Anda di halaman 1dari 68

BAB 6

PENDEKATAN METODOLOGI
VI.1. U M U M
Titik berat lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah
melaksanakan Pekerjaan Perencanaan Teknis Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan lengkap dan terperinci sedemikian rupa sehingga tercapai
penyesuaian terhadap tingkat optimum dari pelaksanaan pembangunan.

Agar hasil pekerjaan benar-benar sesuai dengan semua syarat-


syarat dan ketentuan-ketentuan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam
Kerangka Acuan Kerja dan berdasarkan pada apa yang telah kami
pelajari dari kegiatan-kegiatan yang sejenis, kami merumuskan langkah-
langkah pendekatan dan metodologi yang paling efektif untuk diterapkan
pada kegiatan ini, sehingga diharapkan akan didapat hasil pekerjaan
yang sesuai latar belakang serta maksud dan tujuan diadakan kegiatan.

Perincian mengenai pendekatan umum dan metodologi yang


Konsultan rencanakan untuk digunakan pada kegiatan ini diuraikan
pada sub bab berikut ini.

VI.2. STANDAR PERENCANAAN

Standar perencanaan yang kami gunakan sebagai pedoman dalam


melakukan pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan adalah sebagai berikut :
- Untuk perencanaan jalan digunakan Standart Perencanaan
Geometrik Jalan Raya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga Nomor 13.1970 bersifat mengikat.
- Untuk perhitungan tebal perkerasan jalan digunakan Peraturan
Penentuan Tebal Perkerasan (Fleksible) Jalan Raya Direktorat
Jenderal Bina Marga Nomor : 04/PDBM/74 *)serta Petunjuk
Perencanaan Jalan Raya dengan Metoda Analisa Komponen SKBI-
2.3.26.11987, UDC : 625.73 (02) bersifat mengikat.
*) Catatan : Dengan memperhatikan pula buku : "Tinjauan terhadap buku
Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Fleksibel Jalan Raya No.
04/PDBM/74 Direktorat Jenderal Bina Marga Maret 1977.

Bab. VI : 1
- Spesifasi Standart untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota
(Rancangan Akhir) Sub Direktorat Perencanaan Teknis Jalan Bipran
Bina Marga, Desember 1990.
- Ketentuan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini.

VI.3. TAHAP PRA DESAIN

VI.3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN KONSULTAN

Segera setelah konsultan menerima Surat Perintah Mulai Kerja


atau surat resmi lainnya dari Pemberi Tugas, maka konsultan segera
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam masa pra
konstruksi ini antara lain, menyediakan kantor dan perlengkapannya,
memobilisasi personil yang diperlukan, memobilisasi kendaraan dan
fasilitas lainnya, menyiapkan formulir-formulir standar yang akan
dipakai selama masa pekerjaan perencanaan.

Adapun formulir-formulir standar yang dimaksud antara lain


formulir untuk keperluan survai topografi, inventarisasi jembatan,
inventarisasi jalan masuk ke jembatan/ jalan pendekat, penyelidikan
tanah, survai sumber material dan formulir-formulir pendukung
lainnya.

Seluruh penyediaan formulir diusahakan selesai pada masa


persiapan pekerjaan, hingga dapat digunakan pada saat pekerjaan
pengumpulan data lapangan mulai dilaksanakan. Konsultan akan
memobilisir team-team lapangan agar mereka juga dapat
mempersiapkan tugas-tugasnya di lokasi kegiatan.

Pada tahap ini Konsultan akan berdiskusi dengan Asissten


Perencanaan dan Pengendali Kegiatan untuk hal-hal yang dianggap
penting. Hal ini akan dibahas pada Pra Konstruksi.

Dari hal tersebut apabila segala sesuatunya disiapkan dengan baik


diharapkan masa pelaksanaan perencanaan akan berjalan lancar.

VI.3.2. RAPAT PRA DESAIN

Setelah Konsultan menerima SPMK maka Konsultan memohon


diadakan rapat pra desain dengan mengundang pihak pemberi tugas
untuk menata kerja sama yang baik mengenai prosedur melaksanakan
suatu pekerjaan, pengertian yang sama mengenai hasil yang diinginkan

Bab. VI : 2
sesuai Spesifikasi Kontrak, menyepakati dan memahami bersama untuk
administrasi, penagihan/pembayaran serta metode kerja yang diikuti

Apabila hasil rapat Pra Desain terselenggara dengan baik akan


bermafaat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan, hasil rapat serta hasil
tanya jawab rapat tersebut akan dicatat dalam suatu notulen/berita
acara rapat dan dibagikan kepada semua pihak yang hadir.

VI.4. PENDEKATAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

Tugas konsultan sesuai dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah


untuk mendapatkan konsep perencanaan dan detail desain dalam
gambar dan dokumen yang terpadu sehingga menjadi pegangan pada
waktu pelaksanaan pembangunan di lapangan.

Hasil dari perencanaan teknik adalah mencakup kumpulan


dokumen teknik yang dapat memberikan gambaran produk yang ingin
diwujudkan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Ketentuan teknis
- Keadaan serta faktor pengaruh lingkungan dan menggambarkan hasil
optimal sesuai dengan kebutuhan pemakai serta penghematan biaya.

Bagian-bagian pokok dari pekerjaan perencanaan teknik ini akan


disajikan dalam Blok Diagram pada gambar 6.1.

Bab. VI : 3
Tahap Perkiraan Biaya
Tahap Tahap Survai Lapangan Dan Tahap Laporan
Perhitungan Dan Dan Penyiapan
Persiapan Analisa Data Perencanaan Penggambaran Akhir
Dokumen Lelang
Pengukuran Perencanaan
Topografi Geometrik

Perencanaan
Inventarisasi Jalan, Perkerasan
Jembatan, Gorong-
gorong, Drainase
Samping Dan
Sumber Material
Perhitungan

Pekerjaan Survai Perencanaan Volume & Laporan


Penggambaran
Persiapan Pendahuluan Talud Perkiraan
Akhir
Biaya
Bab. VI :

Penyelidikan
Tanah
Perencanaan
Gorong-gorong

Dokumen
Lelang

Survai Lalu Perencanaan


Lintas Drainase
Samping

Gambar 6.1
DIAGRAM HUBUNGAN AKTIFITAS PEKERJAAN POKOK PERENCANAAN
1
6.4.1. SURVAI PENDAHULUAN DAN INVESTIGASI LAPANGAN

Hal-hal penting lainnya yang harus dilakukan konsultan pada tahap


awal pekerjaan adalah mengiventarisir kondisi lapangan dengan jalan
melakukan Survai Pendahuluan. Sehingga didapatkan informasi umum
tentang kondisi awal STA sampai dengan akhir STA yang akan ditangani
dan guna penentuan langkah kerja selanjutnya.

Adapun informasi awal yang dimaksud meliputi :


- Data mengenai kondisi jalan dan elemen-elemen yang rusak serta
usulan/perkiraan alternatif penanganannya.
- Meninjau apakah jalan lama perlu adanya relokasi.
- Menyelidiki secara visual kondisi tanah sepanjang ruas jalan.
- Meninjau volume lalu lintas yang ada, apakah perlu jalan
alternatif lain jika jalan dibangun.
- Data banjir terbesar dan erosi yang pernah terjadi.
- Bahan-bahan yang tersedia yang dapat menentukan macam
konstruksi yang paling menentukan.
- Data lain yang diperlukan yang dianggap penting
- Usulan-usulan lain dari Dinas Pekerjaan Umum Propinsi - ,
Pengambilan foto dan gambar
Selama kegiatan survai pendahuluan ini, Konsultan akan mengecek
semua data di lapangan, memberi koreksi-koreksi seperlunya serta
mengambil keputusan apa yang harus dimasukkan pada saat desain.
Khusus dalam memenuhi kebutuhan perencanaan teknik jalan, dalam
survai ini ditentukan :
- Tipe pondasi dan lapis perkerasan yang paling sesuai untuk lokasi
tersebut sehubungan dengan material dan kondisi tanah yang ada
- Type penanganan jalan.
- Menentukan relokasi jalan bila ada, lengkap dengan sketsa situasi
terhadap jalan lama.
- Membuat titik referensi dari beton.
- Mencatat material yang tersedia
- Menentukan jenis penyelidikan tanah yang diperlukan
Semua hasil survai pendahuluan akan dilaporkan dalam bentuk
Laporan Survai Pendahuluan lengkap dengan foto asli.

CV. POROS TATA RENCANA 2


6.4.2. PENGUKURAN TOPOGRAFI
Pekerjaan pengukuran yang dimaksud disini adalah untuk mendapatkan
data lapangan yang hasil akhir berupa :

Peta situasi secara konkrit, lengkap dengan garis-garis kontur, Gambar


trace jalan dan bangunan lainnya yang diperlukan dan Profil melintang
jalan.

Lingkup Pekerjaan ini meliputi : - Persiapan


- Pemasangan Bench Mark (pilar beton) yang dipergunakan sebagai titik
kontrol pengukuran dan pemetaan.
- Pengukuran poligon (Tranverse).
- Pengukuran waterpass (Levelling).
- Penentuan Azimut Matahari.
- Pengukuran situasi.
- Pengukuran Cross Section.
- Perhitungan dan penggambaran

Peralatan yang diperlukan antara lain meliputi :


- Theodolit dengan ketelitian 1" (misal Wild T2)
- Theodolit dengan ketelitian 20" (misal Wild T1) atau total station
- Waterpass otomatis (Wild NAK2)
- Alat ukur jarak meteran (meetband 50 M) - Rool meter (3 M) / walking
meassure
- Bak ukur
- Statip theodolit & waterpass - Payung
- Formulir / buku ukur
- Patok kayu/paku payung dan atau BM jika diperlukan - Paku, cat dan
lain-lain

Alat Ukur
Semua alat ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dan memenuhi
ketelitian sesuai dengan persyaratan teknis masing-masing pengukuran,

CV. POROS TATA RENCANA 3


sebelum memakai semua alat ukur tersebut sudah didapat persetujuan
dari Direksi lapangan.

Buku Ukur
Data hasil pengukuran akan dicatat dalam formulir buku ukur,
disesuaikan dengan Pedoman dari Bina Marga.
Data ukur teknis dengan pensil min 2H, kalau salah akan dicoret, tidak
boleh dihapus atau ditimpa.
Pada setiap buku ukur akan dicatat : Nama juru ukur, jenis dan nomor
alat ukur, seksi, tanggal serta kaedaan cuaca pada saat pengukuran
dilakukan.

A. Teknis Pelaksanaan Pengukuran.


Pekerjaan pengukuran bertujuan untuk mendapat data lapangan guna
pembuatan peta situasi, profil memanjang dan melintang yang selanjutnya
akan dipakai sebagai dasar perencanaan.
a. Pekerjaan Persiapan.
Pekerjaan persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
i) Persiapan Administrasi.
- Pembuatan detail Time Schedule, jadwal personil, jadwal
penggunaan peralatan.
- Persiapan ijin survai
- Persiapan peta kerja dan data tentang lokasi pekerjaan,
transportasi dan lain-lain.
- Persiapan buku ukur, alat-alat tulis dan alat gambar
- Persiapan buku-buku kerja harian, formulir-formulir untuk
laporan harian, mingguan dan bulanan.
ii) Persiapan teknis
Penyiapan tenaga-tenaga pelaksana yang meliputi koordinator
pengukuran, surveyor, draftman, juru hitung dan tenaga lokal.
Penyiapan peralatan pengukuran serta alat bantu lainnya.
Pemberian penjelasan kepada semua personil mengenai pembagian
kerja, methode pelaksanaan, rencana kerja, kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi dan cara mengatasinya, serta syarat-syarat teknis
yang diminta
iii) Persiapan data/peta.
Peta situasi skala 1 : 5000 bila ada dan peta topografi skala 1 :
25.000 sebagai peta kerja yang telah dilengkapi dengan lay out
definitif yang direncanakan, dalam jumlah yang cukup yaitu paling

CV. POROS TATA RENCANA 4


tidak masing-masing 3 buah yaitu untuk pelaksanaan dilapangan,
dipasang Base Camp dan untuk ploting patok.
Data titik ikat yaitu titik-titik tinggi yang akan digunakan sebagai
titik-titik referensi atau titik trianggulasi.

b. Pemasangan Bench Mark dan Patok

i) Bench Mark dipasang sebelum dilakukan pengukuran, dipasang tiap


1 Km ditempat yang aman yang keadaan tanahnya stabil dan lokasi
mudah dicari kembali. Setiap Bench mark akan diberi nomor kode
yang teratur sesuai dengan petunjuk Direksi lapangan (misalnya
BM.I, BM.2 ... dan seterusnya). Ukuran Bench Mark untuk titik
kontrol pengukuran situasi 20x20x7S cm dan dipasang tiap
kilometer. Patok akan ditanam sedemikian rupa sehingga bagian
patok yang ada diatas tanah adalah kurang lebih 20 cm.

ii) Patok kayu dibuat dari kayu diameter ukuran (3x4x40) untuk jalan
tanah) atau paku payung (untuk jalan aspal) dipasang setiap jarak
5O m untuk jalan lurus dan landai serta setiap jarak 25 meter untuk
daerah-daerah tikungan dan berbukit, serta diberi nomor stasioning
yang tercantum.

c. Pengikatan Terhadap Titik Tetap

Semua pengukuran yang dilakukan oleh konsultan akan diikatkan


dengan titik yang ada (titik triangulasi, titik NWP, Bench Mark dan
sebagainya). Dari hasil pengukuran ke titik tetap yang ada, konsultan
akan melakukan evaluasi apakah hasil pengukuran sudah memenuhi
persyaratan teknik atau belum. Untuk keperluan tersebut, maka hasil
pengukuran beda tinggi dibandingkan dengan data beda tinggi titik
tetap yang ada di peta topografi.

