Anda di halaman 1dari 4

Ghost OF Love - Sebuah Cerpen

29 Maret 2009

“Vin, besok jangan lupa bawa catatan kimia, fisika,


matematika, and biologi ya,’’ kata Adit.
‘’Iya deh,,iya..,’ ‘ sambungku.
‘’Eits,,wait !oh ya,catatan jepang juga ya..,’’ kata Adit lagi.
‘’Iya…,’’ jawabku singkat.
‘’Jangan lupa lho…,’’ katanya lagi.
‘’Iya Dit….iya…,’’ jawabku singkat lalu kututup HP-ku.
Habisnya,temanku yang satu ini paling recok deh. Kalau bicara
sama dia,aku bisa gondokan nih…tapi,dia itu teman aku yang
paling baik lho. Ada satu lagi temanku yang namanya Rian, hubungan kami bertiga sangat
akrab.

Esoknya, saat istirahat,aku dan Rian pergi ke kantin untuk makan. Beberapa saat
kemudian Adit tidak muncul juga. Kami berdua keheranan, padahal biasanya kami bertiga
makan sama-sama. Sampai waktu istirahat berlalu, Adit tidak muncul juga. Jadi aku dan
Rian memutuskan untuk beranjak masuk kelas. Saat pulang sekolah pun kami tidak melihat
Adit. ‘’Mana sih ni anak??’’ gerutu Rian, kami berdua makin heran,dan Rian mengusulkan
untuk pergi ke rumah Adit.

Kami sampai di rumah Adit, pengurus rumahnya yang membukakan pintu untuk kami.Mak
Tita menyuruh kami langsung naik ke kamar Adit saja.
‘’Dit..napa lu?,’’ sapaku saat melihat Adit terbaring. ‘’Lagi sakit nih…,’’ jawabnya lemas.
‘’Tumben..Lu bisa sakit juga ya…,’’ ejek Rian.
Kami bertiga pun tertawa secara serentak. Habisnya Adit tuh yang biasanya overacting
paling semangat dan paling recok. Aku dan Rian tak menyangka kalau rupanya Adit bisa
jatuh sakit juga.
‘’Sakit apaan sih lu?,’’ tanyaku.
‘’Mau tau aja Lo…,’’ jawabnya sombong.
‘’Dasar lu! lagi sakit pun sombongnya minta ampyuun, ntar gak bisa sembuh lho…,’’kata Rian
membelaku.
‘’Ada aja…,’’ kata Adit.
‘’Dasar lu…,’’ kata Rian sembari menggelinya.
‘’Eh guys, Gue punya pertanyaan nih..’’ kata Adit.
‘’Iya, apaan?,’’ tanyaku. ‘’Kalo Lo hidupnya tinggal sehari, apa yang mau Lu lakuin?’’
tanyanya.
‘’Kalo gue, mau pergi ke tempat favorit gue and ngehabisin hari gue di sana,’’ jawabku
singkat.
‘’Kalo gue, mau tidur aja deh jadi gue gak bakalan menderita waktu gue lagi sekarat,’’ kata
Rian.
‘’Oh,,.iya donk,,habisnya hobi lo kan molor aja…,’’ ejekku.
‘’Nah,gimana kalo lo Dit?,’’ tanyaku padanya. ‘’Kalo gue… gue pingin ngehabisin waktu yang
ada bersama cewek yang gue suka,’’ jawabnya dengan muka yang sedih.

Dan ia menatapku. aku merasakan kalau tatapan itu ada maksudnya. Habisnya tatapan itu
aneh. Sedangkan Rian terus merecokinya dengan cewek yang ia sukai itu, aku sih tidak
begitu peduli, habisnya aku sudah tau kalau Adit suka sama seorang cewek. Namun aku
penasaran juga, jadi aku juga ikut-ikutan Rian merecokinya. Tapi Adit tak pernah mau
mengatakanya,
Kami berdua menghabiskan sore itu di rumah Adit dan berbincang-bincang dengannya.
Saat hari sudah mulai gelap aku dan Rian pun berpamitan.

***

Liburan kali ini Rian pergi ke luar kota bersama keluarganya. Jadi tinggal aku dan Adit
yang tak punya rencana kemana-mana. Akhirnya Adit mengajakku untuk pergi ke kampung
halamannya. Dan aku setuju saja, di sana banyak padang rumput yang hijau yang penuh
bunga. Aku sangat menyukai tempat itu. Kami berdua bermain di sana setiap hari dan
kurasakan kalau aku mulai menyukai Adit. Tapi aku tak tahu bagaimana perasaan Adit
terhadapku. Jadi kupendam saja perasaanku ini.

