SEMINAR NASIONAL “IDENTITAS KOTA-KOTA MASA DEPAN DI INDONESIA”
“tomorrow ‘s success is today’s strategies”
21 Desember 2009, The Werdhapura Village, Jl. Danau Tamblingan No. 49, Sanur, Denpasar, Bali
PENGEMBANGAN KOTA YANG ADAPTIF TERHADAP BENCANA
DALAM MENUJU IDENTITAS KOTA MASA DEPAN DI INDONESIA
E Krisnanto. Tjahyani Busono
Bencana bagi kota dan penghuninya tidak hanya Abstrak— Pengembangan kota-kota di Indonesia dewasa disebabkan oleh fenomena alam namun juga disebabkan ini terlihat semakin tidak menekankan pada identitas kota oleh kebijakan yang tidak tepat tentang sistem transportasi dimasa depan. Kota seolah hanya dikembangkan sebagai umum (public-trasnport) perkotaan, seperti kebijakan sistem subjek pembangunan, kota seolah-olah hanya sebagai transportasi kota yang memicu terjadinya kemacetan, wadah , tempat berkumpulnya banyak kegiatan tanpa menyebabkan orang depresi, menghabiskan waktu untuk di menekankan pada artian tempat (place) yang sebenarnya, jalan dan menghabiskan energi minyak bumi yang tidak yaitu tempat yang memiliki jiwa yang perlu pengelolaan terbarukan, bila ini berlanjut terus maka kehidupan anak secara baik, manusiawi dan beridentitas. cucu kita dimasa depan dipastikan terancam. Pola Kota bukanlah benda mati, namun kota adalah pengembangan zona-zona pemukiman (settlement) yang hidup yang dapat berkembang dan bergerak secara tidak memperhatikan jarak jangkau tempat bekerja dengan horizontal maupun vertikal oleh sebab itu sebagai benda tempat tinggalnya yang juga mengakibatkan pemborosan hidup kota-kota di Indonesia harus dikembangkan secara energi, dalam hal ini sebaiknya pemukiman dikembangkan lebih beridentitas untuk dimasa depan. Berbicara tentang dengan model vertikal, sebab dengan model seperti ini kota identitas kota-kota di Indonesia dimasa depan, kita harus akan lebih menghemat energi dan lahan sehingga air hujan menengok kebelakang bagaimana kondisi pengembangan juga lebih banyak terserap ke dalam tanah. Selanjutnya kota-kota yang telah lalu, seperti apa yang pernah kita lihat sistem pembuangan akhir sampah perkotaan yang kurang banyak peristiwa yang telah membuat fisik kota kita hancur memperhatikan kelayakkan dan pada gilirannya akibat bencana alam seperti gempa bumi, angin puting menimbulkan masalah baru sampah tidak dapat dibuang ke beliung, dan banjir. Kemudian kita juga merasakan oleh pembuangan akhir yang berujung menjadi menggunungnya kebijakan yang tidak tepat tentang transportasi kota yang tumpukan sampah dan berbau serta menimbulkan wabah berakibat pada kemacetan yang berimplikasi adanya penyakit. pemborosan energi dan pada akhirnya akan menimbulkan bencana yaitu kehidupan dimasa depan akan terancam Keywords : Pengembangan kota, Bencana alam, Kebijakan keberlanjutannya. Selanjutnya masalah lainnya yaitu kebijakan sistem pembuangan sampah diperkotaan yang kurang memperhatikan kelayakan yang menyebabkan A. Pendahuluan permasalahan baru yang berujung pada menumpuknya sampah-sampah perkotaan yang berimplikasi pada Pengembangan kota-kota di Indonesia dewasa munculnya bencana yaitu wabah penyakit dan mengurangi ini terlihat semakin tidak menekankan pada identitas keindahan kota. Hancur dan terkoyaknya fisik kota akibat bencana kota dimasa depan. Kota seolah hanya dikembangkan alam seperti gempa bumi, angin puting beliung, dan banjir, sebagai subjek pembangunan, kota seolah-olah yang membawa kesengsaraan penghuni kota tidak dapat hanya sebagai wadah , tempat berkumpulnya banyak begitu saja kita menyalahkan fenomena alam tersebut. kegiatan tanpa menekankan pada artian tempat Namun yang perlu kita salahkan adalah diri kita sendiri yang (place) yang sebenarnya, yaitu tempat yang memiliki