Dimisalkan ada 5 (lima) titik trianggulasi, maka dihitung selisih hasil


ukuran dengan data yang ada sebagai berikut :

Beda tinggi Beda tinggi Beda tinggi


No. Titik
yang ada ukuran ukuran
Trainggulasi
h hU h -  hU
T1 12 12U 12
T2 23 23U 23
T3 34 34U 34
T4 45 45U 45
T5

CV. POROS TATA RENCANA 5


Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, apabila selisih antara hasil
pengukuran dan data yang ada terlalu besar maka hasil pengukuran
harus diperiksa lagi. Apabila selisih antara hasil ukuran dengan data
yang ada sudah memenuhi syarat, maka hail perhitungan dapat
digunakan untuk proses perhitungan cross section dan situasi.

Bila daerah pengukuran tidak terdapat titik tetap, maka Direksi


lapangan akan menunjukan titik tertentu yang terdapat dilapangan
dan memasang baut sebagai tanda titik tetap.

Direksi lapangan menetapkan koordinat dan ketinggian titik tetap,


semua koordinat titik-titik hasil pengukuran ditentukan berdasarkan
salib sumbu pada titik tersebut.

d. Pengukuran Poligon
i ) Kontrol Poligon (Umum)
Basis poligon meliputi medan ukur yang akan dipetakan. Poligon
tersebut merupakan jaring jaring tertutup (close loop) dan dikaitkan
ke titik trianggulasi yang ada atau titik-titik tetap poligon. Kaki-kaki
poligon harus sepanjang mungkin dan sistem statip tetap (fixed
tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini akan dipakai untuk
mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan.
Apabila mungkin titik-titik trianggulasi yang ada akan digunakan
sebagai azimut ahkir. Titik-titik trianggulasi yang akan digunakan
harus saling berhubungan dengan titik trianggulasi yang lain.
Untuk mengontrol orientasinya, akan diadakan pengamatan azimut
matahari, jika titik-titik trianggulasi yang sudah ada tidak terlihat
lagi, dan/atau pada interval 25 titik disepanjang masing-masing
poligon.
Poligon terdiri atas Poligon Utama dan Poligon Cabang
Bila daerah pengukuran tidak terdapat titik tetap, maka Direksi
lapangan akan menunjukan titik tertentu yang terdapat dilapangan
dan memasang baut sebagai tanda titik tetap.
Direksi lapangan menetapkan koordinat dan ketinggian titik tetap,
semua koordinat titik-titik hasil pengukuran ditentukan
berdasarkan salib sumbu pada titik tersebut.

ii) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal

Poligon Utama
- Statip akan ditempatkan pada tanah yang stabil untuk
memperoleh hasil pengamatan sudut horisontal yang teliti
polygon yang melalui daerah sawah akan diikuti secara hati-hati

CV. POROS TATA RENCANA 6


untuk menghindari lokasi- lokasi sulit di daerah genangan sawah
atau pada pematang-pematang yang tidak stabil.
- Semua Theodolite akan dalam keadaan baik dan setelahnya akan
diperiksa terus selama pengamatan berlangsung. Kalibrasi akan
diperiksa apabila melebihi 1' (satu menit). Pelaksanaan pekerjaan
akan menyiapkan semua catatan yang berkenan dengan
pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan.
- Theodolite akan mampu mengukur sampai 1 " (satu detik) dan
dilengkapi dengan semua bagian bantu yang diperlukan.
- Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada
saat melakukan sentring maka perlu digunakan 4 buah statip
dan 4 buah triback.
Selama pengamatan berlangsung statip dan triback tersebut akan
tetap berada satu titik, hanya target dan Theodolite saja yang
berpindah/berubah. Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir
dan pekerjaan hari berikutnya mulai, sentring akan dilakukan
dengan hati-hati. Hal yang sama berlaku juga pada waktu
dilakukan pengamatan ulang di tempat yang sama. Kedudukan Nivo
kasar (circular bubble), dan pengunting optik (optical Plamur) harus
sering diperiksa dengan bantuan untingunting gantung dan
penyesuaian-penyesuaian dilakukan bila perlu.
- Sebelum pengamatan dilakukan Theodolite akan distel
sebaikbaiknya, peng-ukuran sudut horisontal dilakukan
minimum 2 kali pengamatan, untuk satu kali pengamatan
dilakukan sejumlah pembacaan dengan urutan sebagai berikut:
 1 Bidik Kiri (FL) untuk bacaan target belakang. 1 Bidik kiri
(FL) untuk bacaan target kedepan
 1 Bidik kanan (FR) untuk bacaan target kedepan
 1 Bidik kanan (FR) untuk bacaan target kebelakang
- Dua kali pengamatan diambil dari titik nol secara terpisah
0°01' dan 90°08', jika pengamatan lebih lanjut diperlukan
maka digunakan 45°02' dan 135°07'.
- Semua hasil pengamatan direduksi dilapangan. Jika
perbedaan antara kempat harga sudut yang diperoleh ( 2 FL, 2
FR) melebihi 5", maka babak- babak selanjutnya akan diamati.
Semua buku catatan lapangan akan diserahkan

CV. POROS TATA RENCANA 7


Polygon cabang

Metode pengukuran sama deng~n untuk polygon utama, hanya


pada butir 6, pengukuran sudut horisontal dilakukan 1 (satu) kali
pengamatan.

iii)Pengukuran Titik Kontrol


- Dua seri sudut vertikal (masing-masing terdiri dari satu
pengamatan FL dan satunya lagi FR) akan diamati dari
masingmasing ujung garis untuk mereduksi jarak kearah
horisontal.
- Sebelum pembacaan dilakukan kedudukan nivo tabung akan
tepat ditengah, agar kedudukan alat mendatar: Apabila dilengkapi
dengan kompensator otomatis, maka alat ini akan di cek terlebih
dahulu sebelum pembacaan dimulai untuk mengetahui apakah
alat tersebut berfungsi dengan baik.
- Seluruh hasil pengamatan akan direkduksi di lapangan jika
terdapat perbedaan harga dari dua seri sebesar 15" segera
dilakukan pengamatan ulang.
- Pada saat dilakukan pembacaan sudut vertikal, pengamat akan
memeriksa indeks lingkaran tegak kalimasi agar tidak
mempunyai perbedaan menyolok pada setiap set.
- Indeks lingkaran tegak/kilomasi akan disesuiakan apabila
perbedaannya melebihi 1 menit.

Iv) Pengukuran Jarak.


- Selama pekerjaan berlangsung pengukuran jarak dilakukan
dengan memggunakan pita ukur baja. Semua hasil pengamatan
akan diberitahukan kepada pihak pemberi kerja.
- Paling sedikit 3 pengukuran dari masing-masing ujung garis
polygon akan diamati. Hasil rata-rata dari kedua ujung garis
tersebut akan mempunyai persamaan lebih dari '-° mm dari jarak
kalau tidak pengamatan tambahan perlu dilakukan misalnya
untuk penentuan garis sejauh 2 km, hasil rata-rata pengamatan
akan lebih dari 3° mm.

CV. POROS TATA RENCANA 8


- Bilamana perlu temperatur dan tekanan udara akan dicatat
untuk memungkinkan dilakukannya koreksi reflaksi yang akan
dilaksanakan pengamatan atau selama perhitungan selanjutnya.

v) Ketelitian Pengukuran Polygon.

Poligon Utama

- Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimuth matahari 10n,


dimana n adalah jumlah titik sudut. Jika kesalahan penutupnya
masih berada dalam toleransi, maka sudut itu akan disesuaikan
dengan azimuth matahari jika toleransi tersebut dilampaui maka
azimuth dan / atau sudut-sudut tersebut akan diulang dan cek.
- Kesalahan penutup linier polygon tidak boleh lebih besar dari 1 :
10000 dari panjang totalnya. Polygon akan dijaga agar pendek
untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring jaring
atau bagian tidak lebih dari 1 meter.

Poligon Cabang

Toleransi untuk kesalahan penutup sudut = 20" JN , dimana


N = banyaknya titik poligon

e. Penyipatan Datar (Waterpass).


Tujuan pengukuran sipat datar adalah mendapatkan beda tix~ggi
antara dua titik. Beda tinggi yang dimaksud adalah jarak antara dua
bidang nivo yang melalui dua titik tersebut.
i) Metode Pengukuran
- Jika jalur pengukuran sipat datar cukup jauh, maka jalur
pengukuran dibagi dalam beberapa seksi.
- Setiap seksi dibuat dalam slag genap.
- Pengukuran akan dilakukan pulang pergi dan harus selesai
dalam satu hari.
- Sebagai kontrol beda tinggi dalam tiap slag akan dilakukan
pengukuran double stand.
- Untuk mengeliminir pengaruh kesalahan garis bidik, akan
diusahakan dalam tiap slag jarak ke muka sama dengan jarak ke

CV. POROS TATA RENCANA 9


belakang atau jumlah jarak kemuka sama dengan jarak ke
belakang.
- Cara perpindahan rambu bergantian antara rambu muka dan
rambu belakang hal ini dimaksudkan untuk mengeliminir
pengaruh kesalahan nol rambu.
- Pembacaan selalu didahulukan ke rambu belakang kemudian ke
rambu muka.
- Sebagai titik kontrol bacaan benang tengah pada rambu
- 2 BT = BA + BB
- dimana : BT = Bacaan Benang Tengah BA= Bacaan Benang Atas
BB = Bacaan Benang Bawah

ii) PeIaksanaan Pengukuran


- Alat yang digunakan sipat datar automatic level Ni- 2 Nak-l, Nak-
2 atau sejenis.
- Saat pengukuran sebaiknya akan dilaksanakan :
 Pergi : jam 06.00 - 11.00
 pulang : jam 15.00 - 18.00
- Pengecekkan baut tripod jangan sampai longgar, sambungan
rambu ukur akan lurus betul, rambu akan menggunakan nivo.
- Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar akan
dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekkan akan dicatat dalam
buku ukur.
- Waktu pembidikkan rambu akan diletakkan diatas alat besi
(Straat Spot).
- Bidikkan rambu akan antara interval 0,50 m & 2,75 m (untuk
rambu yang 3,00 m)
- Jarak bidikkan alat ke rambu maximum 50,00 m
- Usahakan pada waktu pembidikkan jarak rambu muka sama
dengan jarak rambu belakang atau jumlah jarak muka sama
dengan jumlah jarak belakang.
- Usahakan jumlah jarak per seksi selalu genap

CV. POROS TATA RENCANA 10


- Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang yakni
benang atas, tengah dan bawah, dengan urutan sebagai berikut :
 terlebih dahulu : BT
 kemudian : BA dan BB
 checking ~ BA + BB = 2 BT
 langsung dihitung jarak belakang : db = 100 (BAb - BBb)
 jarak muka : d", = 100 (BAm - BBm)
 selisih beda tinggi antara stand I dan II tidak boleh lebih dari 2
mm
- Pengukuran sipat datar akan dilakukan setelah BM dipasang.
- Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang akan melalui
jalur sipat datar atau dekat dengan sipat datar
- Pada jalur yang terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan
cara pergi pulang, sedang pada jalur yang terbuka di ukur dengan
stand ganda (doble stand) dan pergi pulang.
- Batas toleransi untuk kesatahan penutup maximum IOJD mm,
dimana D = jumlah jarak dalam km.

f. Pengukuran Situasi Detail.

