Oleh:
Kelompok 12
Ganda (1210322005)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2013
1
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang segala
puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kelompok 12 dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “asuhan keperawatan meningitis”.
Dalan penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari kesulitan dan
hambatan,namun berkat bimbingan,bantuan dan penjelasan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.
Kelompok 12
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
9. Bagaimanakah pemeriksaan rangsangan dari meningitis?
10. Begamanakah asuhan keperawatan dari meningitis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari meningitis
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi selaput otak
3. Untuk mengetahui etiologi dari meningitis
4. Untuk mengetahui patofisiologis meningitis
5. Untuk mengetahui woc dari meningitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari meningitis
7. Untuk mengetahui komplikasi dari meningitis
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunkang dari meningitis
9. Untuk mengetahui pemeriksaan rangsangan dari meningitis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari meningitis
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
6
b. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang
memisahkandurameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau
balon berisi cairan otakyang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan
diantara durameter danarakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit
cairan jernih menyerupaigetah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh
darah arteri dan vena yangmenghubungkan sistem otak dengan meningen serta
dipenuhi oleh cairanserebrospinal.
c. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darahkecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan
ini melekaterat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoiddan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang
ruangan ini berisi sel radang.Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak
ke sumsum tulang belakang.
2.3 Etiologi
Meningitis disebbkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebnyakan
pasien dengna meningitis mempunyai faktor predisposisi seprti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebbkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Meningitis purulenta
adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit
ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain.
Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit
penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain
lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ /
jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan
lain lain.
7
Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus,
hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan
salmonella.
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat
pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan
gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus
menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa
nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat
) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk
dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila
terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita
takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah,
mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadiherniasiotak sehingga terjadi
dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis serosa ( tuberculosa )
8
2.4 Patofisiologis
Meningitis vakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar kemeningen otak dan daerah medula
spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencangkup infeksi jalan napas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring prosterior, telinga bagian tengah, dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri
Organisme masuk kedalma aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serbral. Jaringan sebral
mengalami gangguan metabolisme akibat aksudat meningen, veskulitis, dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis. Rang juga menyebar ke dindingmembran ventrikel serebral.
Meningen bakteri dihubungkan dengan perubahan fisisologis intrakranial,
yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah petahanan otak
(barier otak), edema serebraldan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat
terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan
oleh meningokokus.
9
WOC MENINGITIS
MENINGITIS
- Nyeri
Eksudat purulen menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis
Penurunan Bradikardi
Penekanan area Adhesi membuat Perubahan tingakt kesadaran
fokal kortikal kelumpuhan saraf gastrointestinal
MK: -Perubahan
Kaku kuduk, Koma Mual muntah, Penurunan Perfusi Jaringan
tanda kerning(+), intake nutrisi kemampuan Otak.
tanda brudzinski batuk dan
-Resiko Gangguan
Kematian peningkatan
MK : - Risiko Perfusi Perifer
produksi mukus
Kejang Defisit Cairan
- Risiko
MK:- ketidak efektifan
MK: - Takut Nutrisi Kurang
MK : Risiko 10 pola pernapasan
Dari Kebutuhan
cidera -Kecemasan
-ketidakefektifan
Dari Keluarga
bersihan jalan napas
2.5 Menifestasi klinik
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dari peningkatan TKI
a. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat sebagai akibat iritasi
meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit.
b. Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.
Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,
demikian pula respon individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi
perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi
letargik, tidak responsif dan koma.
c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis
d. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot lehuer.
Fleksi paksaan menyebabbkan nyeri berat.
e. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang
terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda
peningkatan TIK asekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral
terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital, pernapasan tidak
teratutr, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingakt kesadaran
f. Adanya ruam merupakan salah satu curu yang menyolok pada meningitis
meningokokal (neisseria meningitis). Sekitar setangah dari semua pasien
dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya
ruam petekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
g. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10 % pasien dengan meningitis
mengingokokus, dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi yang tiba-
tiba muncul, lesi pura-pura yang menyebar (sekitar wajah dan
ekstremitas), syok dan tanda-tanda kuogulopati intravaskuler diseminata
(KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan
infeksi.
11
2.6 Komplikasi
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit
lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada
penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia,
endokarditis dan lain lain.
2.7 Pemeriksaan penunjang
2.8.1 Pemeriksaan Pungsi Lumbal
12
tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi
dan rotasi kepala.
2.9.2 Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai
sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
2.9.3 Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
2.6.4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral
Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Ny. N (26 tahun) masuk RS dengan keluhan sakit kepala selama 2 minggu
terakhir sebelum masuk RS, demam naik turun, mual muntah sejak 2 bulan yang
lalu, kejang dan beberapa kali tidak sadarkan diri. Pada saat pengkajian keluarga
mengatakan pasien sulit menelan.
Suhu: 39-40 ℃
N: 80x/menit
3.2 pengkajian
14
Denyut Nadi : 80 x / menit
Suhu : 39-40 oC
15
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan
nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
d. Pola aktifitas – latihan
Klien adalah seorang karyawan swasta. Sejak sakit klien menjadi
pendiam dan jarang keluar rumah. Klien lebih berkeinginan untuk istirahat
dirumah. Padahal sebelumnya klien adalah orang yang aktif.
e. Pola persepsi kognitif
Klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya karena sebelumnya
klien pernah mengalami sakit yang sama akan tetapi klien tidak cepat
mengobati penyakitnya karena ia pesimis akan kesembuhannya
f. Persepsi dan konsep diri
Klien sangat ingin sekali untuk sembuh dan melakukan aktifitas-
aktifitasnya seperti biasa.
g. Peran-hubungan
Klien merupakan seorang karyawan swasta. Klien memiliki hubungan
sosial yang terjalin baik antara sesama karyawan ditempat dia bekerja.
h. Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan dengan umur 26 tahun. Klien belum
menikah
i. Koping-toleransi stress
Klien adalah orang yang mampu mengakrabkan diri dengan siapapun.
Selama sakit klien sering mengeluh dan bercerita kepada ibunya.
j. Nilai keyakinan
Klien beragama islam dan taat menjalankan ibadahnya.
Hb 10,2 gr%
16
Gula darah 85 mg%
Leukosit 13.700/mm3
Keratinin 16 mg%
Ht 31%
Trombosit 168.00/mm3
Dexametason 3 x 1 gr
Metronidazol 3 x 500 mg
Ciprox 2 x 1 gr
Na phenitoin 1 x 1 gr
17
3.3 NANDA, NOC, NIC
Kesadaran Stokes.
19
denyut nadi, temperature,
dan status pernafasan,
jika diperlukan
Mencatat gejala dan
turun naiknya tekanan
darah
Mebgukur tekanan darah
ketika pasien berbaring,
duduk, dan berdiri, jika
diperlukan
Auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan, jika
diperlukan
Mengukur tekanan darah,
nadi, dan pernafasan
sebelum, selama, dan
setelah beraktivitas, jika
diperlukan
Mempertahankan suhu
alat pengukur, jika
diperlukan
Memantau dan mencatat
tnda-tanda dan syimptom
hypothermia dan
hyperthermia
Memantau naik turunnya
tekanan nadi
Memnatau tingkatan
irama cardiac
Memantau suara jantung
20
Memantau tingkat dan
irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan)
Memantau suara paru
21
- Mengekspresikan Tentukan dampak nyeri
perasaan dengan terhadap kehidupan
hubungan social sehari-hari (tidur, nafsu
makan, aktivitas,
kesadaran, mood,
hubungan sosial,
performance kerja dan
melakukan tanggung
jawab sehari-hari)
Evaluasi pengalaman
pasien atau keluarga
terhadap nyeri kronik
atau yang mengakibatkan
cacat
Evaluasi bersama pasien
dan tenaga kesehatan
lainnya dalam menilai
efektifitas pengontrolan
nyeri yang pernah
dilakukan
Pemberian Analgesik
Aktivitas:
Menentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis,
dan frekuensi yang
ditentukan analgesik
Cek riwayat alergi obat
Mengevaluasi
22
kemampuan pasien
dalam pemilihan obat
penghilang sakit, rute,
dan dosis, serta
melibatkan pasien dalam
pemilihan tersebut
Tentukan jenis analgesik
yang digunakan
(narkotik, non narkotik
atau NSAID)
berdasarkan tipe dan
tingkat nyeri.
Tentukan analgesik yang
cocok, rute pemberian
dan dosis optimal.
Utamakan pemberian
secara IV dibanding IM
sebagai lokasi
penyuntikan, jika
mungkin
23
mg% - Rasa haus abnormal (- Monitor TTV
- Ht 31% ) Monitor status nutrisi
- Natrium 129 - Mata yang cekung (-) Monitor status hidrasi
mEqb Status Nutrisi: Intake (seperti :kelebapan
- Trombosit Makanan Dan Cairan mukosa membrane,
168.00/mm3 Indikator: nadi)
DS : klien - Intake makanan di Berikan cairan
mengalami mual mulut Berikan diuretic
muntah sejak 2 - Intake di saluran Berikan cairan IV
bulan yang lalu dan makanan Nasogastrik untuk
saat pengkajian - Intake cairan di mulut mengganti kehilangan
keluarga klien - Intake cairan cairan
mengatakan bahwa Pemantauan Cairan
klien sulit untuk Aktivitas :
menelan Kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola
eliminasi
Kaji kemungkinan
factor resiko terjadinya
imbalan cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung, diaforesis,
diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
Monitor BB, intake dan
output
Monitor nilai elektrolit
urin dan serum
Monitor osmolalitas
urin dan serum
Monitor denyut
24
jantung, status respirasi
Monitor tanda dan
gejala asites
Pertahankan keakuratan
catatan intake dan
output
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
26
DAFTAR PUSTAKA
27