mengembangkan atau membuat fisik kota menjadi tidak jiwa yang perlu pengelolaan secara baik, manusiawi adaptif terhadap bencana alam. Agar kota dapat adaptif dan beridentitas. terhadap bencana alam seperti tersebut diatas, Kota bukanlah benda mati, namun kota adalah pengembangan kota sebaiknya tidak hanya dikembangkan hidup yang dapat berkembang dan bergerak secara berdasarkan aspek sosial, ekonomi, politik dan cultural saja, namun sebaiknya kota juga dikembangkan berdasarkan horizontal maupun vertikal, oleh sebab itu sebagai beberapa aspek kebijakan teknis sebagai berikut: 1). benda hidup kota-kota di Indonesia harus Struktur bangunan dan sistem infrastruktur di perkotaan dikembangkan dan berdasarkan pada tata nilai sosial- sebaiknya dikembangkan dengan system tahan terhadap ekonomi-budaya masyarakat untuk menciptakan gaya lateral atau gempa bumi. 2). Penyediaan ruang-ruang identitas kota dimasa depan. Berbicara tentang terbuka dan jauh dari kemungkinan runtuhnya bangunan identitas kota-kota di Indonesia dimasa depan, kita yang lebih banyak sebagai tempat berlindung dan temapt harus menengok kebelakang bagaimana kondisi penyelamatan ketika terjadi gempa bumi , 3). Vegetasi pengembangan kota-kota yang telah lalu, seperti apa sebagai tata hijau kota sebaiknya dipilih model tanaman yang pernah kita lihat banyak peristiwa yang telah keras yang tidak mudah tumbang atau patah akibat terpaan angin puting beliung. 4). Air hujan harus diberi ruang yang membuat fisik kota kita hancur akibat bencana alam cukup agar dapat menyerap ke dalam tanah sehingga seperti gempa bumi, angin puting beliung, dan banjir. menjadi cadangan air tanah dan selebihnya dibuang Kemudian kita juga merasakan oleh kebijakan yang dengan saluran-saluran bebas sampah dengan dimensi tidak tepat tentang transportasi kota yang berakibat yang mencukupi agar tidak meluap dan menjadi banjir. pada kemacetan yang berimplikasi adanya pemborosan energi dan pada akhirnya akan *) Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur, Universitas Pendidikan Indonesia menimbulkan bencana, yaitu membebani kehidupan Jl. Dr. setiabudhi No 229 Bandung, Jawa Barat, Indonesia. generasi dimasa depan karena akan terancam Widy_1845@yahoo.com
THE WERDHAPURA VILLAGE, 21 DESEMBER 2009 keberlanjutannya. Selanjutnya masalah lain, yaitu sampah dan berbau serta menimbulkan wabah kebijakan sistem pembuangan sampah diperkotaan penyakit. yang kurang memperhatikan kelayakan yang menyebabkan permasalahan baru yang berujung pada menumpuknya sampah-sampah perkotaan yang B. Kegiatan Perencanaan Kota berimplikasi pada munculnya bencana wabah penyakit dan mengurangi keindahan kota. Pengaturan kota bukan hanya sekedar masalah Hancur dan terkoyaknya fisik kota akibat fisik dan poles memoles wajah visual akan tetapi bencana alam seperti gempa bumi, angin puting menyangkut tata nilai dan aspek-aspek beliung, dan banjir, membawa kesengsaraan poleksosbudhankamnas yang kompleks. Kalau tidak penghuni kota, namun kejadian itu tidak dapat begitu ditangani dengan pemikiran yng komprehensip dapat saja kita menyalahkan fenomena alam tersebut. menjadi keresahan baru. Perencanaan kota yang Namun yang perlu kita lakukan adalah instropeksi diri, adaptif terhadap bencana merupakan bagian dari apa yang salah dengan pengembangan kota-kota di pembentukkan pembangunan yang berkelanjutan Indonesia. Barangkali kita masih mengabaikan aspek- yang memadukan antara pembangunan dan aspek kebijakan teknis yang membuat fisik kota konservasi seperti yag digagas oleh IUCN, UNEP dan menjadi tidak adaptif terhadap bencana alam. Agar WWF yang dituangkan dalam dokumen yang disebut kota dapat adaptif terhadap bencana alam seperti Caring for the