem pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban
menjadi sangat peka terhadap mikroorganisme oportunistik.
1. Patofisiologi
HIV (Human Immonu Virus) yaitu organisme patogen yang
terdapat dalam cairan tubuh (darah, air, mani, dan cairan vagian) orang
yang telah terinfeksi.
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%
orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang
disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel
virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.

13
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor
protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4
adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel
darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki
reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya
pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan
organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T
penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi
dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang
yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV
kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam
darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu
meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.
Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus
berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang
rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko
tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah
limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200
sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B
(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan
produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk
melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak
banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada
AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus

14
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama
3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut
“periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti
berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer
antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten)
Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit
infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.
(Heri : 2012)
2. Penularan
a. Kontak seksual (homo/hetero seksual) dengan seseorang pengidap per
oral, per rectal, per vagina.
b. Kontak langsung dengan darah, produk darah dan jarum suntik,
transfusi darah yang mengandung virus HIV, melalui alat suntik / alat
tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas orang yang mengidap
HIV, melalui transmisi dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS
kepada janin yang di kandungnya melalui plasenta, perlukaan dalam
proses persalinan / melalui ASI.
3. Gejala
a. Fase 1 (window period)
 Belum ada gejala sama sekal
 Belum bisa terdeteksi melalui tes
 Sudah dapat menularka HIV
b. Fase II
 Terjadi 2 atau 5-10 tahun setekah terinveksi HIV
 Demam
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Tes darah sudah positiv HIV
c. Fase III (muncul gejala-gejala)

15
 Flu tidak sembuh – sembuh
 Nafsu makan berkurang dan lemah
d. Fase IV
 Infeksi kulit atau selaput lendir
 Infeksi paru-paru (TB paru)
 Infeksi usus yang menyebabkan diare parah selama
berminggu-minggu
 Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental,
kelumpuhan
 Kanker kulit (khas pada penderita AIDS)
4. Pencegahan
a. Abstinence (tidak berhubungan seks)
b. Be faithful (setia pada pasangan)
c. Condom (gunakan kondom saat berhubungan seks berisiko
d. Drug (jangan pakai narkoba)
e. Equipment (hati-hati! Pakai alat steril)
5. Cara memberikan dukungan
a. Dukungan sosial
 Saling bertukar perasaan
 Mendengar perasaan
 Mendengar keinginannya
 Memberi semangat
b. Dukungan fisik
 Menuruti selera makan
 Memberikan waktu istirahat
 Memberikan dengan selalu mengingatkan waktu, tanggal dan
tempat berada
 Memberi keyakinan keamaman
6. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri
(sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker

16
yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap
berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000 )
a. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran
klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali,
nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada
mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien
mengalami gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom
Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri
tanpa pengobatan.
b. Masa asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi
limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut
juga masa jendela (window period).
c. Masa gejala dini
Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul
adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina,
sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa
ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC)
d. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini
menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau
keganasan
7. Komplikasi
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara
lain :
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif

17
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)
adalah
a. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
b. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan
pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi
toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan
pap smear.
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4.
Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila
jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200
diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian
profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui
awal pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan
rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

g. Trikomoniasis

18
Digolongkan PMS karena sebagian besar menular melalui hubungan seksual
oleh karena itu infeksi dalam lingkup keluarga perlu mendapatkan pengobatan
bersama. Penyakit ini juga menginfeksi bayi yang lahir.
1. Penyebab
Trikomoniasis adalah infeksi alat genitalia wanita / pria yang di sebabkan
oleh Trichomonas Vaginalis. Penulusurannya juga bisa melalui alat-alat
toilet seperti toilet seat, handuk, dll.
2. Patofisiologi
a. Wanita
Vagina mengeluarkan cairan keputihan bercampur nanah dan berbau
khas, dinding vagina merah dan bengkak. Cairang yang keluar
menimbulkan iritasi pada bengkak cairan yang keluar menimbulkan
iritasi pada lipat paha samapai liang dubur. Infeksi apat terjadi dalam
bentuk uretriris, skonitis, dan bartholinitis.
b. Pria
Terjadi pada infeksi saluran kemih, infeksi kelenjar prostat dan saluran
spermatozoa. Infeksi menahun sulit di tegakan karena gejala ringan.
3. Gejala
a. Masa inkubasi 4 hari
b. Sekret vagina berbusa, serupurulen dengan warna kekuningan dan
kuning kehijauan serta berbau khas
c. Rasa nyeri dan gatal
d. Dinding vagina meradang dengan infiltrasi
e. Pada pria gejala tersembunyi
4. Komplikasi
Kulit bibir kemaluan lecet, dapat menyebabkan bayi prematur,
memudahkan penularan HIV.
5. Teraphy
a. Pengobatan menggunakan metronidazol per oral untuk suami dan istri
b. Pada wanita juga di berikan obat pervaginam
c. Pada kehamilan diberikan pada usia trimester II/III dengan dosis
tunggal sebanyak 2 gram.

19
h. Condiloma akuminata
Condiloma akuminata adalah pertumbuhan kulit dan selaput lendir seperti
bunga kol atau jengger ayam jago dengan permukaan kasar. Papiler menonjol
dengan warna agak gelap berkumpul menjadi satu
1. Penyebab
Human Papiloma Virus tipe 6 dan 11
2. Cara penularan
a. Kontak seksual
b. Kontak langsung dengan kulitnya
c. Benda – benda kontaminan seperti ; handuk, celana dalam, dll.
3. Patofisiologi
a. Timbulnya kutil-kutil kecil pada bibir kemaluan yang muncul dalam
waktu kurang lebih 2 bulan setelah virus masuk ke tubuh
b. Kutil-kutil tersebut dapat membesar kemudian dapat bersatu
menyerupai kembang kol atau jengger ayam jago sehingga menutupi
vagina dan anus.
4. Tanda dan Gejala
a. Masa inkubasi sekitar 2 bulan
b. Terdapat papil kecil dan multipel pada sekitar kemaluan
c. Permukaan kasar
d. Berkembang menjadi besar sehingga dapat bersatu dan dapat menutupi
vagina serta anus yang berakibat mengganggu proses kehamilan
5. Komplikasi
a. Condyloma acuminata yang sudah besar dapat menetupi jalan lahir,
sehingga dengan seksio cesarea sebagai uasaha untuk mencegaha
penularan Human Papiloma Virus pada bayi yang dilahirkan, selain itu
jika tidak dengan tindakan SC dikhawatirkan dpat menimbulkan
kanker mulut rahim.
b. Condyloma acuminata yang sudah parah dapat menimbulkan kanker
mulut rahim.
6. Teraphy

20
a. Lesi kecil dengan kauterisaasi, larutan podofilin, alkohol atau TCAA
(Trichloro Acetet Acid)
b. Lesi besar dengan pembedahan, penyinaran laser, kauterisasi.

i. Ulkus mole / cuncroid


Ulkus mole adalah infeksi menular seksual yang di tandai dengan ulkus pada
daerah genetalia di sertai dengan pembengkakan kelenjar limfe inguinal.
1. Penyebab
Ulkus mole ini di sebabkan oleh bakteri heamophilus ducrey dengan sifat
bakteri sebagai berikut bakteri mati pada suhu 500C selama 1 jam, bateri
mati dengan antiseptik.
2. Patofisiologi
a. Setelah bakteri masuk kedalam tubuh sekitar 7 hari muncul pustuls
ysng kemudian pecah dan meninggalkan ulkus yang dalam.
b. Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya.
3. Gejala
a. Masa inkubasi 4-10 hari
b. Pustulah pecah menjadi ulkus
c. Rasa nyeri yang hebat
d. Ulkus bersifat multipel, dala, dinding menggaung, tepi tidak rata,
meradang, dasar ulkus kemerahan muda, berada dan terdapat pus.
e. Pembesaran kelenjar limfe regional
4. Komplikasi
a. Jika ulkus membesar dapat menjadi Gian Chancroid
b. Pembesaran kelenjar limfe
c. Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya
5. Teraphy
a. Berikan salah satu antibiotik dibawah ini:
 Eritromisin 4x500 mg oral selama 7 hari
 Trimethoprim + sulfamethoksazol 2x (160+800) mg oral
selama 7 hari
 Seftriakson 500 mh IM dosis tunggal

21
b. Pengobatan harus tuntas
c. Lakukan kunjungan terjadwal untuk pemantauan dan asuhan antenatal.

j. Candidiasiasi vaginalis
Kandidiasis vaginalis adalah inveksi yang di sebabakan oleh jamur, yang
terjadi di sekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah.
1. Penyebab
Kandidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur kandida albicans, selain di
vagina dapat menyerang organ organ lain yaitu kulit, mukosa oral,
bronkus, paru-paru, usus, dll.
2. Patofisiologi
a. Keputihan denganrasa gatal yang hebat
b. Jika tidak di obati dapat menjalar ke uretra yang dapat mengakibatkan
infeksi saluran kemih
c. Juga bisa menjalar ke vagina proksimal (atas)
3. Gejala
a. Mengenai mukosa vulva (labil minora) dan vaginab) Bercak putih
kekuningan, heperemia, leukore, seperti susu pecah, dan gatal hebat
b. Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih.
4. Teraphy
a. Pemberian nistatin atau ketokonazole 2x200 mg selama 5 hari
b. Tablet vaginal atau klotrimazole 500 mg dosis tunggal
c. Salep mikonazol 2 %
d. Lakukan konseling
e. Buat jadwal kunjungan ulang

2.7 Pencegahan PMS


a. Apabila belum menikah maka tidak melakukan hubungan seksual
b. Apabila sudah menikah maka saling setia dengan pasangan
c. Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko
d. Menggunakan kondom untuk mencegah penularan
e. Menjaga kebersihan alat genetalia

22
2.8 Penanganan bagi yang terkena PMS
a. Segera periksa ke dokter atau petugas kesehatan
b. Jangan malu menyampaikan keluhan kepada dokter atau tenaga
kesehatan
c. Memenuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk dokter atau petugas
kesehatan
d. Jangan melakukan hubungan seksual kecuali menggunakan kondom
e. Pasangan sex sebaiknya memeriksakan diri
f. Beritahu tentang akiba PMS yang berbahaya bagi kesehatan diri

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN HIV/AIDS

I. Pengkajian
1. Riwayat : Tes HIV positif, Riwayat perilaku beresiko tinggi,
Menggunakan obat-obat.
2. Penampilan Umum : Pucat, Kelaparan.
3. Gejala Subjektif : Demam Kronik (dengan atau tanpa menggigil),
keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun,
nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan
pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apatis,
gangguan proses pikir, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi,
halusinasi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem
muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah,
disfagia, epsistaksis.
7. Neurologis : gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan, kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskoluskletal : focal motor defisit, lemah, tidak mampu
melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler : takikardia, sainosis, hipotensi, edem perifer,
dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, Menggunakan
otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GL : Intake makandan minum menurun, mual , muntah,
BB menurun, diare, inkontenesia, perut kram
12. GU : Lesu atau eksudat pada genital.
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekki
positif

24
II. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.
III.Intervensi
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi Rasional
hasil
Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda- Untuk pengobatan
infeksi infeksi oportunistik dan tanda infeksi baru. dini
berhubungan komplikasinya dengan 2. gunakan teknik Mencegah pasien
dengan kriteria tak ada tanda- aseptik pada setiap terpapar oleh kuman
imunosupresi, tanda infeksi baru, lab tindakan invasif. Cuci patogen yang
malnutrisi dan tidak ada infeksi tangan sebelum diperoleh di rumah
pola hidup yang oportunis, tanda vital meberikan tindakan. sakit.
beresiko. dalam batas normal, 3. Anjurkan pasien
tidak ada luka atau metoda mencegah Mencegah
eksudat. terpapar terhadap bertambahnya infeksi
lingkungan yang
patogen.
4. Kumpulkan Meyakinkan diagnosis
spesimen untuk tes lab akurat dan
sesuai order. pengobatan

25
5. Atur pemberian
antiinfeksi sesuai order Mempertahankan
kadar darah yang
terapeutik
Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien Pasien dan keluarga
infeksi (kontak ditransmisikan, tim atau orang penting mau dan memerlukan
pasien) kesehatan lainnya metode informasikan ini
berhubungan memperhatikan mencegah transmisi HIV
dengan infeksi universal precautions dan kuman patogen Mencegah transimisi
HIV, adanya dengan kriteriaa kontak lainnya. infeksi HIV ke orang
infeksi pasien dan tim 2. Gunakan darah dan lain
nonopportunisitik kesehatan tidak terpapar cairan tubuh precaution
yang dapat HIV, tidak terinfeksi bial merawat pasien.
ditransmisikan. patogen lain seperti Gunakan masker bila
TBC. perlu.
Intolerans Pasien berpartisipasi 1. Monitor respon Respon bervariasi
aktivitas dalam kegiatan, dengan fisiologis terhadap dari hari ke hari
berhubungan kriteria bebas dyspnea aktivitas
dengan dan takikardi selama 2. Berikan bantuan Mengurangi
kelemahan, aktivitas. perawatan yang pasien kebutuhan energi
pertukaran sendiri tidak mampu
oksigen, 3. Jadwalkan Ekstra istirahat perlu
malnutrisi, perawatan pasien jika karena
kelelahan. sehingga tidak meningkatkan
mengganggu isitirahat. kebutuhan metabolik
Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor Intake menurun
kurang dari intake kalori dan protein kemampuan mengunyah dihubungkan dengan
kebutuhan tubuh yang adekuat untuk dan menelan. nyeri tenggorokan
berhubungan memenuhi kebutuhan 2. Monitor BB, dan mulut
dengan intake metaboliknya dengan intake dan ouput Menentukan data
yang kurang, kriteria mual dan 3. Atur antiemetik dasar
meningkatnya muntah dikontrol, sesuai order Mengurangi muntah

