PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Survei ini bertujuan untuk:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement) adalah lapis
perkerasan yang berupa kombinasi antara perkerasan lentur dengan perkerasan
kaku.
4
2.4 Jenis Kerusakan
SNI 1987 adalah salah satu petunjuk penilaian untuk kondisi
perkerasan. Kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi 19 kerusakan, yaitu
sebagai berikut:
1. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracking)
Retak yang berbentuk sebuah jaringan dari bidang persegi banyak
(polygon) kecil menyerupaik kulit buaya, dengan lebar celah lebih besar
atau sama dengan 3 mm. Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban
lalu lintas yang berulang-ulang.
2. Kegemukan (Bleeding)
Cacat permukaan ini berupa terjadinya konsentrasi aspal pada disuatu
tempat tertentu di permukaan jalan. Bentuk fisik dari kerusakan ini dapat
dikenali dengan terlihatnya lapisan tipis aspal (tanpa agregat) pada
permukaan perkerasan dan jika pada kondisi temperature permukaan
perkerasan yang tinggi (terik matahari) atau pada lalu lintas yang berat,
akan terlihat jejak bekas ’bunga ban’ kendaraan yang melewatinya. Hal ini
5
juga akan membahayakan keselamatan lalu lintas karena jalan akan
menjadi licin.
6
5. Keriting (Corrugation)
Kerusakan ini dikenal juga dengan istilah lain yaitu, Ripples. Bentuk
kerusakan ini berupa gelombang pada lapis permukaan, atau dapat
dikatakan alur yang arahnya melintang jalan, dan sering disebut juga
dengan Plastic Movement. Kerusakan ini umumnya terjadi pada tempat
berhentinya kendaraan, akibat pengereman kendaraan.
7
7. Retak Samping Jalan (Edge Cracking)
Retak pinggir adalah retak yang sejajar dengan jalur lalu lintas dan juga
biasanya berukuran 1 sampai 2 kaki (0,3 – 0,6 m) dari pinggir perkerasan.
Ini biasa disebabkan oleh beban lalu lintas atau cuaca yang memperlemah
pondasi atas maupun pondasi bawah yang dekat dengan pinggir
perkerasan.
8
9. Pinggiran Jalan Turun Vertikal (Lane/Shoulder Dropp Off)
Bentuk kerusakan ini terjadi akibat terdapatnya beda ketinggian antara
permukaan perkerasan dengan permukaan bahu atau tanah sekitarnya,
dimana permukaan bahu lebih renadah terhadap permukaan perkerasan.
10. Retak Memanjang/Melintang (Longitudinal/Trasverse Cracking)
Jenis kerusakan ini terdiri dari macam kerusakan sesuai dengan namanya
yaitu, retak memanjang dan melintang pada perkerasan. Retak ini terjadi
berjajar yang terdiri dari beberapa celah.
11. Tambalan (Patching end Utiliti Cut Patching)
Tambalan adalah suatu bidang pada perkerasan dengan tujuan untuk
mengembalikan perkerasan yang rusak dengan material yang baru untuk
memperbaiki perkerasan yang ada. Tambalan adalah pertimbangan
kerusakan diganti dengan bahan yang baru dan lebih bagus untuk
perbaikan dari perkerasan sebelumnya.
9
13. Lubang (Pothole)
Kerusakan ini berbentuk seperti mangkok yang dapat menampung dan
meresapkan air pada badan jalan. Kerusakan ini terkadang terjadi di dekat
retakan, atau di daerah yang drainasenya kurang baik (sehingga perkerasan
tergenang oleh air).
10
16. Sungkur (Shoving)
Sungkur adalah perpindahan lapisan perkerasan pada bagian tertentu yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Beban lalu lintas akan mendorong
berlawanan dengan perkerasan dan akan menghasilkan ombak pada
lapisan perkerasan.
11
19. Pelepasan Butir (Weathering/Raveling)
Pelepasan butiran disebabkan lapisan perkerasan yang kehilangan aspal
atau tar pengikat dan tercabutnya partikel-partikel agregat. Kerusakan ini
menunjukan salah satu pada aspal pengikat tidak kuat untuk menahan gaya
dorong roda kendaraan atau presentasi kualitas campuran jelek.
12
Jenis kerusakan yang perlu diperhatikan saat melakukan survei visual
adalah kekasaran permukaan, lubang, tambalan, retak, alur, dan amblas.
