Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EKONOMI KESEHATAN

“Sistem Kesehatan Nasional Indonesia”

Dosen Pengampu : Evindiyah Prita Dewi, SKM, MARS

Di Susun Oleh :
Filzha Nabilah Nazara (2016710001)
Athifah Nurdasari (2-15710016)
Achmad Noer Balkiswandi (2015710020)
Marliana Rusli (2015610021)
Fatin Nur Jauhara (2015710032)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Syukur Alhamdulillah , merupakan kata yang pantas kami ucapkan kepada Allah STW, karena
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Sistem Kesehatan Nasional
Indonesia”

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Kesehatan di Program
Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta. Selanjut nya kami
mengucapkan terima terima kasih kepada Ibu Evindiyah Prita Dewi, SKM, MARS selaku dosen
mata kuliah Ekonomi Kesehatan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalh ini, oleh karena itu kami
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Wassalamualaikum wr.wb

Cirendeu, 13 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...................................................................................
1.2.Tujuan ...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep SKN ....................................................................................
2.2. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan (peroranga dan masyarakat) ......
2.3. Sistem Rujukan................................................................................
2.4. Konsep efisiensi, kualitas equity dan sustainability
dari sistem pelayanan kesehatan ......................................................
2.5. Sistem Kesehatan Negara Lain (sebagai pembanding) ...................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpualan

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu infestasi untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2016).
Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya pedoman
penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik berupa dokumen perencanaan maupun
metode dan cara penyelenggaraannya. UndangUndang Nomor 17 tahun 2007, tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) memberikan arah
pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia. Di dalamnya juga telah tercantum arah
pembangunan kesehatan dalam 20 tahun ke depan sampai dengan tahun 2025.
Dalam Undang-Undang tersebut antara lain ditetapkan bahwa pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus
pada penduduk rentan, antara lain ibu, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga
miskin.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa terakhir masih
menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Untuk itu
diperlukan pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional sebagai
bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang disertai berbagai
terobosan penting, seperti: pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat,
serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

1
Sistim Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari SKN
sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam rangka untuk
meningkatkan tercapainya pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami konsep-
konsep Sistem Kesehatan Nasional (SKN) serta isu yang terkait dalam Kesehatan
Nasional (SKN).

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Konsep SKN
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu
derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan pada:
1) Perikemanusiaan,
2) Pemberdayaan dan kemandirian,
3) Adil dan merata, serta
4) Pengutamaan dan manfaat.

A. Maksud dan Kegunaan SKN

Tersusunnya SKN 2009 mempertegas makna pembangunan kesehatan


dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan
pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025, memantapkan
kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan pemerataan
upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, serta meningkatkan investasi
kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional. Sistem Kesehatan Nasional
disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar
(primary health care) yang meliputi:

1) Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,

2) Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,

3) Kebijakan pembangunan kesehatan, dan

3
4) Kepemimpinan.

Sistem Kesehatan Nasional juga disusun dengan memperhatikan


inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas,
termasuk penguatan sistem rujukan.

B. Landasan SKN
Landasan SKN meliputi:
 Landasan idiil : PANCASILA
 Landasan Konstitusional : yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya;
Pasal 28 H
ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan
ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
Pasal 34
ayat (2), Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan dan
ayat (3), Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Pasal 28 B
ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang;
Pasal 28 C
Ayat (1), setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

4
 Landasan Operasional : meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Beberapa peraturan perundangan tersebut terdapat dalam Lampiran-1 dari
RPJP-K Tahun 2005-202

2.2. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan

Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu


diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi
bangsa Indonesia. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan.

Subsistem upaya kesehatan unsur-unsur utama Terdiri dua unsur utama, yaitu
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP)

a. Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan yg dilakukan


oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular,
penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan
minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan
berbahaya, sesrta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan . UKM
terbagi atas:
1) UKM strata pertama UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar,
yaitu yg mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
dasar yg ditujukan kepada masyarakat Ujung tombak penyelenggara
UKM strata pertama adalah Puskesmas yg didukung secara lintas sektor
dan didirikan sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan. Puskesmas
bertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya Tiga
fungsi utama Puskesmas :

