Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINAJUAN TEORI

2.1 Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Yuliani R. 2010)
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piameter dan ruang subaracnoid maupun aracnoid dan termasuk cairan
serebrospinal (CCS) (Hickey, 1997)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen yaitu membran
atau selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri maupun jamur yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah kedalam cairan otak ( Black & Hawk, 2005)
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan
piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh
bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga
terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak
dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).
Meningitis beterial adalah suatu keadaan dimana meningens atau selaput
dari otak mengalami inflamasi oleh karena bakteri (Marilynn E. Doenges, 2000)
Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, diatandai
dengan peningkatan jumlah sel polimorfonukkler dalam cairan serebrospinal dan
terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.
Meningoensefalitis tuberkulosis adalah peradangan pada meningen dan otak
yang disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosis (TB)

1
2.2 Anatomi dan fisiologi selaput otak
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serobrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapisan yaitu :
a. Lapisan Luar (Durameter)
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus
otak,sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durameterterbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang
tengkorak(periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi
permukaan tengkorakuntuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum
dan diafragma sella.
b. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang
memisahkandurameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau
balon berisi cairan otakyang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan
diantara durameter danarakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit
cairan jernih menyerupaigetah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh
darah arteri dan vena yangmenghubungkan sistem otak dengan meningen serta
dipenuhi oleh cairanserebrospinal.
c. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darahkecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan
ini melekaterat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoiddan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang
ruangan ini berisi sel radang.Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak
ke sumsum tulang belakang.
2.3 Etiologi
Meningitis disebbkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebnyakan
pasien dengna meningitis mempunyai faktor predisposisi seprti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebbkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

2
1. Meningitis purulenta
adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit
ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain.
Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit
penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain
lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ /
jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan
lain lain.
Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus,
hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan
salmonella.
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat
pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan
gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus
menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa
nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat
) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk
dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila
terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita
takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah,
mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadiherniasiotak sehingga terjadi
dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis Tuberculosa

Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan


orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena
terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang
atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga archnoid. Tuberkulosa ini

3
timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada meningitis
tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobata yang
terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai
deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi
berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan
kadang kadang menderita retardasi mental.

2.4 Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar kemeningen otak dan daerah medula spinalis bagian
atas. Faktor predisposisi mencangkup infeksi jalan napas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah
saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring prosterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri

Organisme masuk kedalma aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di


dalam meningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan trombus
dan penurunan aliran darah serbral. Jaringan sebral mengalami gangguan
metabolisme akibat aksudat meningen, veskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Rang juga
menyebar ke dindingmembran ventrikel serebral. Meningen bakteri dihubungkan
dengan perubahan fisisologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah petahanan otak (barier otak), edema serebraldan
peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.

4
2.5 Woc terlamipr
2.6 Manifestasi Klinik
Tidak ada satupun gambaran klinis yang patonominik untuk meningitis
bakterial. Tanda dan menifestasi klinis meningitis bakterial begitu luas sehingga
sering juga didapatkan pada anak-anak baik yang terkena meningitis maupun
tidak. Tanda dan gambaran klinis sangat bervariasi tergantung umur pasien, lama
sakit di rumah sebelum diagnosis dibuat dan respon tubuh terhadap infeksi.
Meningitis pada bayi baru lahir dan prematur sangat sulit didiagnosis,
gambaran klinis sangat kabur dan tidak khas. Demam pada menigitis bayi baru
lahir hanya terjadi ½ dari jumlah kasus. Biasanya pasien tampak lemah dan malas,
tidak mau minum, muntah-muntah, kesadaran menurun, ubun-bun besar tegang
dan menonjol, leher lemas, respirasi tidak teratur, kadang-kadang disertai ikterus
kalau sepsis. Secara umum apabila didapatkan sepsis pada bayi baru lahir kita
harus mencurigai adanya meningitis.
Bayi berumur 3 bulan – 2 tahun jarang memberi gambaran klasik
meningitis. Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam, muntah,
gelisah, kejang berulang, kadang-kadang didapat pula high pitched cry (papa
bayi). Tanda fisik yang tamapk jelas adalah ubun-ubun tegang dan menonjol,
sedangkan tanda brudsinski dan kernig sulit dievaluasi. Oleh karena insiden
meningitis pada umur ini sangat tinggi, maka adanya infeksi susunan saraf pusat
perlu dicurigai pada anak dengan demam terus menerus yang tidak dapat
diterangkan penyebabnya.
Pada anak dan dewasa menigitis kadang-kadang memberikan gambaran
klasik. Gejala biasanya dimulai dengan demam, menggigil, muntah, dan nyeri
kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalag kejang, gelisah, gangguan tingkah
laku. Penurunan kesadaran seperti delirium, stupor, dan koma dapat juga terjadi.
Tanda klinis yang biasa diadaptkan adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski dan
kerning. Nyeri kepala timbul akibat inflamasi pembuluh darah meningen, sering
disertai dengan fotofobi dan hiperestesi, kaku kuduk disertai rigiditas spinal
disebabkan karena iritasi meningen serta radiks spinalis.

5
2.7 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempuran atau
pengobatan yang terlambat. Komplikasi yang mungkin ditemukan adalah:
1. Ventrikulitis
Infeksi pada sistem ventrikel dapat primer maupun sekunder penyebaran
miroorganisme dari ruang subaracnoid karena pasang turut cairan
serebrospinal atau migrasi kuman yang bergerak. Komplikasi sering
terjadi pada neonatus, pernah dilaporkan sampai 92% pada bayi dengan
meningitis purulenta. Apabila ventrikulitis disertai obstruksi aquaductus
sylvii, maka infeksinya menjadi setempat (terlokalisasi) seperti abses,
dengan peningkatan tekanan intrakranial yang cepat dan dapat
menyebabkan herniasi. Pada ventrikulitis perlu pengobatan dengan
antibiotik parenteral secara masif, irigasi dan drainase secra periodik.
2. Efusi subdural
Kemungkinan adanya efusi subdural perlu dipikirkan apabila
demam tetap ada setelah 72 jam pemberian antibiotik dan oengobatan
suportif yang adekuat, ubun-ubun besar tetap membonjol, gambaran klinis
meningitis tidak membaik, kejang fokal atau umum, timbul kelainan
neurologis fokal dan muntah-muntah. Diagnosis ditegakkan dengan
transiluminasi kepala atau pencitraan. Transiluminasi kepala dinyatakan
positif apabila daaerah translusen asimetri, pada bayi berumur kurang dari
6 bulan daaerah translusen melebihi 3 cm, dan pada bayi berumur 6 bulan
atau lebih daerah translusen melebihi 2 cm. Selanjutnya efusi subdural
mempunyai 4 kemungkinan :
a. Kering sendiri, bila jumlahnya sedikit
b. Menetap atau bertambah banyak
c. Membentuk membran yang berasal dari fibrin
d. Menjadi empiema.
3. Gangguan cairan dan eloktrolit

Pada pasien manengitis bakterial kadang disertai dengan hipervolemia


(edema), oliguria, gelisah, iritabel, dan kejang. Hal ini disebabkan oleh karena
syndrome inap-propriate antidiuretic hormone release (SIADH), sekresi ADH

6
berlebihan. Diagnosis ditegakkan dengan menimbang ulang pasien,
memeriksa elektrolit serum, mengukur volume dan osmolalitas urin, dan
mengukur berat jenis urin. Pengobatan dengan restriksi pemberian cairan,
pemberian deuretik ( furosemid). Pada pasien yang berat dapat diberikan
sedikit natrium

4. Tuli

Kira-kira 5-30% pasien meningitis bakterial mengalami komplikasi


tuli terutama apabila disebabkan oleh S.pneumoniae. tull konduktif
disebabkan oleh karaena infeksi telinga tengah yang menyertai meningitis.
Yang terbanyak tuli sensorineural. Tulisensorineural lebih sering disebabkan
oleh karena sepsis koklear daripada kelainan N.VIII. gangguan pendengaran
dapat dideteksi dalam waktu 48 jam sakit dengan BAEP. Biasanya
penyembuhan terjadi pada akhir minggu ke 2, tetapi yang berat menetap.

Pemeberian deksametason dapat mengurangi komplikasi gangguan


pendengaran apabila diberikan sebelum pemberian antibiotik dengan dosis 0,6
mg/kgBB/hari intravena dibagi 4 dosis selama 4 hari. Komlikasi lain berupa
hidrosefalus, kejang, hemipaaresis, tetraparesis, dan retardasi mental. Pada
hidrosefalus dikonsulkan ke Bagian Bedah Saraf untuk pemasangan pirau
ventrikulo-peritoneal.

5. Meningitis berulang
6. Abses otak
7. Hidrosefalus
8. Kejang
9. Epilepsi
10. Cerebral palsy
11. Gangguan mental

7
2.8 Pemeriksaan Penunjang

2.8.1 Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan


protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
2.8.2 Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping
itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2.8.3 Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.

2.9 Pemeriksaan Rangsangan Meningitis

2.9.1 Pemeriksaan Kaku Kuduk


Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi
dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu
tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi
dan rotasi kepala.
2.9.2 Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi

8
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai
sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
2.9.3 Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
2.9.4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral
Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Anak A, laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh orang tuanya ke RS


M.djamil padang dengan keluhan sakit kepala, demam naik turun, dan mual
muntah sejak 2 minggu yang lalu . Ibu anak A mengatakan bahwa sesekali klien
mengalami kejang hingga tidak sadarkan diri. Ibu klien mengatakan bahwa anak
A kurang nafsu serta anak A rewel. Ibu juga mengatakan 2 hari sebelum masuk
RS anak mengalami flu.

TD: 120/70 mmHg

Nadi :100 x/m

RR: 18 x/m

Suhu : 38,9°C

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :14 november 2013
Diagnosa Medis : Menigitis Purulenta
Data Pasien
Nama : An. A
Umur :5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Gadut
Nama Ayah : Budi
Nama Ibu : Ani
BB : 15 Kg
TB : 100 cm
Denyut Nadi : 100 x / menit
RR :18 x / menit

10
Suhu :38,9 oC
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang : Anak A bersama orang tuanya datang ke RS
M. Djamil dengan keluhan sakit kepala, demam naik turun, mual muntah,
sesekali klien mengalami kejang hingga tidak sadarkan diri. Anak juga
kurang nafsu makan serta rewel.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu : tidak pernah di rawat di RS sebelum nya
tetapi 2 hari sebelum masuk RS anak A mengalami flu.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada memiliki riwayat penyakit yang
serius
Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
-Prenatal : ANC lengkap
-Intranatal : kelahiran normal
-postnatal : berat badan normal
Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh klien : ibu
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : baik

Pengkajian Fisik
a. Kulit : Semi Koma
b. Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
c. Mata :
- pupil : Bulat, isokor, diameter 4 mm.
d. Lidah : Beslag (-)
e. Gigi : Karies dentis (-)
f. Kerongkongan : Trakea letak tengah
g. Leher : Pembesaran KGB (+)
h. Dada : Simetris kiri = kanan
i. Paru-paru : Ronkhi -/-, wheezing -/-
j. Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, bising (-)
k. Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal

11
Pemeriksaan Psikososial
Belakangan ini anak menjadi lemas dan mudah lelah
Pemeriksaan Spiritual
Anak dan orangtua beragama islam
Pemeriksaan Penunjang
GCS : E3M4V1
Hemoglobin : 14,7 gr/dL
Leukosit : 14.900 /mm3
Trombosit : 178.000 /mm3
GDS : 80 mg/dl

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi


struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal.
Meningitis merupakan salah satu jenis infeksi yang menyeranga susunan
saraf pusat, dimana angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. Pada banyak
penyakit yang mempunyai mobiditas dan mortalitas yang tinggi, prognosis
penyakit sangat ditentukan pada permulaan pengobatan. Beberapa bakteri
penyebab meningitis ini tidak mudah menular seperti penyakit flu, pasien
meningitis tidak menularkan penyakit melalui saluran pernapasan. Resiko
terjadinya penularan sangat tinggi pada anggota keluarga serumah, penitipan anak,
kontak langsung cairan ludah seperti berciuman. Perlu diketahui juga bahwa bayi
dengan ibu yang menderita TBC sangat rentan terhadap penyakit ini.
Meningitis adalah infeksi pada cairan otak dan selaput otak (meningen)
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningitis bacterial merupakan
penyakit yang sangat serius dan fatal.
4.2 Saran
Mengerti dan memahami gejala meningitis sangat penting untuk
menegakkan diagnosis sedini mungkin. Diagnosis dan pengobatan dini mencegah
terjadinya komplikasi yang bersifat fatal. Mengetahui penyebab meningitis sangat
penting untuk menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Vaksin untuk
mencegah terjadinya meningitis bakterial telah tersedia, dan sangat dianjurkan
untuk diberikan jika berada atau akan berkunjung ke daerah epidemik

13
DAFTAR PUSTAKA

Arif muttaqin. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


persyarafan. Jakarta :salemba
Ariani, T,A. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta: Salemba Medika

Alpers,Ann.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20.Jakarta:EGC.


Behrman, Richard. E. 1992. Ilmu Kesehatan. Bagian 2. Jakarta : EGC
Soetomenggolo, T, S & Ismael, S. 2000. Buku Ajar Neurologi Anak.
Jakarta: BP IDAI

Suriadi & Yuliani, R. 2010. Asuhan keperawatan Pada Anak.. Jakarta:


Sagung Seto

Workman,I. 2010. Medical sergicar nursing. St.louis: elsevier

14

Anda mungkin juga menyukai