Anda di halaman 1dari 4

SEMINAR NASIONAL “IDENTITAS KOTA-KOTA MASA DEPAN DI INDONESIA”

“tomorrow ‘s success is today’s strategies”


21 Desember 2009, The Werdhapura Village, Jl. Danau Tamblingan No. 49, Sanur, Denpasar, Bali

PENGEMBANGAN KOTA YANG ADAPTIF TERHADAP BENCANA


DALAM MENUJU IDENTITAS KOTA MASA DEPAN DI INDONESIA

E Krisnanto. Tjahyani Busono


 Bencana bagi kota dan penghuninya tidak hanya
Abstrak— Pengembangan kota-kota di Indonesia dewasa disebabkan oleh fenomena alam namun juga disebabkan
ini terlihat semakin tidak menekankan pada identitas kota oleh kebijakan yang tidak tepat tentang sistem transportasi
dimasa depan. Kota seolah hanya dikembangkan sebagai umum (public-trasnport) perkotaan, seperti kebijakan sistem
subjek pembangunan, kota seolah-olah hanya sebagai transportasi kota yang memicu terjadinya kemacetan,
wadah , tempat berkumpulnya banyak kegiatan tanpa menyebabkan orang depresi, menghabiskan waktu untuk di
menekankan pada artian tempat (place) yang sebenarnya, jalan dan menghabiskan energi minyak bumi yang tidak
yaitu tempat yang memiliki jiwa yang perlu pengelolaan terbarukan, bila ini berlanjut terus maka kehidupan anak
secara baik, manusiawi dan beridentitas. cucu kita dimasa depan dipastikan terancam. Pola
Kota bukanlah benda mati, namun kota adalah pengembangan zona-zona pemukiman (settlement) yang
hidup yang dapat berkembang dan bergerak secara tidak memperhatikan jarak jangkau tempat bekerja dengan
horizontal maupun vertikal oleh sebab itu sebagai benda tempat tinggalnya yang juga mengakibatkan pemborosan
hidup kota-kota di Indonesia harus dikembangkan secara energi, dalam hal ini sebaiknya pemukiman dikembangkan
lebih beridentitas untuk dimasa depan. Berbicara tentang dengan model vertikal, sebab dengan model seperti ini kota
identitas kota-kota di Indonesia dimasa depan, kita harus akan lebih menghemat energi dan lahan sehingga air hujan
menengok kebelakang bagaimana kondisi pengembangan juga lebih banyak terserap ke dalam tanah. Selanjutnya
kota-kota yang telah lalu, seperti apa yang pernah kita lihat sistem pembuangan akhir sampah perkotaan yang kurang
banyak peristiwa yang telah membuat fisik kota kita hancur memperhatikan kelayakkan dan pada gilirannya
akibat bencana alam seperti gempa bumi, angin puting menimbulkan masalah baru sampah tidak dapat dibuang ke
beliung, dan banjir. Kemudian kita juga merasakan oleh pembuangan akhir yang berujung menjadi menggunungnya
kebijakan yang tidak tepat tentang transportasi kota yang tumpukan sampah dan berbau serta menimbulkan wabah
berakibat pada kemacetan yang berimplikasi adanya penyakit.
pemborosan energi dan pada akhirnya akan menimbulkan
bencana yaitu kehidupan dimasa depan akan terancam Keywords : Pengembangan kota, Bencana alam, Kebijakan
keberlanjutannya. Selanjutnya masalah lainnya yaitu
kebijakan sistem pembuangan sampah diperkotaan yang
kurang memperhatikan kelayakan yang menyebabkan A. Pendahuluan
permasalahan baru yang berujung pada menumpuknya