Earth. Dokumen ini merupakan saran tersebut diatas, pengembangan kota sebaiknya tidak tentang strategi pembangunan masyarakat yang hanya dikembangkan berdasarkan aspek normative berkelanjutan (susteinabel society development), yaitu sosial, ekonomi, budaya, namun sebaiknya kota juga suatu pembangunan masyarakat yang dibangun dikembangkan berdasarkan beberapa aspek dengan dasar atau asas sebagai berikut : kebijakan teknis sebagai berikut: 1). Struktur bangunan dan sistem infrastruktur di perkotaan Menghormati, memelihara, dan peduli dengan sebaiknya dikembangkan dengan sistem tahan komunitas kehidupan. Asas ini mencerminkan terhadap gaya lateral atau gempa bumi. 2). etika untuk peduli pada setiap orang dan Penyediaan ruang-ruang terbuka dan jauh dari mahkluk hidup lainnya, pada saat ini maupun kemungkinan runtuhnya bangunan yang lebih banyak masa mendatang. Pembangunan yang sebagai tempat berlindung dan temapt penyelamatan berlangsung sekarang hendaknya tidak menjadi ketika terjadi gempa bumi , 3). Vegetasi sebagai tata beban bagi generasi yang akan datang. hijau kota sebaiknya dipilih model tanaman keras Memperbaiki kualitas hidup manusia. Tujuan yang tidak mudah tumbang atau patah akibat terpaan nyata pembangunan adalah memperbaiki angin puting beliung. 4). Air hujan harus diberi ruang kualitas hidup manusia. Ini adalah proses yang cukup agar dapat menyerap ke dalam tanah mendorong kemampuan manusia untuk sehingga menjadi cadangan air tanah dan selebihnya mewujudkan potensi yang dimiliki, membangun dibuang dengan saluran-saluran bebas sampah kepercayaan diri dan memiliki kebanggaannya. dengan dimensi yang mencukupi agar tidak meluap Mengkonservasi vitalitas dan keanekaragaman dan menjadi banjir. bumi. Mengkonservasi sistem dasar penopang Bencana bagi kota dan penghuninya tidak hanya kehidupan, mengkonservasi keanekaragaman disebabkan oleh fenomena alam namun juga hayati, dan mengupayakan agar manfaat disebabkan oleh kebijakan yang tidak tepat tentang suberdaya yang tak terbarukan terus bisa sistem transportasi umum (public-trasnport) berlanjut. perkotaan, seperti kebijakan sistem transportasi kota Meminimalkan pengurangan sumberdaya yang yang memicu terjadinya kemacetan, menyebabkan tak terbarukan. orang depresi, menghabiskan waktu untuk di jalan Menjaga daya dukung bumi. dan menghabiskan energi minyak bumi yang tidak Mengubah sikap dan praktek perorangan. terbarukan, bila ini berlanjut terus maka kehidupan Menguji kembali nilai yang dianut dan anak cucu kita dimasa depan dipastikan terancam. mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan Pola pengembangan zona-zona pemukiman etika menjaga keberlanjutan kehidupan. (settlement) yang tidak memperhatikan jarak jangkau Membangun kemampuan komunitas agar dapat tempat bekerja dengan tempat tinggalnya, juga memelihara lingkungan sendiri. mengakibatkan pemborosan energi, mengingat Menyiapkan suatu kerangka nasional untuk semakin sempitnya lahan perkotaan dan semakin memadukan pembangunan dan konservasi. jauhnya jarak jangkau dengan tempat bekerja Membangun aliansi global. sebaiknya pemukiman dikembangkan dengan model vertikal, sebab dengan model seperti ini kota akan Dari sembilan asas pembangunan berkelanjutan lebih menghemat energi dan lahan sehingga air hujan tersebut, beberapa asas secara jelas dapat juga lebih banyak terserap ke dalam tanah. diimplementasikan dalam praktek nyata sebagai Selanjutnya sistem pembuangan akhir sampah dasar untuk mewujudkan pengembangan kota yang perkotaan yang kurang memperhatikan kelayakkan adaptif terhadap bencana. Beberapa asas yang dapat dan pada gilirannya menimbulkan masalah baru dijadikan sebagai konsep dasar pengembangan kota sampah tidak dapat dibuang ke pembuangan akhir yang adaptif terhadap bencana adalah asas yang berujung menjadi menggunungnya tumpukan menekankan pada ketahanan lingkungan, menjaga sumberdaya tak terbarukan, mengkonservasi
