Anda di halaman 1dari 27

SISTEM NEUROBEHAVIOR

“Asuhan Keperawatan Meningitis”

Oleh:

Kelompok 12

Atya Rezita Putri (1210321003)

Ganda (1210322005)

Yoka Mutia (1210322028)

Mefita Hudriyah (1210323010)

Indri Patricia (1210323014)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2013

1
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang segala
puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kelompok 12 dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “asuhan keperawatan meningitis”.

Dalan penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari kesulitan dan
hambatan,namun berkat bimbingan,bantuan dan penjelasan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan,karena itu kami mengharapkan kritik,saran dan tanggapan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat,khususnya bagi kami
dan semua pihak yang membacanya.

Padang, september 2013

Kelompok 12

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian .................................................................................................. 3


2.2 Anatomi fisiologi selaput otak ................................................................... 3
2.3 etiologi ....................................................................................................... 4
2.4 patofisiologi ................................................................................................ 6
2.5 woc .............................................................................................................. 6
2.6 manifestasi klinik ........................................................................................ 6
2.7 komplikasi ................................................................................................... 7
2.8 pemerikasaan penunjang ............................................................................. 8
2.9 pemerikasaan rangsangan ........................................................................... 8
BAB III ASKEP
3.1 kasus ........................................................................................................... 10
3.2 pengkajian .................................................................................................. 10
3.3 Nanda Noc Nic ........................................................................................... 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 17


3.2 Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang
utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat.
Penyebab infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau
mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka
kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningan otak dan
medula spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri atau
infeksi sekunder seperti sinusitis , otitismedia , pnenoumonia, endokarditis dan
osteomieleris. Organisme yang merupakan penyebab umum meningitis
meliputi : Neisseria meningitis (meningitis meningokok) , Hemophilus
influenza ,dan Steptokokus pneumonia (organisme ini bisanya terdapat
dinasofarinng). Organisme penyebab meningitis yang sering menyerang bayi
pada (sampai usia 3 bulan) adalah Escherichia coli dan Listeria
monocytogenes. Berdasarkan penyebabnya meningitis dapat dibagi menjadi:
meningitis aseptip (asaeptik meningitis) yang disebabkan oleh virus,
meningitis non non infeksius yang dissebabkan oleh daran diruang
subaraknoid.dan meningitis bakterial (bakterial meningitiss) yang disebabkan
oleh berbagai macam bakteri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari meningitis?
2. Bagaimanakah anatomi fisiologi selaput otak ?
3. Bagaimanakah etiologi dari meningitis?
4. Bagaimanakah patofisiologis meningitis?
5. Bagaimanakah woc dari meningitis?
6. Bagaimanakah manifestasi klinik dari meningitis?
7. Bagaimanakah komplikasi dari meningitis?
8. Bagaimanakah pemeriksaan penunkang dari meningitis?

4
9. Bagaimanakah pemeriksaan rangsangan dari meningitis?
10. Begamanakah asuhan keperawatan dari meningitis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari meningitis
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi selaput otak
3. Untuk mengetahui etiologi dari meningitis
4. Untuk mengetahui patofisiologis meningitis
5. Untuk mengetahui woc dari meningitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari meningitis
7. Untuk mengetahui komplikasi dari meningitis
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunkang dari meningitis
9. Untuk mengetahui pemeriksaan rangsangan dari meningitis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari meningitis

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau mambran (selaput) yang


mengelilingi otak dan medula spinalis dan disebabkan oleh virus, bakteri atau
organ-organ jamur.

Meningitis selanjutnya di klasifikasikan sebagai sepsis, asepsis dan


tuberkulosa. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang di sebabkan oleh abses otak ,ensefalitis,
limfoma , leukemia, atau darah di ruang subarakhnoid. Meningitis sepsis
menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri
seperti meingokokus, staphillococcus, atau basilus influenza.meningitis
tuberkulosa di sebabka oleh basilus tuberkel. Infeksi meningeal umumnya di
hubungkan oloeh satu atau dua jalan; melalui salah satu aliran darah sebagai
konsekuensi dari infeksi infeksi bagian lain , seperti selulitis, atau penekanan
langsung seperti di dapat setelah cedera traumatic tulang wajah. Dalam jumlah
kecil pada beberapa kasus meupakan iatrogenic atau hasil sekunder prosedur
infasif (seperti fungsi lumbal ) atau alat alat infasif (seperti alat alat pematau TIK).