Lagipula aku sudah berjanji akan berpacaran dengan Rian setelah ia kembali dari
liburannya. Jadi hubunganku dengan Adit adalah tidak mungkin. Tak mungkin aku
mengingkari janji ku dengan Rian dan mengatakan pada Rian kalau aku menyukai Adit.
‘’Tidak mungkin,’’ pikriku.
Dan aku tetap melewati hari-hariku bersama Adit dan berharap bahwa hari-hari ini tidak
akan pernah berakhir. Namun waktu tetap berjalan dan waktu liburan tinggal satu hari
lagi.

Esoknya, Adit mengajakku ke padang rumput dan kami menghabiskan waktu bersama di
sana. Kami berbincang-bincang dan tiba-tiba Adit memelukku dari belakang dan kudiami
saja. Ia memelukku erat-erat tanpa berkata apa-apa. Sesaat kemudian aku memanggilnya
dan ia tak menjawab. Jadi kupanggil lagi ia tetap tidak menjawab. Aku pun menjadi heran.

Tiba-tiba Adit jatuh dan tak sadarkan diri. Aku menjadi takut dan kubawa ia ke rumah
sakit terdekat.Dokter mengatakan kalau ia kena serangan jantung. Dari dulu ia punya
penyakit jantung bawaan dan penyakitnya bisa kambuh kapan saja. Aku masih tak percaya
atas penjelasan dokter dan aku berusaha masuk ke kamarnyadan memanggilnya.Namun ia
tak menjawabku, air mataku menetes tanpa kusadari.

‘’Apakah ini saat-saat yang tidak ingin aku alami ini harus terjadi sekarang?,’’ tangisku
dalam hati. Hatiku menjerit ketika aku kehilanagan orang yang kusuka. Aku bukan saja
kehilangan tubuhnya,namun juga jiwanya. Aku berpikir bahwa aku masih bisa melihatnya,
menyentuhnya dan akrab dengannya meskipun hanya sebagai teman.

Namun sekarang aku tidak memilikinya lagi, baik sebagai teman ataupun pacar aku merasa
sangat terpukul. Namun aku masih mempunyai satu hal yang tak bisa direbut siapapun dan
apapun yaitu kenangan bersamanya, selamanya aku akan mengingat hari-hari dimana aku
bersama Adit.
Saat Rian pulang dari luar kota ia juga merasa sedih akan kepergian Adit. Namun,itu
semua berlalu dengan cepat. Aku dan Rian saling melengkapi dan memahami. Aku sudah
tak begitu sedih lagi akan kepergian Adit karena ada Rian yang senantiasa di sampingku
dan menghiburku. Ia mengisi hari-hariku dan sekarang aku sudah bisa menerima
kehilangan Adit dan keberadaan Rian.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa sifat Rian mulai berubah. Aku bisa melihat
sifat Rian menjadi sama seperti sifat Adit. Mungkin Rian berusaha meniru gaya
Adit,pikirku pada awalnya. Tapi lama kelamaan hal itu semakin mejadi-jadi. Aku tak
mungkin salah membedakan yg mana Adit dan Rian. Akhir-akhir ini aku merasakan
keberadaan Adit pada diri Rian atau itu hanya perasaanku saja?.

Tapi tak mungkin sikap Rian dan Adit sangat berbeda, meskipun kalau Rian meniru gaya
Adit, kadang-kadang pasti ada juga kesalahan sikap Rian menjadi perhatian tapi tak
selembut Adit. Rian biasanya bisa mengubah suasana menjadi seru dengan pamer-
pameran, Namun Adit bisa mengubah suasana menjadi romantis dan akhir-akhir ini Rian
menjadi lembut dan hangat, aku bisa merasakannya. Ini bukan sikap Rian yang biasanya
sikap ini sama seperti sikap Adit.

Setahun setelah kematian Adit, aku dan Rian pergi ke padang rumput yang berbunga di
desa Adit, aku teringat setahun yang lalu ketika aku dan Adit bermain di sini di padang
rumput ini. Ia memetikkan aku setangkai bunga lili yang putih bersih. Sekarang datang
kemari bersama Rian, anehnya kali ini Rian yang memetikkan bunga untukku dan bunga itu
sama dengan yang Adit berikan padaku setahun lalu.