THE WERDHAPURA VILLAGE, 21 DESEMBER 2009 keanekaragaman hayati, menjaga daya dukung bumi, 3. Perlindungan Air Sebagai Cadangan Air Tanah dan menjaga keberlanjutan hidup. Aspek-aspek ini dapat direalisasikan dalam tindakan nyata pada Air sebagai unsur utama kehidupan, keberadaanya perancangan kota, dalam menuju kota yang adaptif selalu menjadi berkah dalam hidup ini. Banyak terhadap bencana. Aspek-aspek tersebut dapat sejarah tentang lahirnya kota-kota di dunia yang dijabarkan melalui pendekatan-pendekatan kebijakan disebabkan oleh keberadaan sumber air atau sungai. teknis berikut : Air menjdi sumber kehidupan yang keberadaannya harus dijaga, bila tidak maka seluruh kehidupan di 1. Struktur Bangunan dan Sistem Infrastruktur dunia ini akan musnah. Peran dalam perencanaan Perkotaan yang Tahan Terhadap Gempa Bumi kota dalam melestarikan dan menjaga keberadaan air dapat dilakukan melalui kebijakan-kebijakan teknis Hancurnya kota-kota di Indonesia akibat gempa dalam pembangunan ruang kota, misalnya dengan bumi membawa duka yang sangat dalam, ribuan konsep-konsep seperti, ruang terbuka hijau (green korban jiwa, kerugian harta benda, hilangnya sanak architecture), artinya kota harus diberikan ruang saudara yang tak ternilai harganya membuat semakin terbuka untuk penghijauan dengan porsi yang pilu hati masyarakat kota. Robohya gedung mencukupi yang dapat berfungsi sebagai resapan air perkantoran, gedung komersial, pendidikan, rumah dengan tanaman-tanaman keras yang mampu sakit, peribadatan, gardu listrik, jaringan air bersih, menyimpan kandungan air tanah. Peyediaan sumur- jalan dan jembatan membuat terpuruknya sebuah sumur resapan air hujan dan air bekas, setiap air kota pasca bencana alam. Hal ini tidak boleh terulang hujan tidak dibiarkan mengalir dan terbuang begitu kembali, bila dulu faktor alam dalam perencanaan saja dan setiap air bekas dari rumah tangga, gedung- kota barangkali kurang diperhatikan, maka kebijakan gedung di perkotaan tidak dibiarkan dibuang ke perencanaan kota ke depan harus memperhatikan selokan dan sungai, namun semua air hujan, air fenomena alam yang akhir-akhir ini sering melanda bekas tersebut harus dibuang pada sumur-sumur kota-kota di negeri ini. Demi keselamatan banyak resapan yang dibuat pada setiap site bangunan orang pemerintah kota atau institusi-institusi yang ataupun yang dibuat oleh pemerintah kota yang dapat terkait dengan pengembangan kota harus berani digunkan secara masal. melindungi zona-zona dalam membuat kebijakan dan kontrol pada saat konservasi air tanah secara konsisten, dan menjaga implementasi, bahwa bangunan dan infrastruktur yang sungai dari limbah-limbah padat, organik dan kimia dikembangkan di dalam perkotaan harus sebagai sumber pencemaran. diperhitungkan terhadap pengaruh gaya lateral dinamik gempa dan bukan hanya diperhitungkan 4. Pengembangan Hutan Kota dan lahan konservasi terhadap gaya static-gravitasi saja. Ini harus dilakukan air tanah agar bila terjadi gempa dengan skala ringan, sedang, dan berat, struktur bangunan mampu mengadaptasi Perlunya pengembangan zona-zona untuk hutan gaya lateral dinamik gempa. Perlu diingat bahwa kota dalam perencanaan kota menjadi penting untuk kejadian gempa bumi itu memiliki sifat yang berulang, dilakukan. Hutan kota berfungsi untuk menjaga artinya bila suatu daerah atau kota sudah terkena keseimbangan lingkungan kota yaitu sebagai paru- gempa maka setelah sekian rentang puluh atau paru kota dan membuat berlangsungnya ekosistem ratusan