PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas anak di negara berkembang. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air besar dengan
konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali atau lebih selama 1 hari atau
lebih.1,2
Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun
meninggal setiap tahunnya, sekitar 20 % meninggal karena infeksi diare.3,4 Di Amerika
Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia sebesar 6 juta anak
meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang.4 Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program
rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Pada saat ini angka
kematian yang disebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per tahun.4
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi
bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularan nya secara fekal-oral. Berbagai penyakit lain
juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare dapat mengenai
semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara
berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak
higienis.5
Virus merupakan penyebab diare tersering dan umumnya bersifat self-limiting.
Sehingga hal yang penting dalam terapi diare adalah mencegah komplikasi diare seperti
dehidrasi. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata
laksana yang cepat dan tepat.
Sebagai seorang dokter yang akan terjun di dalam masyarakat, pemahaman tentang
tatalaksana diare sangatlah penting agar dapat melakukan terapi maupun edukasi kepada
1
masyarakat mengenai pencegahan diare. Diharapkan dengan penulisan laporan kasus ini
dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai penyakit diare.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu.10 Menurut WHO tahun 1998, diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. 6 Sedangkan menurut Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta anak. Neonatus
dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan dan anak dikatakan
diare bila frekuensi BAB > 3 kali.16
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian
sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya.4
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode
per tahun. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi
diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8%
dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11
bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang telah
turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di Indonesia
angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun
1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka
kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara
maju maupun di negara berkembang.
2.3 Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu
infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi,
3
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di
lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.10,13
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan air dan
makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.6,7,8
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain
Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan
Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa,
sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia
dibawah 2 tahun.7,10
B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan
penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%.
Subtipe E. Coli tersebut adalah :
Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
Entero Invasive E. Coli (EIEC)
Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
Shigella
Campylobacter yeyuni
Salmonella sp.
Yersinia
Vibrio
C. Parasit
Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115. Sering
terjadi pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
Karbohidrat
Disakarida :intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
Lemak
Protein
4
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
Alergi susu
Alergi makanan
CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprung’s disease dan
Shor Bowel Syndrome.
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
1. Diare osmotik
Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam lumen
usus. Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang normal.
Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap
tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, Glukose,
sukrose, laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon
sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang
mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang
sama.5,7,13
2. Diare sekretorik
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi
intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase.
Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga
mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi
lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus
bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-
ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler,
meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel
mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti
6
reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.5,6,7,12
3. Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi perubahan
motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun
penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-
obatan atau nutrisi akan meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang berat
menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan
malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat
disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan
motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsopsi asam
empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol
otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta
hipertiroid.5,7,13
4. Diare terkait imunologi
Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan IV.
Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.
Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV
terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.5,7,13
7
akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya
sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi
sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut disentri.3,5,7
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi
dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala
muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.2,7,8,10
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung
menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah
dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, diuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila
terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan
kusmaul).6,7,8
8
Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya sakit 1. >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
9
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi tingkat
dehidrasi anak dengan diare yaitu :
3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi
karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
10
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia
tersebut berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok,
kejang sampai koma.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
1. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
a. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
b. Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
c.Tinja :
1. Makroskopik
12
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan
oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran
gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica,
B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam
tinja kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada
permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada
tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
2. Mikroskopik
2.9 Penatalaksanaan
13
yangdiderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah
sakit, yaitu:7,10
14
b. Diare akut dehidrasi ringan-sedang (Rencana terapi B)
15
b. Diare akut dehidrasi berat (Rencana terapi C)
16
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc adalah suatu mikronutrien esensial yang merupakan elemen dari
banyak metallo-enzyme dan bekerja sebagai koenzim dari berbagai sistem enzim.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
17
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.7,10
Peranan zinc pada diare merupakan pengaruh langsung pada sistem
gastrointestinal maupun peranannya pada sistem imun. Pemberian Zinc selama
diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.1 Zinc juga membantu
pertumbuhan anak dan meningkatkan nafsu makan.10 Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11
% dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat
hasil guna sebesar 67 %. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc
segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Pemberian Probiotik:
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau
jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang
bila diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat
memberikan keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi
bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa
usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus.
Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan
cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus
maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang
18
disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik
asociated diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak. agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.7,8,10
4. Antibiotik selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.7,8,10
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping
yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila
terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
19
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu atau pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa
anaknya ke petugas kesehatan jika anak:7,10
a. Buang air besar cair lebih sering
b. Muntah berulang-ulang
c. Mengalami rasa haus yang nyata
d. Makan atau minum sedikit
e. Demam
f. Tinjanya berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
2.10 Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah :
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.7,10
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi
dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan
organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui
secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh
sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian
ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih). 7,8,10
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh
20
mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian
ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi
menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.7,8
b. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.7,8
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:7,8,10
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan
atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1
tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta
teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan,
buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c.Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
d. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%).7,10
e. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan
keluarga harus buang air besar di jamban.7,8
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
BAB III
LAPORAN KASUS
22
3.1 IDENTITAS
1. Identitas Pasien
-Umur : 7 bulan
-Agama : Islam
a. Ayah
- Nama : Tn. RH
- Umur : 35 th
- Agama : Islam
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Buruh
b. Ibu
3.2 ANAMNESIS
Sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami BAB cair
dan muntah. BAB frekuensi >10x, konsistensi cair disertai ampas (cair > ampas),
warna kuning-kehijauan, disertai lendir berwarna putih, tanpa disertai darah.
Keluhan disertai muntah menyemprot, frekuensi >4x, isi muntahan ASI, sebanyak
1 gelas belimbing tiap muntah. Ibu pasien juga mengeluhkan anak demam (suhu
tidak diukur) dan rewel. Refleks hisap kuat dan anak masih mau ASI. Ibu pasien
mengatakan pernah membawa anaknya berobat ke mantri dan diberi obat racikan
sirup (ibu lupa nama obat) dan oralit, namun keluhan tidak berkurang.
Sejak ± 1 hari SMRS keluhan BAB cair menjadi lebih sering dan
bertambah banyak hingga keluar pampers, frekuensi >15x, konsistensi cair
disertai ampas (cair > ampas), warna kuning-kehijauan, tidak disertai lendir
maupun darah. Keluhan tidak disertai demam dan muntah. Anak tampak sangat
haus. Pasien tidak dibawa berobat.
24
- Kehamilan
Perawatan antenatal: Teratur di dokter sebulan sekali sampai kehamilan 7
bulan, dan sebulan 2 kali pada kehamilan 7-9 bulan.
Penyakit kehamilan : Tidak ada.
- Kelahiran
Tempat kelahiran :Rumah Sakit
Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan :Sectio caesaria atas indikasi perdarahan
antepartum
Masa gestasi : cukup bulan (9 bulan 15 hari)
Keadaan bayi :
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan lahir : 50 cm
Lingkar kepala : lupa
Sianosis : (-)
Ikterik : (-)
Kejang : (-)
Kelainan bawaan : Tidak ada
Nilai APGAR : Ibu pasien tidak mengetahui. Ibu pasien
mengatakan bayinya langsung menangis, kulit
kemerahan, dan bergerak aktif.
Kelainan bawaan : tidak ada
Kurva Lubchenko
Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK) dengan berat
badan lahir antara persentil 50 dan persentil 75.
25
e. Riwayat Pertumbuhan
b. Riwayat Perkembangan
Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 7 bulan sudah bisa tengkurap
Usia 9 bulan sudah bisa merangkak
Motorik halus :
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Bahasa : -
Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
c. Riwayat Imunisasi
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan:
Non-PPI / Dianjurkan :
Vaksin Usia
Hepatitis A - - - -
26
Typhoid - - - -
MMR - - - -
Varicela - - - -
Pneumokokus - - - -
Hib - - - -
Influenza - - - -
Rotavirus - - - -
d. Riwayat Makanan
ASI diberikan dari lahir sampai sekarang, tetapi saat usia 3 hari pernah
diberi susu formula 1x pemberian. Pada usia 6 bulan pasien minum ASI dengan
tambahan bubur saring dan nasi tim 3 kali sehari porsi kecil.
27
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Diare - Morbili -
Otitis - Parotitis -
Kejang - Cacingan -
Ginjal - Alergi -
Jantung - Kecelakaan -
Darah - Operasi -
Difteri - Asma -
g. Data Keluarga
AYAH/WALI IBU/WALI
Umur (thn) 35 tahun 27 tahun
Perkawinan ke 1 1
Keadaan Kesehatan/ Penyakit bila ada Sehat Sehat
Umur saat menikah 34 tahun 26 tahun
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
28
NO Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
Lahir (umur) Kelamin Mati (Sebab) Kesehatan
1. 17 Oktober Laki-laki Hidup - - - Sakit
2017
(7 bulan)
h. Data Perumahan
Kepemilikan Rumah : Milik orang tua pasien
Keadaan Rumah : 1 rumah ditinggali 3 orang (ayah, ibu, dan pasien), terdiri
diri 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang
tamu.
Ventilasi : Terdapat jendela di masing-masing kamar, 1 jendela di
ruang tamu , 1 jendela di dapur. Terdapat lubang udara di
atas tiap pintu sebagi tempat pertukaran udara.
Cahaya : Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar.
Terdapat lampu dengan sinar putih di setiap ruangan
(kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur).
Keadaan Lingkungan : Kebersihan lingkungan kurang bersih, selokan depan
rumah lancar, di sekitaran rumah pasien banyak debu dan
agak padat.
Sumber air : Air PAM
KESAN: Kondisi lingkungan rumah pasien cukup baik
A. STATUS GENERALIS
Tanda-tanda vital :
29
Frekuensi nadi : 112x/menit
Frekuensi napas : 23 x/menit
Suhu : 38,3oC
Tekanan darah :-
Data Antropometri
30
31
Kesan : Status gizi anak baik
B. PEMERIKSAAN SPESIFIK
Kepala : Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi rambut merata,
rambut tidak mudah dicabut, ubun-ubun cekung.
Mata : Bentuk simetris, mata tampak cekung +/+, air mata +/+, kedudukan
kedua bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva palpebral anemis +/+, sklera
ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih, pupil kanan dan kiri bulat simetris (2
mm/ 2mm), refleks cahaya +/+.
Telinga: Bentuk normotia, MAE kiri dan kanan lapang, kedua membran timpani utuh,
hiperemis -/-, bulging -/-, reflex cahaya +/+, serumen -/-.
Hidung: Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-), bibir dan mukosa mulut kering (-)
32
Lidah : Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
Faring : hiperemis (-), uvula di tengah
Leher : Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar, tiroid tidak
membesar
Toraks :
Anterior Posterior
Inspeksi Bentuk normal, tidak ada Bentuk normal, lesi kulit (-).
gerakan dada tertinggal,
retraksi sela iga (-), tipe
pernapasan
thoracoabdominal , lesi kulit
(-), massa (-)
Paru :
Anterior Posterior
Simetris dalam keadaan statis Simetris dalam keadaan statis
Inspeksi
dan dinamis dan dinamis
Simetris dalam keadaan statis -
Palpasi dan dinamis, fremitus dada kanan
sama dengan dada kiri
Perkusi Sonor pada kedua lapang paru Sonor pada kedua lapang paru
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Palpasi : Tidak teraba Thrill
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
33
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik
usus.
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Genitalia eksterna : Laki-laki, massa (-) , sekret (-), swelling (-)
Ekstremitas : Akral teraba dingin, edema (-), deformitas (-), sianosis (-) CRT
<3detik, pergerakan hipoaktif
Kulit : Sawo matang, sianosis (-), pucat (-), lesi kulit (-) , turgor kulit
normal, Ptechiae (-), Scar BCG (+)
Pemeriksaan neurologis :
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal
Reflek patologis - - - -
Fungsi sensorik : Dalam batas normal
Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal
GRM : Kaku kuduk tidak ada
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
34
HEMATOLOGI
KIMIA KLINIK
K - mmol/L 3,5-5
Makroskopik
Warna Kuning
Konsistensi cair
Pus Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Mikroskopik
Leukosit 10-15 /LPB 0-1
Eritrosit 10-15 /LPB 0-1
e. coli Negatif Negatif
e. hystolytica Negatif Negatif
telur cacing ascaris Negatif Negatif
telur cacing ankylostoma Negatif Negatif
telur cacing oxyuris Negatif Negatif
35
telur cacing trichiuris Negatif Negatif
Sisa Pencernaan
Serat otot Negatif Negatif
Serat tumbuhan Negatif Negatif
Amilum Negatif Negatif
Lemak Negatif Negatif
RESUME
Anak laki-laki usia 7 bulan dengan berat badan 7,4 kg dibawa ibunya ke RS Bari karena
muntah dan mencret lebih dari 15 kali . BAB cair namun masih ada ampas (cair >
ampas), warna kuning-kehijauan disertai demam dan riwayat muntah proyektil. Tidak ada
lendir atau darah. Anak tampak rewel dan lemas, kaki dan tangan teraba dingin.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan; kesadaran : komposmentis, frekuensi nadi :
112 x/menit reguler, frekuensi napas :23 x/menit, suhu : 38,3 oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan mata cekung +/+, air mata masih ada, ubun-ubun cekung, bibir dan mukosa
mulut normal, bising usus (+) meningkat, turgor kulit normal. Anak mengalami dehidrasi
ringan-sedang.
3.6 PENATALAKSANAAN
- Tirah baring
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
36
Diet
B. Medika mentosa
- Rehidrasi cairan dengan oralit 75mL/kgBB (1000 ml) dalam 3 jam, setiap ada
diare/muntah. Monitor status hidrasi dan urin output pasca rehidrasi dengan oralit
tidak memungkinkan karena pasien muntah
- IVFD RL 138 cc / jam
- IVFD RL gtt 7/m makro (selanjutnya)
- Paracetamol syr 125mg 3 x ½ cth Po (bila demam)
- Zinc tablet 1x20mg
C. Edukasi
3.7 PROGNOSIS
- Ad vitam : bonam.
- Ad functionam : bonam.
- Ad sanationam : bonam.
37
FOLLOW UP
5 Juni 2018
S BAB cair frekuensi > 10x, konsistensi cair disertai ampas (cair > ampas), warna
kuning-kehijauan, tidak disertai lendir maupun darah. Riwayat muntah menyemprot,
frekuensi 3x, isi muntahan ASI. Anak rewel dan tampak lemas, kaki dan tangan teraba
dingin.
O KU : tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 144 x/menit.
Frekuensi napas : 45 x/menit.
Suhu : 37,5oC
SpO2 : 99%
Pemeriksaan fisik:
- Kepala : mata tampak cekung +/+, air mata masih ada, ubun-ubun cekung,
konjungtiva palpebral anemis +/+, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih,
pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+.
- Thoraks : Simetris, retraksi (-)
- Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
38
- Cor : BJ I-II normal, mur-mur (-), gallop (-)
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik, CRT < 3”
Hasil Lab :
Hb : 9,5
Leukosit : 13.600
Trombosit : 421.000
Ht : 30%
Diffcount : 0/2/3/42/47/6
A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang
6 Juni 2018
S Sesak nafas disertai biru
Demam (+)
BAB cair 4x, warna kuning, sebanyak 1 gelas belimbing, tidak disertai darah dan
lendir
O KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 163 x/menit.
Frekuensi napas : 55 x/menit.
Suhu : 39,2 oC.
SpO2 : 99%
Pemeriksaan fisik:
- Kepala : mata tampak cekung +/+, air mata masib ada, ubun-ubun normal,
konjungtiva palpebral anemis +/+, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih,
39
pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+.
- Thoraks : Simetris, retraksi (-)
- Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Cor : BJ I-II normal, mur-mur (-), gallop (-)
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik, CRT < 3”
Hasil Lab :
Makroskopik :
- Warna : kuning
- Konsistensi : cair
- Lendir : (-)
- Darah (-)
Mikroskopik
- Eritrosit : 10-15/LPB
- Leukosit : 10-15/LPB
- Lemak : (+)
A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang
P - O2 nasal 2 lpm
- IVFD KAEN3A gtt 7x/m
- Paracetamol sirup 125mg 3x1/2cth po (bila demam)
- Oralit 1 sachet setiap BAB dilarutkan dalam 200 cc air po
- Zinc 1 x 20 mg po
- Diet bubur saring
- Monitoring tanda vital
- Monitoring tanda-tanda dehidrasi
7 Juni 2018
S BAB cair (-), sesak napas (-), demam (-), muntah (-), bengkak di kaki kanan setelah
lepas infus
O KU : tampak sakit ringan.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 140 x/menit.
Frekuensi napas : 33 x/menit.
Suhu : 37,1 oC.
Pemeriksaan fisik:
40
- Kepala : mata tampak cekung +/+, konjungtiva palpebral anemis
+/+, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih, pupil kanan
dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+.
- Thoraks : Simetris, retraksi (-)
- Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Cor : BJ I-II normal, mur-mur (-), gallop (-)
- Abdomen: bising usus (+) normal
- Akral hangat, turgor kulit baik, CRT < 3”
A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang susp. ec bakteri (leukosit
meningkat)
P - IVFD KAEN3A gtt 7x/m (lepas infus)
- Paracetamol sirup 125mg 3x1 cth po (bila demam)
- Oralit 1 sachet setiap BAB dilarutkan dalam 200 cc air po
- Zinc 1 x 20 mg po
- Inj ampisilin 3x250mg
- Inj gentamisin 2x0,5cc
- Salep asam fusidat 2% 3-4x sehari pada kulit kaki yang bengkak
- Bekal Cefixim 3x0,5cc
- Diet bubur saring
- Observasi muntah
- Kurva suhu
- Tanggal 9 kontrol
41
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien an. FAD / 7 bulan / laki-laki datang ke IGD RSUD BARI PALEMBANG dengan
keluhan utama BAB cair. Didapatkan keluhan tambahan muntah menyemprot. Sejak ± 3 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami BAB cair dan muntah. BAB frekuensi >10x,
konsistensi cair disertai ampas (cair > ampas), warna kuning-kehijauan, disertai lendir berwarna
putih, tanpa disertai darah. Keluhan disertai muntah menyemprot, frekuensi >4x, isi muntahan
ASI, sebanyak 1 gelas belimbing tiap muntah. Ibu pasien juga mengeluhkan anak demam (suhu
tidak diukur) dan rewel. Refleks hisap kuat dan anak masih mau ASI. Ibu pasien mengatakan
pernah membawa anaknya berobat ke mantri dan diberi obat racikan sirup (ibu lupa nama obat)
dan oralit, namun keluhan tidak berkurang. Sejak ± 1 hari SMRS keluhan BAB cair menjadi
lebih sering dan bertambah banyak hingga keluar pampers, frekuensi >15x, konsistensi cair
disertai ampas (cair > ampas), warna kuning-kehijauan, tidak disertai lendir maupun darah.
Keluhan tidak disertai demam dan muntah. Anak tampak sangat haus. Pasien tidak dibawa
berobat. Sejak ± 1 jam SMRS, anak mencret terus-menerus, frekuensi >15x, konsistensi cair
disertai ampas (cair > ampas), warna kuning-kehijauan, tidak disertai lendir maupun darah. Anak
rewel dan tampak lemas, kaki dan tangan teraba dingin. Anak dibawa ke IGD RSUD BARI
Palembang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis dengan tanda-tanda utama dehidrasi, ubun-ubun cekung, mata tampak cekung +/
+, air mata masih ada, konjungtiva palpebral anemis +/+, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri
jernih, pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+. thoraks : simetris,
retraksi (-), pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), cor : BJ I-II normal, mur-
mur (-), gallop (-), abdomen: bising usus (+) meningkat, akral dingin, turgor kulit baik, CRT < 3”
42
Pada pemeriksaan penunjang tambahan didapatkan Hb : 9,5, Leukosit : 13.600,
Trombosit : 421.000, Ht : 30%, Diffcount : 0/2/3/42/47/6, Makroskopik; Warna : kuning,
Konsistensi : cair, Lendir : (-), Darah (-), Mikroskopik; Eritrosit : 10-15/LPB, Leukosit : 10-
15/LPB, Lemak : (+).
Dari alloanamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang diatas dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi diare akut yang disertai dengan komplikasi dehidrasi ringan-sedang.
Dehidrasi ini terjadi karena hilangnya cairan yang terus berlangsung tanpa pergantian yang
memadai, sehingga gejala dehidrasi mulai tampak. Dari anamnesis dapat ditentukan penyebab
diare dengan cara menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pada kasus ini didapatkan
konsistensi BAB yang cair (Watery stool), maka dapat disingkirkan penyebab diare karena
shigella, salmonella, dan ETEC karena konsistensi feses pada penyebab ini adalah lembek. Tidak
ditemukannya BAB yang disertai darah dan lendir pada kasus ini, jadi penyebab diare pada kasus
ini bukan shigella, salmonella, ataupun EIEC. Bau anyir pada BAB kasus ini khas pada rotavirus.
Sedangkan pada salmonella, feses berbau seperti telor busuk. Warna kehijauan pada BAB khas
pada diare karena salmonella, berbeda pada kasus ini dimana BAB berwarna kekuningan.
Penyebab kolera juga dapat disingkirkan karena BAB seperti cucian beras merupakan khas
kolera. Berdasarkan anamnesis, pemeriksan fisik, dan pemeriksaan penunjang, didapatkan gejala
khas yang mengarah ke diare dengan penyebab bakteri. Bakteri merupakan penyebab terbanyak
diare pada anak. Maka dari itu diagnosis pada kasus ini adalah gastroenteritis akut dengan
dehidrasi ringan-sedang susp. ec bakteri.
Pada kasus ini didapatkan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya diare. Pasien
berusia 7 bulan. Episode diare banyak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Usia dimana anak
mulai diperkenalkan makanan pendamping dapat memperbesar risiko terpaparnya anak dengan
makanan yang terkontaminasi tinja manusia maupun binatang. Sistem pertahanan saluran cerna
anak masih belum matang (sekresi asam lambung belum sempurna, barier mukosa belum
berkembang, jumlah flora normal masih sedikit, kurangnya kekebalan aktif). Penderita memiliki
status gizi yang cukup. Jika keadaan malnutrisi terjadi, akan meningkatkan kerentanan terhadap
diare, karena malnutrisi menyebabkan penurunan imunitas, defisiensi mikronutrien seperti zinc,
perubahan struktur mukosa, gangguan absorpsi monosakarida, motilitas usus abnormal, dan
perubahan flora usus.
43
Tatalaksana pada diare disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang telah terjadi.
Kehilangan cairan pada diare yang tidak segera diganti akan menimbulkan tanda dehidrasi. Pada
kasus ini terlihat anak rewel, lemas, matanya cekung, terlihat haus. Telah terdapat dua atau lebih
gejala dehidrasi ringan-sedang. Maka dari itu tatalaksana dilakukan dengan melaksanakan
rencana terapi B. Rehidrasi cairan dengan oralit 75mL/kgBB (1000 ml) dalam 4 jam, setiap ada
diare/muntah. Monitor status hidrasi dan urin output pasca rehidrasi dengan oralit. Jika gagal
upaya rehidrasi oral (uro) penderita segera diberikan cairan secara intravena menggunakan ringer
laktat dengan banyaknya pemberian 75ml/kgBB/4jam.
Penderita dinilai kembali status hidrasinya tiap 15 – 30 menit. Pada kasus ini pemberian
cairan menunjukkan klinis yang membaik. Begitu pula dengan keadaan umum yang
menunjukkan anak sudah tidak lemas dan sudah mau minum. Beri oralit (5ml/kgBB/jam) bila
anak sudah mau minum. Biasanya setelah 1-2 jam. Derajat dehidrasi dicek kembali setelah 6
jam. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut untuk mempercepat penyembuhan. Pada kasus
diare karena bakteri diperlukan antibiotik. Pada kasus ini diberikan Inj ampisilin 3x250mg, Inj
gentamisin 2x0,5cc. Beritahu ibu untuk tetap memberikan ASI lebih sering dan tetap
memberikan makanan tambahan agar tercukupi kebutuhan nutrisi anak.
Penderita di follow up setiap hari untuk melihat perbaikan klinis. Anak diperbolehkan
pulang jika nafsu makan sudah baik, tanda dehidrasi sudah tidak tampak, dan tidak ada tanda
bahaya seperti muntah. BAB cair sudah tidak ada dan keadaan umum anak sudah baik. Hal ini
menunjukkan tatalaksana diberikan dengan baik. Edukasi pada orang tua harus diberikan saat
akan memulangkan pasien. Terutama untuk mencegah terjadinya diare berulang. Orang tua juga
diberitahu cara mengatasi diare saat dirumah.
44
45
BAB V
KESIMPULAN
Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang.
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang
banyak dalam waktu yang singkat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare
sebagai kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3
kali atau lebih selama 1 hari atau lebih.1,2 Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan
dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. 10,13 Secara garis besar,
diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronis atau persisten. Sebagian besar bersifat self
limiting sehingga hanya perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit. Rehidrasi bukan
satusatunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan
menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen
Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit meliputi rehidrasi
dengan menggunakan oralit baru, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan
tetap diteruskan, antibiotik selektif, nasihat kepada orang tua.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Black, R.E., Morris, S.S., and Bryce, J. Where and why are 10 million children dying every
year? Lancet . 2003, 361: 2226-2234.
2. Kosek, M., Bern, C., and Guerrant, R.L. The global burden of diarrhoeal disease, as
estimated from studies published between 1992 and 2000. Bull World Health Organ. 2003,
81: 197-204.
3. LEE Jong-wook, Director-General, World Health Organization. Water, sanitation and
hygiene links to health. Facts and figures updated November 2004
4. Parashar, U.D., Hummelman, E.G., Bresee, J.S., Miller, M.A., and Glass, R.I. (2003)
Global illness and deaths caused by rotavirus disease in children. Emerg Infect Dis 9: 565-
572.
5. Gerald T. Keusch, Olivier Fontaine, Alok Bhargava. dkk. Diarrheal Diseases. di unduh dari
Disease Control Priorities Project. http://www.dcp2.org/pubs/DCP/19/, 15 Desember 2009
6. UNICEF-WHO. Diarhoea: Why children are still dying and what can be done. 2009
7. Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI. Pengendalian
Diare di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.
8. Agtini, MD. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia Tahun 2000-2007.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.
9. Ditjen.PP & PL. Departeman Kesehatan RI. Dit.Sepim Kesma. Buku data 2006
10. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2011.
11. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000.
12. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007.
13. Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-3.
Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin. 2005.
47
14. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.Survei
Kesehatan Rumah tangga 2001. Laporan Studi mortalitas 2001: Pola Penyebab Kematian
di Indonesia. 2002.
15. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.Survei
Kesehatan Rumah tangga 2001. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas
2002.
16. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) . 2007.
48