Anda di halaman 1dari 5

Bagaimana Merespon Tingginya Beban

Kerja Perawat?
10 Juni 2016 07:25 Diperbarui: 10 Juni 2016 08:25 254 0 0

Ringkasan Eksklusif

Perawat mempunyai peran unik dalam lingkup pelayanan kesehatan. Data tenga kesehatan dari
Kemenkes RI sampai akhir tahun 2015, perawat yang terdaftar adalah 288.405 perawat. Dengan
jumlah tersebut, tidak sulit untuk melakukan penyebaran perawat untuk mencukupi kebutuhan
rumah sakit sesuai dengan fungsi pelayanan setiap unit keperawatan di Indonesia. Hal ini
seringkali menjadi masalah terkait pendistribusian kuantitas maupun kualitas sumber daya
manusia perawat itu sendiri. Salah satu Perlu diketahui bahwa salah satu faktor yang
mengakibatkan hal fatal pada pasien adalah beban kerja perawat yang masih terlampau terlalu
berat. Hal ini merupakan dampak dari pendistribusian yang tidak meraata sehingga peningkatan
beban kerja perawat ditempat kerja.

Kemenkes RI (2010) menjelaskan bahwa beban kerja adalah sekumpulah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Perlu dilakukan pembenahan
terkait dengan rasio kebutuhan perawat. Pembenahan tersebut bisa diumpamakan sebagai bentuk
strategi dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh organisasi rumah sakit khususnya di
daerah-daerah. Pembenahan rasio ini akan mengurangi beban kerja perawat dan mengurangi efek
kelelahan dari perawat tersebut, sehingga perawat dapat melakukan tugasnya sesuai dengan
kompetensi dan keahlian yang dimilikinya. Hal tersebut perlu menjadi perhatian karena
perubahan paradigma dalam lembaga pelayanan kesehatan yang saat ini beralih pada patient
centered carebelum benar-benar dijalankan dengan baik.

Konteks dan Urgensi Masalah

Permasalahan dari tingginya beban kerja perawat ini terjadi karena rasio yang tidak seimbang
antara perawat dan pasien, distribusi perawat yang tidak merata serta simpang siurnya pekerjaan
yang dilakukan perawat di suatu rumah sakit. Rumah sakit tidak memperhatikan evaluasi terkait
strategi pelayanan kesehatan khususnya keperawatan mengenai perubahan yang dilakukan untuk
penempatan perawat dalam meningkatkan hasil pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Dinegara kita Indonesia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi beban kerja
perawat yaitu dengan mengevaluasi kembali ketika terjadi peningkatan beban kerja seperti
adanya penurunan motivasi kerja, penurunan prestasi kerja seperti staf yang lain sering tidak
masuk kerja, teman kerja yang sering datang terlambat, sehingga penyelesaian kerja menjadi
terhambat. Hal ini sering terjadi karena kurangnya peran dari organisasi rumah sakit (khususnya
pimpinan) karena perannya tidak dirasakan oleh tenaga perawat dan diperparah lagi dengan tidak
adanya reward serta beban kerja yang berat dan tenaga yang berkurang. Bila hal tersebut terjadi,
perlu dilakukan analisa ketenagaan.

Melihat kenyataan mengenai beban kerja perawat, belum sejalan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2015. Masih banyak organisasi rumah sakit di
daerah yang tidak memperhatikan keadaan tersebut. Hal ini berarti bahwa evaluasi kebijakan
keputusan menteri kesehatan tersebut yang mengatur tentang penyusunan perencanaan sumber
daya kesehatan tersebut belum optimal. Ada kemungkinan bahwa hasil evaluasi dari proses
implementasi kebijakan tersebut belum dilakukan dengan baik. Hal tersebut terjadi khususnya
dirumah sakit yang berada didaerah-daerah tertentu.