5
(1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan
(3) pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar
Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yg
harus dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan;
kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana; perbaikan gizi;
kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit menular; dan
pengobatan dasar Peran aktif masyarakat dan swasta dalam
penyelenggaraan UKM strata pertama diwujudkan melalui berbagai
upaya yg dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya
kesehatan bersama yg bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah
berhasil dikembangkan berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu,
Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil
dalam Usaha Kesehatan Sekolah
2) UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik yg ditujukan kepada masyarakat .Penanggungjawab UKM
strata kedua adalah Dinkes Kab/Kota yg didukung secara lintas sektor.
Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial
dan fungsi teknis kesehatan .Fungsi manajerial mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kab/Kota . Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan
kesmas tk lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan
Puskesmas. Untuk dapat melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinkes
Kab/Kota dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti :
unit pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi kesehatan;
pelayanan kefarmasian; kesehatan lingkungan; perbaikan gizi; dan
kesehatan ibu, anak, dan Keluarga Berencana. Unit-unit tersebut
disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu Puskesmas
dalam bentuk pelayanan rujukan kesmas. Rujukan kesmas adalah

6
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas masalah kesmas yg
dilakukan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal. 
Rujukan kesmas dibedakan atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan
teknologi dan rujukan operasional
3) UKM strata ketiga adalah UKM unggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat. Penanggungjawab
UKM strata ketiga adalah Dinkes Provinsi dan Depkes yg didukung
secara lintas sektor. Dinkes Provinsi dan Depkes mempunyai dua
fungsi, yaitu fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan. Fungsi
manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di provinsi/nasional. Fungsi teknis kesehatan mencakup
penyediaan pelayanan kesmas tingkat unggulan, yakni dalam rangka
melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota. Dalam melaksanakan
fungsi teknis kesehatan, Dinkes Provinsi dan Depkes perlu didukung
oleh berbagai pusat unggulan yang dikelola oleh sektor kesehatan dan
sektor pembangunan lainnya
Contoh pusat unggulan adalah Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit
Infeksi Nasional, dll. Pusat unggulan ini disamping menyelenggarakan
pelayanan langsung juga membantu Dinkes dalam bentuk pelayanan
rujukan kesehatan
b. Unit Kesehatan Perorangan (UKP) adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat
inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yg ditujukan terhadap perorangan.
Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta
pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. UKP terbagi atas :

7
1) UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yg
ditujukan kepada perorangan Penyelenggara UKP strata pertama adalah
pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai
bentuk pelayanan profesional, seperti praktik bidan, praktik perawat,
dll. UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh
Puskesmas. Dengan demikian Puskesmas memiliki dua fungsi
pelayanan, yakni pelayanan kesmas dan pelayanan kes perorangan.
Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi dengan
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa, dan
Pos Obat Desa. Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa termasuk
sarana kesehatan bersumber masyarakat. Pelayanan pengobatan
tradisional dan alternatif yang diselenggarakan secara ilmiah telah
terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan
kosmetika termasuk UKP strata pertama. UKP strata pertama didukung
oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat dan apotek
(dengan kewajiban menyediakan obat esensial generik), laboratorium
klinik, dan optik. Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata
pertama perlu dilakukan berbagai program kendali mutu, baik yang
bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan akreditasi, maupun
yang bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus kendali .
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional
telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata
pertama melalui Puskesmas. Penyelenggara UKP strata pertama akan
diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep
dokter keluarga, kecuali di daerah yg sangat terpencil masih dipadukan
dengan pelayanan Puskesmas b. UKP strata kedua  UKP strata kedua
adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yg ditujukan kepada
perorangan

8
2) UKP strata kedua adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yg
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi
spesialis, klinik spesialis, balai pengobatan SUBSISTEM UPAYA
KESEHATAN penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata
masyarakat (BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah
sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah (termasuk
TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.  Berbagai sarana
pelayanan tsb disamping memberikan pelayanan langsung juga
membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan
medik  Pelayanan rujukan medik adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit yg dilakukan secara timbal balik,
baik secara vertikal maupun horizontal.  Rujukan medik tdd tiga aspek
: rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, serta rujukan bahan-bahan
pemeriksaan laboratorium  UKP strata kedua juga didukung oleh
berbagai pelayanan penunjang seperti apotek, laboratorium klinik, dan
optik  Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk
program kendali mutu
3) UKP strata ketiga adalah UKP tk unggulan, yaitu yg mendayagunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yg ditujukan
kepada perorangan. Penyelenggara UKP strata ketiga adalah
pemerintah, masyarakat, dan swasta yg diwujudkan dalam bentuk
praktik dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi spesialis
konsultan, klinik spesialis konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan
dan kelas A milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN), serta
rumah sakit khusus dan rumah sakit swasta. Berbagai sarana pelayanan
tsb disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana
UKP strata kedua, UKP strata ketiga juga didukung oleh berbagai
pelayanan penunjang seperti apotek, laboratorium klinik, dan optik
Untuk menghadapi persaingan global, UKP strata ketiga perlu
dilengkapi dengan beberapa pusat pelayanan unggulan nasional, seperti
pusat unggulan jantung nasional, pusat unggulan kanker nasional, pusat