26
kebutuhan pasien makan TKTP, 4. Rencanakan diet Meyakinkan bahwa
metabolic, dan serum albumin dan dengan pasien dan orang makanan sesuai
menurunnya protein dalam batas n penting lainnya. dengan keinginan
absorbsi zat gizi. ormal, BB mendekati pasien
seperti sebelum sakit.
Diare Pasien merasa nyaman 1. Kaji konsistensi Mendeteksi adanya
berhubungan dan mengontrol diare, dan frekuensi feses dan darah dalam feses
dengan infeksi GI komplikasi minimal adanya darah.
dengan kriteria perut 2. Auskultasi bunyi Hipermotiliti mumnya
lunak, tidak tegang, usus dengan diare
feses lunak dan warna 3. Atur agen Mengurangi motilitas
normal, kram perut antimotilitas dan psilium usus, yang pelan,
hilang, (Metamucil) sesuai order emperburuk perforasi
4. Berikan pada intestinal
ointment A dan D, Untuk menghilangkan
vaselin atau zinc oside distensi
Tidak efektif Keluarga atau orang 1. Kaji koping Memulai suatu
koping keluarga penting lain keluarga terhadap sakit hubungan dalam
berhubungan mempertahankan suport pasein dan perawatannya bekerja secara
dengan cemas sistem dan adaptasi 2. Biarkan keluarga konstruktif dengan
tentang keadaan terhadap perubahan mengungkapkana keluarga.
yang orang akan kebutuhannya perasaan secara verbal Mereka tak menyadari
dicintai. dengan kriteria pasien 3. Ajarkan kepada bahwa mereka
dan keluarga keluaraga tentang berbicara secara
berinteraksi dengan cara penyakit dan bebas
yang konstruktif transmisinya. Menghilangkan
kecemasan tentang
transmisi melalui
kontak sederhana.
BAB IV
PENUTUP

27
4.1 Kesimpulan
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang
ke orang lain saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan
anak-anak) bisa tertular penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah:
gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids , Trikomoiasis.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin
menular adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin.
Yang ditularkan dari satu orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat
terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi
dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong dari penyakkit
ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma
inguinale.

4.2 Saran
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas,
saya sebagai penulus mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap
penyakit ini, dan dapat mengetahui dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara
mengatasi dan cara penularanya penyakit menular sseksual. Oleh karena itu,saya
sebagai penulis meminta kritik dan saranya untuk menyempurnakan makalah
yang saya buat.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika.


Yogjakarta
Djuanda Adhi, dkk, (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. Jakarta
Heri.”Asuhan Keperawatan

HIV/AIDS”,(Online),(http://mydocumentku.blogspot. com/2012/03/asuhan-

keperawatan-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

HIV/AIDS”,(Online) ,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-

keperawatan-pada-klien-dengan.html, diakses 20 Oktober 2012)

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis

Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

29
CHAPTER 2

30
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman.Praktisiatau teknisi
yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien
dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit.Klien dalam lingkungan
keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap
mikroorganisme infeksius,meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam
fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut
daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik.Dengan cara mempraktikan
teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan
penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi infeksi
2. Mengetahui Rantai, Proses Infeksi, Cara Penularan, Portal Of Exit (Jalan
Keluar), Reservoar (Sumber Mikroorganisme), Daya Tahan Hospes (Manusia),
Portal Masuk, Agen Infeksi
3. Mengetahui infeksi nosokomial
C. Rumusan Masalah
Mengetahui lebih detail tentang infeksi

31
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme
gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb
akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan
normal.(Potter & perry Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan
tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi (Kamus
Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
B. RANTAI INFEKSI
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen –
elemen berikut :
1. Agen infeksius atau pertumbuhan patogen
2. Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
3. Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
4. Cara penularan
5. Portal masuk pejamu
6. Pejamu yang rentan
SKEMA RANTAI INFEKSI
Agen infeksius Pejamu Reservoar Portal masuk Portal keluar
o Cara penularan
1. Agen Infeksius Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme,termasuk
bakteri,virus,jamur dan protozoa.Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora
residen atau transien.Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit
superfisial,namun 10 – 20% mendiami lapisan epidermal.Organisme transien
melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain dalam
aktifitas atau kehidupan normal. Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit
untuk menyebabkan penyakit bergantung pada faktor – faktor berikut :
a. Organisme dalam jumlah yang cukup

32
b. Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
c. Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
d. Pejamu yang rentan Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :
1) Bakteri Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia
yang sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi
jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah terhadap
miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi secara aparodik maupun endemik.
Contohnya :anaerobik Gram–positif, Clostridium yang menyebabkan
gangren
(a) Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit
dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi
pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
(b) Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia coli,
Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang
dirawat.Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
(c) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas
jahitan,paru dan peritoneum.
2) Virus Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus,termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari
tranfusi,dialisis,suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus
(RSV),rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kon\tak tangan ke mulut atau
melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum
suntik,dan trasfusi darah.Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme
lainnya.Infeksi gastrointestinal,infeksi traktus respiratorius,penyakit kulit dan dari
darah.Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes simplex virus,dan varicella-zoster
virus,juga dapat ditularkan.

33
3) Parasit dan Jamur Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan
mudah menular ke orang dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit
dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
immunosupresan,contohnya infeksi dari Candida albicans,Aspergiilus spp,
Cryptococcus neformans,Cryptosporidium.
2. Reservoar Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat
atau tidak berkembang biak. Rservoir yang paling umum adalah tubuh manusia.
Berbagai mirroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh, cairan dan
keluaran.Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer memerlukan
lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH dan
cahaya.
a. Makanan,mikroorganisme memerlukan untuk hidup,seperti Clostridium
perfringens,mikroba yang menyebabkan gangren gas,berkembang pada materi
organik lain,seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak dicerna di
usus.Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida dan materi organik
seperti tanah.
b. Oksigen,bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah
Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococccus sedangkan bakteri
anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia oksigen
bebas.Bakteri ini yang mampu menyebabkan tetanus,gas gangrene dan botulisme.
c. Air,kebanyakan mkroorganisme membutuhkan air atau kelembaban untuik
bertahan hidup.Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah bentuk,disebut
dengan spora,yang resisten terhadap kekeringan.
d. Suhu,mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.Namun
beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang mungkin fatal bagi
manusia.Misalnya virus AIDS,resisten terhadap air mendidih. e. pH,keasaman
suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme.Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan dalam
batasan pH 5-8.

34
f. Cahaya,mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap
seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh.Sinar ultra violet dapat eektif
untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
3. Portal Keluar Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuktumbuh dan
berkembang biak,mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke
pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui
berbagai tempatm,seperti kulit dan membran mukosa,traktus respiratoris,traktus
urinarius,traktus gastrointestinal,traktus reproduktif dan darah.
4. Cara Penularan Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke
pejamu.Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum
melalui cara yang spesifik.Namun,mikroorganisme yang sama dapat ditularkan
melalui satu rute.Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan
dari pemberi layanan kesehatan,hampir semua objek dalam lingkungan dapat
menjadi alat penularan patogen.Semua personel rumah sakit yang memberi
asuhan langsuing dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus
mengikuti praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
5. Portal Masuk Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama
dengan yang digunakan untuk keluar.Misalnya,pada saat jarum yang
terkontaminasi mengenai kulit klien,organisme masuk ke dalam tubuh.Setiap
obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke
uretra.Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan
patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi.Faktor- faktor yang
menurunkan daya tahabn tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke
dalam tubuh.
6. Hospes Rentan Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan
bergantung pada derajat ketahanan individu terhadap patogen,meskipun seseorang
secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar,infeksi
tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah mikroorganisme
tersebut.Makin banyak virulen suatu mikroorganisme makin besar didapati
muncul di lingkungan perawatan akut.
C. AGEN INFEKSI

35
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus,
jamurdan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient
maupunresident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil,
organisme ini bisahidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada
kulit saat seseorangkontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal.
Organisme ini siapditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme
residen tidak denganmudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun
dan deterjen biasa kecualibila gosokan dilakukan dengan seksama.
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksitergantung pada: jumlah
microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkanpenyakit), kemampuan
untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanandari host/penjamu.
D. RESERVOAR (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang
biakatau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia,
binatang,makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah
tubuhmanusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase.
Adanyamicroorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit
padahostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme
patogenbisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier).
Kuman akan hidup danberkembang biak dalam reservoar jika karakteristik
reservoarnya cocok dengankuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu,
pH, dan pencahayaan.
E. PORTAL OF EXIT (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan
keluar(portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi.
Sebelummenimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu
darireservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui
saluranpernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane
mukosa yangrusak serta darah.
F. CARA PENULARAN
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
sepertikontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau

36
darahnya;kontaktidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita;
peralatan yangterkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor
nyamuk atau lalat.

G. PORTAL MASUK
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh.
Kulitmerupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius.
Rusaknyakulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba
dapat masuk kedalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal
keluar. Faktor-faktoryang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk kedalam tubuh.

H. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen
infeksius.Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap
patogen.Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme
dalam jumlahyang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan
terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kerentanantubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress
(fisik dan emosional), statusnutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit
penyerta
I. PROSES INFEKSI
Infeksi terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung pada
tingkat infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu.Didalam
proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
1. Periode Inkubasi Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya
gejala utama.
2. Tahap Prodomal Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik(malaise,demam
ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik selama masa ini,mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
3. Tahap Sakit Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih
spesifik terhadap jenis infeksi.

37
4. Tahap Pemulihan Interpal saat munculnya gejala akut infeksi ,lama
penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan
klien.
J. PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu :
1. Flora Normal Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap
beberapa patogen,normalnya tubuh mengandung mikroorganisme yang ada pada
lapisan permukaan dan di dalam kulit,saliva,mukosa oral,dan gastrointestinal.
Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar tanpa menyebabkan
sakit.Flora normal juga mensekresi substansi antibakteri di dalam usus.
2. Pertahanan Sistem Tubuh Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan
tubuh yang unik terhadap mikroorganisme.Setiap sistem organ memiliki
mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan
fungsinya.Misalnya paru jalan masuk mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan
seperti rambut atay silia yang secara ritmis bergerak unruk memindahkan mukus
dan organisme yang yang melekat di faring untuk di ekshalasi.
3. Respon Imun Saat mikroorganisme menginvasi memasuki
tubuh,mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh monosit.Sisa
mikroorganisme tersebut kemudian memicu respon imun,materi yang tertinggal
(antigen) menyebabkan kerentanan respon yang mengubah susunan biologis tubuh
sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda dengan reaksi pertama ,respon
yang berubah ini dikenal dengan respon imun.
K. INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial disebabkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas
keperawatan kesehatan,rumah sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin
terdapat infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen
yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Jenis infeksi nosokomial yaitu infeksi
iantrogenik yang di akibatkan oleh prosedur diagnostik dan terapiutik.Contohnya
infeksi traktus urinarius yang terjadi setelah infeksi kateter. Infeksi nosokomial
dapat secara eksogen atau endogen Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme
eksternal terhadap individu,yang bukan merupakan flora normal contohnya adalah
organisme salmonella dan klostridiun tetani. Infeksi endogen dapat terjadi bila

38
sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang
berlebihan. Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterococcus,ragi dan
streptococccus.
L. PATOFISIOLOGI INFEKSI
1. Infeksi Penyakit menular ok. Interaksi hospes & mikroba yg tjd secara
kebetulan a. Faktor hospes pd Infeksi
2. Syarat infeksi. organisme menular mampu : - melekat - menduduki - memasuki
hospes - berkembang biak
a. Infeksi. Pd Kulit & Mukosa Orofaring
b. Kulit à pertahanan tubuh - Kulit utuh punya lapisan keratin/ lap tanduk Luka
pada kulit infeksi - Dekontaminasi - Flora normal
3. Pada lapisan Mulut dan faring ~ kulit
a. Saluran Pencernaan- Keasaman lambung àtdk sesuai utk mikroorganisme-
Lambung cepat memindahkan isinya ke usus.- Antibodi pada usus halus
àbakteri sulit melekat pd mukosa- Flora normal
b. Saluran Pernafasan Epitel saluran pernafasan: - Mengeluarkan mukosa - Mgd
silia à mengeluarkan benda asing - Sawar Pertahanan lain - Saluran kemih Epitel
berlapis Desakan utuk mengeluarkan kemih - Konjungtiva Mekanis Lap. Air mata
4. Radang Sebagai Pertahanan
a. Faktor Jasad Renik Pada Infeksi
b. Daya Transmisi - Pemindahan secara langsung Misal : batuk, bersin, berciuman
- Secara tidak langsung mll udara, tanah Transfusi darah, jarum suntik mll
serangga Daya invasi Utk menimbulkan inf, jasad renik hrs mampu bertahan pd
hospes o Kemampuan menimbulkan penyakit
- Eksotoksin yg larut à sirkulasi à perubahan fisiologis - Bakteri gram (-) mgd
endotoksin à ??? à demam
5. Cara Interaksi Hospes & Jasad Renik
a. Komensalisme Hospes & agen menular tidak saling menyerang
b. Mutualisme Interaksi tsb menguntungkan keduanya
6. Infeksi Oportunistik Organisme yg tidak berpengaruh pd individu sehat àlingk.
Salah àpenyakit Contoh:
a. Pd RS à pend. Ggn gizi à inf.

