Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada anak-anak dan orang dewasa dapat terjadi infeksi pada selaput otak
(radang ) yang dapat mengganggu sistem – sistem dalam tubuh manusia baik
sistem pencernaan, sistem persyarafan, sistem sirkulasi tubuh maupun
metabolisme tubuh.

Meningitis adalah radang pada selaput otak dimana penyakit ini termasuk
pernyakit yang tidak bisa diremehkan karena bila tidak ditangani dengan
cepat dan tepat akan menyebabkan kematian. Biasanya juga penderita
meningitis yang bisa bertahan akan mengalami kerusakan pada otaknya.

Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,


Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga
bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang
paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu
yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat
pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu
penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan
penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka,
menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit
tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi
dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah
sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering
terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa
memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Apa definisi meningitis?

1
2. Apa klasifikasi meningitis?
3. Apa etiologi/predisposisi meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi meningitis?
5. Bagaimana WOC meningitis?
6. Apa manifestasi klinik meningitis?
7. Bagaimana pentalaksanaan meningitis?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang meningitis?
9. Bagaimana komplikasi meningitis?
10. Bagaimana pencagahan terhadap meningitis pada anak?
11. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan meningitis sesuai
dengan kasus?
1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan, sebagai berikut:

1. Agar dapat mengerti definisi meningitis.


2. Agar dapat mengetahui klasifikasi meningitis.
3. Agar dapat memahami etiologi/predisposisi meningitis.
4. Agar dapat memahami patofisiologi meningitis.
5. Agar dapat memahami WOC meningitis.
6. Agar mengetahui manifestasi klinik meningitis.
7. Agar mengetahui penatalaksanaan meningitis.
8. Agar mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien meningitis
9. Agar mengetahui komplikasi dari meningitis.
10. Agar mengetahui pencegahan meningitis pada anak.
11. Agar mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
meningitis sesuai dengan kasus yang diberikan.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini memilki manfaat untuk digunakan sebagai salah


satu pdoman bagi mahasiswa keperawatan khususnya mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas untuk mempelajari dan memahami
meningitis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Meningitis

Meningis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi


otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-
organ jamur (Brunner dan Sudarth, 2002).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan


serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2006).
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan
medulla spinalis, gangguan ini biasanya juga merupakan komplikasi bakteri
(infeksi sekunder), seperti sinutisis, otitis media, pneumonia, endokarditis
atau osteomielitis.
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis. Selaput
otak terdiri atas tiga lapisan dari luar kedalam yaitu duramater, arakhnoid, dan
piamater. Duramater terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali di dalam
tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat
sinus venosus.

Falks serebri adalah lapisan vertikel dura meter yang memisahkan kedua
hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal
dari dura meter yang memisahkan lobus oksipitalis dari serebellum.
Arakhnoid merupakan membrane lembut yang bersatu di tempatnya dengan
pia meter, diantaranya terdapat ruang subarachnoid dimana terdapat arteri dan
vena serebri dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah
bagian terbesar dari ruang subarachnoid di sebelah belakang otak belakang,
memenuhi celah di antara serebellum dan medulla oblongata.

Pia meter merupakan membrane halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Pia meter

3
adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh
medulla spinalis.

Secara singkat pengertian dari meningitis adalah radang pada


meningen/membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis.

2.2 Klasifikasi Meningitis

Meningitis diklasifikasi menjadi tiga macam, sebagai berikut:

1. Meningitis asepsis: mengacu pada salah satu meningitis virus atau


menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,
ensefalitis, limpoma, leukemia atau darah di ruang subarakhnoid.
2. Meningitis sepsis: menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh
organisme bakteri seperti meningokokus, stapilokokus, atau basilus
influenza.
3. Meningitis tuberkulosa: disebabkan bakteri tuberkel.

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi


pada cairan otak yaitu :

1. Menigitis Serosa adalah radang selaput otak pada araknoid dan piameter
yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah
Mycobacterium tuberculosa dan lainnya (lues Virus, Toxoplasma gondhii
dan Ricketsia)
2. Meningitis Purulenta adalah radang bernanah pada arakhnoid dan piameter
meliputi otak dan medulla spinallis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus pneumoniae, Neisseria meningitis, Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Angka
kejadian Meningitis Purulenta pada bayi dan anak di Indonesia, khususnya
di Jakarta masih belum menurun. Tertinggi pada umur antara 2 bulan-2
tahun. Umumnya terdapat pada anak yang distrofik. Yang daya tahannya
rendah. Dinegeri yang sudah maju, angka kejadian sudah sangat kurang
(Suriadi,dkk.2006).

4
2.3 Etiologi/Predisposisi

Adapun etiologi dari meningitis adalah sesuai dengan klasifikasinya,


meningitis aseptic dapat disebabkan oleh beberapa agens terutama virus dan
sering kali dikaitkan dengan penyakit lain seperti campak, gondongan, herpes
dan leukemia. Enterovirus dan virus parotitis merupakan penyebab sejumlah
besar kasus meningitis ini (Wong, 2009).

Sedangkan, meningitis sepsis atau meningitis bakteri dapat disebabkan


oleh setiap jenis agens bakteri Streptococcus pneumonia dan Neisseria
meningtidis merupakan organisme penyebab bakteri pada 95 % anak-anak
berusia antara lebih dari 2 bulan. Penyebab utama meningitis neonates adalah
streptokokus group b dan Escherichia coli. Infeksi E.coli jarang terjadi setelah
masa bayi. Meningitis meningokokus (serebrospinal epidemika) terjadi dalam
bentuk epidemic dan merupkan satu-satunya bentuk yang mudah ditularkan
ke orang lain. Infeksi ditularkan melalui infeksi droplet dari secret nasofaring
(Wong, 2009).

2.4 Patofisiologi

Infeksi meningeal umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan:


melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi
bagian lain, seperti selulitis, atau penekanan langsung seperti didapat setelah
cedera traumatic tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus
merupakan iatrogenic atau hasil sekunder prosedur invasif (seperti fungsi
lumbal) atau alat-alat infasif, seperti alat pemantau TIK.

Dimulai karena adanya faktor predisposisi mencakup ISPA, otitis


media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopastis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh immunologis. Kemudian invasi
kuman ke jaringan serebral via saluran vena nasofaring posterior, telinga
bagian tengah dan saluran mastoid. Hal ini menyebabkan perkembangan
bakteri makin mudah.

5
Organisme bakteri masuk ke dalam aliran darah dan beredar sampai ke
lapisan meningen sehingga terbentuk respon tubuh dimana sel darah putih
banyak dihasilkan yang menghasilkan sitokin untuk menghancurkan invasi
asing yang masuk dan terjadi perubahan permeabilitas kemudian
menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah korteks,
yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral juga mengalami gangguan metabolism akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfungsi. Penurunan aliran darah pada
serebral menyebabkan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel
dan nekrosis pembuluh darah, sehingga otak mengalami infeksi/septicemia
jaringan otak. Hal ini menyebabkan iritasi meningen dan terjadi perubahan
fisiologi intracranial seperti sakit kepala demam, edema serebral dan
peningkatan permeabilitas darah otak.

2.5 WOC (Terlampir)

2.6 Manifestasi Klinik

a. Anak-anak dan remaja


1. Biasanya awitan mendadak
2. Demam
3. Mengigil
4. Sakit kepala
5. Vomitus
6. Perubahan sensorium
7. Kejang
8. Iritabilitas
9. Agitasi
10. Fotofobia
11. Delirium
12. Halusinasi
13. Perilaku agresif
14. Mengantuk
15. Stupor

6
16. Koma
17. Kaku kuduk
18. Tanda kering dan brudzinski postif
19. Ruam petekie (infeksi meningokokus)
20. Kelainan sendi (infeksi meningokokus dan H. Influenzae)
21. Telinga mengeluarkan secret yang kronis (meningitis
pneumokokus)
b. Bayi dan anak yang masih kecil
1. Demam
2. Pemberian makan buruk
3. Vomitus
4. Iritabilitas
5. Serangan kejang
6. Fontanela menonjol
7. Kaku kuduk dapat terjadi atau tidak
8. Tanda brudzinski dan kering tidak membantu dalam menegakkan
diagnose
c. Neonates: tanda-tanda spesifik
1. Menolak pemberian susu /makam
2. Kemampuan mengisap susu buruk
3. Vomitus atau diare
4. Tonus otot buruk
5. Penrunan gerakan
6. Fontalena yang penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada
akhir perjalan penyakit
7. Leher lemas

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu


menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi: Pemberian antibiotic yang

7
mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi
yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

1. Isolasi
Anak ditempatkan dalam ruang isolasi sedikitnya selama 24-48 jam
setelah mendapatkan antibiotik IV yang sensitif terhadap organisme
penyebab.
2. Terapi antimikroba
Terapi anti mikroba pada meningitis bakteri terdiri dari ampisilin dan
sefotaksim atau ampisilin dan gentamisin. antibiotik yang diberikan
didasarkan pada hasil kultur dan diberikan dengan dosis tinggi.
3. Mempertahankan hidrasi optimum
mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat
menyebabkan edema serebral (pembengkakan otak). Pemberian plasma
perinfus mungkin diperlukan untuk rejatan dan untuk memperbaiki
hidrasinya.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama


1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-
7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.

8
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.
Penanganan / Perawatan pada saat anak demam (rumah)

1. Beri kompres hangat.


2. Berikan banyak minum air putih.
3. Gunakan pakaian tipis.
4. Jangan di kerumuni banyak orang.
5. Buka jendela untuk memudahkan udara masuk ke ruangan.
6. Berikan obat penurun panas sesuai program terapi dokter.
Penanganan / Perawatan pada saat anak kejang (rumah)

1. Baringkan anak pada tempat yang rata, kepala di miringkan dan pasangkan
gagang sendok yang dibungkus kain atau sapu tangan bersih dalam
mulutnya. Dengan tujuan untuk mencegah lidah tergigit.
2. Buka baju anak, longarkan pakaian yang mengganggu pernapasan.
3. Singkirkan benda-benda di sekitar anak.
4. Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak saat kejang.
5. Bila badan panas berikan kompres hangat.
6. Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisi nya semakin
parah, segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit.

2.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

1. Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut


a. Jumlah leukosit : meningkat
b. Kadar glukosa : menurun (bacterial) atau normal (virus)
c. Protein: tinggi (bacterial) atau sedikit meningkat (virus)
d. Tekanan : meningkat

9
e. Identifikasi organism penyebab: meningokokus, bakteri gram-
positif (streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, H.influenza)
atau virus ( virus Coksakie, virus ECHO)
f. Asam laktat: meningkat
2. Kultur darah: untuk menetapkan organism penyebab
3. Kultur urin: untuk menetapkan organism
4. Kultur nasofarings: untuk menetapkan organism penyebab
5. Elektrolit serum
6. Osmolaritas urin: meningkat dengan sekresi ADH

2.9 Komplikasi
1. Tuli
2. Buta
3. Efusi subdural
4. Peningkatan sekresi hormone Antidiuretik ADH
5. Perkembangan terlambat
6. Hidrosefalus
7. Edema serebri
8. Gangguan kejang kronik

2.10 Pencegahan

Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan


baik faktor predisposisi (pendukung) seperti otitis media atau infeksi saluran
napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam
hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun
gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat
diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan
dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk
melindungi komplikasi yang serius. (Riyadi Sujono, 2010).
Beberapa upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan diantaranya
adalah sebagai berikut:

10
1. Melaksanakan imunisasi tepat waktu.
2. Pada usia bayi 0-1tahun usahakan membatasi diri untuk keluar
rumah atau jalan-jalan ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar,
dan rumah sakit.
3. Menjauhkan anak dari orang yang sakit.
4. Usahakan anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur
yang nyaman.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS PADA ANAK

Kasus

Seorang anak laki-laki usia 3 tahun, dengan berat badan 11 kg; tinggi
badan 105 cm; TD 120/ 85 mmHg; Suhu 390 C; N 136 x/menit; RR 28
x/menit. Anak mengalami demam dan batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Anak
mengeluh sesak nafas, mual, dan muntah. Ibu mengatakan anak rewel, sering
menangis, minta digendong dan tidak mau makan. Anak juga mengalami
kejang berulang sejak 2 hari yang lalu, setelah kejang anak tidak sadar.
Retraksi dinding dada (+), terlihat ada sekret di hidung, kekakuan pada leher (
Nuchal Rigidity ) , tanda kernig’s dan brudzinski ( + ) ,GCS E2M4V3. Ibu
merasa khawatir dan terlihat cemas dengan kondisi anaknya.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Biodata

1. Identitas Klien
Nama : An. F
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Anak Ke :1
Suku : Minang
Alamat : Lubuk Begalung, Padang
Tanggal Masuk : 5 November 2013
Tanggal Pengkajian : November 2013
No. Register : 6176977
Diagnosa Medis : Meningitis

2. Identitas Penanggung
Nama ayah : Noviandi
Umur : 32 tahun

12
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wira swasta
Penghasilan : Rp. 2.000.000,- per bulah
Alamat : Lubuk Begalung, Padang
Nama Ibu : Mirawati
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3.1.2 Keluhan Utama

Alasan masuk ke RS :

 Demam sejak 3 hari yang lalu


 Kejang berulang sejak 2 hari yang lalu
 Mual ( + )
 Muntah ( + )
 Batuk pilek sejak 3 hari yang lalu
 Anak sering menangis dan selalu minta digendong

3.1.3 Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak mengalami demam sejak 3 hari yang lalu, tinggi terus
menerus. Batuk pilek sejak 3 hari yang lalu, sesak nafas ( + ).
Kejang berulang sejak 2 hari yang lalu, kejang pada seluruh
tubuh.
b. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal : Ibu M mengatakan bahwasanya selama hamil An. F ia
tidak mengalami kelainan.
2. Intranatal : Ibu dari An. F mengatakan An. F lahir dengan normal
dibantu oleh bidan. Lahir dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat

13
badan lahir 3500 gram dan panjang badan 49 cm. Saat lahir An. F
menangis spontan.
3. Postnatal : Ibu mengatakan ia tidak mengalami perdarahan yang
banyak setelah melahirkan. Kondisinya normal.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit yang diderita sebelumnya
Ibu mengatakan An. F sebelumnya tidak pernah menderita
penyakit yang berat, An. F biasanya hanya menderita penyakit
ringan seperti flu, demam, pilek.
2. Obat-obatan yang pernah digunakan
An.F biasa mengkonsumsi paracetamol kalau sakit flu
3. Alergi
An. F alergi telur, kalau makan telur An. F akan gatal- gatal
4. Kecelakaan : tidak ada
5. Riwayat imunisasi
Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG,
polio, campak, dan hepatitis kecuali DPT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An.F mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada

penyakit keturunan.

3.1.4 Riwayat Tumbuh Kembang

a. Motorik kasar:
An. F tengkurap pada saat berumur 4 bulan
An. F duduk pada saat berumur 6 bulan
An. F berdiri pada saat berumur 8 bulan
An. F berjalan pada saat berumur 2 tahun
b. Motorik halus:
Sampai umur 3 tahun ini An. F sudah bisa menulis coret- coretan.
c. Kognitif dan bahasa:

14
Umur 3 tahun ini An. F sudah mengerti apa yang diperintahkan
padanya, dan mengerti dan bisa menjawab apa yang ditanyakan
padanya. Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara
umur 12 bulan
d. Psikososial:
Ibu An. F mengatakan sebelum dirawat An. F lincah, ceria, dan sering
bermain dengan teman-temannya.

3.1.5 Riwayat Nutrisi


Ibu mengungkapkan An.F diberikan ASI mulai lahir sampai
berumur 1,5 tahun. Pertama kali anak diberi makanan tambahan pada
usia 5 bulan. Makanan tambahan berupa bubur nasi yang dihaluskan,
lama pemberian 8 bulan. Pada saat pengkajian, BB 11 kg, dan tinggi
105 cm.

3.1.6 Riwayat Sosial


a. Yang mengasuh klien: Keluarga ( Ibu dan bapaknya ).
b. Hubungan dengan anggota keluarga: An. F merupakan anak kandung
dengan 2 bersaudara dari ibu Mirawati dan Bapak Noviandi . An. F
lebih dekat dengan ibunya dibandingkan dengan bapaknya.
c. Hubungan dengan teman sebaya: Sebelum sakit An. F berteman baik
dengan teman- teman sebayanya.
d. Pembawaan secara umum: Normal, tidak mengalami kelainan mental
ataupun IQ yang lemah.
e. Lingkungan rumah: Rumah kayu, WC didalam rumah, ventilasi kurang,
sampah dibuang kekali dekat rumah

3.1.7 Riwayat Spiritual


Kedua orang tua klien rajin shalat 5 waktu sebelum anaknya sakit
dan mereka berharap bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan
menyelamatkan anaknya.

15
3.1.8 Reaksi Hospitalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
b. Dokter menceritakan penyakit anaknya adalah penyakit yang agak
berat.

3.1.9 Pemeriksaan Fisik dan Neurologis


1. Keadaan umum : Kesadaran somnolen; TD 120/ 85 mmHg;
Suhu: 390 C; N: 136; RR: 28x/menit
2. TB/BB : 105 cm/11 kg
3. Kepala : Kulit kepala bersih
4. Rambut : kebersihan (berminyak); warna (hitam);
tekstur (kasar); distribusi rambut(merata)
5. Mata : bola mata berputar- putar
a. Sklera : non ikterik
b. Konjungtiva : anemis
c. Pupil :ukuran 2mm; reaksi cahaya (+).
6. Telinga :
a. Simetris : ya
b. Serumen : ada
c. Pendengaran: tidak terkaji
7. Hidung :
a. Septum simetris : ya
b. Sekret : ada
c. Polip : tidak ada
8. Mulut : Kebersihan (kurang); Warna (pucat);
Kelmbaban (kering)
a. Lidah : kotor
b. Gigi : ada caries pada giginya
9. Leher :
a. Kelenjer getah bening :
Teraba di colli dextra dan di inguinal dextra ada 3 bh
b. Kelenjer tiroid :

16
Tidak ada pembengkakan
c. JVP : 5-2 cm H20
10. Dada :
a. Inspeksi : retraksi dinding dada
b. Palpasi : normal
11. Jantung :
a. Inspeksi : iktus cordis di RIC V
b. Auskultasi : takikardi
c. Palpasi : normal
12. Paru-paru :
a. Inspeksi : simetris, memakai otot pernapasan
b. Palpasi : abnormal

c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : terdengar bunyi ronkhi
13. Perut :
a. Inspeksi : normal
b. Palpasi : distensi ( + )
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : normal
14. Punggung : bentuk normal
15. Ekstremitas :
Kekuatan otot normal, tonus otot meningkat
16. Genitalia : tidak dikaji
17. Kulit :
a. Warna : sawo matang
b. Turgor : kapiler refill> 4 detik
c. Integritas : kering dan bersisik
d. Elastisitas : elastis
3.1.10 Pemeriksaan Neurologis
1. Kaku kuduk :+
2. Tanda Kernig : +
3. Brudzinski I dan II : +

17
4. GCS E2M4V3

3.1.11 Pemeriksaan Psikososial


Saat dilakukan pengkajian An. F dalam keadaan tidak sadar dan mengalami
kejang.

3.1.12 Pemeriksaan Spiritual


Klien dan kedua orang tuanya beragama Islam. Kedua orang tua An. F
mempercayakan keselamatannya pada Yang Maha Kuasa.

3.1.13 Pemeriksaan Penunjang


5. Laboratorium :
Hb : 8,4 gr%
Leukosit : 15.000/mm3
Trombosit : 400.000/mm3
Na = 141 mmol/L
K = 4,4 mmol/L
Ca = 10,4 mg
Warna CSF : Keruh/purulent

3.1.14 Kebutuhan Dasar Sehari-hari


No Jenis kebutuhan Di rumah/sebelum sakit Di rumah sakit

1 Makan Normal Terpasang NGT

2 Minum Kurang minum Air putih,susu,

3 Tidur Normal (10 jam) < 10 jam

4 Mandi 2x/ hari 1x/hari

5 Eliminasi Normal Inkontinensi

6 Bermain Lincah, ceria, sering bermain dengan Tidak antusias

teman2nya

18
3.2 Aplikasi NANDA, NOC, NIC (terlampir)

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Meningitis adalah peradangan pada selaput otak atau meningen baik


disebabkan oleh onfeksi virus maupun bakteri. Meningen juga bisa menjdai
infeksi sekunder (komplikasi), seperti sinusitis, otitis media, pneumonia,
parotitis dan lain-lain.

Meningitis dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu meningitis asepsis,


sepsis dan meningitis tuberkulosa.

Adapun manifestasi klinik atau gejala dan tanda orang yang menderita
meningitis adalah sakit kepala, demam, penurunan tingkat kesadaran, sedikit
gangguan memori, mual dan muntah dan sebagainya.

4.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga


bermanfaat bagi kita semua khususnyya bagi tim penulis dan semua
mahasiswa keperawatan, khusunya Mahasiswa Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan
pengetahuan.

Kami sebagai penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang


menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, naik dari segi isi
maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-
perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.

20

Anda mungkin juga menyukai