tahun akan terjadi kembali. seperti burung dan binantang-binatang lainnya untuk tetap hidup di atas langit perkotaan. Sebagai paru- 2. Pemilihan Model Vegetasi yang Aman Bagi Kota paru kota, hutan kota menangkap polusi udara akibat pencemaran di dilingkungan perkotaan, selain itu Perencanaan pemilihan model tata hijau dalam hutan kota juga berfungsi sebagai zona resapan air detail tata ruang perkotaan dapat berpengaruh pada untuk menjaga ketahanan penyediaan air tanah. Bila keandalan kota terhadap bencana alam seperti angin aspek ini kita sadari, penting menjadi fokus perhatian puting beliung. Pengalaman membuktikan banyak dalam perencanaan kota dan dapat vegetasi kota-kota di Indonesia yang tumbang dan diimplementasikan secara konsisten dalam tindakan merobohkan gedung, infrastruktur kota, bahkan nyata pada praktek-praktek perencanaan kota (urban menyebabkan jatuhnya korban jiwa, akibat tiupan development), maka masyarakat kota akan terhindar angin puting beliung. Bencana tersebut dapat dari bencana polusi udara dan kurangnya konsumsi menyebabkan kerugian materiil dan terganggunya air. perekonomian, serta terganggunya aktivitas kegiatan masyarakat kota. Terkadang kita asik menanam 5. Sistem Transportasi pohon pada ruas-ruas jalan, halaman gedung, dan ruang terbuka di perkotaan yang hanya untuk Kebijakan sistem transportasi kota yang memicu mengejar keindahan visual dari tanaman tersebut terjadinya kemacetan, menyebabkan orang depresi, tanpa memperhitungkan kekuatan dari jenis tanaman menghabiskan waktu untuk di jalan dan dari pengaruh tiupan angin yang besar. Bencana dari menghabiskan energi minyak bumi yang tidak pengaruh alam seperti ini dapat kita hindari bila kita terbarukan, bila ini berlanjut terus maka kehidupan dapat memilih model vegetasi yang tepat untuk ruang anak cucu kita dimasa depan dipastikan terancam. kota. Sistem transpotasi terkait erat dengan penentuan zoning kegiatan pada saat perencanaan kota berlangsung. Pola pengembangan zona-zona
THE WERDHAPURA VILLAGE, 21 DESEMBER 2009 pemukiman (settlement) yang tidak memperhatikan sekedar membersihkan dan mengangkut sampah jarak jangkau tempat bekerja dengan tempat keluar dari kota, karena tempat pembuangan akhir tinggalnya mengakibatkan pemborosan energy dan sampah bila terus menerus untuk pembuangan akan membuat beban kehidupan dimasa mendatang. tidak mampu menampung lagi. Untuk itu sebuah kota Pengembangan perumahan yang dilakukan harus mampu menjadikan sampah sebagai potensi secara horizontal yang menyebabkan semakin sempit yang dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan mahalnya lahan di perkotaan, maka sudah seperti menjadi tenaga listrik alternative, kompos, dan saatnya pengembangan rumah tinggal disusun secara recaycel menjadi barang jadi yang lain, agar sampah vertikal (rumah susun) yang tetap meghayati norma, tidak hanya sebagai sampah namun sampah dapat tata nilai, dan perilaku masyarakat kampung yang menjadi sesuatu yang bermanfaat. ditargetkan dengan letak rumah susun yang diperhitungkan terhadap jarak jangkau penghuni dengan tempat bekerjanya agar tidak boros energi. C. Penutup Barangkali kita dapat menyimak sistem transportasi dari negara-negara barat yang sering kita Identitas suatu kota harus dijunjung dan kecam sebagai Negara borjuis kapitalis, ternyata mengakar dari kondisi citra mental sosial-ekonomi- dalam masalah perkotaan justru memperlihatkan budaya masyarakat. Kevin linch dalam bukunya what kesan yang lebih sosialis. Contoh kebijakan time is place? (MIT 1972) mengatakan bahwa transportasi di Inggris, pemerintah mempromosikan identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari dan menggalakkan penggunaan public-transport ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang dengan konsep-konsep penunjang yang mantap. mencerminkan waktu (sense of time), yang Misalnya konsep ‘Kiss and Ride’ untuk transport antar ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh kota pekerja atau pegawai yang tinggal dikota-kota aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu satelit tetapi bekerja di kota induk (central city). sendiri. Merujuk dari peryataan tersebut, meskipun Disamping itu ada pula konsep ‘Park and Ride’ untuk pendekatan teknis yang telah disebutkan terdahulu transport di pusat kota. Konsep ini digunakan pada untuk membentuk kota yang adaptif terhadap pusat-pusat perkantoran, perdagangan atau bencana diimplementasikan pada pengembangan pertokoan di daam kota. Pada pust-pusat kegiatan kota, namun identitas utama kota harus tetap tersebut hanya kendaraan umumlah yang mengakar dari citra mental masyarakatnya, dengan diperbolehkan masuk. Mereka yang membawa demikian kota tidak menjadi kehilangan jati dirinya. kendaraan pribadi harus memparkir kendaraannya Untuk menghasilkan pelaksanaan atau implementasi pada car-park yang disediakan di periphery untuk dari kegiatan pengembangan kota yang adaptif kemudian bersama-sama menggunakan kendaraan terhadap bencana diperlukan tindakan nyata dan umum ke tujuan masing-masing. konsisten serta kontrol yang baik dari pemangku Pengalaman menunjukkan bahwa di Negara kebijakan. Namun peran serta masyarakat sangat maju sering terasa lebih nikmat berpergian diutamakan untuk dapat mewujudkan kota yang menggunakan kendaraan umum (bus kota, adaptif terhadap bencana, sebab bagaimanapun underground/metro/tube) dari pada dengan masyarakat sebagai subyak dari pembangunan kota. kendaraan pribadi. Dengan kendaraan umum kita dapat langsung sampai ke tempat tujuan sedangkan bila menggunakan kendaraan pribadi harus mencari DAFTAR PUSTAKA tempat parkir lebih dulu, ditambah jalan kaki, dengan Cresswell, R. :Public Transport and Urban Planning, PH.d. Thesis, UWIST, Cardiff, 1976. biaya parkir yang cukup mahal. Evans, H. : Town Planning and Public Transport, Journal of the Royal Town Planning Institute, July, 1976. 6. Sistem Pembuangan Sampah Frick, Heinz & Hesti M, Tri, 2006 : Pedoman Bangunan Tahan Gempa. Kanisius. Yogyakarta Hall, P. : Urban and Regional Planning. Penguin Books, Permasalahan lain yang dihadapi sebuah kota Harmondsworth, 1976. adalah masalah pembuangan sampah. Produksi Ilhami. : Strategi Pembangunan Perkotaan di Indonesia. sampah di kota besar setiap harinya telah mencapai Usaha Nasional, Surabaya, 1990. jutaan kubik, bila sampah hasil kegiatan kota ini tidak LPM. ITB, Agenda 21 Sektoral. Membut Pembangunan Berlanjut. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan dikelola dengan baik maka bencana banjir dan wabah UNDP. September 2000. penyakit akan selalu membayangi warga masyarakat Marbun, BN. : Kota Masa Depan Prospek dan Masalahnya. kota. Walaupun sampah kota telah memiliki tempat Erlangga, Jakarta, 1979. pembuangan, namun bila sistem pembuangan akhir Levy, Mathys & Salvadori, Mario, 1992 : Why Buildings Fall Down. Ww. Norton & Company, New York. London. sampah perkotaan yang dipilih kurang memperhatikan Skeffington, A. : People and Planning. Ministry of Housing kelayakkan, pada gilirannya akan menimbulkan and Local Government, London, 1969. masalah baru. Contoh pada dua tahun yang lalu, sampah di kota bandung tidak dapat dibuang di tempat pembuangan akhir sampah, karena tempat pembuangannya mendapat resistensi dari warga disekitarnya yang menyebabkan kota bandung menjadi lautan sampah hingga menggunung, menimbulkan bau tak sedap dan mengurangi keindahan kota. Masalah sampah tidak hanya