9
penanggulangan stroke nasional, dsb. Untuk meningkatkan mutu perlu
dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu

2.3. Sistem Rujukan

a. Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih
lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). (Muchtar,
1977) Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-
balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi. Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan
yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan
dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat
atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun
vertical.

b. Tujuan Rujukan
Menurut Mochtar,1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya
2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium
dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer
Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan
khusus, antara lain :

10
 Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung
kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.
 Khusus a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna. b.
Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara
berhasil guna dan berdaya guna.:
c. Jenis Rujukan

Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit


dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus
patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus
masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan laboratorium. Jika
penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke
unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan). Rujukan
informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan
advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama
dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai
kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka
secara regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.Menurut tata
hubungannya, sistem rujukan terdiri dari:

a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:
1) Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk

11
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
 Transfer of patient.
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
 Transfer of specimen.
Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
 Transfer of knowledge/personel.
2) Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan
pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan
ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien
dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau
pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos
Unit Kesehatan Kerja). Masukkan persiapan-persiapan dan informasi
berikut ke dalam rencana rujukan :
 Siapa yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir.
 Tempat –tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga.
(Jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat
rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan
 Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya. Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik
siang maupun malam.
 Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah
diperlukan.
 Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan
dan bahan-bahan.
 Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat
ibu tidak di rumah.

12
d. Tingkatan Rujukan

Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)


Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (kurang lebih
85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan
dasar (basib health services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.
b. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D dan
memerlukan tersedianya tenaga spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah
komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia: RS
tipe A dan B.

e. Langkah-Langkah Rujukan

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita


a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan

13
tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Kaji ulang rencana rujukan bersama
ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua
asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk
dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap
ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan
pada saat awal persalinan.

4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju


a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.

5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA) Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan


untuk ibu :
 Bidan Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
 Alat Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
sedang dalam perjalanan.
 Keluarga Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan
mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan

14
upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu
dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
 Surat Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yagng diterima ibu dan/atau bayi baru lahir.
Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
 Obat Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-
obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
 Kendaraan Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup
baik untuk. mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
 Uang Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.
 Darah Siapkan darah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Pengiriman
Penderita Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan / sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita..Tindak lanjut penderita :
a) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)
b) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga
kesehatan yang melakukan kunjungan rumah

2.4. Konsep Efisien, Kualitas, Equity dan Sustsinability dalam Pelayanan Kesehatan
a. Efficiency of Services

 Efisiensi teknis, penyediaan pelayanan kesehatan yang optimal menggunakan


sumberdaya (tenaga, obat, alat kesehatan, metodologi, maupun biaya kesehatan).

 Efisiensi ekonomis, penyediaan pelayanan kesehatan yang mengenakan biaya paling


murah tanpa mengorbankan kualitas pelayanan kesehatan menurut standar profesi
yang berlaku.

15
 Efisiensi skala cakupan, target kuantitatif pelayanan kesehatan untuk wilayah dan
periode tertentu tidak boleh mengorbankan efisiensi teknis dan ekonomis.

b. Quality of Services, mampu menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai


dengan standar profesi.
c. Keadilan (Equity)
Keadilan (equity) tidak sama dengan kesamaan (equality). Untuk bisa adil tidak harus
semua mendapatkan porsi yang sama.
1. Horizontal equity. “Equal treatment for equaal need/ condition”
2. Vertical equity. “Unequal treatment for unequal need/ condition”, dan “Health
financing based on ability to pay”
d. Sustainability of Services, penggerakan pelaksanaan pembangunan kesehatan harus
mampu menyediakan pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dalam jenis yang
lengkap, cakupan wilayah, spesifikasi yang sesuai kebutuhan, timing yang tepat,
kualitas yang memenuhi standar profesi, dan aksesibilitas optimal