39
b. Lekemi
c. Kortikosteroid. dll

M. TANDA- TANDA GEJALA INFEKSI


Apa Saja Tanda-tanda dan Gejala Infeksi Gejala dan Tanda-tanda Infeksi - Luka
sangat rentan terhadap infeksi baik dari virus, bakteri maupun jamur. Namun
terkadang kita tidak menyadari kapan infeksi mulai terjadi pada luka sehingga
setelah infeksi sudah sangat parah kita baru tahu karena menimbulkan masalah
kesehatan sehingga kita harus merogoh uang lebih banyak untuk mengobatinya.
Untuk itu kita perlu mengetahui gejala atau tanda-tanda awal dari infeksi yaitu
dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa. Wah... apaan tu ? Mari kita bahas
satu-satu.
o Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami infeksi.
Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu
sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan
atau sesuatu yang tidak normal [patologis] jadi jangan abaikan rasa nyeri karena
mungkin saja itu sesuatu yang berbahaya.
o Kalor
Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa panas.
Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area yang
mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi
antigen atau penyebab infeksi.
o Tumor
Tumor dalam kontek gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti yang umum
dibicarakan tapi pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan
mengalami pembengkakan karena peningkatan permeabilitas sel dan peningkatan
aliran darah. Rubor Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang
mengalami infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga
menimbulkan warna kemerahan.
o Fungsio Laesa

40
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi.
Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi
dengan baik seperti sulit berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan. Jika infeksi
sudah cukup lama maka akan timbuh nanah [pes]. Nanah terbentuk karena
"perang" anatara antibody dengan antigen sehingga timbullah nanah, jika
ditenggorokan disebut dahak [batuk berdahak]. Dengan pemeriksaan nanah/dahak
ini kita bisa mengetahui jenis antigen yang menyebabkan infeksi. Bagaimana
jelaskan apa saja tanda-tanda infeksi - Gejala dan Tanda-tanda Infeksi.

41
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO INFEKSI APLIKASI NANDA, NOC,
NIC

RISIKO INFEKSI
(Risk for Infection)

A. Pengertian
Peningkatan risiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.

B. Factor Risiko
1. Prosedur Invasif.
2. Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen.
3. Trauma.
4. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.
5. Ruptur membran amnion.
6. Agen farmasi (imunosupresan).
7. Malnutrisi.
8. Peningkatan paparan lingkungan pathogen.
9. Imunosupresi.
10. Ketidakadekuatan imun buatan.
11. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan
respon inflamasi).
12. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan
peristaltik).
13. Penyakit kronik.

C. Outcome yang Disarankan


1. Pencegahan aspirasi.
2. Kontrol risiko komunitas: penyakit menular.

42
3. Keyakinan tentang kesehatan.
4. Akses hemodialisis.
5. Akibat immobilisasi: psikologis.
6. Status imun.
7. Perilaku pengebalan (imunisasi).
8. Infeksi berat.
9. Infeksi berat: BBL.
10. Pengetahuan: control infeksi.
11. Pengetahuan: penatalaksanaan prosedur.
12. Status nutrisi.
13. Control risiko.
14. Control risiko: penyakit menular seksual.
15. Deteksi risiko.
16. Perawatan diri: kebersihan.
17. Integritas jaringan: kulit dan mukosa membrane.
18. Perilaku penatalaksanaan: sakit atau injury.
19. Penyembuhan luka: penyembuhan primer.
20. Penyembuhan luka: penyembuhan sekunder.

D. Contoh penggunaan NOC


1. Kontrol risiko
Definisi: tindakan individu untuk mencegah, mengeliminasi, atau mengurangi
modifikasi tindakan kesehatan.

Criteria Tidak pernah Jarang Sewaktu- Sering Konsisten


ditunjukkan waktu
(1) (2) (3) (4) (5)
Menunjukkan √
factor risiko
Kembangkan √
strategi
control risiko

43
efektif
Komit √
menggunakan
strategi
control risiko

2. Penyembuhan luka: primer


Definisi: tingkat regenerasi sel dan perkembangan penyatuan jaringan.

Criteria Luas banyak cukup sedikit Tidak ada


(1) (2) (3) (4) (5)
Drainase √
purulen
Luka berbau √
Perubahan √
suhu kulit
Tidak ada sedikit cukup banyak Luas
(5) (4) (3) (2) (1)
Penyatuan √
luka

E. Penggunaan NIC yang sesuai.


1. NIC yang sesuai dengan NOC control risiko, diantaranya:
Kontrol infeksi.
Definisi: mengurangi penambahan dan transmisi agen infeksi.
Aktivitas terkait dengan control infeksi, diantaranya:
a. Pertahankan teknik aseptic dan APD.
b. Ganti letak IV atau kateter sesuai panduan umum.
c. Lakukan perawatan membrane mukosa dan kulit.
d. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local.
e. Berikan antibiotic sesuai kolaborasi.
f. Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh pasien.

44
g. Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan.
h. Batasi jumlah pengunjung
i. Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
j. Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
k. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
l. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
m.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
n. Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
o. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
p. Ajarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengah
q. Tingkatkan asupan nutrisi
r. Anjurkan asupan cairan
s. Anjurkan istirahat
t. Berikan terapi antibiotik
u. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi
v. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi

2. NIC yang sesuai untuk NOC penyembuhan luka primer, diantaranya:


Perawatan luka
Definisi: pencegahan komplikasi luka dan peningkatan penyembuhan luka.
Aktivitas terkait perawatan luka diantaranya:
a. Monitor karakteristik luka.
b. Lakukan dressing.
a. Lakukan perawatan dengan teknik steril.
b. Cukur rambut sekitar luka.
c. Periksa luka setiap kali dressing.
d. Lakukan dressing sesuai tipe luka.
F. Contoh Kasus Penerapan Diagnose Keperawatan Risiko Infeksi

Tanggal 2 November 2009

45
Tn. Y, 29 tahun dengan post sigmoidestomy. Pada hari ke 7 post op didapatkan
data sebagai berikut: keluhan tidak minat dan selera untuk makan, mual tidak ada,
intake cairan hanya ± setengah botol air mineral (500 cc) perhari, konjungtiva
pucat, kapilary reppil 3-4 detik. Terdapat stoma pada region kiri bawah abdomen,
sekitar stoma agak lembab, terdapat luka laparatomy posisi vertical dengan
ukuran ± 10 cm, Hb 10 gr%, klien terpasang Infus RL 20 tpm.

Analisa Data:
No Data Senjang Masalah Penyebab

2/11/09
DS: Risiko infeksi.
08.00
-

DO:
 Terpasang IV line.
 Insisi laparatomy ± 10 cm.
 Hb 10 gr%.

Contoh Rencana Keperawatan

Tgl/jam DK NOC NIC

2/11/09 1  Kontrol risiko Kontrol infeksi:


08.00  Penyembuhan luka:
primer  Pertahankan teknik aseptic
dan APD.
Setelah dilakuakan tindakan  Ganti letak IV atau kateter
3x24 jam, diharapkan: sesuai panduan umum.
 Menunjukkan factor risiko  Lakukan perawatan
(1) membrane mukosa dan kulit.

46
 Kembangkan strategi  Monitor tanda dan gejala
control risiko efektif (5) infeksi sistemik dan local.
 Komit menggunakan  Berikan antibiotic sesuai
strategi control risiko (5) kolaborasi.
 Drainase purulen (5)
 Luka berbau (5) Perawatan luka:

 Perubahan suhu kulit (5)


 Penyatuan luka (1)  Monitor karakteristik luka.
 Lakukan dressing.
 Lakukan perawatan dengan
teknik steril.

Contoh pendokumentasian Catatan Perkembangan:

Tgl/jam Implementasi Evaluasi


2/11/09 Mengkaji area insersi 14.00
08.00 laparatomy. S:
 Melakukan perawatan Tidak ada keluhan nyeri atau gatal di
area insersi IV line. area insersi.
 Melakukan perawatan O:
luka dan aff hacting selang-  Tidak ada tanda peradangan.
seling.  Penyatuan luka baik.
 Mengelola pemberian A:
ceftazidin 1 gram/IV.  Drainase purulen (5)
 Luka berbau (5)
 Perubahan suhu kulit (5)
 Penyatuan luka (1)
P:
 20.00: injeksi ceftazidin 1
gram/IV.

47
Catatan:

Untuk penentuan skor pada criteria hasil NOC perlu kesepakatan, sehingga
pernyataan (A) boleh dengan kaalimat keterangan, seperti “luka tidak berbau”, dll.

48
BAB IV
PENUTUP KESIMPULAN
1. Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi tergantung dari agen
yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi
antibiotika, dan faktor alat.
2. Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat
virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien
dipengaruhi oleh: Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita,
obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan
dan steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan
terapi. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit,
banyaknya pasien yang keluar masuk, penggabungan kamar pasien yang terkena
infeksi dengan pengguna obat-obat immunosupresan, kontaminasi benda, alat, dan
materi yang sering digunakan tidak hanya pada satu orang pasien. Resistensi
Antibiotika disebabkan karena: Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan
tidak terkontrol, dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan
menggunakan antibiotika yang terlalu singkat, dan kesalahan diagnosa. Faktor
alat, dipengaruhi oleh pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-
ganti.

49
DAFTAR PUSTAKA
Iriyanto, koes .2006. Mikrobiologi. Margahayu Permai Bandung.hal 109-120
Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology:
Principles and Practice. St.LouisMosby:1996.
Pohan, HT. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine.
Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta;2004.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta;
2001.
http://nirwan-anwarcom.blogspot.com/2009/04/patofisiologi-infeksi.html
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Diposting oleh Imam Rizky di 06.25
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

50
CHAPTER 3

51
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-
sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai
saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak,
walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini.
Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif
terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai
wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan
pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi
disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara
21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat
yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada
berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap
yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus,
kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel
rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong
bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi
sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama
kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak
menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari
dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid),
berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil,
menstruasi bulanannya akanberhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi

52
bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang
hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi menstruasi ?


2. Bagaimana siklus menstruasi ?
3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.
1.3.2. Tujuan khusus

1. Menjelaskan definisi dari menstruasi


2. Menjelaskan siklus menstruasi
3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi
8. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi

1.4. Manfaat

53
1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat
menstruasi.
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
gangguan dalam menstruasi.

54
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan
sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting
dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan
perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et al,
1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim,
berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik
(Yanto Kadarusman,2000).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi
yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi.
menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda
menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi
berlangsung selama 3 – 7 hari.
2.2. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90%
wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang
siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal
ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari
dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung
sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan
berikutnya dimulai.
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar
200.000 hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya,
hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan
sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah

55
matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian
berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut
dengan “OVULASI”.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang
disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga
membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa
sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi
dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen
yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan
hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian
memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur
tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak
di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan
intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang
disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah
banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam
ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam
tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar
untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju
tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam
rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi
hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut membantu
pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium
akan meluruh dan terjadilah proses menstruasi.

2.3. Gangguan dalam menstruasi


2.3.1. Definisi

56
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang
dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan
lamanya perdarahan.

2.3.2. Macam – macam gangguan menstruasi


2.3.2.1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
a. Definisi
Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu
sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid
datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
b. Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan
natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan
dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan
pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang
peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita
yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap
faktor-faktor psikologis.
c. Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam
darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental.
Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6
(piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin antidepresi karena berfungsi
mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan
kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan
depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap
siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan

57
mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang
mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau
normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid
(GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur
efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
d. Manifestasi klinis
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia,
nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae,
dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan
konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.
e. Terapi
- Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari
sebelum haid
- Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
- Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari
sebelum haid
- Psikoterapi suportif

2.3.2.2. Disminorea
a. Definisi
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal
adanya disminore primer dan sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

 Nyeri haid primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu,
tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika

58
dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.

 Nyeri haid sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang
menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan
kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
b. Etiologi
Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat
berperan terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada
wanita dengan siklus haid berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder
adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.

c. Patofisiologi

 Pada disminorea primer :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal
ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis
senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium menghasilkan asam
arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium
akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya,
yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan
kontraksi dan distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke
uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang

59
rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik
dan kimia.

 Pada disminorea sekunder :

Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks,


malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga
timbul rasa nyeri
d. Manifestasi klinis
Disminore Primer

 Usia lebih muda


 Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
 Sering pada nulipara
 Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
 Nyeri timbul mendahului haid
 Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
 Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
 Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
 Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
 Pemeriksaan pelvik normal
 Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

Disminore Sekunder

 Usia lebih tua


 Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
 Tidak berhubungan dengan paritas
 Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
 Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
 Berhubungan dengan kelainan pelvik
 Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
 Seringkali memerlikan tindakan operatif
 Terdapat kelainan pelvik

60
e. Terapi

 Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak
berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat
mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna.
Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

 Pemberian obat analgesik

Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai
terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur
dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin,
dan kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan,
acet-aminophen dan sebagainya.

 Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara
dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore
primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting
pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian
salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

 Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk


disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita
dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan
diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama
haid.

