Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tingkat kerataan jalan merupakan salah satu faktor/fungsi pelayanan
(functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh
pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada
maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang
berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama
dan ekonomis sepanjang umur yang direncanakan.Untuk memenuhi syarat-
syarat tersebut perlu dilakukan monitoring dan evaluation secara periodik atau
berkala sehingga dapat ditentukan metode perbaikan konstruksi yang tepat.

Program pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan setiap


tahun memerlukan data kondisi jalan, untuk mengidentifikasi kondisi
kerusakan jalan. Penilaian kondisi permukaan jalan merupakan salah
satu tahapan untuk menentukan jenis program evaluasi yang perlu dilakukan.
Metode yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian kondisi jalan
adalah berdasarkan peraturan SNI 1987.

Nilai kondisi jalan ini nantinya dijadikan acuan untuk menentukan


jenis program evaluasi yang harus dilakukan, apakah itu program
peningkatan, pemeliharaan berkala, atau pemeliharaan rutin. Pemilihan bentuk
pemeliharaan jalan yang tepat dilakukan dengan melakukan penilaian
terhadap kondisi permukaan jalan didasarkan pada jenis kerusakan yang
ditetapkan secara visual.

1
1.2 Tujuan
Survei ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui jenis kerusakan yang terjadi pada permukaan perkerasan ruas


jalan Simalingkar Raya – Bunga Rampai
2. Untuk mengetahui besarnya persentase kerusakan permukaaan jalan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Sulaksono (2001) mengatakan bahwa pada dasarnya setiap struktur
perkerasan jalan akan mengalami proses pengrusakan secara progresif sejak
jalan pertama kali dibuka untuk lalu lintas. Untuk mengatasi hal tersebut,
diperlukan suatu metode untuk menentukan kondisi jalan agar dapat disusun
program pemeliharaan jalan yang akan dilakukan.
Secara garis besar kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu kerusakan struktural, mencakup kegagalan perkerasan atau
kerusakan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan
perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas; dan kerusakan
fungsional yang mengakibatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan
menjadi terganggu sehingga biaya operasi kendaraan (BOK) semakin
meningkat.
Jenis-jenis kerusakan struktural terdiri atas retak, perubahan bentuk,
cacat permukaan, pengausan, kegemukan, dan penurunan pada bekas
penanaman utilitas. Sedangkan jenis kerusakan fungsional sendiri biasanya
meliputi ketidakrataan permukaan (roughness) dan lendutan.

2.2 Konstruksi Perkerasan


Silvia sukirman (1999) menyatakan bahwa berdasarkan bahan
pengikatnya konstruksi jalan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah lapis perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan ikat antar material
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) adalah lapis perkerasan yang
menggunakan semen sebagai bahan ikat antar materialnya

3
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement) adalah lapis
perkerasan yang berupa kombinasi antara perkerasan lentur dengan perkerasan
kaku.

2.3 Lapisan Perkerasan


Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakan
diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi
untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya.
Menurut konstruksi, jalan terdiri dari tiga bagian yang penting, yaitu:
1. Lapisan penutup atau lapisan aus
2. Lapisan perkerasan
3. Tanah dasar.
Sedangkan lapisan konstruksi perkerasan secara umum yang biasa
digunakan di Indonesia menurut Sukirman (1999) terdiri dari :
1. Lapisan permukaan (surface course)
2. Lapisan pondasi atas (base course)
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
4. Lapisan tanah bawah (subgrade).

4
2.4 Jenis Kerusakan
SNI 1987 adalah salah satu petunjuk penilaian untuk kondisi
perkerasan. Kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi 19 kerusakan, yaitu
sebagai berikut:
1. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracking)
Retak yang berbentuk sebuah jaringan dari bidang persegi banyak
(polygon) kecil menyerupaik kulit buaya, dengan lebar celah lebih besar
atau sama dengan 3 mm. Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban
lalu lintas yang berulang-ulang.

Gambar 2.1 Alligator Cracking

2. Kegemukan (Bleeding)
Cacat permukaan ini berupa terjadinya konsentrasi aspal pada disuatu
tempat tertentu di permukaan jalan. Bentuk fisik dari kerusakan ini dapat
dikenali dengan terlihatnya lapisan tipis aspal (tanpa agregat) pada
permukaan perkerasan dan jika pada kondisi temperature permukaan
perkerasan yang tinggi (terik matahari) atau pada lalu lintas yang berat,
akan terlihat jejak bekas ’bunga ban’ kendaraan yang melewatinya. Hal ini

5
juga akan membahayakan keselamatan lalu lintas karena jalan akan
menjadi licin.

Gambar 2.2 Bleeding

3. Retak Kotak-kotak (Block Cracking)


Sesuai dengan namanya, retak ini berbentuk blok atau kotak pada
perkerasan jalan. Retak ini terjadi umumnya pada lapisan tambahan
(overlay), yang menggambarkan pola retakan perkerasan di bawahnya.
Ukuran blok umumnya lebih dari 200 mm x 200 mm.

Gambar 2.3 Block Cracking


4. Cekungan (Bumb and Sags)
Bendul kecil yang menonjol keatas, pemindahan pada lapisan perkerasan
itu disebabkan perkerasan tidak stabil.

6
5. Keriting (Corrugation)
Kerusakan ini dikenal juga dengan istilah lain yaitu, Ripples. Bentuk
kerusakan ini berupa gelombang pada lapis permukaan, atau dapat
dikatakan alur yang arahnya melintang jalan, dan sering disebut juga
dengan Plastic Movement. Kerusakan ini umumnya terjadi pada tempat
berhentinya kendaraan, akibat pengereman kendaraan.

Gambar 2.4 Corrugation


6. Amblas (Depression)
Bentuk kerusakan yang terjadi ini berupa amblas atau turunnya permukaan
lapisan permukaan perkerasan pada lokasi-lokasi tertentu (setempat)
dengan atau tnpa retak. Kedalaman kerusakan ini umumnya lebih dari 2
cm dan akan menampung atau meresapkan air.

Gambar 2.5 Depression

7
7. Retak Samping Jalan (Edge Cracking)
Retak pinggir adalah retak yang sejajar dengan jalur lalu lintas dan juga
biasanya berukuran 1 sampai 2 kaki (0,3 – 0,6 m) dari pinggir perkerasan.
Ini biasa disebabkan oleh beban lalu lintas atau cuaca yang memperlemah
pondasi atas maupun pondasi bawah yang dekat dengan pinggir
perkerasan.

Gambar 2.6 Edge Cracking


8. Retak Sambung (Joint Reflec Cracking)
Kerusakan ini umumnya terjadi pada perkerasan aspal yang telah
dihamparkan di atas perkerasan beton semen portland. Retak terjadi pada
lapis tambahan (overlay) aspal yang mencerminkan pola retak dalam
perkerasan beton lama yang berbeda di bawahnya.

Gambar 2.7 Joint Reflec Cracking

8
9. Pinggiran Jalan Turun Vertikal (Lane/Shoulder Dropp Off)
Bentuk kerusakan ini terjadi akibat terdapatnya beda ketinggian antara
permukaan perkerasan dengan permukaan bahu atau tanah sekitarnya,
dimana permukaan bahu lebih renadah terhadap permukaan perkerasan.
10. Retak Memanjang/Melintang (Longitudinal/Trasverse Cracking)
Jenis kerusakan ini terdiri dari macam kerusakan sesuai dengan namanya
yaitu, retak memanjang dan melintang pada perkerasan. Retak ini terjadi
berjajar yang terdiri dari beberapa celah.
11. Tambalan (Patching end Utiliti Cut Patching)
Tambalan adalah suatu bidang pada perkerasan dengan tujuan untuk
mengembalikan perkerasan yang rusak dengan material yang baru untuk
memperbaiki perkerasan yang ada. Tambalan adalah pertimbangan
kerusakan diganti dengan bahan yang baru dan lebih bagus untuk
perbaikan dari perkerasan sebelumnya.

Gambar 2.8 Patching end Utiliti Cut Patching

12. Pengausan Agregat (Polised Agregat)


Kerusakan ini disebabkan oleh penerapan lalu lintas yang berulang-ulang
dimana agregat pada perkerasan menjadi licin dan perekatan dengan
permukaan roda pada tekstur perkerasan yang mendistribusikannya tidak
sempurna.

9
13. Lubang (Pothole)
Kerusakan ini berbentuk seperti mangkok yang dapat menampung dan
meresapkan air pada badan jalan. Kerusakan ini terkadang terjadi di dekat
retakan, atau di daerah yang drainasenya kurang baik (sehingga perkerasan
tergenang oleh air).

Gambar 2.9 Pothole

14. Rusak Perpotongan Rel (Railroad Crossing)


Jalan rel atau persilangan rel dan jalan raya, kerusakan pada perpotongan
rel adalah penurunan atau benjol sekeliling atau diantara rel yang
disebabkan oleh perbedaan karakteristik bahan.
15. Alur (Rutting)
Istilah lain yang digunakan untuk menyebutkan jenis kerusakan ini adalah
longitudinal ruts, atau channel/rutting. Bentuk kerusakan ini terjadi pada
lintasan roda sejajar dengan as 7 jalan dan berbentuk alur.

Gambar 2.10 Rutting

10
16. Sungkur (Shoving)
Sungkur adalah perpindahan lapisan perkerasan pada bagian tertentu yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Beban lalu lintas akan mendorong
berlawanan dengan perkerasan dan akan menghasilkan ombak pada
lapisan perkerasan.

Gambar 2.11 Shoving


17. Patah Slip (Slippage Cracking)
Patah slip adalah retak yang seperti bulan sabit atau setengah bulan yang
disebabkan lapisan perkerasan terdorong atau meluncur merusak bentuk
lapisan perkerasan. Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh kekuatan dan
pencampuran lapisan perkerasan yang rendah dan jelek.

Gambar 2.12 Slippage Cracking

Gambar 2.12 Slippage Cracking


18. Mengembang Jembul (Swell)
Mengembang jembul mempunyai ciri menonjol keluar sepanjang lapisan
perkerasan yang berangsur-angsur mengombak kira-kira panjangnya 10
kaki (10 m).

11
19. Pelepasan Butir (Weathering/Raveling)
Pelepasan butiran disebabkan lapisan perkerasan yang kehilangan aspal
atau tar pengikat dan tercabutnya partikel-partikel agregat. Kerusakan ini
menunjukan salah satu pada aspal pengikat tidak kuat untuk menahan gaya
dorong roda kendaraan atau presentasi kualitas campuran jelek.

Gambar 2.13 Weathering/Raveling


2.5 Faktor Penyebab Kerusakan
Menurut Silvia Sukirman (1999) Kerusakan-kerusakan pada
konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh:
1. Lalu lintas, dapat berupa peningkatan dan repetasi beban
2. Air, yang dapat berupa air hujan, sistem drainase yang tidak baik, naiknya
air akibat kapilaritas
3. Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini disebabkan oleh sifat material
itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengelolaan bahan yang
tidak baik
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan
yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah yang memang
jelek
6. Proses pemadatan lapisan diatas tanah yang kurang baik.

12
Jenis kerusakan yang perlu diperhatikan saat melakukan survei visual
adalah kekasaran permukaan, lubang, tambalan, retak, alur, dan amblas.
Penentuan nilai kondisi jalan dilakukan dengan menjumlahkan setiap angka
dan nilai untuk masing-masing keadaan kerusakan. Perhitungan urutan
prioritas (UP) kondisi jalan merupakan fungsi dari kelas LHR (Lalu lintas
Harian Rata-rata) dan nilai kondisi jalannya, yang secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:

UP = 17 – (Kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan)


Dimana,
● Urutan prioritas 0 – 3, menandakan bahwa jalan harus dimasukkan dalam
program peningkatan.
● Urutan prioritas 4 – 6, menandakan bahwa jalan perlu dimasukkan dalam
program pemeliharaan berkala.
● Urutan prioritas > 7, menandakan bahwa jalan tersebut cukup
dimasukkan dalam program pemeliharaan rutin.

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ruas Jalan Simalingkar Raya – Jalan


Bunga Rampai . Waktu penelitian ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 1 Desember
2017.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Teknik observasi

Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara


melakukan survei langsung ke lokasi di antaranya survei visual tipe - tipe kerusakan
jalan yang terjadi pada ruas Jalan Simalingkar Raya - Bunga Rampai.

3.2.2 Teknik dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa


yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film
dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

14
3.3 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam survei ini adalah sebagai berikut:

4 Formulir survei kerusakan jalan


5 Penggaris
6 Meteran
7 Alat Dokumentasi, didalam survei yang digunakan adalah kamera handphone.

3.4 Teknik Analisis Data


Sebagian data yang diperoleh dalam survei ini dianalisis dengan teknik
analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena
tertentu.

15
BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Survei Kerusakan Jalan


Lokasi Survei : Jl. Simalingkar Raya, Medan Tuntungan
Waktu Survei : Jumat, 01 Desember 2017
Cuaca : Cerah Berawan
Surveyor :
1. Adita Rizki Gumilang
2. Armed Zuheri Sitepu
3. Elisabeth F. Tampubolon
4. Hendro Marsellius G.
5. Johannes L. M. P
6. M. Fachru Razi
7. Yosua Nadeak
8. Zulhadi Nasution

Gambar 4.1 Lokasi Survei

16
Luas Total
STA LUAS KERUSAKAN (m2)
Kerusakan

Lubang
Retak Retak Pengelupasan
(m) Lubang Amblas tak (m2)
Pinggir Buaya Butir
beraturan

0 – 100 26,4 3,05 1,2 - - - 30,65

100 –
15,8 5,25 - - - - 21,05
200

200 –
2,4 - - - - - 2,40
300

300 –
- 1,96 2,8 1,05 - 101,4 107,21
400

400 –
- - - - 142,6 - 142,6
500

500 –
0,48 - - - - - 0,48
600

600 –
7,98 - - - - - 7,98
700

700 –
71,2 - - - - - 71,20
800

800 –
24,51 - - - - - 24,5
900

900 -
- 3,00 - 28 - - 31,00
1000

Total = 439,07

Tabel 1. Hasil Survey

17
Jenis-jenis Kerusakan Perkerasan Lentur yang terdapat di Lokasi Survei

a. Retak Buaya

Gambar 4.2 Retak Buaya

b. Depression (Amblas)

Gambar 4.3 Depression (Amblas)

18
c. Edge Cracking (Cacat Tepi Perkerasan)

Gambar 4.4 Edge Cracking (Cacat Tepi Perkerasan)

d. Potholes (lubang)

Gambar 4.5 Lubang

19
e. Weathering/Raveling (pelepasan butir)

Gambar 4.6 Weathering/Raveling (pelepasan butir)

f. Lubang tak beraturan

Gambar 4.7 Lubang tak beraturan

20
g. Cacat Tepi Permukaan

Gambar 4.8 Cacat Tepi Permukaan

4.1.1 Hasil Kondisi Jalan


Luas Total Jalan yang ditinjau = 4 m x 1000 m
= 4000 m2
Luas Total Jalan yang rusak:
Retak Pinggir = 148,77 m2
Lubang = 13,26 m2
Amblas = 4 m2
Retak Buaya = 29,05 m2
Lubang tak beraturan = 142,6 m2
Pelepasan Butir = 101,4 m2

Total = 439,08 m2
Maka perbandingan luas jalan yang rusak dengan total luas jalan yang ditinjau adalah
(439,08 m2/ 4000 m2)*100 = 10,977 %

21
4.2 Data Perencanaan Overlay Jalan Simalingkar Raya, Medan Tuntungan
Fungsi Jaringan Jalan : Lokal
Pertumbuhan Lalu Lintas : 5 % / tahun
Curah Hujan : 3415 mm / tahun
Lebar Perkerasan : 2/2 UD dengan lebar = 2 m perlajur
Umur Rencana : 10 tahun

1. Data Lalu Lintas


Tabel Lalu Lintas Untuk Ruas Jalan tahun 2017

Jenis Kendaraan
Total (Kend/hari)
Sepeda Motor 1500
Kendaraan Ringan 35
Truk 2 as 40

2. Jenis dan Tebal Lapisan Perkerasan


Jenis permukaan : Laston MS 590 Kg dengan roughness 995 mm/km
Base Course : Batu Pecah Kelas B
Sub Base Course : Sirtu Kelas B

2018 2030
2017

i= 1% i= 5%
awal umur UR

22
3. Analisis Overlay
a. Lalu Lintas Harian Rata-rata Awal Rencana (LHR) Tahun 2018
n
LHR0 = N x (1+i) N = 2018-2017
1
= N x (1+0.01) =1

= 1.01
Sepeda Motor = (1 + 0,01)1 x 1500 = 1515 kend/hari
Kendaraangan Ringan = (1 + 0,01)1 x 35 = 35,35 kend/hari
Truk 2 as = (1 + 0,01)1 x 40 = 40,4 kend/hari +
Total = 1590,75 kend/hari

b. LHR Akhir Rencana 12 Tahun (kend/hari/arah)


LHRt = LHR0 x (1+i)n n = 12
= LHR0 x (1+0.05)12 I = 5%
= LHR0 x 1.7959
Sepeda Motor = (1 + 0,05) 12 x 1515 = 2720,722 kend/hari
Kendaraangan Ringan = (1 + 0,05)12 x 35,35 = 63,484 kend/hari
Truk 2 as = (1 + 0,05)12 x 40,4 = 72,553 kend/hari +
Total = 2856,759 kend/hari

c. AngkaA Ekivalen (E)


Sepeda Motor = 0,0002
Kendaraan Ringan = 0,0004
Truk 2 as = 1,0648

d. KOEFISIEN DISTRIBUSI KEADAAN (C)


Kendaraan Ringan = 0,30
Kendaraan Berat = 0,45

23
e. LALU LINTAS EKIVALEN PERMULAAN (LEP)
LEP = LHR X C X E (kend/hari/2 arah)
Sepeda Motor = 1515 x 0,3 x 0,0002 = 0,0909 kend/hari
Kendaraan Ringan = 35,35 x 0,3 x 0,0004 = 0,0042 kend/hari
Truk 2 as = 40,4 x 0,45 x 1,0648 = 19,3581 kend/hari
TOTAL LEP = 19,4532 kend/hari/2 arah

f. LALU LINTAS EKIVALEN (LEA)


LEA = LHRᵁᴿ X C X E (kend/hari/2 arah)
Sepeda Motor =2720,722 x 0,3 x 0,0002 = 0,1632 kend/hari
Kendaraan Ringan = 63,484 x 0,3 x 0,0004 = 0,0076 kend/hari
Truk 2 as = 72,553 x 0,45 x 1,0648 = 34,7645 kend/hari
TOTAL LEA = 34,9353 kend/hari/2 arah

g. LALU LINTAS EKIVALEN TENGAH (LET)


LET = ( LEP + LEA ) / 2 = (19,4532 + 34,9353 ) / 2
= 27,1943 kend/hari/2 arah

h. PERSENTASE BERAT KENDARAAN BERAT


% Berat Kendaraan Berat = (Jumlah LHR Kend.Berat / LHR)
= (40 / 1575) x 100%
= 2,54 %

i. LALU LINTAS EKIVALEN RENCANA (LER) 10 Tahun


LER = LET x FP, Dimana FP = UR/10 = 12/10 = 1,2
LER = 27,1943 x 1,2
= 32,6332

24
j. NILAI ITP
Nilai CBR = 3,5 %
DDT =4%
FR = 1,5
Ipt = 1,5
Ipo =4
Maka, dari data di atas didapat nilai ITP (Grafik Nomogram = 5)

k. TEBAL PERKERASAN
UNTUK KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF
 Laston = 0,35 (a1)
 Batu Pecah Kelas B = 0,13 (a2)
 Sirtu Kelas B = 0,12 (a3)

25
Gambar 5.2 Nomogram 5

Koefisien Tebal Perkerasaan ̅̅̅̅̅


𝐈𝐓𝐏 = 6,5
ITP = a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3
6,5 = (0,35 x 5) + (0,13 x 20) + (0,12 x D3)
0,12 x D3 = 6,5 – (1,75 + 2,6)
D3 = 2,15/0,12
= 17,91 cm  18 cm
JADI TEBAL PERKERASAN YANG DIPEROLEH :
LAPIS PERMUKAAN ASPAL BETON = D1 = 5 cm
LAPIS PONDASI BATU PECAH KELAS B = D2 = 20 cm

26
LAPIS PONDASI BAWAH SIRTU KELAS B = D3 = 18 cm

GAMBAR STRUKTUR PERKERASAN SEBAGAI BERIKUT :

D1 = 5 cm

D2 = 20
cm

Gambar 5.3 Rencana Struktur Perkerasan Jalan Rute

D3 = 18 cm

27
4.3 PERHITUNGAN OVERLAY
Total Kerusakan
Aspal = (100-10,977)/100 = 0.8902
LPA = (89,023/100) = 0.89023
LPB = (100/100) =1

ITP jalan lama excisting


- lapis permukaan = (0,35 x 5 x 0.8902) = 1,55785
- lapis pondasi atas = (0,13 x 10 x 0.89023) = 1,1573
- lapis pondasi bawah = (0,12 x 18 x 1) = 2,16 +
= 4,87515

ITPperlu = ITPrencana - ITPexicting


ITPperlu = 6,5 – 4,87515 = 1,62485
D1overlay = 1,62485/0,35
= 4,64 cm
= 5 cm

28
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hasil Survey kerusakan Jalan Simalingkar raya memiliki tingkat kerusakan
jalan sebesar 10,977 %.
2. Hasil perhitungan overlay yang diperlukan jalan berdasarkan kerusakan jalan
yaitu 5 cm

5.2 Saran
1. Agar kerusakan yang telah terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah,
maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada unit-unit yang rusak,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang lebih tinggi.
2. Untuk penanganannya, sebaiknya jalan Simalingkar raya diadakan lapis
tambah untuk memperlancar pergerakan/transportasi pada daerah tersebut.

29

Anda mungkin juga menyukai