Laporan Pendahuluan Eliminasi
Laporan Pendahuluan Eliminasi
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis
dan dihambat oleh perangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah
trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara
oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih.
Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih
cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik
urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih
meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung
kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter
akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang
menembus dinding kandung kemih membuka dan memberi
kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.
Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter
tersumbat (contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang
kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri
juga menyebabkan refleks simpatis kembali ke ginjal untuk
mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian
menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks
ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang
berlebihan kedalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya
luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah
lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana
makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah
ke dalam lambung.
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang
licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan
sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi
terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui
lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu
gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang
mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai
gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus
pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini
gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut
chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam
duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan
kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
d. Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
1) Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
2) Jejenum atau bagian tengah dan
3) Ileum
e. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50–60 inch,
terdir dari :
1) Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2) Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan
sigmoid.
3) Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai
sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai
isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16
– 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan
sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
1) Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah
bagian selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik
air, nutrien, elektrolit dan garam empedu.
2) Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga
akan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma
asam yang dihasilkan feses.
3) Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.
f. Anus / anal / orifisium eksternal
Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter
yaitu internal (involunter) dan eksternal (volunter)
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini
juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap
orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3
kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.
Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon
sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Tinusis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak
umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
a. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
b. Kandung kemih yang irritable
c. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
d. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah BAK yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensis :
a. Inkontinensia Fungsional/urge
Inkotinensis Fungsional ialah keadaan dimana individu
mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau
ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab: 1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung
kemih. 2) Penurunan tonur kandung kemih 3) Kerusakan
moviliasi, depresi, anietas 4) Lingkungan 5) Lanjut usia.
b. Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami
pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra
abdomen. Faktor Penyebab : 1) Inkomplet outlet kandung kemih
2) Tingginya tekanan infra abdomen 3) Kelemahan atas peluis
dan struktur pengangga 4) Lanjut usia.
c. Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami
kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab : 1) Penurunan Kapasitas kandung kemih. 2)
Penurunan isyarat kandung kemih 3) Efek pembedahan spinkter
kandung kemih 4) Penurunan tonus kandung kemih 5)
Kelemahan otot dasar panggul. 6) Penurunan perhatian pada
isyarat kandung kemih
d. Inkontenensia Dorongan
Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluarana urin
tanpa sadar, terjadi setelah merasa dorongan yang kuat untuk
berkemih Penyebab : 1). Penurunan kapasitas kandung kemih 2).
Infeksi saluran kemih 3). Minum alcohol atau kafein 4).
Penigkatan cairan 5). Peningkatan konsentrasi urine 6). Distensi
kandung kemih yang berlebihan. 7).
e. Inkontenensia reflex
Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin
yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dpat
di[perkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah
tertentu. Penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis)
Tanda-tandanya : 1) Tidak ada dorongan utnuk berkemih 2)
Merassa bahwa kandung kemih penuh 3) Kontraksi atau spasme
kandung kemih tidak dihambat pada intervalteratur.
Enuresis
Adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter
eksterna. Enuresis terjadi pada anak-anak atau orang ngompol.
Penyebab enuresis :
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi
keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan
terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat
menampung urin dalam jumlah besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
(misalnya persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan
orant tua).
e. Orang tua yang mempunya pendapat bahwa anaknya akan
mengatasi kebiasaanya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik neurologis system
perkemihan
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau
makanan pemedas.
h. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan
dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus
halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan
faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak
dapat mengontrol dan menahan buang air besar (BAB).
Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara
dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal
eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan
kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar
pasien tergantung pada perawat.
Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus
(flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus
adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan
gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.
Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa
internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang
keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun.
Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh
darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka
pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan
oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya
pasien mengalami konstipasi.
Penyebabnya :
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah
tempat, dan lain-lain
b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur),
tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
c. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas :
berbaring lama.
d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.
Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot
intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut
menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan
pada spinal cord dan tumor.
1. Definisi:
2. Batasan karakteristik:
3. Faktor berhubungan:
Perubahan faktor lingkungan
Gangguan kognisi
Gangguan penglihatan
Keterbatasan neuromuscular
Faktor psikologis
Kelemahan struktur penyokong panggul
1. Definisi
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran
feses yang sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang
sangat keras dan kering
2. Batasan karakteristik
Subyektif
Nyeri abdomen
Nyeri tekan pada abdomen
Anoreksia
Kelelahan umum
Sakit kepala
Peningkatan tekanan abdomen
Mual
Nyeri saat defekasi
Obektif
Perubahan pola defekasi
Penurunan volume feses
Distensi abdomen
Penurunan frekuensi
Feses kering, keras dan padat
Bunyi pekak pada perkusi abdomen
Tidak mampu mengeluarkan feses
Flatus berat
Massa rektal dapat dipalpasi
2. Batasan karakteristik
Subyektif
Nyeri abdomen
Kram
Urgensi
Obyektif
Sedikitnya sehari mengalami 3 kali defekasi dengan feses cair
Bising usus hiperaktif
2. Batasan karakteristik
Berkemih sedikit
Distensi kandung kemih
Disturia
Inkontinensia aliran berlebih
Menetes
Residu urine
Sensasi kandung kemih penuh
Sering berkemih
Tidak ada haluaran urine
2.1.4 Perencanaan
Diagnosa 1: Inkontinensia urine berhubungan dengan gangguan
kognisi
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Tujuan &
Intervensi
No Diagnosa kriteria hasil Rasional
(NIC)
(NOC)
a. Manajemen a. Memelihara
1 Inkontinensia Setelah eliminasi pola eliminasi
urine dilakukan urine urine yang
berhubungan asuhan b. Pelatihan optimum
dengan keperawatan kebiasaan b. Mencegah
gangguan selama … x 24 berkemih inkontinensia
kognisi jam diharapkan c. Bantuan dengan
pasien perawatan menetapkan
menunjukkan diri: pola
kontinensia eliminasi pengosongan
urine dengan kandung
kriteria hasil: kemih
c. Kebutuhan
a) Mampu eliminasi
mengidentifi terpenuhi
kasi
keinginan
berkemih
b) Berespon
tepat waktu
terhadap
dorongan
ingin
berkemih
c) Mampu
mencapai
toilet antara
waktu
dorongan
berkemih dan
pengeluaran
urin
a.
Diagnosa 2: Konstipasi berhubungan dengan eliminasi atau
defekasi yang tidak adekuat
c. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
d. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Tujuan &
Intervensi
No Diagnosa kriteria hasil Rasional
(NIC)
(NOC)
a. Manajemen a. Mempertahan
1 Konstipasi Setelah defekasi kan pola
berhubungan dilakukan b. Manajemen eliminasi
dengan asuhan cairan/elek- defekasi yang
eliminasi atau keperawatan trolit teratur
defekasi yang selama … x 24 b. Meningkat-
tidak adekuat jam kan keseimba-
diharapkan ngan cairan
konstipasi dan mencegah
menurun komplikasi
dengan kriteria akibat kadar
hasil: cairan yang
tidak normal
a. Pola
eliminasi
dalam
rentang
yang
diharapkan
b. Feses lunak
c. Mengeluar-
kan feses
tanpa
bantuan dan
nyeri
berkurang
d. Memperli-
hatkan
hidrasi
yang
adekuat
b.
Tujuan &
Intervensi
No Diagnosa kriteria hasil Rasional
(NIC)
(NOC)
Tujuan &
Intervensi
No Diagnosa kriteria hasil Rasional
(NIC)
(NOC)