sampah-sampah perkotaan yang berimplikasi pada Pengembangan kota-kota di Indonesia dewasa
munculnya bencana yaitu wabah penyakit dan mengurangi
ini terlihat semakin tidak menekankan pada identitas
keindahan kota.
Hancur dan terkoyaknya fisik kota akibat bencana kota dimasa depan. Kota seolah hanya dikembangkan
alam seperti gempa bumi, angin puting beliung, dan banjir, sebagai subjek pembangunan, kota seolah-olah
yang membawa kesengsaraan penghuni kota tidak dapat hanya sebagai wadah , tempat berkumpulnya banyak
begitu saja kita menyalahkan fenomena alam tersebut. kegiatan tanpa menekankan pada artian tempat
Namun yang perlu kita salahkan adalah diri kita sendiri yang (place) yang sebenarnya, yaitu tempat yang memiliki
mengembangkan atau membuat fisik kota menjadi tidak jiwa yang perlu pengelolaan secara baik, manusiawi
adaptif terhadap bencana alam. Agar kota dapat adaptif dan beridentitas.
terhadap bencana alam seperti tersebut diatas, Kota bukanlah benda mati, namun kota adalah
pengembangan kota sebaiknya tidak hanya dikembangkan
hidup yang dapat berkembang dan bergerak secara
berdasarkan aspek sosial, ekonomi, politik dan cultural saja,
namun sebaiknya kota juga dikembangkan berdasarkan horizontal maupun vertikal, oleh sebab itu sebagai
beberapa aspek kebijakan teknis sebagai berikut: 1). benda hidup kota-kota di Indonesia harus
Struktur bangunan dan sistem infrastruktur di perkotaan dikembangkan dan berdasarkan pada tata nilai sosial-
sebaiknya dikembangkan dengan system tahan terhadap ekonomi-budaya masyarakat untuk menciptakan
gaya lateral atau gempa bumi. 2). Penyediaan ruang-ruang identitas kota dimasa depan. Berbicara tentang
terbuka dan jauh dari kemungkinan runtuhnya bangunan identitas kota-kota di Indonesia dimasa depan, kita
yang lebih banyak sebagai tempat berlindung dan temapt harus menengok kebelakang bagaimana kondisi
penyelamatan ketika terjadi gempa bumi , 3). Vegetasi pengembangan kota-kota yang telah lalu, seperti apa
sebagai tata hijau kota sebaiknya dipilih model tanaman
yang pernah kita lihat banyak peristiwa yang telah
keras yang tidak mudah tumbang atau patah akibat terpaan
angin puting beliung. 4). Air hujan harus diberi ruang yang membuat fisik kota kita hancur akibat bencana alam
cukup agar dapat menyerap ke dalam tanah sehingga seperti gempa bumi, angin puting beliung, dan banjir.
menjadi cadangan air tanah dan selebihnya dibuang Kemudian kita juga merasakan oleh kebijakan yang
dengan saluran-saluran bebas sampah dengan dimensi tidak tepat tentang transportasi kota yang berakibat
yang mencukupi agar tidak meluap dan menjadi banjir. pada kemacetan yang berimplikasi adanya
pemborosan energi dan pada akhirnya akan
*) Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur, Universitas Pendidikan Indonesia menimbulkan bencana, yaitu membebani kehidupan
Jl. Dr. setiabudhi No 229 Bandung, Jawa Barat, Indonesia. generasi dimasa depan karena akan terancam
Widy_1845@yahoo.com