2.5. Sistem Kesehatan Negara Lain (Sebagai Pembanding)


1. Unsur-unsur Sistem Kesehatan
Sebuah sistem kesehatan terdiri dari unit organisasi dan proses dimana masyarakat
menentukan pilihan mengenai produksi, konsumsi, dan distribusi kesehatan jasa
(Johnson-Lans, 2004).
Dari sudut pandang social, sulit untuk menentukan apakah sistem kesehatan
terpusat atau desentralisasi lebih unggul. Sebuah pernyataan normatif semacam itu
memerlukan pertimbangan nilai dan pengorbanan yang terlibat. Sebuah otoritas
terpusat dengan kontrol penuh mungkin lebih mampu mendistribusikan layanan yang
lebih seragam dan memiliki kemampuan lebih besar untuk mengeksploitasi ekonomi
skala dan cakupan. Pada saat yang sama, itu mungkin tidak memiliki insentif yang
kompetitif untuk berinovasi atau menanggapi bervariasi konsumen pemilih tuntutan;
juga, otoritas terpusat mungkin menghadapi biaya tinggi untuk mengumpulkan
informasi tentang kebutuhan konsumen (Johnson-Lans, 2004).

16
Atau, sistem kesehatan yang terdesentralisasi, seperti pasar atau sistem
pemerintah daerah, dapat memberikan lebih banyak alternatif dan inovasi, namun hasil
indiseconomies skala dan cakupan dan kurangnya coordination.Determining struktur
terbaik untuk sistem kesehatan melibatkan kuantifikasi masyarakat nilai tempat pada
sejumlah alternatif dan hasil kadang-kadang bersaing, seperti pilihan, inovasi,
keseragaman, dan efisiensi produksi. Memang, sistem alternatif di seluruh dunia ada
karena orang menempatkan nilai yang berbeda pada masing-masing dari berbagai hasil
(Reinhardt, 1996).

sistem kesehatan yang besar, kompleks, dan terus berubah karena mereka
menanggapi faktor-faktor ekonomi, teknologi, sosial dan sejarah. Perbandingan sistem
kesehatan di Amerika Serikat melibatkan:

1. Dokter dan dokter gigi : lebih dari 800.000


2. Perawat : sekitar 2 juta
3. Rumah Sakit : sekitar 7000
4. Rumah Jompo dan fasilitas keterbelakangan mental : lebih dari 80.000
5. ribuan asuransi kesehatan dan lembaga pemerintah, dan
6. jutaan orang yang terlibat dalam produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan
(Johnson-Lans, 2004).
7. Secara khusus, Amerika Serikat memiliki hanya 124,9 penerimaan rumah sakit per
1000 penduduk pada tahun 2000, dibandingkan dengan 226,8 di Jerman, dan 231,0
di Perancis selama waktu itu. Hanya Jepang dan Kanada memiliki tingkat lebih
rendah dari Amerika Serikat

2. Jenis Sistem
Konfigurasi khusus dari sistem kesehatan tergantung pada banyak faktor, seperti
politik, budaya, demografi, peristiwa sejarah, dan struktur sosial yang melekat pada
negara tertentu. tujuan dan prioritas sosial berkembang dari waktu ke waktu dan
membentuk semua lembaga sosial dan nilai-nilai.
Asuransi kesehatan swasta dibiayai oleh pengusaha dan atau kontribusi individu
yang berorientasi tugas. Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah bahwa pendanaan dan

17
penyediaan perawatan sebaiknya diserahkan kepada kekuatan pasar. jenis ini paling
jelas diwakili oleh Amerika Serikat dan sampai saat ini oleh Australia, tetapi banyak
sistem mengandung beberapa unsur dari jenis ini
Jenis dasar kedua dari sistem kesehatan adalah asuransi sosial (Bismarck) model.
Sebagai aturan, asuransi kesehatan wajib ini didanai oleh kombinasi dari majikan dan
kontribusi individu melalui dana asuransi nirlaba, sering diatur dan disubsidi oleh
penyediaan Negara. Singapore, dengan program Medisave wajib, adalah variasi pada
tema asuransi sosial.
Jenis ketiga, dan satu yang mungkin mendekati monopoli pemerintah dalam
bentuk murni, adalah National Health Service (NHS atau Beveridge) model. Model ini
ditandai dengan cakupan universal yang didanai dari perpajakan umum. Contohnya :
Inggris, Swedia, dan Selandia Baru (Dibuat National Health Service pertama di nya UU
Jamsostek 1938 yang berjanji semua warga akses terbuka untuk semua layanan
kesehatan yang mereka butuhkan gratis di titik penggunaan)