Rian juga melakukan hal sama seperti Adit setahun lalu. Ia memelukku, Aku tak tahu
siapa yang memelukku Rian ataukah Adit. Wajah yang kulihat adalah Rian, tubuh yang
memelukku adalah Rian tapi mengapa kurasakan kehadiran Adit? yang kurasakan adalah
kehangatan Adit. Aku heran aku berpikir ini adalah Adit, pasti Adit, Aku yakin.

‘’Dit, apakah ini lo?,’’ tanya ku pada Rian. Aku menatapnya lekat-lekat dan ia tersenyum
padaku. ‘’Iya Vin. Ini gue Adit,’’ jawabnya. Aku tak bisa lagi menahan air mata ku. Aku tak
pernah tahu bagai mana Adit bisa ada di tubuh Rian, tapi yang pasti kulakukan adalah
memeluknya erat-erat. Kalau bisa aku tak mau melepasnya sudah lama aku kehilangan dia.

‘’Vinada yang mau gue katakan sama lo, gue dari dulu suka sama lo. Maaf ya kalo gue baru
bilang sekarang. Mungkin udah telat tapi Vin gue datang untuk mengatakannya.Gue mau lo
tahu kalo gue suka sama lo Vin,” terangnya sambil diakhiri dengan jeritan sembari
memelukku erat-erat.

‘’Iya Dit,gue udah tau kok. Gue juga suka ma lo’’ ujarku sambil menatap matanya. Dulu gue
suka sama lo Dit. Sampai sekarang juga.gue gak terima kenapa lo ninggalin gue tanpa
berkata apa-apa.Dan kenapa lo sakit lo gak mau kasih tau gue? kenapa Dit?,’’ tanyaku
sambil menangis
‘’Maaf Vin, gue gak mau lo sedih,’’ ujarnya dengan rasa bersalah. ‘’Tapi sekarang gue juga
merasa sedih kan Dit?,’’ desakku.

‘’Maaf Vin, tapi kalao lo mau,gue bisa tinggal di sini,di tubuh Rian dan kita bisa hidup
bersama.’’ terang Adit..’’ Tapi bagaimana dengan Rian?,’’ tanyaku. ‘’Rian…Rian mesti
mengorbankan dirinya demi kita Vin. Dia pasti mau Vin. Dia pasti mau ngelihat lo bahagia,’’
balas Adit. ia mengatakan seolah-olah Rian menyetujuinya, sejenak aku berfikir bahwa
Adit hanya mau menang sendiri.
‘’Enggak Dit. Ini tubuh Rian. Ini milik Rian. Gue gak mau Rian mengorbankan dirinya demi
kita. gue gak mau Dit,’’ tolak ku. ‘’Jadi lu memilih berpisah Vin?,’’ tanya Adit. ‘’Maaf Dit,
ini tubuh Rian, jangan egois Dit, hubungan kita sudah terlambat. Gak mungkin bisa
kembali lagi,’’ ujarku dengan tegar menahan air mataku.
‘’Gue ngerti Vin, tapi maaf udah bikin lo sedih. Tapi gue yakin bisa menghibur lo. Rian bisa
menggantikan posisi gue, gue suka lo Vin. gue akan tetap suka lo selamanya.gue janji..,’’
ungkapnya. ‘’Gue juga suka sama lo Dit…,’’ balasku.
Kemudian ia menciumku dan esoknya aku terbangun di kamar dengan Rian yang sudah
menungguku dengan wajah cemas. ‘’Vin, lo kok tiba-tiba pingsan sih?,’’ tanya Rian cemas.
Aku hanya tersenyum mendengar perkatannya. Kusadari, ini baru benar-benar sikap Rian,
aku masih membayangkan apa yang terjadi itu benar- benar atau hanya mimpi? tapi aku
tahu ini adalah nyata, karena aku mengenal tatapan yang mampu menembus hatiku sama
seperti Adit lakukan dulu padaku.

‘’Udah Vin… jangan dipikirin. ntar gue jealous lho…,’’ kata Rian. ‘’Sekarang lo mesti
kosentrasi buat suka sama gue dan thanks ya udah milih gue jadi pendamping lo…’’ terang
Rian sambil tersenyum.
‘’Udah kalau gitu, sekarang lo istirahat ya…,’’ kata Rian. Aku tak tahu kalau Rian
mengetahui semua kejadian saat aku bersana Adit. Saat ini aku merasa lebih bahagia, aku
bersyukur masih ada seseorang yang bisa menyukaiku dan menyayangiku dengan sepenuh
hati.***

Anda mungkin juga menyukai