61
2.3.2.3. Perdarahan Uterus Abnormal
1) Hipermenore (Menorraghia)
a. Definisi
Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu
menstruasi teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya
banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-
siklus yang teratur.
Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari
dengan kehilangan darah lebih dari 80ml
b. Etiologi

 40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak
ada patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus
disfungsional.
 Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first
menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di
ovarium.
 Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
 Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD
akan meningkatkan aliran menstruasi.
 Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan
amenorrhoe (uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka
kecil).
 Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
 Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga
karena tonus otot kurang.
 Hypertensi.
 Decompensatio cordis.
 Infeksi : endometriosis, salphingitis.
 Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
 Penyakit darah : Hemofili

c. Patofisiologi

62
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing
hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-
stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di
ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon
(LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan
esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah
ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum
akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi
progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi.
Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari
penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal
yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi
pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari
FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak
ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi.
Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi
esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
d. Manifestasi klinis
Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
1) Sakit kepala
2) Kelemahan
3) Kelelahan
4) Kesemutan pada kaki dan tangan
5) Meriang
6) Penurunan konsentrasi

63
e. Terapi
Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :
1) Umur dan riwayat kesehatan
2) Kondisi sebelumnya
3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :


1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan
darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau
ibuprofen.
3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4) Progesteron (terapi hormon)
5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

2) Amenore
a. Definisi
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak
adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :
1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat
menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche
3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan,
selama menyusui dan setelah menapause.
b. Etiologi
1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim
atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput
yang menutupi vagina terlalu sempit / himen imperforata )

64
3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain )
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer )
dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X )
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. hiperplasia adrenal kongenital

Penyebab amenore sekunder :

1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional

65
9. Menopause
10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah
besar hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
11. Obat–obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB,
fenotiazid )
12. Prosedur dilatasi kuratesa
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom
Asherman ( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi
atau pembedahan )

c. Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom
hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore
primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan
aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan
menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin.
Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya
terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak
terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal
inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang
permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium
untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen
dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak
ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan
pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma
pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.
Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan
LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu

66
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada
tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita
tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal
ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk
kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-
hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium
dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan
oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa
juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang
menyebabkan polycystic ovary syndrome.

c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut
ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan
ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah
denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan
lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

 Sakit kepala
 Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui )
 Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering

67
 Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria
), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara

d. Terapi
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebanya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga
yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.
Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi (
amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan
pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.

3). Hypomenorhoe(kriptomenorrhea)

Definisi
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari
biasanya.
Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid
lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada
endometritis, mioma.

Etiologi
1.Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
2.kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun
maupun gangguan hormonal.
Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang
hanya berupa spotting.

4).Polimenorea (Epimenoragia)
Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari,
sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.

68
Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum
memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan
akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena
keduanya.
Manifestasi klinis
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).

5). Oligomenorrhoe
Definisi
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari
Etiologi
Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5
menstruasi )
Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus
haid.

Manifestasi klinis
Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
Perdarahan haid biasanya berkurang

6). Metroragia
Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Klasifikasi

1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan


ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.

Etiologi

69
1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;
carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis
(seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.
2. Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis,
neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan
kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan
Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium,
hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.

Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun
keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
Terapi : kuretase dan hormonal.

7).Mastodinia atau Mastalgia


Definisi
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Etiologi
Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan
garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.

70
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Contoh Kasus
Nn.N berumur 19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik
abdomen pada hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah,
tekanan darah 90/60 mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri
abdomen bertambah, terlihat pucat dan lemas.
3.2 Pengkajian
3.2.1 Keluhan utama: nyeri abdomen
3.2.2 Riwayat penyakit saat ini:
Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga,
pasien mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
3.2.3 Riwayat menstruasi:
Menarche usia: 12 th Siklus: 28 hari
Banyaknya: normal Lamanya: 7 hari
HPHT: 2 hari yg lalu Keluhan: disminore

3.2.4 Pemeriksaan fisik


Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum,
kesadaran, TTV: TD, nadi, suhu badan, RR.
Breath

Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak
nafas.
Blood

Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan dingin


Brain

Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia


Bladder

Warna kuning dan volume 1,5 L/hari


Bowel

71
Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari), Kebersihan mulut:
bersih, Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB
(1x/hari), Konsistensi: padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.
Bone

Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.

3.3. Analisis Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 DS: Menstruasi Nyeri akut

 Penyebab
Regresi korpus luteum
timbulnyanyeri:

disminore.
progesteron↓
 Nyeridirasakan

meningkatsaat
Miometrium terangsang
aktivitas

 Lokasinyeri
Kontraksi&disritmia
abdomen
uterus↑
 Skalanyeri

menunjukkan lebih
Aliran darah ke uterus↓
dari

 Nyeri sering dan
Iskemia
terus – menerus

Nyeri haid
DO:

Wajah tampak menahan Menstruasi Intoleran aktivitas


2 nyeri ↓
Pendarahan

72

Anemia
DS: ↓
Kelemahan
Pasien menyatakan mudah

lelah
Intoleran aktivitas

DO:

 Nadi lemah (TD Menstruasi Ansietas


3 90/60 mmHg) ↓
 Px. terlihat pucat Nyeri haid
 Sclera/ konjungtiva ↓
anemi Kurang pengetahuan

DS:
Ansietas

 Px. menyatakan
merasa gelisah

DO:

 Pucat

Memperlihatkan kurang
inisiatif

3.4 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

73
3.5 Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

 Tujuan:

Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

 Kriteria hasil:

 Skala nyeri 0-1


 Pasien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan
rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping
2. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
nafas berirama lambat, nafas dalam,
bimbingan imajinasi
3. Evaluasi dan dukung mekanisme
3. Memudahkan relaksasi, terapi non
koping px
farmakologi tambahan
4. Penggunaan persepsi sendiri atau
prilaku untuk menghilangkan nyeri
5. Kompres hangat dapat membantu mengatasinya lebih
efektif
5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

 Tujuan:

Pasien dapat beraktivitas seperti semula

 Kriteria hasil:

74
 Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas
 Pasien mampu beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan 1. Menghemat energi untuk
perode istirahat tanpa gangguan, aktivitas dan regenerasi seluler/
dorong istirahat sebelum makan penyembuhan jaringan
2. Tingkatkan aktivitas secara 2. Tirah baring lama dapat
bertahap menurunkan kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi
dan membantu keseimbangan
supply dan kebutuhan oksigen
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

 Tujuan:Pasien bisa kembali

 Kriteria hasil:

 Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas


 Pasien menunjukkan relaksasi
 Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang 1. Keterlibatan akan membantu
terdekat dalam rencana pasien merasa stres
perawatan berkurang,memungkinkan energi

75
untuk ditujukan pada
penyembuhan

2. Berikan lingkungan tenang dan


istirahat
2. Memindahkan pasien dari stress
luar meningkatkan relaksasi;
membantu menurunkan ansietas
3. Perilaku yang berhasil dapat
3. Bantu pasien untuk
dikuatkan pada penerimaan
mengidentifikasi/ memerlukan
masalah stress saat ini,
perilaku koping yang
meningkatkan rasa control diri
digunakan pada masa lalu
pasien
4. Bantu pasien belajar
4. Belajar cara baru untuk mengatasi
mekanisme koping baru,
masalah dapat membantu dalam
misalnya teknik mengatasi
menurunkan stress dan ansietas
stres

76
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan
sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting
dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan
perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang
dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan
lamanya perdarahan.
Macam – macam gangguan menstruasi :

 Menurut gangguan siklusnya :


1. polimenore (sering)
2. oligomenore (jarang)
3. tidak teratur
4. amenore (tidak haid)
 Menurut gangguan perdarahan :

1. hypermenore (banyak)
2. hypomenore (sedikit)
3. spotting (perdarahan bercak)

 Perdarahan diluar haid (metroragia)

4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:
a) Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya, untuk
menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan dengan haid.
b) Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan dianjurkan
untuk melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur pola makan seperti
yang telah dijelaskan pada bab pembahasan.

77
c) Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat
menjelaskan tentang haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk
mengurangi rasa takut yang sering dialami oleh anak-anak ketika menghadapi
menarche (haid yang pertama kali datang).

78
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.
Yayasan Essentia Medica: Yogyakarta.
Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks.
Bumi Aksara: Jakarta.
Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum: Jakarta.
Tan, Anthony. 2002. Wanita dan Nutrisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Werner, David, dkk. 1999. Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter.
Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset: Yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta.
Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja Mengatasi
Dirinya. Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.
Zein, Asmar Yetty, dkk. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Fitramaya: Yogyakarta

http://elfriana.wordpress.com/2012/12/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
menstruasi/

79
CHAPTER 4

80
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari
kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke
dalam rahim. [4] Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang
terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah
bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan
setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan
umumnya terjadi di negara berkembang.

Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel
epitel serviks. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti
perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker
serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang
kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah
kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir
80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik
merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik
semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun,
sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara

81
berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih
tetap tinggi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa sajakah
kalsifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktoe resiko dari kanker serviks ?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks ?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks ?

82
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi / Pengertian

Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan


kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya. (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang
abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah
keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam
status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah
melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini
menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang
berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat
menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus

Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada
perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan
di Amerika Serikat (CancerNet, 2001). Kanker servikal ini sebagian besar (90%)
adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus
papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian epidemiologi
diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam
perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995). Factor risiko lain untuk
perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas

83
tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi yang rendah,
dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).

3. Etiologi / Penyebab

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini
(umur < 16 tahun).
b. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi

84
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus,
hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
h. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
i. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan
bahwa 10-30 % wanita pada usia 30 tahunan yang sexually active pernah
menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini
semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada
sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin banyak
berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.
Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu
dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner
dapat merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.

4. Klasifikasi

Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978


Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri

Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh
limfe atau pembuluh darah.

Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada


pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma
melebihi Ia

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas
vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul

II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor

85
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul

III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak


dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah


infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul
ketempat yang jauh

IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi

IV b Telah terjadi metastasi jauh.

Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks

Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif.

86
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks :


Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas
ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.

Makroskopis
a. Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

5. Patofisiologi

Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat


laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi
yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini. Karsinoma serviks
invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk dalam stroma serviks.

87
Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke da lam jaringan paraservikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat
lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat
menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale,dan rongga
endometrium ; invasi kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan
metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik
untuk kanker servik. Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala, namun
karsinoma invasive dini dapat menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu
muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada
saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus
atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang
muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat
penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuria, atau perdarahan rectum.

6. Gejala Klinis

a. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan
dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik
untuk kanker serviks ini.
1) Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak
selalu ada.
2) Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
3) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
4) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda,
coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b. Gejala kanker serviks stadium lanjut.
1) Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
2) Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3) Dari vagina keluar air kemih atau feses

88
7. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang

Sitologi, dengan cara tes pap


Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan
prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras
(karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil
negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak
adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan
aktivitas seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan
tahunan menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan
setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu. Alat ini
memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang
mungkin dapat dibiopsi.
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
Gineskopi
Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar
untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari
tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
Tes Schiller.

89
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel
yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal
warnanya menjadi putih atau kuning.
Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

8. Prognosis

Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul
gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya
rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan
radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

9. Komplikasi

a) Berkaitan dengan intervensi pembedahan


1) Vistula Uretra
2) Disfungsi bladder
3) Emboli pulmonal
4) Infeksi pelvis
5) Obstruksi usus
b) Berkaitan dengan kemoterapi
1) Sistitis radiasi Enteritis
2) Supresi sumsum tulang
3) Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
4) Kerusakan membrane mukosa GI
5) Mielosupresi

10. Penatalaksanaan

90
Tingkat Penatalaksaan

0 Biopsi kerucut

Ia Histerektomi trasnsvaginal

I b dan II a Biopsi kerucut

II b , III dan IV Histerektomi trasnsvaginal

IV a dan IV b Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi


kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi
pasca pembedahan)

Histerektomi transvaginal

Radioterapi

Radiasi paliatif

Kemoterapi

11. Pencegahan

Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:


a) Mencegah terjadi infeksi HPV
b) Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
c) Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18
tahun.
d) Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit kelamin atau
gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
e) Jangan berganti-ganti pasangan seksual
f) Berhenti merokok

91
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA.CERVIK

3.1 PENGKAJIAN

a. Identitas pasien

b. Riwayat keluarga

c. Status kesehatan

 Status kesehatan saat ini

 Status kesehatan masa lalu

 Riwayat penyakit keluarga

d. Pola fungsi kesehatan Gordon

1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.

Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung
zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.

2. Pola istirahat dan tidur.

Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat
kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami
oleh ibu.

3. Pola eliminasi

92
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung
kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi
inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal

4. Pola nutrisi dan metabolik

Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan
yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada
Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.

5. Pola kognitif – perseptual

Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada panca indra
meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. Bila sudah
metastase ke organ tubuh

6. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu
etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan
seksual.

7. Pola aktivitas dan latihan.

Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor
kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3=
dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).

8. Pola seksualitas dan reproduksi

Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan
encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.

93
9. Pola manajemen koping stress

Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen


koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.

10. Pola peran - hubungan

Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan


sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya.

11. Pola keyakinan dan nilai

Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.

3.2 Analisis data

1. Data subyektif :

 Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah
senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal

 Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah

 Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian
bawah

 Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur
darah

 Pasien mengatakan nafsu makan berkurang

 Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas

 Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks

 Pasien mengatakan merasa cemas tentang kondisinya serta kondisinya.