3. Metode pembiayaan Berbagai Negara

a. Kanada

Kanada memiliki program wajib asuransi kesehatan nasional (NHI) yang


dikelola oleh masing-masing dari sepuluh provinsi. Setiap provinsi memiliki
jenis yang unik dari administrasi. NHI memberikan cakupan dolar pertama
tanpa batas pada jumlah perawatan medis yang diterima selama seumur hidup
konsumen. Setiap provinsi membiayai program melalui pajak. Selain itu,
pemerintah Kanada menyediakan hingga 40 persen dari biaya berbagi dan
membuat hibah pembangunan rumah sakit yang tersedia ke provinsi. asuransi
swasta yang tersedia untuk beberapa bentuk pelayanan kesehatan, tetapi tidak
layanan tercakup dalam NHI. Karena sektor publik bertanggung jawab untuk
NHI, tidak ada biaya pemasaran, tidak ada alokasi keuntungan, dan tidak ada
penentuan yang menutupi (Johnson-Lans, 2004)

b. Jerman

18
Program Sosialisasi Asuransi Kesehatan (SI) di Jerman didasarkan pada
pembiayaan mandat pemerintah oleh pengusaha dan karyawan. Premi individu
menganggur dan tanggungan mereka dibayar oleh mantan majikan atau berasal
dari sumber-sumber publik (misalnya, dana pensiun publik). dana sakit, yang
perusahaan swasta nirlaba, yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dana
dan penggantian penyedia layanan kesehatan dan tunjangan kesehatan
hospitals.Statutory yang komprehensif dan ada copayments kecil untuk beberapa
layanan. orang kaya dan selfemployed dapat membeli swasta cakupan asuransi
kesehatan (Johnson-Lans, 2004).

c. Inggris

Mechanic (1995) dan lain-lain mengacu pada sistem kesehatan di Inggris


(UK) sebagai model kontrak publik karena kontrak pemerintah dengan berbagai
penyedia layanan kesehatan atas nama rakyat. Inggris kesehatan sistem di bawah
naungan National Health Service (NHS), menawarkan cakupan asuransi kesehatan
universal yang didanai melalui pajak. NHS menyediakan anggaran global untuk
otoritas kesehatan kabupaten (DHAs). Setiap otoritas kesehatan kabupaten
bertanggung jawab untuk menilai dan memprioritaskan kebutuhan kesehatan dari
sekitar 300.000 orang dan kemudian membeli layanan kesehatan yang diperlukan
bagi penyedia layanan kesehatan publik dan swasta. pelayanan rumah sakit yang
disediakan oleh trust nonpemerintah, yang bersaing dengan diri mereka sendiri dan
dengan rumah sakit swasta untuk DHA kontrak. penyedia perawatan primer
berbasis masyarakat juga kontrak dengan DHAs. Selain itu, pemegang dana dokter
umum mengajukan anggaran dari DHAs dan dengan layanan anggaran
sekelompok setidaknya 5000 pasien dengan menyediakan perawatan primer dan
pembelian layanan terapi bedah rawat jalan dan keperawatan khusus elektif. Ada
beberapa kompetisi terbatas di antara pemegang dana dokter umum untuk pasien
(Johnson-Lans, 2004).

4. Fitur Sistem Kesehatan Dari Berbagai Negara


a. Amerika Serikat

19
Sistem pluralistik di Amerika Serikat berisi sistem produksi swasta, tetapi lebih
bergantung berat pada metode biaya-untuk-layanan. Selain itu, penyedia layanan
kesehatan Amerika yang diganti oleh berbagai jenis pembayar termasuk pemerintah
dan asuransi swasta firmsin Berbeda dengan sistem pembayar tunggal Kanada,
Jerman, dan Inggris.
b. Kanada
Kanada adalah asuransi nasional, pilihan bebas dari penyedia layanan kesehatan,
produksi swasta pelayanan medis, dan diatur anggaran global dan biaya untuk
penyedia layanan kesehatan.

c. Jerman

Asuransi disosialisasikan kesehatan yang dibiayai melalui dana sakit,


pembayaran dinegosiasikan untuk penyedia layanan kesehatan, pilihan bebas dari
penyedia, dan produksi swasta dari pelayanan kesehatan

d. Inggris

Karakteristik yang membedakan antara pembatasan pilihan penyedia, kontraktor


umum pelayanan medis, anggaran global untuk rumah sakit, gaji tetap bagi dokter
di rumah sakit, dan pembayaran kapitasi untuk sistem kesehatan umum
practitioners

5. Teknologi Medis di Kanada, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat


a. Amerika Serikat
Amerika Serikat memiliki hampir 50 persen lebih banyak (MRI) per juta orang
dari Inggris Raya dan lebih dari empat kali lebih banyak dari Kanada, banyak
orang yang menjalani dialisis dan angioplasti coroner dan menunjukkan
ketersediaan yang lebih besar dari teknologi medis diantara inggris dan jerman
b. Jerman
(CT) scanner per juta orang dari Amerika Serikat, memiliki jumlah terbesar kedua
MRI dan orang yang menjalani dialisis dan angioplasti koroner.