– GMPPR – DITJEN PENATAAN RUANG, DEP. PEKERJAAN UMUM – IAI – IAP –


THE WERDHAPURA VILLAGE, 21 DESEMBER 2009
keberlanjutannya. Selanjutnya masalah lain, yaitu sampah dan berbau serta menimbulkan wabah
kebijakan sistem pembuangan sampah diperkotaan penyakit.
yang kurang memperhatikan kelayakan yang
menyebabkan permasalahan baru yang berujung
pada menumpuknya sampah-sampah perkotaan yang B. Kegiatan Perencanaan Kota
berimplikasi pada munculnya bencana wabah
penyakit dan mengurangi keindahan kota. Pengaturan kota bukan hanya sekedar masalah
Hancur dan terkoyaknya fisik kota akibat fisik dan poles memoles wajah visual akan tetapi
bencana alam seperti gempa bumi, angin puting menyangkut tata nilai dan aspek-aspek
beliung, dan banjir, membawa kesengsaraan poleksosbudhankamnas yang kompleks. Kalau tidak
penghuni kota, namun kejadian itu tidak dapat begitu ditangani dengan pemikiran yng komprehensip dapat
saja kita menyalahkan fenomena alam tersebut. menjadi keresahan baru. Perencanaan kota yang
Namun yang perlu kita lakukan adalah instropeksi diri, adaptif terhadap bencana merupakan bagian dari
apa yang salah dengan pengembangan kota-kota di pembentukkan pembangunan yang berkelanjutan
Indonesia. Barangkali kita masih mengabaikan aspek- yang memadukan antara pembangunan dan
aspek kebijakan teknis yang membuat fisik kota konservasi seperti yag digagas oleh IUCN, UNEP dan
menjadi tidak adaptif terhadap bencana alam. Agar WWF yang dituangkan dalam dokumen yang disebut
kota dapat adaptif terhadap bencana alam seperti Caring for the Earth. Dokumen ini merupakan saran
tersebut diatas, pengembangan kota sebaiknya tidak tentang strategi pembangunan masyarakat yang
hanya dikembangkan berdasarkan aspek normative berkelanjutan (susteinabel society development), yaitu
sosial, ekonomi, budaya, namun sebaiknya kota juga suatu pembangunan masyarakat yang dibangun
dikembangkan berdasarkan beberapa aspek dengan dasar atau asas sebagai berikut :
kebijakan teknis sebagai berikut: 1). Struktur
bangunan dan sistem infrastruktur di perkotaan  Menghormati, memelihara, dan peduli dengan
sebaiknya dikembangkan dengan sistem tahan komunitas kehidupan. Asas ini mencerminkan
terhadap gaya lateral atau gempa bumi. 2). etika untuk peduli pada setiap orang dan
Penyediaan ruang-ruang terbuka dan jauh dari mahkluk hidup lainnya, pada saat ini maupun
kemungkinan runtuhnya bangunan yang lebih banyak masa mendatang. Pembangunan yang
sebagai tempat berlindung dan temapt penyelamatan berlangsung sekarang hendaknya tidak menjadi
ketika terjadi gempa bumi , 3). Vegetasi sebagai tata beban bagi generasi yang akan datang.
hijau kota sebaiknya dipilih model tanaman keras  Memperbaiki kualitas hidup manusia. Tujuan
yang tidak mudah tumbang atau patah akibat terpaan nyata pembangunan adalah memperbaiki
angin puting beliung. 4). Air hujan harus diberi ruang kualitas hidup manusia. Ini adalah proses
yang cukup agar dapat menyerap ke dalam tanah mendorong kemampuan manusia untuk
sehingga menjadi cadangan air tanah dan selebihnya mewujudkan potensi yang dimiliki, membangun
dibuang dengan saluran-saluran bebas sampah kepercayaan diri dan memiliki kebanggaannya.
dengan dimensi yang mencukupi agar tidak meluap  Mengkonservasi vitalitas dan keanekaragaman
dan menjadi banjir. bumi. Mengkonservasi sistem dasar penopang
Bencana bagi kota dan penghuninya tidak hanya kehidupan, mengkonservasi keanekaragaman
disebabkan oleh fenomena alam namun juga hayati, dan mengupayakan agar manfaat
disebabkan oleh kebijakan yang tidak tepat tentang suberdaya yang tak terbarukan terus bisa
sistem transportasi umum (public-trasnport) berlanjut.
perkotaan, seperti kebijakan sistem transportasi kota  Meminimalkan pengurangan sumberdaya yang
yang memicu terjadinya kemacetan, menyebabkan tak terbarukan.
orang depresi, menghabiskan waktu untuk di jalan  Menjaga daya dukung bumi.
dan menghabiskan energi minyak bumi yang tidak  Mengubah sikap dan praktek perorangan.
terbarukan, bila ini berlanjut terus maka kehidupan Menguji kembali nilai yang dianut dan
anak cucu kita dimasa depan dipastikan terancam. mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan
Pola pengembangan zona-zona pemukiman etika menjaga keberlanjutan kehidupan.
(settlement) yang tidak memperhatikan jarak jangkau  Membangun kemampuan komunitas agar dapat
tempat bekerja dengan tempat tinggalnya, juga memelihara lingkungan sendiri.
mengakibatkan pemborosan energi, mengingat
 Menyiapkan suatu kerangka nasional untuk
semakin sempitnya lahan perkotaan dan semakin
memadukan pembangunan dan konservasi.
jauhnya jarak jangkau dengan tempat bekerja
 Membangun aliansi global.
sebaiknya pemukiman dikembangkan dengan model
vertikal, sebab dengan model seperti ini kota akan
Dari sembilan asas pembangunan berkelanjutan
lebih menghemat energi dan lahan sehingga air hujan
tersebut, beberapa asas secara jelas dapat
juga lebih banyak terserap ke dalam tanah.
diimplementasikan dalam praktek nyata sebagai
Selanjutnya sistem pembuangan akhir sampah
dasar untuk mewujudkan pengembangan kota yang
perkotaan yang kurang memperhatikan kelayakkan
adaptif terhadap bencana. Beberapa asas yang dapat
dan pada gilirannya menimbulkan masalah baru
dijadikan sebagai konsep dasar pengembangan kota
sampah tidak dapat dibuang ke pembuangan akhir
yang adaptif terhadap bencana adalah asas
yang berujung menjadi menggunungnya tumpukan
menekankan pada ketahanan lingkungan, menjaga
sumberdaya tak terbarukan, mengkonservasi

– GMPPR – DITJEN PENATAAN RUANG, DEP. PEKERJAAN UMUM – IAI – IAP –


THE WERDHAPURA VILLAGE, 21 DESEMBER 2009
keanekaragaman hayati, menjaga daya dukung bumi, 3. Perlindungan Air Sebagai Cadangan Air Tanah
dan menjaga keberlanjutan hidup. Aspek-aspek ini
dapat direalisasikan dalam tindakan nyata pada Air sebagai unsur utama kehidupan, keberadaanya
perancangan kota, dalam menuju kota yang adaptif selalu menjadi berkah dalam hidup ini. Banyak
terhadap bencana. Aspek-aspek tersebut dapat sejarah tentang lahirnya kota-kota di dunia yang
dijabarkan melalui pendekatan-pendekatan kebijakan disebabkan oleh keberadaan sumber air atau sungai.
teknis berikut : Air menjdi sumber kehidupan yang keberadaannya
harus dijaga, bila tidak maka seluruh kehidupan di
1. Struktur Bangunan dan Sistem Infrastruktur dunia ini akan musnah. Peran dalam perencanaan
Perkotaan yang Tahan Terhadap Gempa Bumi kota dalam melestarikan dan menjaga keberadaan air
dapat dilakukan melalui kebijakan-kebijakan teknis
Hancurnya kota-kota di Indonesia akibat gempa dalam pembangunan ruang kota, misalnya dengan
bumi membawa duka yang sangat dalam, ribuan konsep-konsep seperti, ruang terbuka hijau (green
korban jiwa, kerugian harta benda, hilangnya sanak architecture), artinya kota harus diberikan ruang
saudara yang tak ternilai harganya membuat semakin terbuka untuk penghijauan dengan porsi yang
pilu hati masyarakat kota. Robohya gedung mencukupi yang dapat berfungsi sebagai resapan air
perkantoran, gedung komersial, pendidikan, rumah dengan tanaman-tanaman keras yang mampu
sakit, peribadatan, gardu listrik, jaringan air bersih, menyimpan kandungan air tanah. Peyediaan sumur-
jalan dan jembatan membuat terpuruknya sebuah sumur resapan air hujan dan air bekas, setiap air
kota pasca bencana alam. Hal ini tidak boleh terulang hujan tidak dibiarkan mengalir dan terbuang begitu
kembali, bila dulu faktor alam dalam perencanaan saja dan setiap air bekas dari rumah tangga, gedung-
kota barangkali kurang diperhatikan, maka kebijakan gedung di perkotaan tidak dibiarkan dibuang ke
perencanaan kota ke depan harus memperhatikan selokan dan sungai, namun semua air hujan, air
fenomena alam yang akhir-akhir ini sering melanda bekas tersebut harus dibuang pada sumur-sumur
kota-kota di negeri ini. Demi keselamatan banyak resapan yang dibuat pada setiap site bangunan
orang pemerintah kota atau institusi-institusi yang ataupun yang dibuat oleh pemerintah kota yang dapat
terkait dengan pengembangan kota harus berani digunkan secara masal. melindungi zona-zona
dalam membuat kebijakan dan kontrol pada saat konservasi air tanah secara konsisten, dan menjaga
implementasi, bahwa bangunan dan infrastruktur yang sungai dari limbah-limbah padat, organik dan kimia
dikembangkan di dalam perkotaan harus sebagai sumber pencemaran.
diperhitungkan terhadap pengaruh gaya lateral
dinamik gempa dan bukan hanya diperhitungkan 4. Pengembangan Hutan Kota dan lahan konservasi
terhadap gaya static-gravitasi saja. Ini harus dilakukan air tanah
agar bila terjadi gempa dengan skala ringan, sedang,
dan berat, struktur bangunan mampu mengadaptasi Perlunya pengembangan zona-zona untuk hutan
gaya lateral dinamik gempa. Perlu diingat bahwa kota dalam perencanaan kota menjadi penting untuk
kejadian gempa bumi itu memiliki sifat yang berulang, dilakukan. Hutan kota berfungsi untuk menjaga
artinya bila suatu daerah atau kota sudah terkena keseimbangan lingkungan kota yaitu sebagai paru-
gempa maka setelah sekian rentang puluh atau paru kota dan membuat berlangsungnya ekosistem
ratusan tahun akan terjadi kembali. seperti burung dan binantang-binatang lainnya untuk
tetap hidup di atas langit perkotaan. Sebagai paru-
2. Pemilihan Model Vegetasi yang Aman Bagi Kota paru kota, hutan kota menangkap polusi udara akibat
pencemaran di dilingkungan perkotaan, selain itu
Perencanaan pemilihan model tata hijau dalam hutan kota juga berfungsi sebagai zona resapan air
detail tata ruang perkotaan dapat berpengaruh pada untuk menjaga ketahanan penyediaan air tanah. Bila
keandalan kota terhadap bencana alam seperti angin aspek ini kita sadari, penting menjadi fokus perhatian
puting beliung. Pengalaman membuktikan banyak dalam perencanaan kota dan dapat
vegetasi kota-kota di Indonesia yang tumbang dan diimplementasikan secara konsisten dalam tindakan
merobohkan gedung, infrastruktur kota, bahkan nyata pada praktek-praktek perencanaan kota (urban
menyebabkan jatuhnya korban jiwa, akibat tiupan development), maka masyarakat kota akan terhindar
angin puting beliung. Bencana tersebut dapat dari bencana polusi udara dan kurangnya konsumsi
menyebabkan kerugian materiil dan terganggunya air.
perekonomian, serta terganggunya aktivitas kegiatan
masyarakat kota. Terkadang kita asik menanam 5. Sistem Transportasi
pohon pada ruas-ruas jalan, halaman gedung, dan
ruang terbuka di perkotaan yang hanya untuk Kebijakan sistem transportasi kota yang memicu
mengejar keindahan visual dari tanaman tersebut terjadinya kemacetan, menyebabkan orang depresi,
tanpa memperhitungkan kekuatan dari jenis tanaman menghabiskan waktu untuk di jalan dan
dari pengaruh tiupan angin yang besar. Bencana dari menghabiskan energi minyak bumi yang tidak
pengaruh alam seperti ini dapat kita hindari bila kita terbarukan, bila ini berlanjut terus maka kehidupan
dapat memilih model vegetasi yang tepat untuk ruang anak cucu kita dimasa depan dipastikan terancam.
kota. Sistem transpotasi terkait erat dengan penentuan
zoning kegiatan pada saat perencanaan kota
berlangsung. Pola pengembangan zona-zona

– GMPPR – DITJEN PENATAAN RUANG, DEP. PEKERJAAN UMUM – IAI – IAP –


THE WERDHAPURA VILLAGE, 21 DESEMBER 2009
pemukiman (settlement) yang tidak memperhatikan sekedar membersihkan dan mengangkut sampah
jarak jangkau tempat bekerja dengan tempat keluar dari kota, karena tempat pembuangan akhir
tinggalnya mengakibatkan pemborosan energy dan sampah bila terus menerus untuk pembuangan akan
membuat beban kehidupan dimasa mendatang. tidak mampu menampung lagi. Untuk itu sebuah kota
Pengembangan perumahan yang dilakukan harus mampu menjadikan sampah sebagai potensi
secara horizontal yang menyebabkan semakin sempit yang dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat
dan mahalnya lahan di perkotaan, maka sudah seperti menjadi tenaga listrik alternative, kompos, dan
saatnya pengembangan rumah tinggal disusun secara recaycel menjadi barang jadi yang lain, agar sampah
vertikal (rumah susun) yang tetap meghayati norma, tidak hanya sebagai sampah namun sampah dapat
tata nilai, dan perilaku masyarakat kampung yang menjadi sesuatu yang bermanfaat.
ditargetkan dengan letak rumah susun yang
diperhitungkan terhadap jarak jangkau penghuni
dengan tempat bekerjanya agar tidak boros energi. C. Penutup
Barangkali kita dapat menyimak sistem
transportasi dari negara-negara barat yang sering kita Identitas suatu kota harus dijunjung dan
kecam sebagai Negara borjuis kapitalis, ternyata mengakar dari kondisi citra mental sosial-ekonomi-
dalam masalah perkotaan justru memperlihatkan budaya masyarakat. Kevin linch dalam bukunya what
kesan yang lebih sosialis. Contoh kebijakan time is place? (MIT 1972) mengatakan bahwa
transportasi di Inggris, pemerintah mempromosikan identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari
dan menggalakkan penggunaan public-transport ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang
dengan konsep-konsep penunjang yang mantap. mencerminkan waktu (sense of time), yang
Misalnya konsep ‘Kiss and Ride’ untuk transport antar ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh
kota pekerja atau pegawai yang tinggal dikota-kota aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu
satelit tetapi bekerja di kota induk (central city). sendiri. Merujuk dari peryataan tersebut, meskipun
Disamping itu ada pula konsep ‘Park and Ride’ untuk pendekatan teknis yang telah disebutkan terdahulu
transport di pusat kota. Konsep ini digunakan pada untuk membentuk kota yang adaptif terhadap
pusat-pusat perkantoran, perdagangan atau bencana diimplementasikan pada pengembangan
pertokoan di daam kota. Pada pust-pusat kegiatan kota, namun identitas utama kota harus tetap
tersebut hanya kendaraan umumlah yang mengakar dari citra mental masyarakatnya, dengan
diperbolehkan masuk. Mereka yang membawa demikian kota tidak menjadi kehilangan jati dirinya.
kendaraan pribadi harus memparkir kendaraannya Untuk menghasilkan pelaksanaan atau implementasi
pada car-park yang disediakan di periphery untuk dari kegiatan pengembangan kota yang adaptif
kemudian bersama-sama menggunakan kendaraan terhadap bencana diperlukan tindakan nyata dan
umum ke tujuan masing-masing. konsisten serta kontrol yang baik dari pemangku
Pengalaman menunjukkan bahwa di Negara kebijakan. Namun peran serta masyarakat sangat
maju sering terasa lebih nikmat berpergian diutamakan untuk dapat mewujudkan kota yang
menggunakan kendaraan umum (bus kota, adaptif terhadap bencana, sebab bagaimanapun
underground/metro/tube) dari pada dengan masyarakat sebagai subyak dari pembangunan kota.
kendaraan pribadi. Dengan kendaraan umum kita
dapat langsung sampai ke tempat tujuan sedangkan
bila menggunakan kendaraan pribadi harus mencari DAFTAR PUSTAKA
tempat parkir lebih dulu, ditambah jalan kaki, dengan Cresswell, R. :Public Transport and Urban Planning, PH.d.
Thesis, UWIST, Cardiff, 1976.
biaya parkir yang cukup mahal.
Evans, H. : Town Planning and Public Transport, Journal of
the Royal Town Planning Institute, July, 1976.
6. Sistem Pembuangan Sampah Frick, Heinz & Hesti M, Tri, 2006 : Pedoman Bangunan
Tahan Gempa. Kanisius. Yogyakarta
Hall, P. : Urban and Regional Planning. Penguin Books,
Permasalahan lain yang dihadapi sebuah kota
Harmondsworth, 1976.
adalah masalah pembuangan sampah. Produksi Ilhami. : Strategi Pembangunan Perkotaan di Indonesia.
sampah di kota besar setiap harinya telah mencapai Usaha Nasional, Surabaya, 1990.
jutaan kubik, bila sampah hasil kegiatan kota ini tidak LPM. ITB, Agenda 21 Sektoral. Membut Pembangunan
Berlanjut. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan
dikelola dengan baik maka bencana banjir dan wabah
UNDP. September 2000.
penyakit akan selalu membayangi warga masyarakat Marbun, BN. : Kota Masa Depan Prospek dan Masalahnya.
kota. Walaupun sampah kota telah memiliki tempat Erlangga, Jakarta, 1979.
pembuangan, namun bila sistem pembuangan akhir Levy, Mathys & Salvadori, Mario, 1992 : Why Buildings Fall
Down. Ww. Norton & Company, New York. London.
sampah perkotaan yang dipilih kurang memperhatikan
Skeffington, A. : People and Planning. Ministry of Housing
kelayakkan, pada gilirannya akan menimbulkan and Local Government, London, 1969.
masalah baru. Contoh pada dua tahun yang lalu,
sampah di kota bandung tidak dapat dibuang di
tempat pembuangan akhir sampah, karena tempat
pembuangannya mendapat resistensi dari warga
disekitarnya yang menyebabkan kota bandung
menjadi lautan sampah hingga menggunung,
menimbulkan bau tak sedap dan mengurangi
keindahan kota. Masalah sampah tidak hanya

– GMPPR – DITJEN PENATAAN RUANG, DEP. PEKERJAAN UMUM – IAI – IAP –


THE WERDHAPURA VILLAGE, 21 DESEMBER 2009

Anda mungkin juga menyukai