Pengelolaan sumber daya manusia kesehatan khususnya perencanaan kebutuhan sumber daya
manusia kesehatan dikatakan selama ini bersifat administrative kepegawaian dan belum dikelola
secara profesional, masih bersifat top-down dari pusat, belum bottom up (dari bawah), belum
sesuai dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan nyata dilapangan, serta belum berorientasi
pada jangka panjang, untuk itu diharapkan agar pemegang kebijakan pelayanan kesehatan di
kementerian kesehatan serta pemegang kebijakan pelayanan kesehatan dirumah sakit baik
dipusat maupun di daerah untuk dapat mengantisipasi masalah-masalah kesehatan yang mungkin
terjadi, karena sumber daya kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayan
kesehatan terutama pelayanan kesehatan.

Kritik Terhadap Kebijakan Yang Telah Ada

Jika ditelusuri kembali Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2015,
dengan sangat baik kebijakan yang dijelaskan dalam keputusan tersebut yaitu mengenai beban
kerja dan standar ketenagaan minimal dan analisa kerja, hal ini merupakan kelebihan dari
Keputusan Menteri Kesehatan ini. Namun sangan disayangkan bahwa penjelasan mengenai
beban kerja perawat tidak secara ekplisit dijelaskan dalam keputusan tersebut. Selain itu, tidak
juga dijelaskan mengenai beban kerja yang seharusnya diemban oleh masing-masing tenaga
kesehatan, hal tersebut perlu dipertimbangkan untuk memperjelas beban kerja masing-masing
tenaga kesehatan dalam melakukan pekerjaan pada instansi kesehatan, sehingga hal ini menjadi
kekurangan dari surat keputusan ini.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dilaksanakan secara langsung atau tidak
langsung kepada pasien. Pemberian asuhan keperatan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh
perawat tetapi perlu adanya kerja sama dengan anggota tim dan antar tim perawat. Beban kerja
yang berlebihan dan ketidakmampuan tim mengkoordinir tugas akan menimbulkan konflik antar
anggota tim perawat. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh perawat juga bila
tidak ada kerja sama uang baik akan menjadi beban bagai perawat. Beban kerja yang meningkat
atau beban kerja yang tinggi juga mempengaruhi beban psikologi dari perawat itu sendiri.

Pilihan Kebijakan
Di Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 sudah
mengatur tentang penyusunan perencanaan sumber daya manusia kesehatan. Dalam kebijakan
tersebut dudah dijelaskan bahwa ada pedoman-pedoman yang perlu diperhatikan agar dapat
mengevaluasi kecukupan tenaga kesehatan dengan cara melihat kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan, bahwa dalam memantapkan sistem manajemen sumber daya
keperawatan per;u dilaksanakan peningkatan dan pemantapan perencanaan, pengadaan tenaga
kesehatan, pandayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan, perawat salah satunya.

Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa factor. Dalam memperkirakan beban kerja
perawat pada suatu unit tertentu beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu 1) Berapa banyak
klien yang dimasukan ke unit per hari, bulan atau tahun; 2) Kondisi klien di unit tersebut; 3)
Rata-rata jumlah klien yang menginap; 4) Tindakan keperawatan langsung dan tak langsung
yang dibutuhkan masing-masing klien; 5) Frekuensi dari masing – masing tindakan keperawatan
yang harus dilakukan; dan 6) Rata-rata waktu yang dibutuhkan dari masing – masing tindakan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.

Dengan memperhatikan hal tersebut dalam kebijakan mengenai beban kerja perlu dijelaskan
mengenai :

 Oversight beban kerja perawat yang dapat dilakukan oleh manajemen keperawatan di rumah
sakit untuk menentukan kebutuhan perawat yang akan disusun dalam perencanaan kecukupan
tenaga perawat. Dalam hal ini setiap rumah sakit perlu menentukan kebutuhan perawat yang
kemudian akan disampaikan pada pimpinan daerah sesuai dengan keputusan menteri kesehatan
sebagai upaya menganalisis beban kerja perawat serta tenaga kesehatan lainnya.
 Menekankan Continuing Professional Development untuk perawat dengan tingkat pendidikan
diploma yang telah bekerja lebh dari 5 tahun, sebagai salah satu upaya peningkatan kompetensi
dan wewenang untuk mengurangi beban kerja. Hal tersebut perlu dilakukan oleh pihak rumah
sakit yang sebelumnya telah melakukan penilaian kinerja individu untuk menentukan kelayakan
perawat dalam melanjutkan pendidikan yang kemudian direkomendasikan ke pimpinan daerah
untuk memberikan surat tugas termasuk dengan pembiayaan pendidikan.