2.2 Anatomi dan fisiologi selaput otak


Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serobrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapisan yaitu :
a. Lapisan Luar (Durameter)
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus
otak,sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durameterterbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang
tengkorak(periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi
permukaan tengkorakuntuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum
dan diafragma sella.

6
b. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang
memisahkandurameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau
balon berisi cairan otakyang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan
diantara durameter danarakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit
cairan jernih menyerupaigetah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh
darah arteri dan vena yangmenghubungkan sistem otak dengan meningen serta
dipenuhi oleh cairanserebrospinal.
c. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darahkecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan
ini melekaterat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoiddan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang
ruangan ini berisi sel radang.Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak
ke sumsum tulang belakang.
2.3 Etiologi
Meningitis disebbkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebnyakan
pasien dengna meningitis mempunyai faktor predisposisi seprti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebbkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Meningitis purulenta
adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit
ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain.
Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit
penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain
lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ /
jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan
lain lain.

7
Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus,
hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan
salmonella.
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat
pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan
gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus
menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa
nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat
) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk
dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila
terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita
takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah,
mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadiherniasiotak sehingga terjadi
dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis serosa ( tuberculosa )

Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan


orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena
terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang
atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga archnoid.
Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada
meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau
pengobata yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis
sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau
produksi berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau
buta dan kadang kadang menderita retardasi mental.

8
2.4 Patofisiologis
Meningitis vakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar kemeningen otak dan daerah medula
spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencangkup infeksi jalan napas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring prosterior, telinga bagian tengah, dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri
Organisme masuk kedalma aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serbral. Jaringan sebral
mengalami gangguan metabolisme akibat aksudat meningen, veskulitis, dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis. Rang juga menyebar ke dindingmembran ventrikel serebral.
Meningen bakteri dihubungkan dengan perubahan fisisologis intrakranial,
yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah petahanan otak
(barier otak), edema serebraldan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat
terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan
oleh meningokokus.

9
WOC MENINGITIS

Bakteri Virus Faktor predisposisi Factor imunologi


 pneomococcus,  Mumpsvirus,  Defisiensi
 hemofilus influenza,  Echovirus,  Laki-laki > mekanisme imun
 stafhylococcus,  Coxsackie perempuan  Defisiensi
 streptococcus, virus immunoglobulin
 E.coli,
 meningococcus

Kuman masuk jaringan serebral via saluran


vena nasofaring, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid

Terjadi reaksi radang di dalam meningen


dan dibawah daerah korteks

MENINGITIS

trombus dan penurunan aliran darah serbral MK: - Hipertermi

- Nyeri
Eksudat purulen menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis

perubahan fisisologis intrakranial Sakit kepala dan demam

Edema serebral Permeabilitas darah otak


dan TIK

Penurunan Bradikardi
Penekanan area Adhesi membuat Perubahan tingakt kesadaran
fokal kortikal kelumpuhan saraf gastrointestinal
MK: -Perubahan
Kaku kuduk, Koma Mual muntah, Penurunan Perfusi Jaringan
tanda kerning(+), intake nutrisi kemampuan Otak.
tanda brudzinski batuk dan
-Resiko Gangguan
Kematian peningkatan
MK : - Risiko Perfusi Perifer
produksi mukus
Kejang Defisit Cairan

- Risiko
MK:- ketidak efektifan
MK: - Takut Nutrisi Kurang
MK : Risiko 10 pola pernapasan
Dari Kebutuhan
cidera -Kecemasan
-ketidakefektifan
Dari Keluarga
bersihan jalan napas
2.5 Menifestasi klinik
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dari peningkatan TKI
a. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat sebagai akibat iritasi
meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit.
b. Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.
Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,
demikian pula respon individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi
perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi
letargik, tidak responsif dan koma.
c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis
d. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot lehuer.
Fleksi paksaan menyebabbkan nyeri berat.
e. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang
terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda
peningkatan TIK asekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral
terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital, pernapasan tidak
teratutr, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingakt kesadaran
f. Adanya ruam merupakan salah satu curu yang menyolok pada meningitis
meningokokal (neisseria meningitis). Sekitar setangah dari semua pasien
dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya
ruam petekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
g. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10 % pasien dengan meningitis
mengingokokus, dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi yang tiba-
tiba muncul, lesi pura-pura yang menyebar (sekitar wajah dan
ekstremitas), syok dan tanda-tanda kuogulopati intravaskuler diseminata
(KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan
infeksi.

11
2.6 Komplikasi
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit
lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada
penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia,
endokarditis dan lain lain.
2.7 Pemeriksaan penunjang
2.8.1 Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan


protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
2.8.2 Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping
itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2.8.3 Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.

2.9 Pemeriksaan Rangsangan Meningitis


2.9.1 Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi
dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu

12
tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi
dan rotasi kepala.
2.9.2 Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai
sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
2.9.3 Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
2.6.4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral
Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Ny. N (26 tahun) masuk RS dengan keluhan sakit kepala selama 2 minggu
terakhir sebelum masuk RS, demam naik turun, mual muntah sejak 2 bulan yang
lalu, kejang dan beberapa kali tidak sadarkan diri. Pada saat pengkajian keluarga
mengatakan pasien sulit menelan.

Pasien pernah di rawat di RS M.Djamil dengan kasus meningitis dan punya


riwayat TBC. Pada tanggal 4 oktober 2006 dan dilakukan tindakan VP shunting.
Pasien pulang dengan keadaan baik dan hemiparesis. Dari pemerikasaan
ditemukan

Suhu: 39-40 ℃

TD: 110/60 mmHg

N: 80x/menit

3.2 pengkajian

Tanggal Pengkajian : 18 september 2013


Diagnosa Medis : Meningitis
3.2.1 Identitas Data
Nama : Ny. N
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor RM : 09.12.23
Tanggal masuk RS : 18 september 2013
Agama : Islam
Alamat : Belimbing Padang
Pekerjaan : karyawan swasta
BB : 55 Kg
TD : 110/60 mmHg

14
Denyut Nadi : 80 x / menit
Suhu : 39-40 oC

3.2.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama
Pada tanggal 18 sepetember klien dibawa ke RS M. Djamil Padang. Klien
mengeluhkan sakit kepala selama 2 minggu terakhir sebelum masuk RS,
demam, mual muntah sejak 2 bulan yang lalau, kejang dan beberapa kali tidak
sadarkan diri.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasakan sakit kepala, demam, mual muntah dan pada saat
pengkajian keluarga mengatakan pasien sulit menelan.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah dirawat di RS M.Djamil dengan kasus meningitis dan klien
memiliki riwayat TBC. Pada tanggal 4 oktober 2006 dan dilakukan tindakan
VP shunting. Pasien pulang dengan keadaan baik dan hemiparesis (lumpuh
sebelah).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Klien tidak pernah memiliki penyakit yang serius.
3.2.3 Pola Kesehatan Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Klien beranggapan bahwa sakit yang dirasakannya sekarang adalah sakit
yang pernah diderita nya dahulu. Sehingga klien merasa takut untuk
memerikasakan keadaannya ke RS karena klien pernah dirawat tetapi klien
pulang dengan keadaan hemiparesis.
b. Pola nutrisi dan cairan, metabolisme
Sebelumnya berat badan klien 60 kg dan nafsu makannya baik , namun
sejak sakit berat badan klien menurun menjadi 55 kg karena mengalami
penurunan nafsu makan (anoreksia) yang disebabkan klien merasakan mual
muntah sejak 2 bulan yang lalu serta sulit menelan.
c. Pola eliminasi

15
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan
nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
d. Pola aktifitas – latihan
Klien adalah seorang karyawan swasta. Sejak sakit klien menjadi
pendiam dan jarang keluar rumah. Klien lebih berkeinginan untuk istirahat
dirumah. Padahal sebelumnya klien adalah orang yang aktif.
e. Pola persepsi kognitif
Klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya karena sebelumnya
klien pernah mengalami sakit yang sama akan tetapi klien tidak cepat
mengobati penyakitnya karena ia pesimis akan kesembuhannya
f. Persepsi dan konsep diri
Klien sangat ingin sekali untuk sembuh dan melakukan aktifitas-
aktifitasnya seperti biasa.
g. Peran-hubungan
Klien merupakan seorang karyawan swasta. Klien memiliki hubungan
sosial yang terjalin baik antara sesama karyawan ditempat dia bekerja.
h. Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan dengan umur 26 tahun. Klien belum
menikah
i. Koping-toleransi stress
Klien adalah orang yang mampu mengakrabkan diri dengan siapapun.
Selama sakit klien sering mengeluh dan bercerita kepada ibunya.
j. Nilai keyakinan
Klien beragama islam dan taat menjalankan ibadahnya.

3.2.4 Pemeriksaan Penunjang

GCS: E5M5V2 tingkat kesadaran (12) yaitu :

- E ( refleks membuka mata ) : 5


- M (reflek motorik {gerakan}): 5
- N (reflek verbal {bicara }) : 2

Hb 10,2 gr%

16
Gula darah 85 mg%

Leukosit 13.700/mm3

Keratinin 16 mg%

Ht 31%

Natrium 129 mEqb

Trombosit 168.00/mm3

Kalium 3,3 mEq

3.2.5 Terapi Pengobatan

IVFD Asering 28 tetes/ menit

Dexametason 3 x 1 gr

Metronidazol 3 x 500 mg

Ciprox 2 x 1 gr

Na phenitoin 1 x 1 gr

17
3.3 NANDA, NOC, NIC

NO NANDA NOC NIC

1. Penurunan perfusi Kemampuan Kognitif  Pantau tanda-tanda vital,


jaringan serebral Indikator : seperti catat :
b.d Interupsi aliran  Berkomunikasi jelas o Adanya hipertensi/
darah atau tidak sesuai hipotensi, bandingkan
DO: dengan usia dan tekanan darah yang
Tingakat kesadraan kemampuan. terbaca pada kedua
klien GCS:  Perhatian, konsentrasi. lengan.
E5M5V2  Memori jangka o Frekuensi dan irama
DS: sebelum panjang dan saat ini. jantung ; auskultasi
masuk RS klien  Pengolahan informasi. adanya mur-mur.
bebrapa kali kejang  Membuat keputusan o Catat pola dan irama dari
dan sesekali tidak yang tepat. pernafasan, seperti adanya
sadarkan diri Status Neurologikal periode apnea setelah

Indikator : pernafasan hiperventilasi,

 Status mental pernafasan Cheyne-

 Kesadaran Stokes.

 Kontrol motor pusat  Catat perubahan dalam

(perubahan respon penglihatan, seperti adanya

motorik). kebutaan, gangguan lapang


pandang/kedalaman persepsi
 Sulit Menelan
Perfusi Jaringan : serebral  Kaji fungsi-fungsi yang lebih

Indikator: tinggi, seperti fungsi bicara

Hasil yang jika pasien sadar

diharapkan/Kriteria evaluasi  Letakkan kepala dengan

pasien akan : posisi agak ditinggikan dan

 Mempertahankan tingkat dalam posisi anatomis

kesadaran biasanya/ (netral).

membaik, fungsi kognitif Pertahankan keadaan tirah


baring; ciptakan lingkungan
dan motorik/sensori yang tenang; batasi
pengunjung/ aktivitas pasien
 Mendemonstrasikan tanda-
sesuai indikasi. Berikan
18
tanda vital stabil dan tak istirahat secara periodik
antara aktivitas perawatan,
adanya tanda-tanda
batasi lamanya setiap
peningkatan TIK. prosedur.
 Menunjukkan tidak ada
kelanjutan deteriorasi/
kekambuhan defisit.

2. Hipertermi  Termoregulasi  Pengobatan Demam


b.d peradangan
Indikator : Aktivitas :
dan infeksi
- Tidak adanya sakit  Pantau suhu berkali-kali
kepala jika diperlukan
DO :
- Tidak adanya ngilu  Tutup pasien dengan
Suhu: 39-40
pada otot selimut, jika hanya
TD: 110/60
- Tidak adanya diperlukan
mmHg
iritabilitas  Pemberian kopres hangat
N: 80x/menit
Leukosit: - Tidak adanya  Pantau untuk penurunan
perasaan mengantuk tingkat kesadaran
13.700/mm3
- Tidak adanya kejang  Pantau aktivitas

DS: klien pada otot berlebihan

mengatakan bahwa  Status Tanda-Tanda  Pantau intake dan output

ia mengalami Vital  Berikan pengobatan yang

demam naik turun, Indikator : tepat untuk mencegah atau


- Temperature mengontrol gemetaran
dan klien juga
- Denyut nadi apical  Atur oksigen, jika
mengalami kejang
- Denyut nadi radial diperlukan
hingga tak
- Pernapasan  Tempatkan pasien pada
sadarkan diri.
- Tekanan daras sistolik bagian hipotermia, jika
- Tekanan darah diperlukan
diastolic  Pemantauan Tanda-
Tanda Vital
 Mengukur tekanan darah,

19
denyut nadi, temperature,
dan status pernafasan,
jika diperlukan
 Mencatat gejala dan
turun naiknya tekanan
darah
 Mebgukur tekanan darah
ketika pasien berbaring,
duduk, dan berdiri, jika
diperlukan
 Auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan, jika
diperlukan
 Mengukur tekanan darah,
nadi, dan pernafasan
sebelum, selama, dan
setelah beraktivitas, jika
diperlukan
 Mempertahankan suhu
alat pengukur, jika
diperlukan
 Memantau dan mencatat
tnda-tanda dan syimptom
hypothermia dan
hyperthermia
 Memantau naik turunnya
tekanan nadi
 Memnatau tingkatan
irama cardiac
 Memantau suara jantung

20
 Memantau tingkat dan
irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan)
 Memantau suara paru

3. Nyeri Akut b.d  Kontrol Nyeri  Manajemen


Indikator : Aktivitas :
peningkatan TIK
- Gunakan ukuran  Lakukan penilaian nyeri
DO :
pencegahan secara komprehensif
GCS: E5M5V2
- Penggunaan dimulai dari lokasi,
TD = 110/60
mengurangi nyeri karakteristik, durasi,
mmHg
dengan non analgesic frekuensi, kualitas,
N = 80 x/menit
- Gunakan tanda –tanda intensitas dan penyebab.
vital memantau  Kaji ketidaknyamanan
DS : klien
perawatan secara nonverbal,
mengeluhkan sakit
- Penggunaan analgesic terutama untuk pasien
kepala selama 2
yang tepat yang tidak bisa
minggu
- Laporkan tanda / mengkomunikasikannya
gejala nyeri pada secara efektif
tenaga kesehatan  Pastikan pasien
professional mendapatkan perawatan
 Tingkat dengan analgesic
Kenyamanan
Indikator:  Gunakan komunikasi
- Melaporkan yang terapeutik agar
Perkembangan Fisik
pasien dapat menyatakan
- Melaporkan
pengalamannya terhadap
perkembangan kepuasan
nyeri serta dukungan
- Melaporkan
dalam merespon nyeri
perkembangan psikologi
- Mengekspresikan
 Pertimbangkan pengaruh

perasaan dengan budaya terhadap respon


lingkungan fisik sekitar nyeri

21
- Mengekspresikan  Tentukan dampak nyeri
perasaan dengan terhadap kehidupan
hubungan social sehari-hari (tidur, nafsu
makan, aktivitas,
kesadaran, mood,
hubungan sosial,
performance kerja dan
melakukan tanggung
jawab sehari-hari)
 Evaluasi pengalaman
pasien atau keluarga
terhadap nyeri kronik
atau yang mengakibatkan
cacat
 Evaluasi bersama pasien
dan tenaga kesehatan
lainnya dalam menilai
efektifitas pengontrolan
nyeri yang pernah
dilakukan
 Pemberian Analgesik
Aktivitas:
 Menentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
 Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis,
dan frekuensi yang
ditentukan analgesik
 Cek riwayat alergi obat
 Mengevaluasi

22
kemampuan pasien
dalam pemilihan obat
penghilang sakit, rute,
dan dosis, serta
melibatkan pasien dalam
pemilihan tersebut
 Tentukan jenis analgesik
yang digunakan
(narkotik, non narkotik
atau NSAID)
berdasarkan tipe dan
tingkat nyeri.
 Tentukan analgesik yang
cocok, rute pemberian
dan dosis optimal.
 Utamakan pemberian
secara IV dibanding IM
sebagai lokasi
penyuntikan, jika
mungkin

4. Resiko  Keseimbangan  Manajemen Cairan


Ketidakseimbangan Cairan Aktivitas :
Volume Cairan Indikator:  Timbang BB tiap hari
DO: - Kesimbangan intake  Hitung haluran
- Hb 10,2 gr% & output  Pertahankan intake
- Gula darah 85 - Kestabilan berat yang akurat
mg% badan  Monitor hasil lab.
- Leukosit - Kelembaban mukosa terkait retensi cairan
13.700/mm3 kulit (peningkatan BUN, Ht
- Keratinin 16 - Hidrasi kulit ↓)

23
mg% - Rasa haus abnormal (-  Monitor TTV
- Ht 31% )  Monitor status nutrisi
- Natrium 129 - Mata yang cekung (-)  Monitor status hidrasi
mEqb  Status Nutrisi: Intake (seperti :kelebapan
- Trombosit Makanan Dan Cairan mukosa membrane,
168.00/mm3 Indikator: nadi)
DS : klien - Intake makanan di  Berikan cairan
mengalami mual mulut  Berikan diuretic
muntah sejak 2 - Intake di saluran  Berikan cairan IV
bulan yang lalu dan makanan  Nasogastrik untuk
saat pengkajian - Intake cairan di mulut mengganti kehilangan
keluarga klien - Intake cairan cairan
mengatakan bahwa  Pemantauan Cairan
klien sulit untuk Aktivitas :
menelan  Kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola
eliminasi
 Kaji kemungkinan
factor resiko terjadinya
imbalan cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung, diaforesis,
diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
 Monitor BB, intake dan
output
 Monitor nilai elektrolit
urin dan serum
 Monitor osmolalitas
urin dan serum
 Monitor denyut

24
jantung, status respirasi
 Monitor tanda dan
gejala asites
 Pertahankan keakuratan
catatan intake dan
output

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi


struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal.
Meningitis merupakan salah satu jenis infeksi yang menyeranga susunan
saraf pusat, dimana angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. Pada banyak
penyakit yang mempunyai mobiditas dan mortalitas yang tinggi, prognosis
penyakit sangat ditentukan pada permulaan pengobatan. Beberapa bakteri
penyebab meningitis ini tidak mudah menular seperti penyakit flu, pasien
meningitis tidak menularkan penyakit melalui saluran pernapasan. Resiko
terjadinya penularan sangat tinggi pada anggota keluarga serumah, penitipan anak,
kontak langsung cairan ludah seperti berciuman. Perlu diketahui juga bahwa bayi
dengan ibu yang menderita TBC sangat rentan terhadap penyakit ini.
Meningitis adalah infeksi pada cairan otak dan selaput otak (meningen)
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningitis bacterial merupakan
penyakit yang sangat serius dan fatal.
4.2 Saran
Mengerti dan memahami gejala meningitis sangat penting untuk
menegakkan diagnosis sedini mungkin. Diagnosis dan pengobatan dini mencegah
terjadinya komplikasi yang bersifat fatal. Mengetahui penyebab meningitis sangat
penting untuk menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Vaksin untuk
mencegah terjadinya meningitis bakterial telah tersedia, dan sangat dianjurkan
untuk diberikan jika berada atau akan berkunjung ke daerah epidemik

26
DAFTAR PUSTAKA

Alpers,Ann.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20.Jakarta:EGC.


Behrman, Richard. E. 1992. Ilmu Kesehatan. Bagian 2. Jakarta : EGC
Arif muttaqin. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persyarafan. Jakarta :salemba
Workman,I. 2010. Medical sergicar nursing. St.louis: elsevier

27

Anda mungkin juga menyukai