 Pasien mengatakan merasa kurang perhatian dari keluarganya

94
2. Data obyektif

 TTV tidak dalam batas normal

Dimana batas normal TTV meliputi :

 Nadi : 60-100 x / menit

 Nafas : 16 - 24 x / menit

 Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg

 Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C

 Membran mukosa kering

 Turgor kulit buruk akibat perdarahan

 Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah ditekan )

 Ekspresi wajah pasien pucat

 Pasien tampak lemas

 Warna kulit kebiruan

 Kulit pecah – pecah, rambut rontok, kuku rapuh

 Ekspresi wajah pasien meringis

 Pasien tampak gelisah

 Pasien mengalami kejang

 Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)

 Terjadi hematuria

 Terjadi inkontinensia urine

 Terjadi inkontinensia alvi

 Berat badan pasien tidak stabil

95
 Mual ataupun muntah

 Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul :

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan

2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan

3. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks

4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik

5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)

6. Kerusakan eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan aktivitas


metabolik terhadap kanker

8. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker
serviks

9. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun

10. Inkontinensia alvi b/d peningkatan tekanan otot abdominal akibat nekrosis
jaringan, kerusakan neuromuscular

11. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular akibat infiltrasi kanker
pada serabut saraf lumbosakral

12. PK Gagal Ginjal

13. Gangguan pola tidur b/d depresi akibat penyakit kanker serviks

14. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit kanker
serviks, terapi, dan prognosisnya

96
15. Ansietas b/d krisis situasional

16. Berduka antisipasi b/d penyakit kronis yang diderita (kanker serviks) dan ancaman
kematian

17. Koping keluarga melemah b/d sakit yang berkepanjangan pada anggota keluarga
terdekat

18. Defisit perawatan diri b/d kelemahan

19. Risiko cedera pada ibu b/d penurunan jumlah trombosit

20. PK Anemia

21. Mual b/d kemoterapi

22. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status nutrisi dan kemoterapi

23. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit dan kemoterapi

24.HDR b/d bau busuk pada keputihan

3.4 RENCANA TINDAKAN

 Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 jam diharapkan keseimbangan


volume cairan adekuat

Kriteria Hasil :

1.TTV pasien dalam batas normal, meliputi :


 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

97
 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90
mmHg)

 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2.Membran mukosa lembab

3.Turgor kulit baik (elastis)

4.Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik


setelah ditekan)

5.Ekpresi wajah pasien tidak pucat lagi

NO INTERVENSI RASIONAL

1 Awasi masukan dan haluaran. Memberikan pedoman untuk


Ukur volume darah yang keluar penggantian cairan yang perlu
melalui perdarahan diberikan sehingga dapat
mempertahankan volume sirkulasi
yang adekuat untuk transport
oksigen.

2 Catat kehilangan darah ibu Kehilangan darah ibu secara


berlebihan menurunkan perfusi

3 Hindari trauma dan pemberian Mengurangi potensial terjadinya


tekanan berlebihan pada daerah peningkatan pendarahan
yang mengalami pendarahan

4 Pantau status sirkulasi dan volume kemungkinan menyebabkan


darah hipovolemia atau hipoksia

5 Pantau TTV. Evaluasi nadi Menunjukkan keadekuatan volume


perifer, dan pengisian kapiler sirkulasi

6 Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna untuk


pasien terhadap pendarahan, mengukur berat / lamanya episode
misalnya kelemahan, gelisah, pendarahan. Memburuknya gejala

98
ansietas, pucat, berkeringat / dapat menunjukkan berlanjutnya
penurunan kesadaran pendarahan / tidak adekuatnya
penggantian cairan

7 Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status


membran mukosa, dan perhatikan hidrasi / derajat kekurangan cairan
keluhan haus pada pasien

8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada


derajat hipovolemia dan lamanya
Berikan cairan IV sesuai indikasi
pendarahan (akut / kronis). Cairan
IV juga digunakan untuk
mengencerkan obat antineoplastik
pada penderita kanker.

9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk


memperbaiki jumlah darah dalm
Berikan transfusi darah (Hb, Hct)
tubuh ibu dan mencegah
dan trombosit sesuai indikasi
manifestasi anemia yang sering
terjadi pada penderita kanker.

Transfusi trombosit penting untuk


memaksimalkan mekanisme
pembekuan darah sehingga
pendarahan lanjutan dapat
diminimalisir.

10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk


menentukan kebutuhan resusitasi
Awasi pemeriksaan laboratorium,
cairan dan mengawasi
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah
keefektifan terapi

99
 Dx 2 :Risiko infeksi b/d proses penyakit kronis (metastase sel kanker)

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien tidak


mengalami infeksi

Kriteria Hasil :1.Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor,
fungsio laesia)

2.TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

3. Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam batas
normal (4 - 9 103/µL)

 Dx 3 :Perubahan Pola eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus


urinarius

Tujuan: :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, pola


eliminasi urine pasien kembali normal (adekuat)

Kriteria Hasil :1. Tidak terjadi hematuria

2.Tidak terjadi inkontinensia urine

3.Tidak terjadi disuria

4.Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Catat keluaran urine, selidiki Penurunan aliran urine tiba-tiba


penurunan / penghentian aliran dapat mengindikasikan adanya
urine tiba-tiba obstruksi / disfungsi pada traktus

100
urinarius

2 Kaji pola berkemih (frekuensi Identifikasi kerusakan fungsi vesika


dan jumlahnya). Bandingkan urinaria akibat metastase sel-sel
haluaran urine dan masukan kanker pada bagian tersebut
cairan serta catat berat jenis urine

3 Observasi dan catat warna urine. Penyebaran kanker pada traktus


Perhatikan ada / tidaknya urinarius (salah satunya di vesika
hematuria urinaria) dapat menyebabkan
jaringan di vesika urinaria
mengalami nekrosis sehingga urine
yang keluar berwarna merah karena
bercampur dengan darah

4 Observasi adanya bau yang tidak Identifikasi tanda - tanda infeksi


enak pada urine (bau abnormal) pada jaringan traktus urinarius

5 Dorong peningkatan cairan dan Mempertahankan hidrasi dan aliran


pertahankan pemasukan akurat urine baik

6 Awasi tanda vital. Kaji nadi Indikator keseimbangan cairan dan


perifer, turgor kulit, pengisian menunjukkan tingkat hidrasi
kapiler, dan membran mukosa

7 Kolaborasi : Pemeriksaan diagnostik dan


penunjang misalnya pemeriksaan
Siapkan untuk tes diagnostik,
retrograd dapat digunakan untuk
prosedur penunjang sesuai
mengevaluasi tingkat infiltrasi
indikasi
kanker pada traktus urinarius
sehingga dapat menjadi dasar untuk
intervensi selanjutnya

101
8 Kolaborasi : Kadar BUN dan kreatinin yang
abnormal dapat menjadi indikator
Pantau nilai BUN dan kreatinin
kegagalan fungsi ginjal sebagai
akibat komplikasi metastase sel-sel
kanker pada traktus urinarius hingga
ke organ ginjal.

3.5 Implementasi

Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

3.6 Evaluasi
1. Keseimbangan volume cairan
2. Tidak ada tanda – tanda infeksi
3. Pola eliminasi uri ( bak ) normal
4. Nyeri berkurang / hilang / teratasi
5. Nafsu makan meningkat
6. Pengetahuan tentang penyakit kanker meningkat
7. Perhatian keluarga meningkat
8. Turgor kulit normal
9. Cairan yang keluar pervagina tidak berbau busuk
10. Berat badan stabil
11. Pola eliminasi alvi normal sehari sekali dengan konsistensi lembek
12. Mual dan muntah berkurang / hilang
13. Ekspresi wajah klien tenang
14. Pengisian kapiler cepat
15. Kulit lembab, rambut tidak rontok atau sudah tumbuh

102
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

 Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan


dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu
epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan
gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu
bertahun-tahun. Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak
penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of
Ginekoloi and Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala
klinis kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk
eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.

1. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker


serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai
penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual,
Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan
Pasangan seksual.
2. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk
stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim
juga merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit
keganasan yang ada lainnya.

103
3. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan,
Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan beberapa
cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mencegah kanker serviks, yaitu : miliki pola makan sehat, yang kaya
dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan
tubuh, hindari merokok, hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat
muda atau belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk
mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim atau
dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks dengan
banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur, dan
sebagainya.

2. Saran

Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah dari pada
mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit
untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup
sehat dan teratur.

104
DAFTAR PUSTAKA

Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_Kan
ker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_Haji_Ad
am_Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.


(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html). Diakses
Tanggal 5 Februari 2011.

Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).


(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-serviks/).
Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.


(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-kanker-
serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/

105
CHAPTER 5

106
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft atau korpus
leteum atau tumor ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
ephitelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejala-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan
abdomen akut, seperti apendisitis atau kehamilan ektopik. Rumor yang lebih besar
dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ
abdomen yang berdekatan.
Pengobatan tumor ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah.Jika ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis
pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan
aktivitas ovarium dan menghilangkan tumor.Sekitar 98% lesi yang terjadi pada
wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50
tahun, hanya 50% yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk
mengangkat tumor adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen, dengan satu pengecualian.Penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan tumor yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat.Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan
memberikan gurita abdomen yang ketat.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih banyak bagaimana
asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita tumor ovarium.

2. Tujuan
Tujuan umum :
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah dan untuk
mengetahui konsep dasar teori tentang maternitas pada kasus tumor
ovarium.

107
2. Untuk mengetahui tentang bagaimana cara membuat asuhan keperawatan
pada maternitas pada kasus tumor ovarium.
Tujuan khusus :
1. Agar mahasiswa mampu membuat pengkajian pada kasus tumor
ovarium.
2. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada kasus tumor
ovarium.
3. Agar mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.
4. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi dan mengevaluasi
hasil tindakan atau implementasi yang telah dilakukan atau dilaksanakan.

3. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui penyakit tumor ovarium merupakan
jenis penyakit yang paling sering terjadi pada wanita usia 20 – 40 tahun.
Tumor ovarium dapat tumbuh karena berbagai sebab antara lain karena
pertumbuhan yang abnormal dijaringan yang terdapat di tempat ovarium
misalnya pertumbuhan abnormal dari folikel ovarium, korpusluteum, sel
telur atau dapat juga karena endometriosis, kista folikel, kista tekalitein,
teratomatistik benigna, kista demoid, kista demoid, kista denokarsinoma,
kista ovarium dapat juga terjadi karena jaringan disekitar sel oleh sebab
tertentu, tumbuh abnormal dan membungkus sel telur tersebut sehingga
membentuk kista
2. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit
tumor ovarium, dan masyarakat dapat mencegah terjadinya tumor ovarium
dengan mencegah terjadinya tumor ovarium masyarakat dapat hidup
dengan aman dan terhindar dari penyakit ini.
3. Bagi insitusi
Agar makalah ini menjadi refrensi untuk dapat menambah
wawasan tentang bahayanya tumor ovarium khusunya pada wanita.

108
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tumor adalah massa padat besar, meninggi, dan berukuran lebih
dari 2 cm (Corwin, 2000). Tumor Ovarium adalah benjolan yang terdapat
dalam ovarium. Tumor Ovarium padat adalah neoplasma.
Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya
dapat mencapai 20 kilogram, dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak
rata, konsistensinya keras, terdiri dari dari jaringan ikat, jaringan kolagen
dan kadang ada degerasi hialin, warnanya merah jambu keabu-abuan.
Tentang kepadatan tumor, ada yang konsistensinya memang betul-betul
keras disebut fibroma durum; sebaliknya ada yang cukup lunak dan
disebut fibroma molle.
Tumor ovarium merupakan proferasi sel yang abnormal tanpa
terkendali dan bisa merupakan yang benigna dan maligna ( Brooken,
2001: 435).
Tumor ovarium disebut juga stroma ovari yaitu bila jaringan tiroid
merupakan satu-satunya jaringan ditemukan atau bila elemen teratoma
ditemukan sangat sedikit ( Boethin, Geist, 1996 : 1010)
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari
uterus dan umumnya duagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik
(Syamsoehidayat, 2005 : 729)
Tumor jinak ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat
tumbuh secara alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai
mereka besar yang dapat menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan
deteksi dini dari keganasan (Jovand : 2009)

109
B. Etiologi

Tumor ovarium dapat tumbuh karena berbagai sebab antara lain


karena pertumbuhan yang abnormal dijaringan yang terdapat di tempat
ovarium misalnya pertumbuhan abnormal dari folikel ovarium,
korpusluteum, sel telur atau dapat juga karena endometriosis, kista folikel,
kista tekalitein, teratomatistik benigna, kista demoid, kista demoid, kista
denokarsinoma, kista ovarium dapat juga terjadi karena jaringan disekitar
sel oleh sebab tertentu, tumbuh abnormal dan membungkus sel telur
tersebut sehingga membentuk kista (Hanifa, 2007 : 350)

C. Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone


dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bias
mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara
normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam
jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan
folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu
terbentuk tumor di dalam ovarium. Setiap hari ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang di sebut folikel de graff. Pada
pertengahan siklus folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm
akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus

110
luteum yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
di tengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula – mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovary yang berasal dari
proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista
dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang – kadang disebut kista
theca-lutein.Kista tersebut dapat di stimulasi oleh gonadotropin, termasuk
FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitifitas terhadap gonadotropin yang berlebih.Kista
folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahya ini berasal dari folikel
graff yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan menutup
kembali. Kista deemikian seringnya adalah multiple dan timbul langsung
di bawah serosa yang menutupi ovarium biasanya kecil dengan diameter 1
– 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening tetapi ada kalnya
penimbunan cairan cukup banyak sampai mencapai diameter 4 – 5 cm,
sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocharcinoma) dan kadang – kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCg menyebabkankondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien
pada terapi interfilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citarate, dapat
menyebabkansindrom hiperstimulasi ovary, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau
jinak.Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium.Sejauh ini keganasan yang paling sering berasal dari epitel
permukaan dan sebagian besar lesi kistik parsial.Jenis kista jinak yang
serupan dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.

111
Tumor ovary ganas yang lain dapat terdiri dari area kisti, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulose dari sex cord sel dan germ sel tumor dari
germ sel primodial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional, ektodermal, endodermal, dan
mesoderma.