Kelebihan dan Kekurangan Pilihan Kebijakan

Kedua hal diatas pada umumnya jika dimasukkan dalam kebijakan akan mengurangi beban kerja
perawat yang selanjutnya secara berkesinambungan akan meningkatkan kinerja perawat serta
membantu organisasi kesehatan untuk mencapai tujuan organisasinya dalam bidang pelayanan
kesehatan khususnya proses pelayanan keperawatan.

Kelebihan dari pilihan kebijakan tersebut adalah 1) hasil analisis beban kerja akan membantu
menentukan kebutuhan tenaga perawat; 2) beban kerja yang berkurang akan meningkatkan
kinerja perawat; 3) dengan pendidikan berkelanjutan perawat akan semakin kompeten dalam
melakukan tindakan keperawatan; dan, 4) secara umum akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Sedangkan kedua hal tersebut juga memiliki beberapa kekurangan yaitu 1) diperlukan sumber
daya manusia dalam bidang manajemen yang kompeten untuk proses analisis beban kerja; 2)
akan menjadi suatu kesulitan jika penilaian kinerja tidak dilakukan dengan baik sehingga
pendidikan lanjut dapat menjadi hal yang menentukan posisi dalam struktur rumah sakit; 3)
pemerintah daerah perlu mengeluarkan dana tambahan untuk pendidikan lanjut.

Rekomendasi

Ada dua target yang ingin dicapai oleh organisasi yaitu ketika ingin mendapatkan hasil perawat
dan hasil pasien (masyarakat) yang diinginkan atau hasil yang sesuai. Maka organisasi penyedia
layanan kesehatan khususnya rumah sakit akan mendapatkan hasil perawat yang memuaskan,
apa bila memiliki organisasi yang mendukung pelayanan keperawatan kepada pasien serta
pelayanan kesehatan lainnya seperti sumber daya yang memadai, otonomi perawat, pengawasan
perawat, hubungan klinis perawat dan apabila hal tersebut diproses dengan baik maka akan
menghasilkan kepuasan pasien yang meningkat.

Melihat kondisi perawat dan beban kerjanya saat ini, perlu adanya perbaikan atau perubahan
kebijakan untuk mengatur peningkatan beban kerja perawat. Rekomendasi dari hal ini adalah
perlu dirancangnya kebijakan baru mengenai beban kerja perawat. Karena, pentingnya analisis
dan penghitungan beban kerja perlu diperhatikan oleh setiap organisasi penyedia jasa layanan
keperawatan. Hal tersebut sangat mempengaruhi kinerja para staf perawat dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada proses keperawatan. Para pemegang kebijakan
juga perlu memahami beban kerja perawat.

Suatu keharusan bahwa dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit diperlukan
pemahaman mengenai beban kerja dan tenaga perawat itu sendiri baik dari pendidikan,
kompetensi serta kewenangan sesuai dengan jenjang karir yang harus diterapkan pada setiap
organisasi rumah sakit sebagai penyedia jasa keperawatan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
kebijakan yang mengatur mengenai beban kerja perawat secara khusus disertai penjelasan secara
eksplisit mengenai standar beban kerja perawat dan factor – factor yang mempengaruhi beban
kerja perawat, sehingga tidak terjadi peningkatan beban kerja perawat di rumah sakit baik yang
berada di daerah perkotaan maupun di daerah – daerah pelosok dan distribusi perawat menjadi
merata yang kemudian akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
khususnya dalam proses keperawatan.

Referensi

Ayuningtyas. D (2014). Kebijakan kesehatan : Prinsip dan praktik. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada.

Hariyati R. T. S. (2014). Perencanaan, Pengembangan, dan Utilisasi Tenaga


Keperawatan.Jakarta: Rajawali Press
Shekelle P. (2013). Nurse-Patiene Ratios as a Patient Safety Strategi.Annals of Internal Medicin.
Volume 158, No.5

Permenkes RI Nomor 33 tahun 2015 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan


Sumber Daya Manusia Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai