Konsep Hemodialisa
Konsep Hemodialisa
OLEH:
201710461011008
2018
KONSEP HEMODIALISA
a. HEMODIALISA
1. Definisi
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau
End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau
permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang
toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan
Madjid, 2010). Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi
sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal
ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat.
Penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah kematian.
Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak
mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang
dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas
hidup pasien (Brunner & Suddarth, 2006 ; Nursalam, 2010).
2. Tujuan Terapi
Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang
lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas
hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal serta Menggantikan fungsi
ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain (Suharyanto dan Madjid,
2010).
3. Indikasi
Hemodialysis diindikasikan pada pasien dalam kedaan akut yang memerlukan
tetapi dialysis jangka pendek atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir yang
memerlukanterapi jangka panjang/permanen. Indikasi dilakukan hemodialysis
pada penderita gagal ginjal adalah:
a. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit
b. Hyperkalemia
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum lebih dari 200mg/dl
e. Kelebihan cairan
f. Anusia berkepanjangan lebih dari 5 kali.
4. Kontra Indikasi
Menurut Suharyanto dan Madjid (2010) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan
sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2011) kontra indikasi
dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada
hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra
indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia
multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan
keganasan lanjut (PERNEFRI, 2010).
5. Penatalakasanaan pasien yang menjalani hemodialisis
Hemodialisis merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai upaya
memperpanjang usia penderita. Hemodialisis tidak dapat menyembuhkan
penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisis dapat meningkatkan
kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal (Anita, 2012). Pasien
hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam gizi
yang baik.
Gizi kurang merupakan prediktor yang 20 penting untuk terjadinya kematian
pada pasien hemodialisis. Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan
50 % terdiri atas asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium
diberikan 40-70 meq/hari.
Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium
seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.
Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah
insensible water loss. Asupan natrium dibatasi 40- 120 mEq/hari guna
mengendalikan tekanan darah dan edema.
Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya
mendorong pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama
periode di antara dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar. Banyak
obat yang diekskresikan seluruhnya atau atau sebagian melalui ginjal.
Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik,
antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar
kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa
menimbulkan akumulasi toksik. Resiko timbulnya efek toksik akibat obat harus
dipertimbangkan (Hudak & Gallo, 2010).
6. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi terapi dialisis mencakup beberapa hal seperti hipotensi, emboli
udara, nyeri dada, gangguan keseimbangan dialisis, dan pruritus. Masing – masing
dari point tersebut (hipotensi, emboli udara, nyeri dada, 21 gangguan
keseimbangan dialisis, dan pruritus) disebabkan oleh beberapa faktor. Hipotensi
terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisis natrium, penyakit jantung, aterosklerotik, neuropati otonomik,
dan kelebihan berat cairan. Emboli udara terjadi jika udara memasuki sistem
vaskuler pasien (Hudak & Gallo, 2010 ). Nyeri dada dapat terjadi karena PCO₂
menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh, sedangkan
gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan
muncul sebagai serangan kejang.
Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia
yang berat. Pruritus terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme
meninggalkan kulit (Smelzer, 2012) Terapi hemodialisis juga dapat
mengakibatkan komplikasi sindrom disekuilibirum, reaksi dializer, aritmia,
temponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, neutropenia, serta
aktivasi komplemen akibat dialisis dan hipoksemia, namun komplikasi tersebut
jarang terjadi. (Brunner & Suddarth, 2010).
7. Terapi pada pasien dengan gagal ginjal kronik
Adapun terapi untuk pasien gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5 yaitu pada
LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal.
1. Hemodialisis adalah suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme
melalui membran semipermeabel
atau yang disebut dialyzer. Sisa-
sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah
manusia itu dapat berupa air,
natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zatzat
lain. Hemodialisis telah menjadi
rutinitas perawatan medis untuk
End Stage Renal Disease (ESRD).
Salah satu langkah penting
sebelum memulai hemodialisis
yaitu mempersiapkan access
vascular beberapa minggu atau beberapa
bulan sebelum hemodialisis. access
vascular memudahkan dalam
perpindahan darah dari mesin ke tubuh pasien. Hemodialisis umumnya
dilakukan dua kali seminggu selama 4-5 jam per sesi pada kebanyakan pasien
ESRD. Menurut data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)
tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah pasien baru yang menjalani
hemodialisis dari tahun ke tahun. Tindakan terapi dialisis tidak boleh
terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia dan malnutrisi. Tetapi
terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien gagal ginjal kronik yang
belum mencapai tahap akhir dalam perburukan fungsi ginjal.
2. Akhir-akhir ini sudah populer CAPD di pusat ginjal dan luar negeri. CAPD
dapat digunakan sebagai terapi alternatif dialisis untuk penderita ESRD
dengan 3-4 kali pertukaran cairan per hari. 14 Pertukaran cairan terakhir
dilakukan pada jam tidur
sehingga cairan peritoneal
dibiarkan semalam. Terapi
dialisis tidak boleh terlalu cepat
pada pasien dialisis peritoneal.
Indikasi dialisis peritoneal yaitu
pasien anak-anak dan orang tua
(umur lebih dari 65 tahun),
pasien-pasien yang telah
menderita penyakit sistem
kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan
bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien
dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih
cukup dan pasien nefropati diabetik disertai comorbidity dan co-mortality .
Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan
dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah
dari tempat tusukan vaskuler ke alat dializer. Dializer adalah tempat dimana
proses HD berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam
darah dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler merupakan tempat keluarnya
darah dari tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh
penderita. Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit. Lokasi
pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan
dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan
kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu
tubuh dapat menimbulkan komplikasi. Sistem monitoring setiap mesin HD
sangat penting untuk menjamin efektifitas proses dialisis dan keselamatan.
Pada saat proses Hemodialisa, darah kita akan dialirkan melalui sebuah
saringan khusus (Dialiser) yang berfungsi menyaring sampah metabolisme dan
air yang berlebih. Kemudian darah yang bersih akan dikembalikan kedalam
tubuh. Pengeluaran sampah dan air serta garam berlebih akan membantu tubuh
mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh jadi lebih seimbang.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya lebih
besar mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya akan
memindahkan lebih banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih
kecil, khususnya dalam tingkat aliran darah yang tinggi. Kebanyakan jenis
dialisator memiliki permukaan membran area sekitar 0,8 sampai 2,2 meter persegi
dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500 ml/min. KoA yang
dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan
maksimum dari dialisator dalm tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik
tingkat alirannya. Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam hemodialisis
adalah konsep fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan tidak viskous
(tidak ada geseran dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui lintasan
tertentu, mengalir secara stasioner, dan tidak termampatkan (incompressible) serta
mengalir dalam jumlah cairan yang sama besarnya (kontinuitas).
a. Pengkajian Anamnesis
- Kaji identitas klien
- Rasional: memudahkan kelengkapan asuhan
- Kaji adanya progam dokter tentang pelaksanaan hemodilasis
Rasional: Sebagai peran kolaboratif untuk melaksanakan intervensi
keperawatan yang sesuai dengan progam dokter
- Shunt/ Tandur
Rasional: dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan
jarum dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong
pembuluh arteri atau vena dari sapi, materia; gore tex (heterografi) atau
tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila
pembuluh darah pasien tidak cocok untuk dijadikan fistula. Tandur biasanya
dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan
sistem vaskular yang terganggu seperti pasien diabetes, biasanya memerlukan
pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis. Oleh karena tandur
tersebut merupakan pembuluh darah artifisial, risiko infkesi akan meningkat.
c. Pengkajian Penunjang
- Kaji pemeriksaan laboratorium
Rasional: pemeriksaan lab menjadi parameter untuk dilakukan
hemodialisis, meliputi Hb, Hematokrit, kadar albumin, BUN, Kreatinin dan
elektrolit.
d. Perawatan Hemodialisa
1. Perawatan sebelum hemodialisis (Pra HD)
a. Persiapan mesin :
o Listrik
o Air (sudah melalui pengolahan)
o Saluran pembuangan
o Dialyzer (ginjal buatan)
o AV Blood line
o AV Fistula/ Abocath
o Infuse set
o Spuit 50cc, 5 cc
o Insulin, Heparin Injeksi
o Xylocain (anestesi local)
o Nacl 0,90%
o Kain Kasa/ Gaas Steril
o Persiapan peralatan & obat
o Duk steril
o Sarung tangan steril
o Bak & mangkuk steril kecil
o Klem, Plester
o Desinfektan (alkohol)
o Gelas ukur
o Timbangan BB
o Formulir Hemodialisis
o Sirkulasi darah
b. Langkah – langkah:
o Letakkan GB (ginjal buatan) pada holder dengan posisi merah diatas
o Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah
o Hubungkan uung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL
dihubungkan dengan alat penampung/ matkan
o Letakkan posisi GB terbalik yaitu yang tanda merah dibawah, biru
diatas
o Gantungkan NaCl 0,9% (2-3 Kolf)
o Pasang inus set pada kolf NaCl
o Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat
khusus
o Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk hubungan
tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan)
o Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set
o Jalankan Qb dengan kecapatan kurang lebih dari 100 ml/m
o Udara yang ada dalam GB harus hilang sampai bebas udara degan
cara menekan nekan VBL
o Air trap/ bubble trap disisi 2/3 – ¾ bagian
o Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan
o Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung
VBL, klem tetap dilepas
o Masukan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U
o Ganti kolf NaCl dengan baru yang telah diberi heparin 500 U dan
klem infus dibuka
o Jalankan sirkulasi darah dan soaking (melembabkan GB) selama 10-
15 menit sebelum dihubungkan dengan sirkulasi sistemik pasien
c. Catatan Istilah dalam kegiatan Hemodialisa Persiapan Sirkulasi:
o Rinsing (Membilas GB + VBL + ABL)
o Priming (Mengisi GB + VBL + ABL)
o Soaking (Melembabkan GB)
Cara melembabkan GB yaitu dengan menghubungkan GB
dengan sirkulasi dialisat. Bila mempergunakan dialyzer reuse/
pemakaian GB ulang:
o Buang formalin dari kompartemen darah dan kompartemen dialisat
o Hubungkan dialyzer dengan selang dialisat biarkan kurang lebih 15
menit pada posisi rinse.
o Test formalin dengan tablet clinitest:
Tampung cairan yang keluar dari dialyzer atau drain ambil 100
tts ( 1/ 2 cc) masukkan ke dalam tabung gelas, masukan 1 cairan tablet
clinitest ke dalam tabung gelas yang sudah berisi cairan. Lihat reaksi: