PENDAHULUAN
morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Kegawatan nafas yang terjadi
pada bayi dapat menimbulkan dampak yang cukup berat berupa kerusakan otak
atau bahkan kematian. Hal ini diakibatkan oleh gangguan pada sistem
berat dan lama metabolisme anaerob akan menghasikan asam laktat dan
terjadi kerusakan otak akibat hipoksia dan iskemik dan akhirnya menyebabkan
kematian.1
3,6 juta bayi (3%) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir satu
juta bayi ini meninggal. Survei WHO tahun 2002 dan 2004 mendapakan
kematian bayi baru lahir yang disebabkan oleh asfiksia sebesar (27%).2
insidensi gagal napas di Amerika sekitar 18 per 1000 kelahiran hidup. Insidensi
tertinggi terdapat pada ras kulit hitam dan sangat berhubungan dengan
1
56 per 1000 kelahiran hidup disusul Asia di urutan kedua sebesar 47 per 1000
Kesehatan Indonesia tahun 2002 dan tahun 2003 adalah 20/1.000 kelahiran
hidup, salah satu penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah asfiksia.
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi. Angka Kematian Bayi
di Indonesia tahun 2011 yakni sebesar 24,8 kematian per 1000 kelahiran hidup,
40/1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2008-2012 32/1.000 kelahiran hidup angka
ini telah turun dari survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2007, namun
penurunan ini masih jauh dari target Millenium Development Goals tahun 2015
yaitu angka kematian bayi diharapkan turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup.
Dari seluruh kematian bayi, sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal dan
neonatal di Indonesia pertama ialah berat badan lahir rendah 29% dan penyebab
angka kematian bayi pada tahun 2012 berjumlah 816 bayi dan pada tahun 2013
berjumlah 727 bayi dengan penyebab terbanyak ialah berat badan lahir rendah
258 bayi, asfiksia 178 bayi, tetanus 13 bayi dan penyebab lain berjumlah 185
bayi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun
2
2011 jumlah kelahiran yaitu 156.348 orang dengan jumlah kematian bayi karena
asfiksia yaitu 66 bayi (23,91%) dan pada tahun 2012 jumlah kelahiran 142.285
orang dengan jumlah kematian bayi karena asfiksia yaitu 66 bayi (25,58%). Data
di atas menunjukkan bahwa masih tingginya mortalitas bayi dengan asfiksia saat
lahir. 5
Angka Kematian Bayi di Kota Makassar tahun 2011 sebesar 6,9 per 1000
lahir mati dan 44 kasus kematian neonatal dini (usia 0-7 hari), sehingga jumlah
kejadian kematian perinatal di Kota Makassar tahun 2012 sebesar 109 kasus.
Angka Kematian Perinatal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
menurut data tahun 2011 sebesar 1,5 persen yaitu 69 kasus dari 4763 total
persalinan sepanjang tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 terdapat 1,8
persen kematian perinatal atau sebanyak 74 kasus kematian perinatal dari 4160
total persalinan. Melihat kejadian kematian perinatal di RSIA Siti Fatimah, maka
(2011) menemukan bahwa adanya asfiksia lahir pada bayi memberi risiko 2,270
kali terhadap kematian perinatal. Hasil tersebut di perkuat dengan temuan Aji
3
Faktor resiko yang berperan penting untuk terjadinya asfiksia pada bayi
yaitu faktor ibu, plasenta, fetus, neonatus, persalinan dan umbilikal. Oleh karena
itu, untuk mencegah terjadinya asfiksia pada bayi yang berujung pada kematian
maka dapat dilakukan Penanganan awal pada neonatus yang mengalami gawat
napas (asfiksia) yaitu tindakan resusitasi. Jika setelah melakukan resusitasi tetapi
gawat nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus yang mengalami kegawatan
diakibatkan oleh gawat napas yang dialami oleh bayi baru lahir. Penelitian ini
nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus yang mengalami kegawatan nafas di
4
I.3 Tujuan penelitian
Haulussy Ambon.
Sakit untuk lebih meningkatkan mutu sumber daya manusia dari segi
5
I.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
nanti.
sebagai media penerapan ilmu selama studi dan sebagai bekal di masa
depan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan
ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-
hari pertama kehidupan setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia secara umum
periode neonatal terbagi menjadi dua yaitu periode neonatal dini yang
meliputi jangka waktu 0 sampai 7 hari setelah lahir dan periode neonatal
lanjut yang meliputi jangka waktu 8 sampai dengan 28 hari setelah lahir. 7,
19,20
7
2.2 Klasifikasi Kegawatan nafas
fungsi alat vital yaitu warna kulit, pernafasan, denyut jantung dan
jalan nafas telah bersih. Angka yang ditetapkan pada menit pertama
indeks penentu adanya asfiksia atau tidak, sedangkan angka yang didapat
pada menit ke lima setelah bayi lahir merupakan indeks yang menetapkan
8
Klasifikasi asfiksia 7 :
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan
berakibat asfiksia janin. Gangguan tersebut dapat terjadi akibat darah ibu
sehingga berakibat pada hipoksia janin, dapat juga akibat dari tekanan darah
ibu yang rendah akibat komplikasi anestesi spinal atau kompresi vena kava
pada bayi, seperti organ respirasi. Terhalangnya sirkulasi darah melalui tali
pusat oleh karena adanya kompresi atau pembentukan simpul pada tali pusat
9
janin. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan lanjutan
asfiksia janin, oleh karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan
akibat ukuran jalan nafas yang kecil dan resistensi yang besar terhadap
aliran udara, compliance paru yang lebih besar, otot pernafasan dan
apnea yang lebih besar. Gagal nafas pada neonatus dapat disebabkan oleh
II. 4 Patofisiologi
10
akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Kegagalan pernafasan
asidosis. 7
darah paru, sehingga sirkulasi darah ke paru, sistem sirkulasi tubuh lain
7,15
mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang
terjadi berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak terjadi
11
a. Primi tua
Primi tua adalah kehamilan pertama pada wanita dengan usia >
30 tahun. Pada wanita tua ada kecenderungan besar untuk terjadi pre-
diabetes mellitus.
d. Masa Gestasi
12
pada persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda
e. Serotinus
partum oleh karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun
post partum. Penyakit ibu sebelum atau semasa hamil yang dapat
13
g. Ketuban pecah dini
yaitu 18 jam sebelum persalinan disertai tanda inpartu dan setelah satu
jam tidak diikuti dengan proses inpartu. Janin yang dilahirkan akan
prematur.
h. Partus lama
i. Panggul sempit
bagi ibu dan janin. Panggul sempit dapat mengakibatkan partus lama
j. Infeksi intrauterine
14
II.5.2 Faktor janin
dengan frekuensi detak jantung < 100 atau > 160 per menit, Detak jantung
janin tidak teratur serta keluar meconium pada letak kepala. Fetal distress
b. Kehamilan ganda
menghasilkan janin lebih dari satu maka kehamilan tersebut disebut dengan
c. Letak sungsang
antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul
sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin lebih 8 menit setelah umbilikus
15
lahir akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu jika janin bernafas
sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang
d. Letak lintang
asfiksia pada letak lintang akibat tali pusat menumbung serta trauma akibat
e. Berat lahir
Berat lahir berkaitan dengan masa gestasi. Makin rendah masa gestasi
dan makin kecil bayi, makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Prognosis
bayi berat lahir rendah tergantung berat ringannya masalah perinatal. Makin
rendah berat bayi lahir makin tinggi kemungkinan terjadinya asfiksia dan
16
II.6 Manifestasi Klinis dan Diagnosis
1. Peningkatan respirasi
3. Periodic breathing
4. Apnea
diikuti bradikardi
disease (HMD) sedangkan skor downes merupakan sistem skoring yang lebih
dengan sistem skoring ini sebaiknya dilakukan tiap setengah jam untuk
menilai progresivitasnya. 7, 8
17
Tabel 2.3 Evaluasi gawat nafas dengan skor Downes8
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi
napas <60/menit 60-80/menit >80/menit
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis hilang dengan sianosis menetap
Sianosis Tidak ada o2 walaupun diberikan O2
Udara Penurunan ringan udara
Air entry masuk masuk Tidak ada udara masuk
Tidak Dapat didengar dengan Dapat didengar tanpa alat
Merintih merintih stetoskop bantu
Skor ≥ 6 : Ancaman gagal napas
untuk menilai gagal nafas akut. Meskipun manifestasi klinis yang ada
darah (PaO2, PaCO2, dan pH) sambil melakukan monitoring dengan pulse
oxymetri. Hipoksemia berat ditandai dengan PaO2 < 50-60 mmHg dengan FiO2
60% atau PaO2 < 60 mmHg dengan FiO2 > 40% pada bayi < 1250 g,
Nilai
0 1 2 3
PaO2 (mmHg) >60 50-60 <50 <50
pH >7,3 7,2-7,29 7,1-7,19 <7,1
PaCO2 (mmHg) <50 50-60 61-70 >70
Skor >3 : Memerlukan Ventilator
18
sepsis, termasuk pemeriksaan darahrutin, hitung jenis, apus darah tepi, C-
No Pemeriksaan Kegunaan
1 Kultur darah Menunjukkan keadaan bakteremia
2 Analisis gas darah Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan asam basa
menilai keadaan hipoglikemia karena hipoglikemia dapat
3
Rontgen toraks menyebabkan atau emperberat takipnea
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi
penatalaksanaan selanjutnya. Pada bayi yang baru lahir dan mengalami distress
nafas antara lain: apakah terdapat faktor resiko antepartum atau tanda-tanda
distress pada janin sebelum kelahiran, adanya riwayat ketuban pecah dini,
berat badan lahir < 1500 gram dan mengalami retraksi kemungkinan menderita
HMD, bayi aterm yang lahir dengan mekoneum dalam caian ketuban dan
19
menderita sepsis dengan atau tanpa pneumonia, bayi yang hampir aterm tanpa
transient tachypnea of the newborn (TTN), dan hasil pemeriksaan fisik lainnya
II. 7 Penatalaksanaan
lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Resusitasi bayi baru lahir
bayi baru lahir, bila tindakan ini tidak memperoleh hasil yang memuaskan
beratnya asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi
rendahnya nilai apgar. Resusitasi aktif harus segera dikerjakan pada kasus
asfiksia berat (nilai apgar 0- 3). Asfiksia sedang (nilai apgar 4-6) dapat
waktu 30- 60 detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dimulai.7,14
20
21