Tujuan dari pengukuran situasi adalah untuk menentukan jarak


mendatar dan beda tinggi antara titik pengamat dengan titik yang
dibidik; yang selanjutnya data tersebut akan diolah untuk menentukan
posisi horisontal dan vertikal.

i) Tahap Pengukuran
- Memasang dan mengatur alat diatas titik kontrol yang
mempunyai data koordinat dan elevasi (X, Y, Z)
- Membuat skets lokasi yang meliputi :
 1 skets kontur
 1 skets titik-titik detail
- Setelah selesai membuat skets lokasi, maka dapat dilakukan
pengukuran situasi cara tachimetri.
- Selanjutnya detail yang radial.
- dilakukan pengukuran situasi ke semua titik ada dalam skets
lokasi dengan cara pengukuran

CV. POROS TATA RENCANA 11


- Pada pembuatan peta skets situasi akan dibuat nomor urut
keterangan searah jarum jam.
- Untuk setiap titik detail yang diukur akan dibaca
 tinggi alat (TA)
 nomor titik sesuai dengan skets lokasi (No) 1 benang atas (BA)
 benang tengah (BT) 1 benang bawah (BB)
 sudut miring (m) atau sudut zenith (z) ke titik detail 1 sudut
horisontal ke titik detail
- Dalam setiap pengukuran akan diusahakan bacaan benag tengah
(BT) sama dengan tinggi alat (TA)
- Apabila semua titik detail telah selesai diukur, diahkir
pengukuran akan diukur titik kontrol yang akan digunakan
untuk tempat pengukuran berikut.
- Setelah selesai pengukuran, dapat dilanjutkan pengukuran dititik
berikutnya dengan prosedur yang sama.

ii) Pelaksanaan Pengukuran


- Alat yang digunakan adalah theodolite T-0 atau yang sederajad
ketelitiannya.
- Methode yang digambarkannya adalah raai dan voorstraal
- Ketelitian polygon raai untuk sudut 24 r dimana r = banyaknya
titik sudut. Ketelitian linier polygon raai 1 : 2000
- Semua tampakan yang ada baik alamiah maupun buatan
manusia diambil sebagai titik detail, misalnya bukit lembah, atur
dan lain-lain.
- Kerapatan titik detail akan dibuat sedemikian rupa sehingga
bentuk topograpi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan
sesuai dengan keadaan lapangan.
- Sketsa lokasi detail akan dibuat rapih, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi
- persyaratan mutu yang baik dari peta.
- Pengukuran situasi akan dilebihkan sebesar 250 m dari batas
yang telah ditentukan
- Sudut polygon raai dibaca satu seri
- Ketelitian tinggi polygon raai 10 cm.
- Pehitungan jarak mendatar dan beda tinggi dari titik pengamatan
ke titik detail akan menggunakan rumus :

CV. POROS TATA RENCANA 12


Dd = 100 (BA - BB) cosam
H = 100 (BA - BB) sin m cos m + TA - BT

g. Pengukuran Tampang Melintang.


Maksud pekerjaan adalah untuk mendapatkan gambar tampang
melintang yang benar, lengkap, teliti dan jelas dari setiap lokasi kontrol
point patok station dan patok tambahan yang telah dipasang
disepanjang route survey dengan posisi tegak lurus dengan arah route
survey.
Alat yang digunakan untuk tampang melintang adalah alat ukur sipat
datar jenis automatic arde ke 2. Alat yang digunakan untuk
pengukuran jarak adalah pita ukur baja.
Pengukuran penampang melintang akan dilakukan setiap jarak 50 M
pada bagian jalan lurus dan landai dan jarak 25 M untuk daerah
tikungan dan berbukit. Lebar pengukuran akan mengikuti daerah
sejauh 50 M sebelah kiri kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus
dan 25 M ke sisi luar serta 75 M ke sisi dalam pada bagian jalan yang
menikung.
Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, dasar
goronggorong, tepi bahu jalan, dasar atas gorong-gorong, tepi bahu
jalan, dasar permukaan selokan, saluran irigasi, lantai kendaraan
jembatan dan tebing sungai.

Prosedure pengukuran tampang melintang, dilakukan sebagai berikut :


- Alat yang dipakai dalam keadaan sempurna, kesalahan-kesalahan
pada alat ukur yang mengakibatkan pembacaan yang salah
hendaknya dikoreksi terlebih dahulu.
- Alat ukur sipat datar diusahakan letaknya tidak terlalu jauh,
maximum 50 km dari stasiun yang diukur tamgang melintangnya.
- Alat ukur diatur dalam alat ukur level (gelembung nivo tabung
sudah di tengah)
- Pembacaan hanya pada benang tengah saja.
- Jarak diambil dengan menggunakan pita ukur baja.

Ketentuan batas tampang melintang adalah sebagai berikut:


- Batas pengukuran tampang melintang disepanjang jaringan pipa
sekurang-kurangnya jarak ke kanan dan ke kiri adalah menurut
kebutuhan.
- Tebaran titik tampang melintang pada setiap tampang dibuat
serapat mungkin, sehingga nantinya mewujudkan citra lapangan
yang mendekati citra lapangan sebenarnya.
- Pencatatan hasil pengukuran, dilakukan sebagai berikut :

CV. POROS TATA RENCANA 13


- Sebetum tampang melintang dimulai, juru ukur membuat sket
tampang melintang, sket diatas formulir ukur secara rapi, lengkap,
jelas dan teliti.
- Pencatatan pembacaan benang tengah dilakukan pada waktu
rambu ukur berdiri di titik detail tampang melintang dan teropong
sudah diarahkan ke rambu.
- Hasil sket tampang melintang, pembacaan benang tengah dan
pembacaan jarak dari pita ukur baja ditulis pada formulir ukur
dengan menggunakan tinta dan tidak mudah dihapus.
- Pencatatan data dan penggambaran sket yang salah akan dicoret,
data dan sket yang benar ditulis diatasnya.

B. Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan hasil Pengamatan.

a. Pencatatan
Pelaksana pekerjaan akan menyerahkan contoh-contoh buku lapangan
yang akan dipakai kepada pemberi kerja untuk disetujui.
Pencatatan akan menggunakan bolpoint bertinta hitam dan dilapisi
karbon, hingga diperoleh dua lembar untuk pencatatan yang sama.
Kesalahan akan dicoret satu kali penimpaan angka dan penghapusan
tidak akan diterima.
Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan kelembar pengamatan
sementara pekerjaan berlangsung. Hal ini menyangkut nama
pengamat, tanggal, nomor titik, nomot alat juga penjelasan-penjelasan
lainnya seperti ketinggian alat temperatur dan tekanan udara.
Seluruh lembar data akan disertai tanggal dan tanda tangan pengamat
dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
Seluruh pengamatan dilakukan dilakukan dilapangan diserahkan
kepada pihak pemberi kerja.

b. Reduksi.
Sudut dan jarak perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik
dan diperiksa apakah sudah memenuhi toleransi yang sudah
ditetapkan.
Reduksi jarak termasuk juga koreksi meteorologi, kesalahan titik nol,
alat, kemiringan, muka air laut rata-rata dan koreksi faktor skala
dimana dianggap perlu. '
Pengamatan dilapangan perlu direduksi setiap harinya lalu ditanda
tangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana pekerjaan.
Hasil pengamatan ini akan diarsipkan.

CV. POROS TATA RENCANA 14


c. Pemrosesan
Perhitungan-perhitungan akan dilakukan dua kali secara terpisah
sekali dilapangan dan sekali dikantor.
Penghitungan akan dilakukan dilapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standard ketepatan sebagai yang
dijelaskan pada bagian f dan g.

Untuk kontrol planimeter ini meliputi :


 Pengecekkan hasil perhitungan sudut dan jarak rata-rata. 1
Pengecekkan penutup sudut dan jarak rata-rata.
 Pengecekkan azimuth antara titik-titik triangulasi atau azimuth
mata-hari.
 Penyesuian kesalahan sudut.
 Perhitungan dari x dan y untuk mengecek hasil planimetri
Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
 Pemeriksaan hasil hitungan dari dan bacaan belakang, bacaan
muka, dan perbedaan tinggi (h).
 Perbedaan (h) seksi-seksi antara titik-titik.
 Perhitungan dari tiap loop .
 Penyesuaian dari loop dengan methode dill (atau methode lainnya)
agar mem-peroleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada
perhitungan rinci ketinggian nantinya.

Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil


pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim kekantor pelaksana
pekerjaan guna dilakukan perhitungan akhir.
Penyesuaian planimetri yang akan dihitung mencakup seluruh titik
trangulasi yang ada dilapangan.
Penyesuaian hasil pengamatan sudut akan sesuai dengan jumlah
antara titik-titik azimuth triangulasi atau pengamatan azimuth
matahari yang dapat diterima, seperti yang telah ditentukan.
Penyesuaian titik-titik polygon akan sesuai dengan jarak hal ini berarti
bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama
dengan Salah penutup dalam simpangan timur

Seluruh hasil perhitungan, pengamatan dan informasi seperti yang


didaftar dibawah ini akan diserahkan kepada pihak pemberi kerja
untuk mendapatkan persetujuan sementara.
 Urutan cara perhitungan loop atau jalur polygon antara Bench
Mark.

CV. POROS TATA RENCANA 15


 Salah penutup sudut pada setiap bagian/seksi antara azimuth
matahari, azimuth kontrol, atau azimuth yadg diperoleh dari loop
yang berdekatan, bersama-sama dengan jumlah titik dalam setiap
seksi.
 Salah penutup liniair x, y dari tiap loop atau jalur poligon antara
titik simpul dan salah tutup fraksi-fraksi yang dipilih dengan
jumlah titik.
 Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak
dipakai dan lain sebagainya.

Akan dilaksanakan penyesuaian kuadrat terkecil, asalkan kegiatan ini


tidak akan mengakibatkan tertundanya proses berikutnya.

C. Penggambaran dan Ketelitian Penggambaran.

Garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm. Gambar konsep akan
dilakukan diatas kertas putih. Semua Bench Mark dan titik triangulasi
(titik pengikat) yang ada dilapangan akan digambar dengan legenda yang
telah ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan koordinat.
Pada setiap interval 5 (lima) garis kontour dibuat tebal dan ditulis angka
elevasinya. Pencantuman legenda pada gambar akan sesuai dengan apa
yang ada dilapangan. Penarikan kontour lembah/alur atau bukit akan
ada data elevasinya.
Garis sambungan/overlaap peta sebesar 5 cm transparan stabil.
Titik pengikat/referensi peta akan tercantum pada peta dan ditulis
dibawah legenda. Gambar kampung dan sungai akan diberi nama yang
jelas. Gambar kampung, sawah, rawa harus diberi batas
Peta ikhtisar akan tercantum nama kampung, nama sungai, BM, jalan,
jeriibatan dan lain-lain tampakan yang ada didaerah pengukuran.
Interval kontour cukup setiap 0,50 m untuk daerah datar dan 1 m untuk
daerah berbukit.
Lembar peta akan diberi nomor urut yang jelas dan teratur.
Format gambar etiket peta akan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemberi kerja. Sebelum pelaksana memulai
penggambaran akan diasistensikan kepada pemberi kerja (bagian
pengukuran)
Titik polygon utama, polygon cabang dan polygon digambar dengan sistim
koordinat (tidak diperkenankan digambar dengan cara grafis)

CV. POROS TATA RENCANA 16


Apabila ada 2 kontour atau lebih, yang berdekatan dan hampir berimpit
(misalnya batas kampung, tanggul, jalan kelokkan saluran) kontour
digambarkan dengan garis-garis putus yang diperbesar. Garis kontour
akan berhenti pada jalan raya dan sungai besar dalam hal ini garis
kontour tidak boleh digambarkan memotong sungai, tetapi akan berhenti
pada salah satu tebing sungai dan selanjutnya bersambung pada tebing
sungai diseberang lainnya.
Hasi! pengukuran digambarkan dengan skala :

 Skala gambar situasi 1 : 500


 Skala gambar potongan memanjang :
orizontal 1 : 500
Vertikal 1 : 100 Menggunakan
(digunakan kertas standart Bina Marga) kertas standart
 Skala gambar potongan melintang : Bina Marga
Horizontal 1 : 100
Vertikal l : l00
Interval kontur 0,50 m

Daftar koordinat beserta ketinggian titik poligon utama akan dilampirkan.


Hasil penggambaran tersebut akan dileng'kapi dengan :
1. Garis-garis batas Daerah Manfaat Jalan, Daerah Milik Jalan, dan
Daerah Pengawasan Jalan.
2. Persilangan, perpotongan, perhimpitan dan perlintasan Daerah
Manfaat Jalan, Daerah Milik Jalan, dan Daerah Pengawasan Jalan
dengan milik banggunan lain.
3. Bangunan utilitas yang ada dalam, Daerah Milik Jalan, dan Daerah
Pengawasan Jalan.
4. Lokasi dan jenis perlengkapan jalan, lokasi dan jenis pelengkapan
bangunan pelengkap jalan beserta bangunan-bangunan lain yang
berada dalam ruas jalan tersebut dengan disertai ukuran pokoknya.
5. Peta lokasi yang menunjukkan letak ruas dimaksud terhadap ruas
jalan lainnya.

6.4.3.Survai dan Inventarisasi Lapangan

A. Inventarisasi Geometrik Jalan


Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum
mengenai kondisi perkerasan yang ada dan kondisi geometrik jalan
yang bersangkutan.

CV. POROS TATA RENCANA 17


Pemeriksaan dilakukan metode yang disederhanakan, yaitu mencatat
kondisi dominan setiap 100 m yang dicatat selama berkendaraan.
Petugas akan berusaha mendapatkan data yang selengkap mungkin
mengenai keadaan disekitarnya jalan tersebut.
Data yang akan diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
1. Lebar perkerasan yang ada, dalam meter.
2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya : AC, HRS, Nacas,
Lasbutag, Penetrasi Macadam, Kerikil, Tanah, Soil Cement dsb.
3. Nilai kekerasan jalan (Road Condition Index), yang dapat diperoleh
dari hasil survei NAASRA Roughness Meter atau ditentukan secara
visual dengan ketentuan skala.
4. Kondisi daerah samping serta sarana utilitas yang ada seperti
saluran samping, gorong-gorong, bahu/berm, jarak
pagarlbangunan penduduk/tebing ke pinggir perkerasan.
5. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan
Iokasi yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
6. Data yang diperoleh akan dicatat didalam formulir HR.3.1.
7. Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan sesuai
ketentuan.
8. Foto akan ditempel pada formulir HR.3.2. dengan mencantumkan
hal-hal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas jalan, arah
pengambilan foto, tanggal pengambilan foto, dan tinggi petugas
yang memegang nomor STA / KM.

Dalam Inventarisasi geometrik jalan juga harus diperhatikan kelandaian


jalan.
Untuk kelandaian jalan dikatagorikan sebagai berikut :
D - Datar atau relatif datar
B - Berbukit bergelombang atau berombak
G - Kelandaian yang curam

Kelandaian jalan yang mencolok dicatat sesuai dengan kategori diatas


pada setiap jarak 500 meter dan juga mencatat dimana terdapat
perubahan ~ kelandaian yang berarti, pada suatu titik tertentu.
Lebar perkerasan yang ada bahu jalan saluran/drainase dalam satuan
meter. Tata Cara Inventarisasi Geometris Jalan (Formulir DL 3.2.
Rekaman Foto)

1. Caranya : dengan memperhatikan kondisi rata-rata setiap 1 km.


Kondisi permukaan dinilai secara visual menurut Road Condition Index
(RCI) dengan skala berikut ini :

Kondisi permukaan jalan Contoh jenis-jenis


IRI RCI* aspal ditinjau secara vsa
permukaan

3-0 8-10 Sangat rata dan teratur Hot-mix baru (Lataston,


Lataston) setelah pening-
katan menggunakan be-
berapa lapisan.
4-3 7-8 Sangat baik, umumnya rata Campuran panas setelah
pemakaian beberapa tahun,
hot-mix yang baru diletakkan
sebagai satu lapisan tipis di
atas penmac.
6-4 6-7 Baik Lapisan tipis lama dari hot-
mix, Nacas baru, Lasbutag
baru.
8-6 5-6 Cukup, sedikit sekali atau Pen. Macadam baru, Nacas
tidak ada lubang-lubang baru, lasbutag setelah
tetapi permukaan jalan pemakaian beberapa tahun.
tidak rata.
10-8 4-5 Jelek, kadang-kadang ada Penmac setelah pemakaian 2
lubang, permukaan tidak atau 3 tahun, Nacas lama,
rata. jalan kerikil yang kurang
terpelihara.
12-10 3-4 Rusak, bergelombang, Penmac lama, Nacas lama,
banyak lubang. jalan kerikil yang kurang
terpelihara.
16-12 2-3 Rusak berat, banyak lubang Semua tipe-tipe perkerasan
dan seluruh daerah yang diabaikan lama sekali
perkerasan hancur
> 16 1-2 Tidak bisa dilalui, kecuali Jalan-jalan tanah dengan
oleh 4 WD jeep drainase yang jelek, semua
tipe permukaan jalan yang
dabik lama sekali.

2. Data penelitian NAASRARoughness Meter juga diminta bila


memungkinkan.
Untuk penelitian-penelitian ini, pastikan bahwa :
i. Formulir-formulir Bina Marga yang digunakan.
ii. Kendaraan yang digunakan untuk survai dicatat dengan jelas dalam
formulir (catat nomor registrasinya).
iii. Data di mana bacaan NAASRA Meter dimulai dengan jelas terlihat di
dalam formulir.
iv. Petunjuk speedometer harus jelas menyebut obbyek-obyek fisiknya
di lapangan, terutama patok-patoknya.
v. Arah survai harus diperhatikan km dicatat.

3. Catat kira-kira jumlah pohon-pohon/km dalam bagian "Komentar"


apabila lebih dari hanya sekali-kali.
4. Persoalan utama yang memerlukan suatu tindakan untuk menjamin
kemampuan pelayanan 10 tahun (misalnya daerah longsor yang besar)
harus dicatat lebih terinci pada halaman yang terpisah (dengan foto).
5. Harus dicatat U negatif (berarti permukaan air yang tinggi) dalam hal
sawah di atas, atau sangat dekat dengan permukaan jalan, walaupun
apabila sawah tersebut kering pada saat penelitian. Catat titik
permulaan dan akhir dari bagian-bagian jalan yang terletak di bawah
dari jalan yang membutuhkan peninggian permukaannya.
6. Banyak contoh-contoh foto diperlukan untuk seluruh ruas jalan, dan
paling sedikit 1 buah foto secara umum/km (dengan lokasi km terlihat
jelas di foto). Tiap foto umum dari jalan harus memperlihatkan seorang
anggota staff dengan diketahui tinggi badannya (tinggi badan dicatat
dalam catatan foto). Tempel foto dalam formulir standar HR 3.2. yang
disediakan.
7. Penting sekali untuk mengisi formulir-formulir
DL 3.1. dengan cara-cara standar, karena data-data ini akan
digunakan dalam desain secara komputerisasi dan agar
memungkinkan pengecekan serta koordinasi secara cepat di Central
Design Office.
8. Akan mengisi setiap tempat dalam formulir HR 3. l., terutama yang di
kotak judul. Penting sekali untuk mencatat nama kota yang digunakan
untuk patokan km. (Lebih baik awal dari seluruh ruas).
9. Akan diisikan setiap interval 1,0 km, sekalipun patok kilometernya
hilang. Dasarkanlah jarak pada pembacaan speedometer pada setiap 1
km berhenti, karena tidak diketahui selanjutnya apabila patok yang di
muka telah hilang atau masih.
10. Akan ditaksir punggung rata-rata perkerasan (sudut kemiringan)
untuk setiap 1,0 km karena ini akan mempengaruhi kuantitas aspal
yang diperlukan. Gunakan kawat yang direnggang untuk memberikan
keterangan visual untuk menaksir bentuk permukaan perkerasan.
11. Ketinggian timbunan perkirakan dan catat ketinggian rata-rata
dalam meter untuk setiap km.
12. Tentukan titik awal dan akhir pada setiap paket kontrak dan
tandai ini dengan jelas pada formulir HR 3.1. Titik-titik tersebut harus
berhubungan dengan obyek-obyek fisik yang telah ditetapkan di
lapangan. yang dapat diidentifikasikan dengan mudah nantinya oleh
kontraktor ( misalnya patok kilometer, pangkal jembatan, dll.).
13. Apabila jalan tersebut melalui daerah-daerah perkotaan siapkan
peta sketsa yang dengan jelas memperlihatkan rute proyek yang
diminta melalui jaringan jalan perkotaan. Juga catat dengan jelas baik
perincian-perincian yang sudah ada maupun keperluan perbaikan
trotoar, saluran-saluran air, lampu-lampu jalan dan detail
persimpangan-persimpangan (termasuk lampu-lampu lalu lintas
lainnya).
14. Jumlah gorong-gorong per kilometer dicatat dalam ruangan yang
disediakan pada formulir HR 3.1. Survai terinci dari tipedan ukuran
serta kondisi tiap gorong-gorong tidak diperlukan pada tahap ini.
Survai gorong-gorong pada banyak jalan dapat dilakukan dengan
cukup akurat dengan menggunakan kendaraan survai yang bergerak
dengan hanya sekali-sekali berhenti untuk meyakinkan adanya gorong-
gorong yang tidak dapat dilihat dengan jelas.

B. Inventarisasi Jembatan
Tujuan dari ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi
jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :
1. Nama dan lokasi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, kebebasan, jenis lantai
dan kondisi jembatan.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan dan
pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir HR.S.1 5.1.
5. Foto dokumentasi sebanyak 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan
yang diambil dari arah memanjang dan melintang. Foto akan ditempel
pada formulir.

Tata Cara Inventarisasi Jembatan (Formulir HR 5.1 dan HR 5.2)


1. Jembatan jembatan dengan bentang kurang dari 10 m dimasukkan
dalam kelom-pok program peningkatan, sedangkan yang lebih besar
bentangnya dari 10 km akan ditingkatkan dibawah Program
Peningkatan Jembatan (Bridge Betterment Programe) yang terpisah.
Oleh sebab itu, semua jembatan jembatan yang bentangnya 10 m atau
kurang akan diinventarisasi dan lokasi-lokasinya harus dicatat dalam
formulir HR 5. l.
2. Jenis dan kondisi deck yang ada, pagar, pangkal dan pondasi-pondasi
akan dicatat/diketahui, bersamaan dengan perbaikan-perbaikan
menggunakan dana kecil yang dianjurkan, yang bertujuan untuk
menjamin penggunaan jembatan terus menerus selama masa layan 10
th, dari proyek peningkatan jalan.
3. Akan dibuat dua buah foto untuk setiap jembatan pendek dan fotofoto
cetak yang asli dikirimkan ke CDO. Tambahan foto akan dibuat untuk
menunjukkan masalah-masalah pada formulir khusus (umpamanya
pangkal jembatan yang reta.k dsb).
4. Kuantitas material yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan yang
diusulkan akan diperkirakan dan dilakukan sewaktu pemeriksaan
jembatan, tidak pada waktu kembali di kantor. Tujuannya untuk
memperkirakan pembiayaannya saja.

C. Inventarisasi Gorong-gorong

Tata Cara Inventarisasi Gorong-gorong (Formulir HR 6.4.1)


1. Salinan daftar gorong-gorong akan dibawa pada waktu survai.
2. Baik gorong-gorong yang ada yang perlu diperbaiki maupun kebutuhan
gorong-gorong baru dimasukkan pada formulir ini. Gorong-gorong yang
ada tidak perlu diperbaiki juga hams dicatat apabila gorong-
gorong tersebut telah dihapus dari daftar gorong-gorong.
3. Apabila ada tumbuhan yang lebat disisi jalan, maka perlu kehati-
hatian untuk menghindari terlewatnya gorong-gorong tersebut, atau
perlu adanya gorong-gorong. Pemeriksaan secara hati-hati pada semua
titik rendah di jalan dan pada bagian timbunan, juga sepanjang bagian
samping jalan.
4. Ukuran gorong-gorong yang ada akan diukur, bila memungkinkan.
5. Saluran air dapat merupakan saluran alamiah atau gorong-gorong
kecil pada selokan kecil, perlu pemeriksaan untuk erosi dan
penyumbatan.
6. Menanyakan pada pegawai P.U. setempat atau penduduk tentang
keterangan adanya banjir yang menunjukkan gorong-gorong tidak
memadai. Hal ini diperlukan bila survai dilaksanakan pada musim
hujan, bila secara praktis memungkinkan.
7. Ukuran yang diperlukan gorong-gorong baru, ditentukan oleh
keperluan pemeliharaan untuk yang berukuran kecil. Untuk gorong-
gorong ukuran besar perkiraan secara visual dari ukuran daerah
tangkapan akan dimasukkan di dalam kolom Pekerjaan Perbaikan.
8. Kebutuhan kuantitas hanya kira-kira saja, perhitungan detail tidak
diperlukan.

D. Inventarisasi Drainase Samping


Tata Cara Inventarisasi Drainase Samping (Formulir HR 6.4.2)
1. Survai akan mencakup seluruh panjang jalan. Apabila tidak ada
drainase, ini perlu ditunjukkan, bersama-sama dengan keteragan
perlunya drainase dan pekerjaan yang diperlukan.
2. Drainase samping kiri dan kanan akan dicatat pada lembar yang
berbeda.
3. Ra.ta-rata ketinggian penampang akan diperiksa dengan cepat,
menggunakan mistar penyipat 2 m, pengukur tinggi dan mistar.
4. Diperlukan garis baru pada formulir untuk masing-masing bagian dari
drainase diantara outlet. Apabila kemiringan pengeluaran drainase
berubah tiba-tiba, garis yang berbeda untuk masing-masing
kemiringan.
5. Outlet dari drainase dapat berupa tempat pemotongan, aliran air
alamiah, gorong-gorong atau bagian lanjutan dari drainase dengan
kemiringan yang berbeda. Hal ini dicatat pada kolom 'outlet', bersama-
sama dengan stasiun outlet yang akan ada pada satu ujung atau
bagian yang lainnya.
6. Lebar rata-rata daerah tangkapan" adalah lebar rata-rata perkerasan,
bahu dan sisi yang berdekatan yang didrainase oleh selokan. Hal ini
dapat digunakan untuk roenghitung aliran maksimum pada drainase.
Penampang drainase pada ujung outlet dibuat skets dan luas
penampang, melintang dicatat.

E. Inventarisasi Sumber Material


Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi meogenai
bahan-bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan
pekerjaan konstruksi pada ruas-ruas jalan yang dikerjakan. Data-data
yang diperoleh dari survai ini adalah :
1. Perkiraan harga satuan tiap jenis bahan.
2. Perkiraan jarak pengangkutan bahan quarry ke base camp proyek.
3. Peta lokasi quarry berikut keterangan lokasi (Km., Sta.).
4. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir yang terkait.

Tata Cara inventarisasi Sumber Material (FormulirHR 4)


1. Data yang diserahkan berupa peta yang memperlihatkan semua
sumbersumber material yang dianjurkan, sekalipun jika data yang
sama atau mirip telah dikirim ke Kantor Proyek sebelumnya.
2. Diperlihatkan dengan jelas dengan menggunakan tanda berwarna
untuk rute pengangkutan yang paling mungkin dari setiap sumber ke
tengah-tengah titik ruas jalan, dengan mencatat jarak dari rute
tersebut pada peta.
3. Peta juga mencatat tiap proyek yang sedang dilaksanakan atau sudah
dilaksanakan baru-baru ini, dan sumber-sumber serta rute yang
digunakan.

6.4.4.Penyelidikan Tanah (DCP / Dynamic Cone Penetrometer)

A. Umum

Penggunaan Scala Dynamic Cone Penetrometer adalah untuk


Pemeriksaan evaluasi kekuatan subgrade. Pekerjaan pemeriksaan
Scala Dynamic Cone Penetrometer dilakukan dengan interval jarak 100
meter (sesuai KAK) sepanjang jalan pada kanan/kiri jalan atau
sesuai Typical kondisi lapangan yang ada pada sumbu jalan (tidak
pada bahu jalan).
Material perkerasan yang ada pada tiap titik pemeriksaan DCP akan
digali sebelum pemeriksaan dilaksanakan. Lapisan material
perkerasan yang ada akan dicatat untuk memperlihatkan ketebalan
dan kondisi struktur dari material perkerasan.
Pengujian DCP akan memberikan sebuah rekaman yang menerus
dari kekuatan tanah hingga kedalaman 90 cm dibawah permukaan
subgrade yang ada, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat
keras. Pengujian DCP dilaksanakan dengan mencatat jumlah
pukulan (blow) dan penetrasi dari kerucut logam yang tertanam pada
tanah karena pengaruh jatuhan pemberat (falling weight).
Kemudian dengan penggunaan tabel korelasi, pembacaan
penetrometer akan diubah menjadi pembacaan setara dengan CBR
atau setara dengan Unconfined Compressive Strengh.

B. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang dapat dilaksanakan guna menunjang
kelancaran kegiatan di lapangan adalah :
a. Penyiapan sarana dan prasarana penyelidikan tanah yang
meliputi
: penyediaan blangko / formulir lapangan, alat penyelidikan (DCP)
lengkap alat-alat tulis dan peralatan lain yang diperlukan.
b. Orientasi lapangan Maksud dari kegiatan ini adalah
untuk menentukan rencana kerja secara rinci dan dapat
mengetahui secara umum kondisi medan.
c. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan personil.

C. Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan Penyelidikan Tanah yang dilaksanakan adalah
mengadakan pemeriksaan lapis tanah dasar/sub grade dengan alat
scala Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dengan interval 25 meter.
Pemeriksaan dilaksanakan sepanjang ruas jalan yang efektif untuk
peningkatan jalan dan mencatat semua data yang penting yang
berhubungan dengan pekerjaan misalnya :
- data hasil pembacaan
- kondisi jalan
- tanah asli
- timbunan
- kondisi drainase
- cuaca
- waktu
- dan sebagainya.
Semua data di catat dalam formulir standart yang telah disediakan.

D. Pekerjaan Analisa Data


Data lapangan di susun dalam formulir khusus yang berisikan :
- lokasi pemeriksaan / STA jumlah tumbukan
- besarnya penurunan
- sket potongan melintang jalan
- detail susunan lapis perkerasan
Untuk mendapatkan nilai CBR dari data DCP, plot jumlah komulatif
tumbukan dan kedalaman penetrasi dalam formulir.
Dari data tersebut disusun urut STA lalu dibuat grafik CBR untuk
menetukan panjang masing-masing Unique Section.
Sebagai analisa terakhir adalah menyusun nilai CBR dengan
menjumlah dan menghitung prosentasenya sehingga didapatkan
angka prosentase komulatif.
Dari data nilai CBR dan Prosentase komulatif di buat grafik kemudian
diambil kesimpulan besarnya nilai CBR 90%.
Berdasar nilai CBR 90% ini digunakan untuk mendesain tebal
perkerasan jalan yang akan direncanakan.

E.Tata Cara Pemeriksaan DCP

- Peralatan
a. Standart Dynamic Cone Penetrometer terdiri atas ;
 9.07 kg (20 lb) pemberat yang dijatuhkan melalui 50.8 cm (20
inch) pada sebuah tiang yang bergaris tengah 16 mm (5/8
inch) dengan memukul suatu landasan.
 Besi baja (bulat) yang bergaris tengah 16 mm (5/8 inch)
dengan ujung baja yang keras seluas 1,61 cm2 (1/z sq.in)
dengan sudut 30°.
b. Meteran bangunan yang dapat diperpanjang dan mempunyai alat
pengunci yang positip.
c. Formulir-formulir standart.

- Cara Kerja
a. Satu orang menjalankan penetrometer, dan satu orang lagi
dengan meteran bangunan, mengukur dan mencatat jumlah
penetrasi setiap pukuian.
b. Palu digunakan untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis
tengahnya yang paling lebar masuk kedalam permukaan tanah.
Posisi Ini adalah datum untuk pengujian dan meteran bangunan
diperpanjang dan dikunci dengan ujung dari meterannya berse-
belahan dengan dasar dari baut landasan.
c. Ujung meteran disingkirkan kesamping tanpa mengubah posisi
badan meteran di tanah dan pengujian penetrasi dapat dimulai.
d. Penetrometer tersebut ditanamkan dengan pukulan-pukulan dari
palu yang dijatuhkan. Apabila material yang diuji sangat keras
(penetrasi kurang dari kira-kira 0.2 cm /pukulan), serangkaian
pukulan (misal 5 atau 10) harus diberikan diantara setiap
pembacaan penetrasi. Untuk material yang lebih lunak,
pembacaan diambil setelah masing-masing pukulan.
e. Penetrometer tersebut dikeluarkan dengan pukulan-pukulan
keatas dari palu "stop nut".
f. Akibat pukulan - pukulan keatas yang digunakan untuk
mengangkat / mengeluarkan alat tersebut, setelah beberapa jam,
menyebabkan pemanjangan yang nyata dari tiang baja tersebut,
jarak jauh dari palu tersebut harus diperiksa secara berkala dan
posisi "stop nut" disesuaikan, ditetapkan jarak jatuh 50.80 cm.

6.4.5. Test Pit (Sumur / Lubang percobaan)

Tujuan utama dari pembuatan sumur / lubang percobaan (test pit) ini
adalah untuk mengetahui apa sajakah jenis tanah yang ada, dan
berapa tebal dari bermacam lapisan tanah yang dijumpai tersebut dan
untuk mengetahi nilai CBR dari tanah dasar hasil galian. Sumur-
sumur percobaan (test pit) adalah lubang-lubang hasil penggalian
dengan tangan dengan ukuran diameter kira-kira 1 s/d 1,5 meter.

Pekerjaan ini dilakukan sampai suatu kedalaman tertentu, asalkan


kohesi bahan yang digali masih memungkinkan dan permukaan air
tanah ditempat tersebut masih lebih dalam daripada dasar penggalian.
Sumur-sumur percobaan mempunyai keuntungan yaitu bahwa sumur-
sumur ini akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
susunan lapisan tanah, dan juga dapat mengambil contoh tanah yang
berupa potongan-potongan yang besar dari dasar atau dinding lubang
galian tersebut.
Sambil melakukan penggalian sumur percobaan, dibuat catatan yang
teliti tentang lapisan-lapisan tanah yang dijumpai. Dalam pelaksanaan
nantinya catatan ini akan dibuat oleh seorang yang ahli dan terlatih
serta mempunyai pengalaman dalam cara-cara pembuatan hasil
pemboran/ penggalian (soil logging).
Penyusunan Laporan Penyelidikan Tanah akan dilakukan sebaik
mungkin hingga mencakup seluruh penyelidikan pada lokasi kegiatan
perencanaan berdasarkan klasifikasi tanah yang didapat sebagai hasil
test.

Kesimpulan dan saran yang akan diberikan oleh Konsultan


berdasarkan data-data dan peninjauan teknis ekonomis yang lengkap.

6.4.7. Analisa Data Lapangan, Perencanaan dan Penggambaran

Tahap Perhitungan Rencana

Dalam perhitungan perencanaan disini terdiri dalam beberapa tahapan,


sebagai berikut :
a. Penyusunan konsep detail perencanaan, atas persetujuan pemberi
tugas.
b. Pembuatan perencanaan akhir, dilakukan setelah konsep tersebut
dalam butir a. disetujui pemberi tugas dengan mencantumkan
koreksi-koreksi dan saran yang diberikan oleh pemberi tugas.
c. Semua perencanaan mengikuti ketentuan-ketentuan standart
perencanaan yang diuraikan dalam kerangka acuan tugas.

Konsep Detail Perencanaan


Dalam proses ini Konsultan akan menentukan semua kesimpulan hasil
survai lapangan dari semua bagian proyek antara lain menyangkut :
A. Perencanaan Geometrik
a. Penetapan alinyemen horizontal
Konsultan akan menetapkan alinyemen horizontal yang mungkin
diperlukan perbaikan dengan memperhatikan :
- Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horizontal
- Pertimbangan ekonomi
- Data lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan
- Lokasi dari bangunan pelengkap
b. Penetapan alinemen vertikal
Konsep alinyemen vertikal (penampang memanjang) dapat
dimulai setelah konsep alinyemen horizontal disetujui pemberi
tugas dan digambar dibagian bawah dari alinyemen horizontal.
Penetapan alinyemen vertikal didasarkan pada :
- Tinggi permukaan tanah
- Ketentuan kemiringan maksimum diagram superelevasi
- Data lengkung vertikal
- Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, bangunan-bangunan
drainase dan bangunan disekitar rencana jalan
- Pertimbangan ekonomi
- Ketentuan panjang kritis landai maksimum
c. Penetapan potongan melintang
Dalam merencanakan standart potongan melintang Konsultan
akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Rencana pengaturan lalu lintas, jalur hijau tanaman dan
bangunan pelengkap yang diperlukan
- Penetapan rencana konstruksi perkerasan dan badan jalan -
Penetapan rencana drainase
- Penetapan rencana lansekap
d. Keselamatan lalu lintas
Dalam perencanaan geometrik jalan, Konsultan akan
mempertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi maupun pada saat
pengoperasian jalan. Konsultan perlu menjamin bahwa semua
elemen geometrik yang direncanakan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam standart geometrik jalan dan sesuai
dengan kondisi lingkungan setempat.
e. Tinjauan Geometrik jalan
Standart perencanaan geometrik yang perlu diperhatikan antara
lain dan tidak terbatas pada :
1) Klasifikasi perencanaan
2) Lalu lintas (traW c)
3) Kecepatan rencana
4) Potongan melintang
5) Jalur lalu lintas
6) Bahu jalan
7) Jarak pandang henti
8) Jarak pandang menyiap
9) Alinyemen horisontal
- Jari jari tikungan minimum
- Jari jari minimum untuk bagian jalan dengan kemiringan
normal
- Superelevasi
- Bagian peralihan
- Pelebaran pada tikungan
10) Kemiringan melintang
11) Alinyemen vertikal
- Landai maksimum
- Panjang kritis landai
- Jalur pendakian
- Lengkung vertikal
12) Persimpangan sebidang
- Kontrol pengendalian lalu lintas pada persimpangan
- Kecepatan rencana
- Alinyemen dan konfigurasi - Jarak antara persimpangan
- Jari jari minimum persimpangan
- Potongan melintang dekat persimpangan, pergeseran
jalur (line shife)
- Jalur belok kanan
- Jalur belok kiri
Diagram alur perencanaan geometrik disajikan pada gambar 6.2 - 6.8

Fisik Dan Topografi

Fisik Topografi
 Jenis Tanah dasar (keras –  Tipe daerah yang dilalui
lunak) (permukiman, pertanian,
 Keadaan MAT (tinggi – industri)
rendah)  Jenis medan (datar,
 Keadaan curah hujan (tinggi perbukitan, pegunungan)
– rendah)

PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.2. FISIK DAN TOPOGRAFI

Klasifikasi Jalan

Volume & Sifat Administrasi


Fungsi Konstruksi
Lalu-Lintas Kepemilikan

Bina Marga :  Kelas I  Jalan Negara  Jalan Lentur


 Jalan Utama (I)  Kelas IIA  Jalan Propinsi  Jalan Kaku
 Jalan Sekunder
 Kelas IIB  Jalan Kabupaten
(II)
 Jalan  Kelas IIC  Jalan
Kecamatan
Penghubung  Kelas III
(III)  Jalan Desa

Urban :
 Jalan Ekspress
 Jalan Arteri
 Jalan Kolektor
 Jalan Lokal

PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.3. KLASIFIKASI JALAN
Lalu - Lintas

Volume Komposisi Kecepatan


Lalu-Lintas Lalu-Lintas
 LHRT  SMP  Kecepatan
 LHR  Kelompok rencana
 Fluktuasi lalu kendaraan  Kecepatan jalan
lintas  Kecepatan relatif
 Pembagian
jurusan

Volume & Sifat Proyeksi


Lalu - Lintas Lalu-Lintas
 Mobil  Analisa LL
penampung sekarang
 Bus  Analisa
 Truk tunggal perkembangan
 Truk gandeng LL mendatang
 Truk gandeng  Faktor proyeksi
berat

GAMBAR 6.4. LALU LINTAS

Keamanan

Manusia Jalan Keamanan

 Kelelahan  Lebar jalan  Rem


 Ketrampilan  Jarak pandang  Daya mesin
 Psikis  Alinyemen  Lampu

GAMBAR 6.5. KEAMANAN


Kriteria Dasar

Syarat Batas Perencanaan Pertimbangan Biaya

 Lalu lintas harian rata-rata


 Kecepatan rencana
 Lebar daerah penugasan minimum
 Lebar perkerasan
 Lebar median minimum
 Lebar bahu
 Lereng melintang perkerasan
 Lereng melintang bahu
 Jenis lapisan permukaan jalan
 Miring tikungan maksimum
 Jari-jari lengkung minimum
 Landai maksimum.

GAMBAR 6.6. KRITERIA DASAR

Jarak Pandangan

Manusia Jarak Pandangan Kendaraan


Henti
 Keamanan  Jarak PIEV
pengemudi  Jarak melihat  Jarak pada lajur
 Pedoman rintangan sampai kanan
penempatan tanda menginjak rem
 Jarak bebas
dan aturan lalu  Jarak mengerem
 Jarak kendaraan
lintas.  Jarak berlandai berlawanan
 Pengaruh jurusan  Jarak pandang
dan truk malam hari
 Standard  Ketinggian jarak
perencanaan pandang
alinyemen  Standard
perencanaan
alinyemen

GAMBAR 6.7. JARAK PANDANGAN


Penampang Melintang

Jalur Lalu Lintas Median Bahu Jalan Drainase

 Lebar jalur  Fungsi  Fungsi bahu  Kemiringan


 Pengaruh lebar median  Lebar bahu melintang
jalur  Kemiringan  Kemiringan
 Lebar rencana bahu memanjang
 Selokan tepi

Kebebasan Bagian Lain

 Kebebasan  Talud
horizontal  Trotoar
 Kebebasan  Lebar manfaat
vertikal  Badan jalan
 Daerah
pembebasan

GAMBAR 6.8. PENAMPANG MELINTANG

B. Perencanaan Perkerasan
Pemilihan type dan material perkerasan akan didasarkan pada
pertimbangan dari segi ekonomi, kondisi setempat, tingkat
kebutuhan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya.
Perhitungan tebal perkerasan lentur dilakukan dengan metoda
analisa komponen Bina Marga.
a. Standart perencanaan
Rujukan yang dipakai untuk perhitungan konstruksi perkerasan
jalan dalam pekerjaan ini adalah : Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metoda Analisa
Kemampuan Komponen SNI-1732-1989-F, SKBI-2.3.26.1987,
UDC:625.73(02)
b. Analisa lalu lintas
Konsultan akan melakukan analisis data lalu lintas untuk
penetapan lebar dan tebal konstruksi perkerasan.
c. Pemlilihan jenis bahan
Konsultan akan mengutamakan penggunaan bahan setempat. Bila
bahan setempat tidak digunakan langsung sebagai bahan
konstruksi, maka Konsultan akan mengusulkan usaha-usaha
peningkatan sifat-sifat teknis bahan sehingga dapat dipakai
sebagai bahan konstruksi.
d. Prinsip perencanaan tebal perkerasan
Perkerasan jalan direncanakan menggunakan jenis perkerasan
lentur. Prinsip-prinsip perencanaan lentur menggunakan
metode/cara Bina Marga Analisa Komponen :
1) Jumlah jalur dan koefisien distribusi
kendaraan
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari satu
arus jalan yang menampung lalu lintas terbesar,
Koefisien distribusi kendaraan ( C ) untu kendaraan ringan dan
berat yang lewat padajalur rencana ditentukan sesuai dalam
"daftar koefisien distribusi kendaraan ( C ) pada buku standart
Bina Marga.
2) Angka ekivalen beban sumbu kendaraan
(E)
(beban satu sumbu tunggal
kg)4
Angka ekivalen sumbu tunggal = 0,086
8160
3) Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)
LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur
rencana, yang dihitung untuk diusahakan pada jalan tanpa
median atau masing-masing arah pada jalan dengan median.
4) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

LEP = 
LHRjxCjxEj

J = Jenis Kendaraan

5) Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

LEA =  LHRj (1 
i)URxCjxEj

UR = Umur Rencana
i = perkembangan lalu lintas
6) Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LET = LEP + LEA
2
7) Lintas Ekivalen Rencana (LER)
LER = LET x FP
FP = LR
10
8) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR
Daya dukung tanah dasar ditetapkan berdasarkan grafik
koreksi dengan CBR dalam buku standard Bina Marga.
9) Faktor Regional (FR)
- Kelandaian
- Persentase kendaraan berat (> 13 ton)
- Curah hujan
Faktor regional dapat diambil dari nilai-nilai yang terdapat
dalam buku standard.
10) Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan
serta kekokohan permukaan yang berkait dengan tingkat
pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
11) Indeks Permukaan pada Awal umur rencana (Ipo)
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur
rencana perlu diperhatikan jenis lapisan permukaan jalan
(kerataan / kehalusan serta kekokohan) pada awal umur
rencana.
12) Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaan
sebagai lapis permukaan dan pondasi ditentukan / digunakan
seperti pada “Daftar Koefisien Kekuatan Relatif (a)” dalam buku
standard.

Indeks Tebal Perkerasan (ITP)


Penentuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan
D1 , D2 , D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan.

Pelapisan Tambahan
Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi
perkerasan jalan lama (existing pavement) dinilai sesuai “Daftar
Nilai Kondisi Perkerasan Jalan” pada buku standard Bina
Marga.
Indeks total perkerasan yang diperhitungkan ( ITP)
ITP = ITP – ITPe
ITPe = ITP perkerasan jalan lama (existing pavement)

Pelapisan tambahan
D1 = ITP
a1

Gambar 6.9 menunjukkan bagan alir perencanaan perkerasan cara Bina


Marga Analisa Komponen untuk konstruksi perkerasan baru dan Gambar
6.10 menunjukkan bagan alir perencanaan perkerasan pelapisan tambahan.
Mulai

Traffic Test CBR

Angka Koefisien LHR pada


Ekivalen Distribusi Awal
Kendaraan (E) Kendaraan (C) Umur Rencana

Lintas Ekivalen Lintas Ekivalen Akhir


Permulaan LEA = LHR x
LEP = LHR x C x E (1+i)^UR x C x E

Lintas Ekivalen Tengah


LET = (LEP + LEA) / 2 Faktor Regional
 Kelandaian
 % Kendaraan
berat
Indeks
Lintas Ekivalen Rencana Daya Dukung  Iklim/curah
hujan Permukaan
LER = LET x UR / 10 Tanah (DDT) (IP)

Koefisien Kekuatan Relatif Indeks Tebal


Bahan a1, a2, a3, a4 Perkerasan ( ITP )

Tebal Perkerasan
D1, D2, D3, D4

Selesai

GAMBAR 6.9. BAGAN ALIR PERENCANAAN PERKERASAN CARA ANALISA


KOMPONEN ( UNTUK PERKERASAN BARU )
Mulai

Traffic Test CBR

Angka Koefisien LHR pada


Ekivalen Distribusi Awal
Kendaraan (E) Kendaraan (C) Umur Rencana

Lintas Ekivalen Lintas Ekivalen Akhir


Permulaan LEA = LHR x
LEP = LHR x C x E (1+i)^UR x C x E

Lintas Ekivalen Tengah


LET = (LEP + LEA) / 2 Faktor Regional
 Kelandaian
 % Kendaraan
berat Indeks
Lintas Ekivalen Rencana Daya Dukung  Iklim/curah Permukaan
LER = LET x UR / 10 Tanah (DDT) hujan (IP)

Indeks Tebal
Perkerasan ( ITP )

Koefisien Kekuatan Relatif Tebal Perkerasan


Bahan a1, a2, a3, a4 D1, D2, D3, D4

Indeks Tebal Perkerasan Existing


ITP e

Indeks Tebal Perkerasan


Pelapisan Tambahan

Tebal Perkerasan
Pelapisan Tambahan

Selesai

GAMBAR 6.10. BAGAN ALIR PERENCANAAN PERKERASAN CARA


ANALISA KOMPONEN ( UNTUK PERKERASAN TAMBAHAN )
C. Perencanaan Drainase
Ukuran / dimensi bangunan air diperhitungkan cukup untuk
mengalirkan sejumlah volume air tertentu dalam suatu waktu yang
lamanya tertentu pula (disebut debit aliran air dengan satuan
m3/detik.).
Pada perencanaan drainase, permasalahan yang dihadapi adalah :
- Berapakah besar debit air yang harus disalurkan melalui
bangunan.
- Bentuk dan dimensi struktur/konstruksi bangunannya.
Air hujan (air) yang jatuh disuatu harus dapat segera dibuang. Untuk
keperluan itu harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air
hujan yang mengalir dipermukaan tanah dan mengalirkannya ke
dalam saluransaluran pembuangan. Saluran pembuangan ini
mengalirkan air tadi ke sungai atau ke tempat pembuangan yang
lebih besar.
Besarnya banjir dihitung dengan Metoda Rasional kalau daerah
alirannya tidak melebihi kira-kira 80 ha, untuk daerah lairan yang
lebih besar dapat digunakan Metoda Rasional yang diubah.
a. Perkiraan Run-off
Karena syarat drainase yang baik adalah amat penting untuk
pemeliharaan jalan dan keselamatan lalu lintas, maka ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan sebagai berikut :
- Drainase air permukaan termasuk air hujan, kemiringan
tanggul dan permukaan-permukaan lainnya dalam batas ROW.
- Drainase tepi jalan termasuk air hujan pada tepi jalan dan
areal terdekat yang dihuni di luar bats ROW, yang mempunyai
pengaruh terhadap jalan.
- Saluran terbuka dan saluran pembuangan yang melintang
jalan.
b. Gorong-gorong dan saluran terbuka
Kapasitas gorong-gorong dan saluran terbuka dihitung dengan
rumus manning.
c. Lama waktu konsentrasi
Lama waktu konsentrasi, tc untuk saluran drainase terdiri atas :
- Waktu yang diperlukan air mengalir melalui permukaan tanah
ke saluran terdekat.
- Waktu untuk mengalirkan air di dalam salurannya ke tempat
yang diukur.
d. Intensitas curah hujan
Analisa curah hujan dibuat hanya untuk kurun waktu waktu
curah hujan maksimum. Intensitas hujan I adalah laju rata-rata
dari hujan yang lamanya sama dengan lama waktu konsentrasi t~
dengan masa ulang tertentu.
e. Koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran C ini sukar ditentukan secara tepat dan
memerlukan pertimbangan teknis dalam pemeliharaannya.
Pemilihan koefisien ini akan mempertimbangkan kemungkinan
akan adanya pembangunan dan pengembangan daerahnya
dikemudian hari.
f. Koefisien penampungan
Efek penampungan dari palung saluran terhadap puncak banjir
semakin besar kalau daerah alirannya semakin luas. Efek
penampungan terhadap banjir maksimum diperhitungkan dengan
menggunakan koefisien penampungan Cs.
g. Koefisien kekasaran
Digunakan koefisien kekasaran Manning (n) dan koefisien
kekasaran Strikler (k).
h. Tahapan perencanaan analisa hidrologi :
i. Hitung koefisien pengaliran (C).
ii. Dari data pengukuran, hitung : beda tinggi (H), panjang daerah
pengaliran (L) dan kemiringan rata-rata (s).
iii. Lama waktu konsentrasi (tc).
Untuk daerah aliran kecil dengan pola drainase sederhana,
lama waktu konsentrasi bisa sama dengan lama waktu
pengaliran dari tempat terjauh. Inilah salah satu sebab rumus
rasional hanya dapat digunakan untuk daerah-daerah aliran
kecil (kebanyakan untuk perencanaan sistem drainase
perkotaan, kurang dari 80 ha).
iv. Intensitas curah hujan (I) :
Digunakan rumus Mononobe.
v. Hitung luas daerah aliran (A).
vi. Hitung debit rencana (Q) ; Q = 0,278.C.I.A
i. Tahapan perencanaan analisa hidrolika l dimensi saluran :
i. Tentukanlpilih bentuk epenampang basah dari alternatif
sebagai berikut :
- Segi empat
- Trapesium (dua sisi)
- Trapesium (satu sisi)
ii. Tentukan/pilih type dinding saluran dengan alternatif sebagai
berikut :
- Pasangan batu tanpa plesteran - Pasangan batu dengan
plesteran - Beton
- Tanah
iii. Coba penampang basah :
- H dalam m
- B dalam m
- Luas penampang basah (F) dalam m2
- Keliling penampang basah (O) dalam m
iv. Hitung radius hidrolik (R)
v. Hitung/tentukan kemiringan dasar saluran (S)
vi. Tentukan koefisien kekasaran (n) dan (k)
vii.Hitung kecepatan air rata-rata (V)
viii. Hitung debit kapasitas saluran (Q) : Q = V.F
Kapasitas saluran ini harus lebih besar daripada debit rencana
/ maksimum :
Q = V.F ~ Q = 0,278.C.I.A
Bagan alir perencanaan drainase permukaan, analisa hidrologi
dan analisa hidrolika disajikan seperti pada gambar 6.11.
Mulai

Survai & Pengukuran

Koefisien Beda tinggi, panjang pengaliran, kemiringan Luas daerah aliran


Pengaliran C ( H, L, s ) A

Waktu konsentrasi tc Curah hujan R 24

Intensitas hujan I

Debit rencana max Q

Coba penampang basah, h, b


Luas penampang basah F Bentuk & tipe saluran
Keliling penampang basah O

Radius hidrolik R saluran S ( n ) atau ( k )

Kecepatan
pengaliran V

Tidak
Kapasitas Saluran Q

Ya

Selesai

GAMBAR 6.11. BAGAN ALIR PERENCANAAN SALURAN


D. Perencanaan Struktur Box Culvert
Bagan alir perencanaan struktur box culvert disajikan pada gambar
6.12

Mulai

Gambar Modelisasi Struktur

Dasar & Data Perencanaan

Taksir Dimensi

Pembebanan

Mekanika Teknik

Perhitungan Beton Bertulang

Sesuaikan Tidak Kontrol angka penulangan,


Dimensi Kontrol geser

Ya

Gambar Detail

Selesai

GAMBAR 6.12. BAGAN ALIR PERENCANAAN BOX

E. Perencanaan tembok penahan


Pekerjaan jalan dan jembatan umumnya tidak terlepas dari perlunya
tembok penahan tanah terutama pada daerah berbukit, timbunan,
taludtalud dan kepala jembatan.
Tembok penahan (retaining wall) merupakan suatu bangunan untuk
mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun
di tempat dimana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng
tanah itu sendiri.
1) Jenis jenis retaining wall
a. Tembok penahan pasangan batu.
Tembok penahan jenis digunakan terutama untuk pencegahan
terhadap keruntuhan tanah, dan apabila tanah asli di belakang
tembok itu cukup baik dan tekanan tanah dianggap kecil.
Tembok penahan jenis ini digunakan secara luas sebagai
dinding penahan tanah rendah karena biaya pekerjaannya
relatif murah dan pelaksanaan pekerjaannya mudah
dilaksanakan.
b. Tembok penahan beton type gravitasi.
Tembok jenis ini untuk memperoleh ketahanan terhadap
tekanan tanah dengan beratnya sendiri. Karena bentuknya
yang sederhana dan juga pelaksanaannya mudah, jenis ini
sering digunakan apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang
tidak terlalu tinggi atau bila tanah pondasinya baik.
c. Tembok penahan beton dengan sandaran
Tembok penahan dengan sandaran sebenarnya juga termasuk
dalam kategori tembok penahan gravitasi tetapi cukup berbeda
dalam fungsinya. Tembok ini dapat dibuat miring sisi dalam
terhadap lereng tanah.
d. Tembok penahan beton bertulang dengan balok kantilever
Tembok penahan dengan balok kantilever tersusun dari suatu
tembok memanjang dan suatu pelat. Masing-masing berlaku
sebagai balok kantilever dan kemantapan tembok didapatkan
dengan beratnya sendiri dan berat tanah diatas tumit pelat
lantai.
e. Tembok penahan beton bertulang dengan penahan (buttress)

Tipe ini dibangun pada sisi tembok di bawah tanah tertekan


untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja pada tembok
memanjang dan pelat lantai. Jenis ini digunakan untuk tembok
penahan yang cukup tinggi. Kelemahan dari tembok penahan
jenis in adalah pelaksanaannya yang lebih sulit dari padajenis
lainnya.
f. Tembok penahan beton bertulang dengan penyokong
Tembok penahan dengan penyokong sama seperti dinding
penahan tetapi tembok penyokong yang berhubungan dengan
penahan ditempatkan pada sisi berlawanan dengan sisi dimana
tekanan tanah bekerja.
g. Tembok penahan khusus
Jenis ini adalah tembok penahan khusus yang tiak termasuk
dalam tembok penahan yang disebut diatas. Jenis ini dibagi
menjadi tembok macam rak, tipe kotak, tembok penahan
menggunakan jangkar, dengan penguatan tanah, berbentuk Y
terbalik.
2) Pemilihan jenis retaining wall
Dalam memilih jenis dinding penahan, perlu mengetahui : sifat-sifat
tanah pondasi, kondisi pelaksanaan dan efisiensi ekonomis.
Sebagai pegangan, stabdart ketinggian dinding yang sering
digunakan diperlihatkan pada tabel 6.13.

Tabel 4.13 : Tinggi pemakaian pendekatan pada berbagai dinding


penahan

TINGGI ( m )
TIPE
5 10 15

Pasangan Batu
Gravitasi
Balok Kantilever
Dinding Penopang

3) Prinsip-prinsip perencanaan retaining wall a.


Beban rencana
- Berat sendiri tembok penahan
- Tekanan tanah
- Beban lain yang perlu diperhitungkan, antara lain beban di
belakang dinding untuk jalan raya dianggap sebesar 1ton/m 2
sebagai pembebanan kendaraan.
b. Kemantapan stabilitas
- Kontrol stabilitas guling
- Kontrol stabilitas geser
- Kontrol eksentrisitas
- Kontrol terhadap daya dukung tanah pondasi

Bagan alir perencanaan dinding penahan disajikan pada gambar


6.14.
Mulai

Modelisasi Struktur Dasar Perencanaan

Pendekatan & Asumsi

Beban Rencana

Kontrol Stabilitas Kontrol Stabilitas Kontrol Kontrol


Guling Geser Eksentrisitas Daya Dukung

Ya / Tidak
Tidak
Ya

Selesai

GAMBAR 6.14. BAGAN ALIR PERENCANAAN TEMBOK

Penyerahan Konsep Detail


Semua konsep Detail perencanaan sementara meliputi antara lain :
- Laporan
- Gambar rencana
Akan diserahkan kepada pemberi tugas sesuai jumlah dan jadwal
waktunya.
Keputusan pemberi tugas atas pengajuan konsep detail perencanaan
akan diberikan selambat-lambatnya 10 hari setelah penyerahan
detail rencana sementara yang dimaksud.
Perencanaan Akhir
Semua konsep perencanaan yang telah mendapat persetujuan dari
pemberi tugas akan dimasukkan dalam final desain.
Cetakan perencanaan akhir pada kertas standar Bina Marga dan
akan diserahkan kepada pemberi tugas sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Semua catatan dan perhitungan pada survai lapangan dan semua
akhir perencanaan Proyek akan diserahkan kepada pemberi tugas
bersama dengan penyerahan perencanaan akhir.

6.4.8.Perhitungan Volume dan Biaya


1. Perhitungan Volume
Setelah gambar desain selesai atau sebagian, maka dilakukan
perhitungan volume pekerjaan dan RAB.
Dalain perhitungan pekerjaan dapat dilakukan dengan sistem manual
atau dengan komputer, hal ini akan ditinjau kembali setelah gambar
desain selesai. Untuk perhitungan RAB, analisa maupun formatnya
akan disesuaikan dengan petunjuk Direktorat Jenderal Bina Marga
dan Dinas PU Bina Marga.
Pembuatan RAB harus dihitung jumlah pekerjaan untuk tiap bagian
kontrak pelaksanaannya dan diringkas dalam beberapa pekerjaan
sebagai berikut :
- Mobilisasi dan Pemeliharaan Lalu-lintas
- Pekerjaan Drainase
- Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Bahu Jalan
- Pekerjaan Perkerasaan Berbutir
- Pekerjaan Perkerasan Aspal
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Pengembalian Konstruksi dan Pekerjaan Minor
- Pekerjaan Pemeliharaan Jalan

2. Perkiraan Biaya
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai, maka
Konsultan akan menyiapkan analisa harga satuan dari setiap jenis
pekerjaan berdasarkan faktor-faktor: material, peralatan, sosial, pajak,
~over head, keuntungan dan pengawasan yang didapat dari
keterangan-keterangan daerah setempat.
Perkiraan yang didapat dari analisa ini dibandingkan dengan
pekerjaan sebelumnya atau pekerjaan-pekerjaan sejenis di daerah itu,
bila terjadi perbedaan maka harus dicari sebabnya dan diadakan
penelitian kembali hingga didapatkan harga yang sesuai untuk
pekerjaan tersebut.
Perkiraan biaya pembebasan tanah ( ROW ) harus dibuat berdasar-
kan harga satuan yang ditentukan oleh pemerintah untuk setiap jenis
penggunaan tanah.
Konsultan akan mengumpulkan data dari kontraktor dalam negeri
sehingga dapat diperkirakan kemampuannya dalam melaksanakan
pekerjaan fisik tersebut.
Dokumen yang akan disediakan adalah sebagai berikut :
- Analisa harga satuan
- Perkiraan biaya untuk masing-masing cara pelaksanaan.
- Jumlah pekerjaan ini dari setiap pelaksanaan yang bersangkutan.
Dalam menganalisa periode-periode pelaksanaan dan pembiayaannya,
Konsultan akan menyiapkan jadwal untuk setiap kegiatan dengan
jumlah biaya tahunan yang diperlukan.

6.5. PERSIAPAN DAN PENYERAHAN LAPORAN


6.5.1.U m u m
Walaupun persiapan laporan memerlukan waktu dan
membosankan, laporan Konsultan merupakan informasi yarig
sangat berguna dan membantu mengurangi keragu-raguan,
kedua-duanya mempunyai pengaruh positif pada kegiatan.
Konsultan yakin akan menyiapkan seluruh laporan-laporan yang
dibutuhkan yang berguna untuk mencapai penyerahan tepat
waktu.
Bagian berikut menggambarkan bagaimana laporan dibutuhkan
oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan disiapkan dan data dasar
yang terdapat pada masing-masing laporan.

6.5.2.Laporan Survai Pendahuluan


Laporan ini merupakan ringkasan uraian dari hasil survai
pendahuluan, yang mencakup semua data yang didapat selama
survai termasuk data relokasi, banjir, harga satuan bahan dan
upah, lokasi sumber material dan informasi-informasi lain yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan perencanaan jalan.
Susunan laporan adalah sebagai berikut :
- Daftar isi
- Peta lokasi proyek
- Uraian
- Photo Dokumentasi
Laporan ini disertai dengan foto-foto dokumentasi pada waktu
kegiatan survai pendahuluan.

6.5.3.Laporan Perencanaan
Laporan Perencanaan ini isinya terdiri atas pengolahan,
perhitungan perencanaan beserta uraian dari rumus-rumus yang
dipakai yang pada prinsipnya merupakan ringkasan dan saran-
saran dari semua pekerjaan yang telah dilaksanakan selama
kontrak.
Untuk cara/rumus, langkah-langkah perhitungan yang digunakan
:
- Uraian cara/rumus, langkah langkah perhitungan yang
digunakan.
- Lampiran data-data sebagai masukan dalam perhitungan.
- Contoh salah satu perhitungan.
- Hasil Perhitungan (dalam tabel)
Susunan Laporan adalah sebagai berikut :
- Daftar isi
- Peta Lokasi Kegiatan
- Daftar Jalan
- Data Perencanaan
- Perhitungan teknis : Perencanaan Geometrik, Perkerasan,
Drainase dll.
- Perkiraan biaya konstruksi keseluruhan
- Lampiran : a. Laporan Penyelidikan DCP
b. Data-data survai lalu lintas dan RCI
c. Reproduksi gambar rencana

6.5.4. Photo - Photo Dokumentasi


Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan antara lain
dokumentasi mengenai keadaan medan dari proyek yang
bersangkutan serta proses pekerjaan lapangan yang dilaksanakan
oleh PT. PRIMASETIA Engcon, kemudian akan dipilih dan
mengambil bagian-bagian penting yang diperkirakan akan banyak
membantu dalam pemikiran perencanaan. Sedapat mungkin
sedemikian sehingga identitas petugas lapangan dari Konsultan
akan terambil photonya.
Ukuran photo akan dibuat selebar post card dan berwarna.
Secara umum bagian-bagian yang perlu diambil photonya antara
lain sebagi berikut :
1. Survai Lapangan
- Tikungan-tikungan relokasi.
- yang tajam dimana kemudian akan diusulkan untuk
- Jembatan jembatan dalam kondisi rusak / lain-lain yang
perlu ditangani (di design).
- Daerah-daerah yang tererosi - Patok-patok beton
2. Penyelidikan Tanah dan Material - Lokasi dan jenis Quarry
- Pelaksanaan pekerjaan DCP
- Peta lokasi Quarry
- Pelaksanaan Pekerjaan Benklemen Beam
6.5.5. Dokumen Pelelangan Dan Kontrak
Konsultan akan menyiapkan Dokumen Pelelangan dan Surat
Perjanjian untuk setiap pembagian pelaksanaan yang telah di
tetapkan meliputi :
Dokumen Pelelangan
- Undangan pelelangan
- Penjelasan pelelangan
- Petunjuk peserta lelang
- Formulir jaminan peserta lelang, jaminan Penawaran dan
Jaminan Pelaksanaan.
- Formulir surat perjanjian.
- Formulir daftar kuantitas dan harga
Dokumen Kontrak
a. Buku 1 : Instruksi Kepada Peserta Lelang
b. Buku 2 : Syarat Umum Kontrak
c. Buku 3 : Spesifikasi Umum
d. Buku 4 : Gambar Rencana Dan Engineer Estimated
e. Buku 5 : Daftar Kuantitas Dan Harga

Gambar Rencana
Gambar rencana akan dibuat diatas kertas kalkir standard.

6.5.6. Penyerahan Laporan / Hasil Pekerjaan


Semua hasil laporan pekerjaan akan dijilid rapi dan diberi sampul
sesuai dengan standard, yang ukuran-ukurannya adalah sebagai
berikut :
- Buku, ukuran kertas adalah A4
- Ukuran gambar rencana (master) Al
- Ukuran gambar rencana (reduksi) A3
- Semua dokumen tiap satu paket lengkap akan dimasukkan
dalam satu kotak dari triplek dan dilapisi dengan cover tebal
yang warnanya akan ditentukan kemudian, juga warna cover
setiap laporan akan ditentukan kemudian.

6.6. KOORDINASI KEGIATAN PEKERJAAN

Pendekatan akan dilakukan oleh Konsultan terhadap pihak Pemberi


Tugas dalam bentuk koordinasi dan asistensi secara berkala dengan
maksud :
mendapatkan pengarahan teknis dari Pengendali kegiatan, melaporkan
segala hambatan yang timbul selama pelaksanaan dan mencari jalan
keluar untuk mengatasi masalah tersebut
Dengan adanya pendekatan koordinatif diharapkan pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ada.

6.7. PROSEDUR KERJA KONSULTAN

Dalam pembuatan dokumen-dokumen tersebut ~ Konsultan akan


mengikuti prosedur sebagai berikut :
a. konsep detail perencanaan jalan serta kelengkapan lainnya untuk
kemudian dimintakan persetujuan pemberi tugas.
b. Pembuatan detail perencanaan jalan dilakukan setelah konsep
tersebut mendapat persetujuan pemberi tugas dengan
mencantumkan koreksi dan saran yang dilakukan pemberi tugas
dengan tidak mengurangi tanggung jawab Konsultan atas hasil
perencanaannya.
Untuk lebih jelasnya seluruh proses Pekerjaan perencanaan Teknis Jalan
diperlihatkan pada Gambar 6.15 Bagan Alir Pekerjaan Perencanaan Teknis
Jalan :
Mulai

Tahap 1 Tahap 2
Kriteria & standar desain Survai & evaluasi data hasil survai
Analisa data
Koordinasi dengan pemberi kerja
dan instansi terkait

Tahap 3
Evaluasi Teknis

Tidak Tahap 4
Konsultasi dengan pemberi tugas

Ya

Tahap 5
Konsep rencana teknik

Tahap 6
Perencanaan dan perhitungan

Tidak/revisi Tahap 7
Konsultasi dengan pemberi tugas
Ya

Tahap 8
Gambar rencana

Tidak/revisi Tahap 9
Asistensi gambar kepada pemberi tugas

Ya

Tahap 10
Tahap 12 Analisa kwantitas dan harga,
Dokumen Tender Analisa waktu pelaksanaan

Tidak Tahap 13 Tahap 11 Tidak


Persetujuan dari pemberi tugas Persetujuan dari pemberi tugas
Ya Ya

Tahap 14
Penyerahan seluruh hasil akhir dokumen perencanaan

Selesai

GAMBAR 6.15. BAGAN ALIR PEKERJAAN PERENCANAAN TEKNIS JALAN


BAB 7
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN
PEKERJAAN

Rencana jadwal pelaksanaan kegiatan sebagaimana dijelaskan di atas,


dapat dilihat pada tabel pada halaman berikut.

4-1
Jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

4-2
BAB 7
KOMPOSISI DAN PENUGASAN PERSONIL

1.1. Struktur Organisasi dan Komposisi Personil


Organisasi pelaksana pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan Rencana
adalah sebagai berikut :

Owner (Dinas
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat)

Manajemen
Konsultan
Ahli Civil Engineering
(Tem Leader)

Surveyor -1 Surveyor -2 Surveyor -3 Surveyor -4 Surveyor -5

Estimator Drafter CAD

Op. Komputer
Administrator
Driver -1
Driver -2

5-1
Berdasarkan uraian dalam KAK, maka diketahui susunan dan
komposisi personil tim konsultan terdiri dari :
N Jml Jml
Posisi
o Org Hari
Tenaga Ahli
Civil Engineering (Team 30
1 Leader) 1

Asisten Tenaga Ahli


1 Surveyor 5 15
2 Estimator 1 30
3 Drafter CAD 1 30

Tenaga Pendukung
1 Operator Komputer 1 30
2 Administrator 1 30
3 Driver Minibus 1 30
4 Driver Pick up 1 15
1.2. Komposisi dan Uraian Tugas Personil Tenaga Ahli

TA
Jml
Nama Peru-sahaan Lokal/ Keahlian Posisi Uraian Tugas
OH
Asing

A. TENAGA AHLI
PT. TA Perencanaa Team  Melakukan 30
1. Roben Azevedoprata lokal n teknis Leader/ koordinasi dan
Candra, ma jalan Ahli Civil memimpin timnya
ST Consultants Engineeri dalam penyusunan
Manajemen ng rencana teknis jalan
proyek dan yang menjadi
tim tanggung jawabnya
 Bertanggungjawab
terhadap proses
dan hasil rencana
 Melakukan
koordiansi dan
supervisi kepada
surveyor dalam
proses
pengumpulan data
 Menyusun rencana
konsep teknis jalan
untuk
dikembangkan lebih
lanjut oleh tenaga
ahli, dam
melakukan supervisi
dalam proses
pengembangan dan
pendetailan
rencana oleh tim
ahli

5-2
TA
Jml
Nama Peru-sahaan Lokal/ Keahlian Posisi Uraian Tugas
OH
Asing

 Menyusun laporan
sesuai dengan
tugasnya
B. ASISTEN TENAGA AHLI
PT. TA Survey Surveyor  Berkoordinasi @
2. Aji Prio Azevedoprata lokal pengumpul dengan team leader 15
Caroko, ma an data dan ahli lainnya
A.Md Consultants untuk dalam perencanaan
perencanaa dan pelaksanaan
3. Subroto n detail survey.
bangunan  Melaksanakan
4. Ahmad kegiatan survey
Fauzi pengumpulan data
sesuai instrumen
5. Hendi dan metodologi
Hermaw pengumpulan data
an yang disetujuai,
termasuk lingkup
data yang
6. Ali Ipo dikumpulkan
Setiawan  Melakukan
kompilasi data hasil
survey sesuai
koordinasi dan
arahan tenaga ahli
PT. TA Analisis Estimator  Mempelajari 30
7. Baharud Azevedoprata lokal biaya rancangan rencana
din, S.Pd ma proses teknis jalan
Consultants pembangun  Membuat perkiraan
an biaya dan
Bangunan menyusunan RAB
gedung dan perencanaan teknis
prasaran- jalan, berkoordinasi
sarananya, dengan tenaga ahli
termasuk terkait
bahan baku  Membuat RKS untuk
proses pelelangan,
berkoordiansi
dengan tenaga ahli
terkait
 Menyusun laporan
sesuai tugasnya

PT. TA Gambar Drafter  Menyusun gambar- 30


8. Surady, Azevedoprata lokal teknis CAD gambar teknis jalan
A.Md ma dengan sesuai arahan
Consultants auto cad tenaga ahli masing-
masing
 Menyusun laporan
pekerjaan sesuai
tugasnya

C. TENAGA PENDUKUNG
PT. TA Operator Operator  Membantu 30
9. Riza Azevedoprata lokal Komputer, Komputer kompilasi dan
ma pengolahan mengolah data dari

5-3
TA
Jml
Nama Peru-sahaan Lokal/ Keahlian Posisi Uraian Tugas
OH
Asing
Consultants data, hasil lapangan
Cahyadi  Melakukan
penggandaan dan
pengarsipan
pelaporan konsultan
 Menyusun dan
editing dokumentasi
kegiatan
perencanaan teknis
jalan.

 Membantu
pelaksanaan
pekerjaan di bawah
supervisi dan
pengawasan tenaga
ahli dan tenaga
pendukung lainnya

PT. TA Administrasi Administr  Membantu 30


10.Amy Dwi Azevedoprata lokal Proyek & asi pengelolaan
Kumala ma Keuangan sekretariat
Sari Consultants konsultan
 Menangani aspek
administrasi umum
dan keuangan
pelaksanaan
pekerjaan
 Menyusun dan
mengurus invoice
PT. TA Komputer, Driver  Membantu 30
11.Abidin Azevedoprata lokal Komunikasi, Minibus pelaksanaan
ma Pelaporan pekerjaan di bawah
Consultants supervisi dan
Driver pengawasan tenaga 15
12. Hadi Pick up ahli dan tenaga
Suryanto pendukung lainnya
 mengantar tenaga
ahli dan tenaga
pendukung ke
tujuan lokasi
pekerjaan
 Memberikan
pelayanan yang
terbaik dalam ber
kendaraan dilokasi

5-4
BAB 8
JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Bulan ke-1 Durasi Jumlah Total


No. Posisi Personil Nama Personil
M1 M2 M3 M4 ? (Hari) Orang (OH)
A Tenaga Ahli
Civil Engineering 1 30
1 Roben Candra, ST
(Team Leader) 30

B Asisten Tenaga Ahli


2 Surveyor -1 Aji Prio Caroko, A.Md 15 1 15
3 Surveyor -2 Subroto 15 1 15
4 Surveyor -3 Ahmad Fauzi 15 1 15
5 Surveyor -4 Hendi Hermawan 15 1 15
6 Surveyor -5 Ali Ipo Setiawan 15 1 15
7 Estimator Baharuddin, S.Pd 30 1 30
8 Drafter CAD Surady, A.Md 30 1 30

C Tenaga Pendukung
1 Operator Komputer Riza Cahyadi 30 1 30
2 Administrator Amy Dwi Kumala Sari 30 1 30
3 Driver Minibus Abidin 30 1 30
4 Driver Pick up Hadi Suryanto 15 1 15
Jumlah = 270

6-1
Lampiran A
SURAT PERNYATAAN TENAGA AHLI :
KESEDIAAN DITUGASKAN DALAM
PELAKSANAAN JASA KONSULTANSI PERENCANAAN
TEKNIS JALAN
Lampiran B
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONIL TENAGA AHLI

Anda mungkin juga menyukai