Penentuan nilai kondisi jalan dilakukan dengan menjumlahkan setiap angka
dan nilai untuk masing-masing keadaan kerusakan. Perhitungan urutan
prioritas (UP) kondisi jalan merupakan fungsi dari kelas LHR (Lalu lintas
Harian Rata-rata) dan nilai kondisi jalannya, yang secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
3.3 Alat Penelitian
15
BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN
16
Luas Total
STA LUAS KERUSAKAN (m2)
Kerusakan
Lubang
Retak Retak Pengelupasan
(m) Lubang Amblas tak (m2)
Pinggir Buaya Butir
beraturan
100 –
15,8 5,25 - - - - 21,05
200
200 –
2,4 - - - - - 2,40
300
300 –
- 1,96 2,8 1,05 - 101,4 107,21
400
400 –
- - - - 142,6 - 142,6
500
500 –
0,48 - - - - - 0,48
600
600 –
7,98 - - - - - 7,98
700
700 –
71,2 - - - - - 71,20
800
800 –
24,51 - - - - - 24,5
900
900 -
- 3,00 - 28 - - 31,00
1000
Total = 439,07
17
Jenis-jenis Kerusakan Perkerasan Lentur yang terdapat di Lokasi Survei
a. Retak Buaya
b. Depression (Amblas)
18
c. Edge Cracking (Cacat Tepi Perkerasan)
d. Potholes (lubang)
19
e. Weathering/Raveling (pelepasan butir)
20
g. Cacat Tepi Permukaan
Total = 439,08 m2
Maka perbandingan luas jalan yang rusak dengan total luas jalan yang ditinjau adalah
(439,08 m2/ 4000 m2)*100 = 10,977 %
21
4.2 Data Perencanaan Overlay Jalan Simalingkar Raya, Medan Tuntungan
Fungsi Jaringan Jalan : Lokal
Pertumbuhan Lalu Lintas : 5 % / tahun
Curah Hujan : 3415 mm / tahun
Lebar Perkerasan : 2/2 UD dengan lebar = 2 m perlajur
Umur Rencana : 10 tahun
Jenis Kendaraan
Total (Kend/hari)
Sepeda Motor 1500
Kendaraan Ringan 35
Truk 2 as 40
2018 2030
2017
i= 1% i= 5%
awal umur UR
22
3. Analisis Overlay
a. Lalu Lintas Harian Rata-rata Awal Rencana (LHR) Tahun 2018
n
LHR0 = N x (1+i) N = 2018-2017
1
= N x (1+0.01) =1
= 1.01
Sepeda Motor = (1 + 0,01)1 x 1500 = 1515 kend/hari
Kendaraangan Ringan = (1 + 0,01)1 x 35 = 35,35 kend/hari
Truk 2 as = (1 + 0,01)1 x 40 = 40,4 kend/hari +
Total = 1590,75 kend/hari
23
e. LALU LINTAS EKIVALEN PERMULAAN (LEP)
LEP = LHR X C X E (kend/hari/2 arah)
Sepeda Motor = 1515 x 0,3 x 0,0002 = 0,0909 kend/hari
Kendaraan Ringan = 35,35 x 0,3 x 0,0004 = 0,0042 kend/hari
Truk 2 as = 40,4 x 0,45 x 1,0648 = 19,3581 kend/hari
TOTAL LEP = 19,4532 kend/hari/2 arah
24
j. NILAI ITP
Nilai CBR = 3,5 %
DDT =4%
FR = 1,5
Ipt = 1,5
Ipo =4
Maka, dari data di atas didapat nilai ITP (Grafik Nomogram = 5)
k. TEBAL PERKERASAN
UNTUK KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF
Laston = 0,35 (a1)
Batu Pecah Kelas B = 0,13 (a2)
Sirtu Kelas B = 0,12 (a3)
25
Gambar 5.2 Nomogram 5
26
LAPIS PONDASI BAWAH SIRTU KELAS B = D3 = 18 cm
D1 = 5 cm
D2 = 20
cm
D3 = 18 cm
27
4.3 PERHITUNGAN OVERLAY
Total Kerusakan
Aspal = (100-10,977)/100 = 0.8902
LPA = (89,023/100) = 0.89023
LPB = (100/100) =1
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil Survey kerusakan Jalan Simalingkar raya memiliki tingkat kerusakan
jalan sebesar 10,977 %.
2. Hasil perhitungan overlay yang diperlukan jalan berdasarkan kerusakan jalan
yaitu 5 cm
5.2 Saran
1. Agar kerusakan yang telah terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah,
maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada unit-unit yang rusak,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang lebih tinggi.
2. Untuk penanganannya, sebaiknya jalan Simalingkar raya diadakan lapis
tambah untuk memperlancar pergerakan/transportasi pada daerah tersebut.
29