D. Manifestasi Klinis

Setelah mengetahui faktor resiko, perlu dikenali gejala dan keluhan


penyakit ini. Gejala yang di rasakan pada pasien umumnya tidak khas
yang paling sering ada keluhan nyeri perut, perut buncit, kemudian
gangguan fungsi saluran cerna, berat badan turun secara nyata, rasa
tertekan pada rongga panggul, siklus menstruasi yang memanjang dan
memendek, nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu
berjalan atau bergerak, gangguan saluran kencing, nyeri pinggul pada
waktu menstruasi, mual, muntah, infertilitas. ( tidak subur). (Faisal Yatim,
2005 : 32)

E. Klasifikasi Tumor Ovarium


1) Tumor Non neoplastik
Tumor akibat radang : termasuk disini abses ovarial, abses tuba
ovarial, dan kista tubo-ovarial.
2) Tumor Solid (Tumor Ovarium yang padat dan jinak)
a) Fibroma Ovarii
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan
tetapi, ini tidak berarti bahwa mereka itu semuanya neoplasma
yang ganas, meskipun semuanya mempunyai potensi maligna.
Potensi menjadi ganas ini sangat berbeda pada berbagai jenis,
umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarii dan sangat tinggi
pada teratoma embrional yang padat. Fibroma ovarii berasal dari
elemen-elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari beberapa sel
mesenkhim yang multipoten.

112
b) Tumor Brenner
Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan,
biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Angka
frekuwnsinya ialah 0,5% dari semua tumor ovarium. Penyelidikan
yang terkhir memberi petunjuk bahwa sarang-sarang tumor brenner
dari epitel selonik duktus mulleri.

F. Komplikasi
1. Perdarahan intra tumorPerdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri
abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
2. Perputaran tungkai Tumor bertangkai mendadak menimbulkan
nyeri abdomen.
3. Infeksi pada tumor Menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada
abdomen, mengganggu aktifitas sehari – hari.
4. Robekan dinding kistaPada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi
robekan sehingga isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-
sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor ,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan
di dalam rongga perut yang bebas dan tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks
selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pielogram intravena
dan pemasukan bubur barium dalam kolon sudah disebut di atas.

113
4. Parasentetis
Telah disebut pada fungsi asites berguna untuk menentukan sebab
asites.Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
5. Hitung Darah Lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukan anemia kronis jika ditemukan adanya
massa, maka kemungkinan adalah keganasan ovarium.

H. Penatalaksanaan

1) Pengangkatan tumor ovarium yang besar biasanya adalah melalui


tindakan bedah, missal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.
2) Kontrasepsi oral dapat digunkan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3) Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan tumor yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4) Tindakan perawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan menajemen nyeri dengan analgetik atau
tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau
tekhnik relaksasi napas dalam, informasikantentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi perawatan insisi luka operasi.
I. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Ovarium

1. Pengkajian
Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan
dengan kista ovarium kepada klien, kemudian dari hasil pengkajian

114
tersebut dapat disimpulkan analisa guna menentukan perawatan
selanjutnya.
1) Data Biografi
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama dan alamat, diagnosa medis serta data penanggung jawab.
Wanita yang rentang terkena tumor ovarium berkisar antara usia 20
– 40 tahun. Wanita dengan pekerjaan berat mempengaruihi
terjadinya tumor ovarium.
2) Keluhan utamaBiasanya klien merasa nyeri pada daerah perut.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi
kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien seperti nyeri
perut, perut buncit, gangguan fungsi saluran cerna, berat badan
turun secara nyata, rasa tertekan pada rongga panggul, siklus
menstruasi yang memanjang dan memendek, nyeri pinggul pada
waktu bersenggama atau pada waktu berjalan atau bergerak,
gangguan saluran kencing, nyeri pinggul pada waktu menstruasi,
mualmuntah dan infertilitas ( tidak subur).
4) Riwayat kesehatan dahulu
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi
kesehatan klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti
pernah mengalami opname, kanker atau tumor pada organ lain
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab
herediter atau tidak.

6) Riwayat kehamilan
Hamil dan persalinan berapa kali, anak yang dilahirkan
hidup atau mati, sehat atau tidak dan pada saat melahirkan normal
atau melalui pembedahan.
7) Kebutuhan bio-psiko-sosial-spritual atau kebutuhan sehari-hari

115
a. Pola makanAnoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan,
perubahan pada berat badan penurunan BB, perubahan pada
kelembaban / turgor kulit, edema.
b. Pola eliminasiPerubahan pada pola defekasi misal:darah pada
feces,nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urinarius
misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus.
c. Pola aktifitas dan latihanKelemahan atau keletihan. perubahan
pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya factor -faktor
yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, keterbatasan,
partisipasi dalam hobi dan latihan.
d. Riwayat penggunaan zatKebiasaan dan lama penggunaan
rokok, minuman alkohol, dan obat – obatan mempengaruhi
terbentuknya kista.
e. Integritas egoFactor stress dan cara mengatasi stress, masalah
tentang perubahan dalam penampilan insisi pembedahan,
perasaan tidak berdaya, putus asa,depresi,menarik diri.
f. NeurosensoriPusing, sinkop
g. Nyeri / kenyamanan]Terdapat nyeri dengan derajat bervariasi
misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (
dihubungkan dengan proses penyakit ).
h. KeamananPemajanan pada kimia toksik, karsinogen,
pemajanan matahari lama, berlebihan, demam, ruam kulit /
ulserasi.
i. SeksualitasPerubahan pada tingkat kepuasan karena nyeri yang
di rasakan pada waktu bersenggama.
j. Interaksi socialKetidak adekuatan / kelemahan system
pendukung, riwayat perkawinan, masalah tentang fungsi /
tanggung jawab peran.
k. . Pemeriksaan fisik Kaji keadaan umum, kesadaran, berat
badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.

116
l. Kepala Adanya keluhan pusing atau sakit kepala, serta kaji
warna rambut, keadaan, distribusi rambut, dan kebersihan
rambut.
m. MataMata berkunag – kunang dan penglihatan kabur.
n. HidungTidak ada kelainan jadi perlu di kaji kesimetrisan,
keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman.
o. Mulut mukosa mulut dan bibir kering, fungsi pengecapan
berkurang, keadaan mulut dan fungsi menelan berkurang
karena mual muntah dan anoreksia.
p. Telinga Tidak ada kelainan tapi perlu dikaji adanya kelainan
bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.
q. LeherPembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena
jugularis, pebesaran kelenjar getah bening.
r. Daerah dadaAdanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada,
auskultasi suara jantung, bunyi jantung, frekuensi nadi, dan
tekanan darah.
s. Abdomen Adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus,
bekas luka, nyeri tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar dan
kandung kemih.
t. Genitalia Eksternas Adanya pengeluaran sekret dan
perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan kebersihan.
u. Anus Adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya
hemoroid eksterna.
v. Ektremitas Nyeri panggul saat beraktivitas, kontraktur pada
persendian dan kesulitan pergerakan.

2. Pengelompokan Data

DS :
 Nyeri perut
 Perut buncit

117
 Gangguan fungsi saluran cerna
 Rasa tertekan pada rongga panggul
 Siklus menstruasi yang memanjang dan memendek
 Nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan
atau bergerak
 Gangguan saluran kencing
 Nyeri pinggul pada waktu menstruasi
 Mual muntah
 Biasanya Klien selalu mempertanyakan tentang penyakitnya.
 Biasanya Klien mengeluh pengeluaran darah yang banyak.
 Biasanya klien mengeluh tidak ada tenaga.
 Biasanya klien mengeluh tidak ada nafsu makan.
DO :
 Ekpresi wajah tampak meringis
 Klien tampak pucat.
 Biasanya klien tampak memegangi area abdomen bagian bawah.
 Biasanya klien tampak cemas.
 Biasanya klien tampak lemah hanya berbaring di tempat tidur.
 Terjadi penurunan berat badan
 Mukosa bibir kering

3. Analisa data
Analisa data adalah mengkaitkan data, menghubungkan data
dengan konsep, teori dan kenyataan yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalarn menentukan masalah keperawatan klien.

No
Symptom Etiologi Problem
Dx
1 DS : Kekurangan volume
- Biasanya Klien mengeluh Tumor ovarium cairan dan elektrolit.
pengeluaran darah yang
banyak. Penurunan

118
- Mual muntah hormone estrogen
- Gangguan saluran kencing
- Siklus menstruasi yang
memanjang dan memendek
DO :
- Klien tampak pucat.
- Tampak banyak keluar Aminorhea
darah
- Mukosa bibir kering

siklus menstruasi
memanjang

perdarahan

2 Gangguan pemenuhan
Tumor ovarium nutrisi kurang dari
kebutuhan

Penurunan
hormon estrogen
DS :
- Mual muntah
- Biasanya klien mengeluh Aminorhea
tidak ada nafsu makan.
DO : Siklus menstruasi
- Klien tampak pucat. memanjang
- Biasanya klien tampak
lemah hanya berbaring di
tempat tidur.
- Tampak banyak keluar
darah.
- Terjadi penurunan berat
badan Perdarahan

Anoreksia

Mual muntah

119
BB menurun
3 DS : Gangguan rasa nyaman
- Nyeri perut Tumor ovarium nyeri
- Perut buncit
- Rasa tertekan pada rongga Perasaan penuh
panggul pada abdomen
- Nyeri pinggul pada waktu
bersenggama atau pada
waktu berjalan atau
bergerak
- Nyeri pinggul pada waktu
menstruasi
DO : Teraba masa intra
- Ekpresi wajah tampak abdomen
meringis
- Klien tampak pucat.
- Biasanya klien tampak Terjadi
memegangi area abdomen penekanan pada
bagian bawah. jaringan disekitar
abdomen

Nyeri abdomen
bagian bawah
4 DS : Kelemahan
- Nyeri pinggul pada waktu Tumor ovarium
bersenggama atau pada
waktu berjalan atau
bergerak Penurunan
- Biasanya klien mengeluh hormon estrogen
tidak ada tenaga.
DO :
- Biasanya klien tampak
lemah hanya berbaring di Aminorhea
tempat tidur.

Siklus menstruasi
memanjang

perdarahan
5 DS : Ansietas
- Biasanya Klien selalu Tumor ovarium
mempertanyakan tentang
penyakitnya.
DO : Perkembangan
- Biasanya klien tampak sel epitel yang
cemas. tidak terkendali di
- Biasanya klien tampak ovarium
depresi dan stres

120
Kurang
pengetahuan

4. Diagnosa keperawatan

Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab.Selain


itu harus spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan
prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri abdomen
bagian bawah.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan berat badan dan mual muntah.
c. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan.
d. Kelemahan berhubungan dengan perdarahan.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
penyakitnya.

5. Intervensi

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan


keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien.
No
Tujuan dan kriteria
Dx Rencana Rasional
hasil
1 Tujuan : -Tentukan riwayat Informasi memberikan
gangguan rasa nyaman nyeri, mis., lokasi data dassar untuk
nyeri dapat teratasi. nyeri, frekuensi, mengevaluasi
kriteria hasil : durasi, dan intensitas kebutuhan/efektifitas
- mengungkapkan (skala 0-10), dan intervensi.
berkurangnya nyeri. tindakan
- Tampak rileks, penghilangan yang
mampu tidur/istirahat digunakan. Pada banyak klien, nyeri

121
dengan tepat. -Berikan tindakan dapat menyebabkan
kenyamanan dasar gelisah serta dapat
(mis., reposisi, meningkatkan TD dan
gosokan punggung) nadi.
dan aktifitas hiburan
(mis., musik, Meningkatkan relaksasi
televisi). dan membantu
-Dorong penggunaan memfokuskan kembali
keterampilan perhatian.
manajemen nyeri
(mis., teknik
relaksasi, visualisasi,
bimbingan
imajinasi), tertawa, -Rencana terorganisasi
musik, dan sentuhan mengembangkan
terpeutik. kesempatan untuk kontrol
-Kembangkan nyeri.
rencana manajemen Pemberian analgesic dapat
nyeri dengan pasien mengurangi rasa nyeri.
dan dokter. Kontrasepsi oral dapat
menghambat pertumbuhan
-Berikan analgesik sel kanker.
sesuai indikasi. Kista akan ruptur atas diri
mereka sendiri dan tak
-Anjurkan berbahaya
penggunaan
kontrasepsi oral.
(Olds. Selly B., dkk,
2004)

2 Tujuan : -Kaji kebiasaan Kebiasaan makan pasien


gangguan pemenuhan makan pasien. menentukan asupan
nutrisi dapat teratasi makanan pasien.
dengan. Validasi data untuk
kriteria hasil : -Kaji kembali menentukan intervensi
- nafsu makan penyebab gangguan lebih lanjut.
meningkat kebutuhan nutrisi. Berat badan sebagai salah
- Pola makan yang satu indikator gangguan
adekuat nutrisi.
- Berat badan normal Meningkatkan nafsu
d) -Timbang berat makan dan Memenuhi
badan setiap 3 hari kebutuhan nutrisi.
jika kondisi pasien Menentukan
memungkinkan. perkembangan status
-Berikan makanan nutrisi.

122
dalam keadaan
hangat, bersih.
-Observasi tekanan
darah, nadi setiap 4 Menilai kebutuhan nutrisi
jam. pasien.

-Observasi secara
rutin setiap hari
tanda – tanda
kekurangan nutrisi : Menentukan
kojungtiva, sclera, perkembangan status
tonus otot, LLA. pasien.
-Catat intake Meningkatkan intake
makanan pasien. makanan.

-Laksanakan
program pengobatan
seperti pemberian
vitamin, obat anti
emetic, obat Untuk meningkatkan nafsu
peningkatan nafsu makan.
makan.
-Lakukan oral
hygine.

3 Tujuan : -Awasi tanda – tanda -Perubahan Td dan nadi


Menunjukkan Vital dapat digunakan untuk
keseimbangan cairan. perkiraan kasar kehilangan
kriteria hasil : darah. Hipotensi postural
- TTV klien stabil menunjukan penurunan
- mukosa lembab volume sirkulasi.
- turgor kulit baik.. -Memburuknya gejala
dapat menunjukan
-Catat respon berlajutnya perdarahan
fisiologis individual atau tidak adekuatnya
pasien terhadap penggantian cairan.
perdarahan. -Penggantian cairan
Mis.,ansietas, pucat, tergantung pada derajat
berkeringat,takipnea, hipovolemia dan lamanya
perdarahan (akut atau
-peningkatan suhu. kronis).
Berikan cairan/darah -Alat untuk menentukan
sesuai indikasi. kebutuhan penggantian
darah dan mengawassi
keefektifan terapi.

-Awasi pemeriksaan
laboratorium mis.,:

123
Hb/Ht, jumlah sel
darah merah (SDM).
4 Tujuan ; -evaliusi laporan -menentukan derajat
kelemahan dapat kelemahan, (berlanjutnya atau
teratasi dengan kriteria perbaikan) dari efek
hasil : ketidakmampuan.
- melaporkan perbaikan -kaji kemampuan -mengidentifikasi
rasa berenergi untuk berpartisipasi kebutuhan individual dan
- berpartisipasi pada pada aktifitas yang membantu pemilihan
aktifitas yang di di inginkan atau di interfensi
inginkan butuhkan.
-identifikasi faktor -mungkin mempunyai efek
stres atau psikologis akumulatif (sepanjang
yang dapat faktor psikologis) yang
memperberat. dapat di turunkan bila
masalah yang takut di akui
dan d ketahui.
-mengubah energi,
memungkinkan
berlanjutnya aktifitas yang
-berikan bantuan di butuhkan atau normal.
aktifitas sehari-hari -meningkatkan rasa
dan ambulasi. membaik atau
mningkatkan kesehatan
dan membatasi frustasi.
-tingkatkan tingkat -ketidak seimbangan dapat
partisifasi sesuai menganggu fungsi
toleransi pasien. neuromuskular yang
meningkatkan penggunaan
energi untuk
-awasi kadar menyelesaikan tugas dan
elektrolit termasuk potensial perasaan lelah.
kalsium, magnesium
dan kalium.
5 Tujuan : -evaluasi tingkat -ketakutan dapat terjadi
masalah ansietas ansietas, catat respon karna nyeri hebat,
dapat teratasi kriteria verbal dan non meningkatkan perasaan
hasil : verbal pasien. sakit, penting pada
- menyatakan Dorong ekspresi prosedur diagnostik dan
kesadaran terhadap bebas akan emosi. kemungkinan
perasaan dan cara pembedahan.
yang sehat untuk -mengetahui apa yang di
menghadapi masalah. -berikan informasi harapkan dapat
- melaporkan ansietas tentang proses menurunkan ansietas.
menurun sampai penyakit dan -membatasi kelemahan,
tingkat dapat di tahani. antisipasi tindakan. menghemat energi dan
- tampak rileks. -jadwal istirahat dapat menuingkatkan
adekuat dan priode kemampuan koping.

124
menghentikan tidur. -perubahan pada tanda-
tanda vital mungkin
menujukan tingkat ansietas
yang di alami pasien atau
merefleksikan gangguan-
gangguan faktor
-catat psikologis.
palpitasi,peningkatan -untuk membantu pasien
denyut atau dalam mengurangi
frekuensi ansietas.
pernafasan.

-kolaborasi dalam
pemberian medikasi
sesuai kebutuhan
misalnya diazevam
(valium), x3
klorazepat
dipotassium
(tranxene),
klordiazepoxida
(librium),
alprazolam (xanax).

6. Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya
diterapkan dalam bentuk tindakan nyata. Implementasi merupakan
pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. hal-hal
yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi
harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang
tepat. Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan
didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64)
Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
a. Fase persiapan

125
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana,
pengetahuan dan keterampilan. Mengimplementasikan rencana,
persiapan dan lingkungan.
b. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada
tujuan. pada fase ini, implementasi dapat dilakukan secara
independen, dependent dan interdependent. Selanjutnya perawat
akan melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan
reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan spritual.
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah
implementasi dilakukan.

7. Evaluasi
Merupakan fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. hal-hal yang dievaluasi
adalah kekuatan, kelengkapan dan kwalitas data, teratasi atau tidaknya
masalah klien dan pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi
keperawatan. (Al Ode Jumaidi Gaffar, 1995: 67)
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
S = merupakan respon seubjektif klien terhadap tindakan keperawatanyang
telah dilakukan.
O = Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
A = Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P = Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat
melihat perubahan yang terjadi serta dapat mempertahankan serta
memelihara kondisi kesehatan.Hal yang perlu di evaluasi pada tumor
ovarium adalah :

126
I. Nyeri berkurang dan pemulihan kesadaran.
II. Mampu bertoleransi dengan aktivas secara normal.
III. Memperoleh pemahaman dan kemampuan tentang proses
penyakitnya.
IV. Mendapat nutrisi yang optimal.
V. Tidak mengalami komplikasi.

127
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor adalah massa padat besar, meninggi, dan berukuran lebih dari 2 cm
(Corwin, 2000). Tumor Ovarium adalah benjolan yang terdapat dalam ovarium.
Tumor Ovarium padat adalah neoplasma.
Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat
mencapai 20 kilogram, dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata,
konsistensinya keras, terdiri dari dari jaringan ikat, jaringan kolagen dan kadang
ada degerasi hialin, warnanya merah jambu keabu-abuan. Tentang kepadatan
tumor, ada yang konsistensinya memang betul-betul keras disebut fibroma durum;
sebaliknya ada yang cukup lunak dan disebut fibroma molle.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mengetahui penyebab terjadinya tumor ovarium sesuai
dengan teori dan pencegahannya agar dapat terhindar dari infeksi tumor ovarium
baik untuk dirinya sendiri maupun keluarga.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat agar mampu menjaga kesehatannya terutama
menjaga personal hiegine genetalia agar tidak terjadi infeksi atau penyakit yang
tidak di inginkan terutama tumor ovarium. Jika terjadi kelainan infeksi pada
genetalia, Keadaan tersebut harus segera di tangani langsung agar tidak terjadi
infeksi maupun jenis penyakit lainnya.
3. Bagi Institusi
Diharapkan agar makalah ini menjadi refrensi untuk mendapat pengetahuan
tentang bahayanya penyakit tumor uterus yang dapat menyebabkan kematian.

128
Daftar Pustaka

Arif, M, et al, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Cet 1, Jakarta : Media
Aesculapius

Johnson, et al, (2000), Nursing Outcomes Classification, second edition, By


Mosby0Year book. Inc, New York

Manuaba, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB, Jakarta : EGC

Mc Closkey & Buleheck, (1996), Nursing Interventions Classification, second


edition, By Mosby0Year book. Inc, New York

Mochtar, R. (1998), Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Jakarta : EGC

Nanda,( 2001-2002), Nursing Diagnosis : Definitions and Classification,


Philadelphia
Diposting oleh Novia Yustari di 19.25.00

129
CHAPTER 6

130
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang
bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas
atau kanker. Perjalanan penyakit yang sillent killer atau secara diam diam
menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah
terserang kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat
teraba dari luar atau membesar.

Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker
ovarium. Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium
maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan
pemeriksaan yang lebih lengkap. Sehingga dengan ini pencegahan terjadinya
keganasan dapat dilakukan.

Di Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan laporan program dari Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas tahun
2010, kasus penyakit tumor terdapat 7.345 kasus terdiri dari tumor jinak 4.678
(68%) kasus dan tumor ganas 2.667 (42%) kasus, kasus terbanyak ditemukan di
Kota Semarang (Dinkes Jateng, 2010).

Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak.


Tergantung dari mana kista itu berasal. Untuk lebih lanjutnya akan penulis bahas
pada BAB II Konsep Dasar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kista ovarium ?

131
2. Bagaimana tanda dan gejala kista ovarium ?

3. Apa penyebab kista ovarium ?

4. Dengan cara apa pengobatan kista ovarium ?

5. Bagaimana cara pencegahan kista ovarium ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Kista Ovarium
2. Mengetahui tanda dan gejala kista ovarium
3. Mengetahui etiologi Kista Ovarium
4. Mengetahui klasifikasi/ stadium Kista Ovarium
5. Mengetahui patofisiologi Kista Ovarium
6. Mengetahui penatalaksanaan baik medis maupun berdasarkan prinsip
keperawatan
7. Mengetahui pathway dari Kista Ovarium
8. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada klien Kista
Ovarium
9. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan klien Kista
Ovarium berdasarkan prioritas masalah
10. Dapat menentukan perencanaan pada klien Kista Ovarium

132
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau
benda seperti bubur (Dewa, 2000).

Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf


atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729).

B. Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovari, sampai sekarang belum ada yang benar-benar


memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.

Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

Golongan ini dibagi menjadi 2, yaitu kistik dan solid

1. Tumor Kistik Ovarium

Tumor kistik ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama
yang bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari corpus
luteum. Tetapi disamping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan
neoplasma. Oleh karena itu, tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi
dalam golongan non neoplastik (fungsional) dan neoplastik.

133
a. Kista Ovarium Non Neoplastik (fungsional)

Macam-macam kista ovarium non neoplastik (fungsional), yaitu:


1) Kista Folikel

Kista folikel adalah struktur normal, fisiologis,


sementara dan seringkali multiple, yang berasal dari
kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak
berkembang sempurna. Paling sering terjadi pada wanita
muda yang masih menstruasi dan merupakan kista yang
paling lazim dijumpai oleh ovarium normal. Diameter kista
berkisar dari ukuran mikroskopik sampai 8 cm (rata-rata 2
cm).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan
menghilang dengan spontan dalam waktu < 60 hari. Jika
muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar
menstruasi yang sangat pendek atau sangat panjang.
Perdarahan intraperitoneal dan torsi merupakan komplikasi
yang jarang terjadi. Kista yang terus membesar dan
menetap > 60 hari memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk kista < 4 cm
adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, pemeriksaan ulang
dalam waktu 6 minggu dan sekali lagi dalam waktu 8
minggu jika kista tetap ada. Pada kista folikel > 4 cm atau
jika kista kecil menetap, pemberian kontrasepsi oral selama
4 - 8 minggu akan menyebabkan kista menghilang sendiri.
b. Kista Korpus Luteum

Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran


> 3 cm. Kadang-kadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm
(rata-rata 4 cm). Penyulit proses ini dapat terjadi akibat perdarahan
atau dari kista korpus luteum.
Tindakan operatif biasanya berupa kistektomi ovarii dengan
mempertahankan ovarium. Operasi perlu dilakukan jika hemotorik

134
cairan yang didapat melalui kuldosentesis > 15%. Namun jika
perdarahan tidak begitu berat, rasa sakit dan nyeri tekan
berhubungan dengan menstruasi yang terlambat atau amenorea,
karena itu kista korpus luteum harus dibedakan dengan kehamilan
ektopik, ruptur endometrium dan torsi adneksa. Biasanya
dilakukan dengan pemeriksaan HcG (Human Chorionik
Gonadotropin) dan Ultrasonografi (USG). Kista yang menetap
dapat menghilang setelah pemberian kontrasepsi oral selama 4 - 8
minggu.

c. Korpus Teka Lutein

Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang


dibanding kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi
oleh cairan berwarna kekuning-kuningan. Berhubungan dengan penyakit
trofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa, koriokarsinoma),
kehamilan ganda atau kehamilan dengan penyulit diabetes melitus atau
sensitisasi Rh, penyakit ovarium polikistik (Sindrom Stein Leventhal), dan
pemberian zat perangsang ovulasi (misalnya klomifen atau terapi HcG).

Gejala-gejala yang timbul biasanya minimal (misalnya rasa


penuh atau menekan pada pelvis), meskipun ukuran ovarium
seluruhnya dapat sebesar 10 - 20 cm.

2. Kista Ovarium Neoplastik

Macam-macam kista neoplastik, yaitu:

a. Kistoma Ovarii Simpleks

Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan


halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar.
Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwana kuning.
b. Kista denoma Ovarii Musinosum

135
Kista ini berasal dari teratoma. Namun, pendapat lain mengatakan
kista ini berasal dari epitel germinativum atau mempunyai asal yang sama
dengan Tumor Brenner. Bentuk kista multilokular, biasanya unilateral,
dapat tumbuh menjadi sangat besar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perlakatan kista dengan omentum, usus-usus
dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan
dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma
peritonei.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya


unilokular, bila multilokular perlu di curigai adanya keganasan. Kista ini
dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Gambaran klinis
pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal dapat
timbul asites.
d. Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur


ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada
mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis,
konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi
perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini
diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran
klinis adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai
kista.

C. Etiologi

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu :

a. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :

136
1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

2) Zat tambahan pada makanan

3) Kurang olah raga

4) Merokok dan konsumsi alcohol

5) Terpapar denga polusi dan agen infeksius

6) Sering stress

7) Zat polutan

b. Faktor genetic

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu


kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar
zat kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

D. Patofisiologis

a. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )

1) Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi


dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple,
berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau
epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.
2) Kista fungsional

a) Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur
atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara
siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis.
Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan

137
pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari
8 cm.

b) Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan


meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan keterlambatan
menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau
pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi
oovorektomi.

3) Kista tuka lutein.

Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua


kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari
berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.
4) Kista Stein Laventhal

Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan


hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak.
Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan
dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.
b. Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)

1) Kistoma ovarii simplek.

Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran


tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum yang
kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya
adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
2) Kistadenoma ovarii musinosum.

Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun diduga berasal


dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang
lain, atau berasal dari epitel germinativum.
3) Kistadenoma ovarii serosum.

138
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila
kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka harus
dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan
mengalami keganasan.
4) Kista endometroid.

Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding


dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
5) Kista dermoid.

Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur¬struktur


ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih
menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor
berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

E. Manifestasi Klinis

Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau
komplikasi tumor tersebut.Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi
dan tidak spesifik.

 Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :

a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b) Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.

c) Nyeri saat bersenggama.

d) Perdarahan.

139
 Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a) Gangguan haid

b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering


berkemih.

c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang


menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.

d) Nyeri saat bersenggama.

 Pada stadium lanjut :

a) Asites

b) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam


rongga perut (usus dan hati)

c) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

d) Gangguan buang air besar dan kecil.

e) Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

F. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan

a. Keperawatan

1) Mengurangi Nyeri

2) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope


akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa
mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.

3) Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat


luka di rumah

4) Mencegah kekurangan volume Cairan

140
5) Mempertahankan integritas kulit

6) Memberikan nutrisi yang adekuat

7) Mengurangi ansietas

b. Penatalaksanaan medis

1) Pengangkatan kista ovarium

Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah


melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.
2) Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas


ovarium dan menghilangkan kista.
3) Perawatan pasca operasi

Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk


mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah
pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan
intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat
dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4) Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien


tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik /
tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau
teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
5) Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak


ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada

141
bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya
besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
(Wiknjosastro, et.all, 1999).
6) Asuhan post operatif

Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan


yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi
atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital,
asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik
dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan
pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa
sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita,
karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor
terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha
pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan
perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas
pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan
setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau
menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang
berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah
pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi,
kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).

G. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah


tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat
tumor itu.
b. Ultrasonografi

142
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon disebut di atas.
d. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro,
et.all, 1999)
e. Pap smear

Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya


kanker/kista.

H. Komplikasi

Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :

a. Perdarahan intra tumor


Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
c. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista
tumpah kedalam rungan abdomen.
d. Keganasan kista ovarium

143
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45
tahun.

I. Pathway

144
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dalam


pengumpulan data pasien/klien dengan menggunakan tehnik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Tetapi pada kasus amputasi
lebih difokuskan pada :
a. Riwayat penyakit

1) Keluhan utama

Pasien mengatakan perut sebelah kiri bawah terasa sakit dan nyeri
karena ada benjolan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit menular, menurun


dan menahun seperti TBC, DM, HT, JANTUNG.
3) Riwayat kesehatan keluaga

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita


penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, DM, HT,
JANTUNG.
4) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan bahwa drinya menderita / mempunyai penyakit kista


ovarium.
b. Pola kehidupan sehari - hari.

1) Pola nutrisi

Ibu mengatakan makan 3x / sehari dengan porsi nasi, lauk pauk, sayur,
buah dan minum susu dan minum air putih 8 gelas / hari.
2) Pola eliminasi

145
 BAB : Ibu mengatakan BAB 1x / hari konsistensi lunak,warna kuning
tenguli dan bau khas.

 BAK : Ibu mengatakan BAK 5 - 6x / sehari konsistensi cair,warna


kuning jernih dan bau khas.

3) Pola aktifitas

Ibu mengatakan melakukan pekerjaan ibu rumah tangga dan


melakukan pekerjaan sehari - hari seperti memasak, mencuci dan
mengepel dll.
4) Pola istirahat dan tidur

 Siang : + 2 jam ( 12.00 - 14.00 ).

 Malam : + 8 jam ( 21.00 - 05.00 ).

5) Pola seksual

Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2x dalam seminggu


dengan tidak ada keluhan.
6) Pola kebiasaan sehari – hari

Ibu mengatakan mandi 2x / hari dan ganti baju 3x / hari dan gosok gigi
3x / hari.
c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu proses pengumpulan data


untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan klien dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Namun
pemeriksaan fisik pada pasien kista ovarium lebih menekankan pada :
1) Inspeksi

Rambut : bersih, hitam, tidak ada ketombe


Muka : - Cloasma Gravidarum : tidak ada odem
- Konjungtiva : merah muda (tidak anemis)
- Sclera : Putih (tidak Ikterus)

146
Mulut : - Stomatitis : tidak ada stomatitis

- Gigi : tidak caries

Leher : - Pembesaran kelenjar betah bening : tidak ada

- Struma : tidak ada

- Pembesaran jugularis : tidak ada

Dada : Simetris

Payudara : - Bentuk : Menggantung

- Aerola : Hiperpegmentasi

- Putting susu : Menonjol

- Keluaran : Colostrum (-) tidak ada cairan darah

Perut : - Striae : Tidak ada

- Linea : Tidak ada

- Pembesaran : Tidak ada pembesaran dan tidak ada


benjolan

- Bekas luka : Tidak ada bekas luka operasi

Vulva : - warna : Kecoklatan

- Luka perut : Tidak ada

- Keluaran : Tidak ada

- Varises : Tidak ada

- Odema : Tidak ada

Anus : - Hemoroid : Tidak ada

- Varices : Tidak ada

Ektremitas atas / bawah : - Varises : -/-

- Odema : -/-

147
d. Pemeriksaan diagnostic

1) Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah


tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-
sifat tumor itu.
2) Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor


apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3) Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.


Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4) Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab


asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk.
(Wiknjosastro, et.all, 1999)
5) Pap smear

Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan


adaya kanker/kista.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Preoperasi

1) Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi

148
2) Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

3) PK: perdarahan

b. Post operasi

1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik

2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

3) Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

3. Perencanaan

a. Pre-Operasi

DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan


Pain Management
injuri biologi keperawatan selama 3x24jam
diharapkan nyeri pasien berkurang § Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi
NOC :
karakteristik, durasi, frekuensi
v Pain Level, kualitas dan faktor presipitasi

v Pain control, § Observasi reaksi nonverbal dar


ketidaknyamanan
v Comfort level
§ Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Kriteria Hasil :
untuk mengetahui pengalaman
v Mampu mengontrol nyeri (tahu nyeri pasien
penyebab nyeri, mampu
§ Kaji kultur yang mempengaruh

149
menggunakan tehnik respon nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi
§ Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri, mencari bantuan)
lampau
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang
§ Evaluasi bersama pasien dan tim
dengan menggunakan manajemen
kesehatan lain tentang
nyeri
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
v Mampu mengenali nyeri (skala, lampau
intensitas, frekuensi dan tanda
§ Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri)
mencari dan menemukan dukungan
v Menyatakan rasa nyaman setelah
§ Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri berkurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
v Tanda vital dalam rentang normal ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

§ Kurangi faktor presipitasi nyeri

§ Pilih dan lakukan penanganan nyer


(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)

§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi

§ Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§ Berikan analgetik untuk mengurang


nyeri

§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

§ Tingkatkan istirahat

§ Kolaborasikan dengan dokter jika ada


keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

150
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :
diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 jam
Anxiety Reduction (penurunan
pembedahan diharapakan cemasi terkontrol
kecemasan)
NOC :
· Gunakan pendekatan yang
v Anxiety control menenangkan

v Coping · Nyatakan dengan jelas harapan


terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil :
· Jelaskan semua prosedur dan apa
v Klien mampu mengidentifikasi dan
yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas
· Temani pasien untuk memberikan
v Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas · Berikan informasi faktua
mengenai diagnosis, tindakan
v Vital sign dalam batas normal
prognosis
v Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
· Dorong keluarga untuk meneman
tubuh dan tingkat aktivitas
anak
menunjukkan berkurangnya
kecemasan · Lakukan back / neck rub

· Dengarkan dengan penuh


perhatian

· Identifikasi tingkat kecemasan

· Bantu pasien mengenal situas


yang menimbulkan kecemasan

· Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan
ketakutan, persepsi

· Instruksikan pasien menggunakan


teknik relaksasi

151
· Barikan obat untuk mengurang
kecemasan

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan


· Monitor tanda-tanda perdarahan
keperawatan selama 3x24 jam gastrointestinal
diharapakan pasien menunjukkan
· Awasi petheciae, ekimosis
perdarahan dapat diminimalkan
perdarahan dari suatu tempat

· Monitor vital sign

· Catat perubahan mental

· Hindari aspirin

· Awasi HB dan factor pembekuan

· Berikan vitamin tambahan dan


pelunan feses

b. Post Operasi

DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan


Pain Management
injuri fisik keperawatan selama 3x24
jam
diharapkan nyeri pasien berkurang§ Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
NOC :
termasuk lokasi,
v Pain Level, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
v Pain control,
faktor presipitasi
v Comfort level
§ Observasi reaksi nonverbal
Kriteria Hasil : dari ketidaknyamanan

v Mampu mengontrol nyeri (tahu


§ Gunakan teknik komunikasi
penyebab nyeri, mampu terapeutik untuk

152
menggunakan tehnik mengetahui pengalaman
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri pasien
nyeri, mencari bantuan)
§ Kaji kultur yang
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang mempengaruhi respon nyeri
dengan menggunakan manajemen
§ Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri
masa lampau
v Mampu mengenali nyeri (skala,
§ Evaluasi bersama pasien dan
intensitas, frekuensi dan tanda
tim kesehatan lain tentang
nyeri)
ketidakefektifan kontrol
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri masa lampau
nyeri berkurang
§ Bantu pasien dan keluarga
v Tanda vital dalam rentang normal untuk mencari dan
menemukan dukungan

§ Kontrol lingkungan yang


dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan

§ Kurangi faktor presipitasi


nyeri

§ Pilih dan lakukan penanganan


nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)

§ Kaji tipe dan sumber nyeri


untuk menentukan
intervensi

§ Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

153
§ Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

§ Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri

§ Tingkatkan istirahat

§ Kolaborasikan dengan dokter


jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol


penurunan pertahanan keperawatan selama 3x 24 jam infeksi)
primer diharapakan infeksi terkontrol
· Bersihkan lingkungan
NOC : setelah dipakai pasien lain

v Immune Status · Pertahankan teknik isolasi

v Knowledge : Infection control · Batasi pengunjung bila


perlu
v Risk control
· Instruksikan pada
Kriteria Hasil :
pengunjung untuk mencuci
v Klien bebas dari tanda dan gejala tangan saat berkunjung dan
infeksi setelah berkunjung

v Mendeskripsikan proses penularan meninggalkan pasien


penyakit, factor yang· Gunakan sabun
mempengaruhi penularan serta antimikrobia untuk cuci
penatalaksanaannya, tangan

v Menunjukkan kemampuan untuk· Cuci tangan setiap


mencegah timbulnya infeksi sebelum dan sesudah

v Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan kperawtan

v Menunjukkan perilaku hidup sehat · Gunakan baju, sarung


tangan sebagai alat

154
pelindung

· Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat

· Ganti letak IV perifer dan


line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum

· Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing

· Tingktkan intake nutrisi

· Berikan terapi antibiotik


bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)

· Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal

· Monitor hitung granulosit,


WBC

· Monitor kerentanan
terhadap infeksi

· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung
terhadap penyakit menular

· Partahankan teknik

155
aspesis pada pasien yang
beresiko

· Pertahankan teknik isolasi


k/p

· Berikan perawatan kuliat


pada area epidema

· Inspeksi kulit dan


membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

· Dorong masukkan nutrisi


yang cukup

· Dorong masukan cairan

· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai
resep

· Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi

· Ajarkan cara menghindari


infeksi

· Laporkan kecurigaan
infeksi

· Laporkan kultur positif

3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene


b.d imobilitas (nyeri keperawatan selama 3x24 jam

156
pembedahan) diharapakan pasien menunjukkan managemen
kebersihan diri
· Kaji keterbatasan pasien
NOC : dalam perawatan diri

v Kowlwdge : disease process · Berikan kenyamanan pada


pasien dengan
v Kowledge : health Behavior
membersihkan tubuh pasien
Kriteria Hasil : (oral,tubuh,genital)

v Pasien bebas dari bau · Ajarkan kepada pasien

v Pasien tampak menunjukkan pentingnya menjaga

kebersihan kebersihan diri

v Pasien nyaman · Ajarkan kepada keluarga


pasien dalam menjaga
kebersihan pasien

157
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui,
diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006).

Kasus kista ovari terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri pada
saat haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab yaitu USG untuk
memastikan diagnosa kista ovari. Pemeriksaan dini lebih baik dilakukan apabila ada
manifestasi klinis lain.

B. Saran
1. Untuk pasien kista ovari perlu adanya bantuan keluarga dalam melakukan
aktivitas pasca operasi.
2. Untuk pasien kista ovari dianjurkan miring kiri untuk menghindari muntah
dan aspirasi.
3. Untuk pasien kista ovari sebaiknya mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka.

158
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E, Marilyn. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.. Jakarta :EGC.

Philadelphia: Mosby.Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta
: EGC.

Smeltzer and Bare. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :EGC

Anonim (2013). Kista Ovarium. Diunduh Dari:

http://putri-yohana.blogspot.co.id/2013/02/kista-ovarium.html Diakses pada tanggal:


09 Maret 2018

Anonim (2011). Klasifikasi Kista Ovarium. Diunduh Dari:

https://id.scribd.com/document/107516053/klasifikasi-Kista-Ovarium Diakses pada


tanggal: 09 Maret 201

159

Anda mungkin juga menyukai