20
6. Kepuasan Konsumen Dengan Sistem Kesehatan di Kanada, Jerman, Iggris, dan
Amerika Serikat
Orang-orang di berbagai negara mengandalkan pemerintah mereka untuk
memilih dan mendukung sistem kesehatan yang terbaik mempromosikan efisiensi dan
ekuitas yang diberikan latar belakang mereka sejarah, kultur budayanya sistem, dan
keyakinan politik. Sistem Jerman itu superior, tetapi hanya dalam margin sedikit relatif
terhadap Inggris. Lima puluh delapan persen dari rumah tangga Jerman puas dengan
sistem mereka dibandingkan dengan 57 persen di Inggris. Sistem Jerman memiliki
sistem perawatan kesehatan yang ditandai dengan program asuransi sosial universal.
Tingkat yang sebanding untuk Kanada dan Amerika Serikat adalah 46 per- persen dan
40 persen, masing-masing, menunjukkan bahwa orang-orang di Amerika Serikat adalah
yang paling puas dengan sistem perawatan kesehatan mereka saat ini.

Namun, jika hasil polling hanya mempertimbangkan miskin, relatif perubahan


peringkat dengan Inggris di atas dengan tingkat kepuasan 67 persen, dan tingkat untuk
Jerman jatuh ke 52 persen. Di antara orang-orang miskin, Amerika Serikat memiliki
perawatan kesehatan sistem tarif sedikit lebih baik dengan 47 persen dibanding 40
persen penduduk miskin di Kanada puas dengan sistem kesehatan mereka.

Menurut hasil survey para lansia, Sistem kesehatan Inggris Raya unggul dengan
69 persen dari kepuasan para lansia dengan sistem kesehatan mereka sendiri dan
Amerika Serikat menempati urutan kedua dengan 61 persen dari rumah tangga puas. Ini
disebabkan oleh fakta bahwa untuk lansia di Amerika Serikat memiliki Medicare, yang
merupakan rencana asuransi kesehatan universal untuk kelompok demografis ini.
Kanada bernasib terburuk, dengan hanya 48 persen warga lansia yang lebih puas
dengan sistem kesehatan mereka.

2.6. Isu Terkait

Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM)


Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi BaliNomor 6 tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM),
Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) adalah program Pemerintah Provinsi

21
bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan kesehatan. Pemerintah
Provinsi Balimengalokasikan dana sebesar Rp. 127 milyar untuk Program Jaminan
Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dalam tahun 2010. Alokasi dana ini meningkat hampir
lima kali lipat disbanding kan tahun sebelumnya (2009) yang hanya Rp 27 milyar.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan alokasi dana untuk pelayanan
kesehatan tersebut mencapai 13,5 persen dari total APBD Bali 2010. Padahal, sesuai UU
Kesehatan, alokasi untuk kesehatan idealnya hanya lima persen dari APBD. Di tahun
2009 Pemerintah Bali sudah menjalankan pelayanan kesehatan gratis keliling ke seluruh
pelosok Bali (kecuali Jembrana) yang bernama Program Pelayanan Kesehatan Gratis
(Yankestin) atau pelayanan kesehatan gratis ini diganti oleh program baru bernama
Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang diharapkan akan digunakan seterusnya
untuk menjamin kesehatan masyarakat Bali. Program ini mulai berlaku per 1 Januari
2010. Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga mengatakan di depan otoritas
kesehatan Kabupaten bahwa kemampuan masyarakat Bali mengakses kesehatan tidak
merata, karena itu JKBM memberikan akses pada warga Bali yang belum tertanggung.

22
23
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan


pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu
derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar
1945. Dalam sub system pelayanan kesehatan terbagi menjadi 2 yaitu Upaya Kesehatan
Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarkat. Pelayanan kesehatan harus memiliki kosep
kualitas, efisien, equity, dan sustainably.

24
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan, 2009. Sistem Kesehatan Nasional: Bentuk dan Cara Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan. , p.569.

Dewar, Dinae M. 2010. Essentials Health Economics. Canada: Jones and Bartlet Publishers, LLC

Trisantoro, Laksono. 2005. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah
Sakit. Gajah Mada Unuversity Press : Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai