Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spirulina sp merupakan mahluk hidup autotrof berwarna kehijauan,
kebiruan, dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral
(helix) sehingga disebut juga alga biru hijau berfilamen (cyano bacterium).
Alga ini termasuk dalam divisi cyanophyta, kelas cyanophyceae, ordo
nostocales. Bentuk tubuh Spirulina sp yang menyerupai benang merupakan
rangakain sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis,
berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina sp hidup berdiri sendiri dan
dapat bergerak bebas.
Spirulina sp adalah memiliki bentuk spiral. Kata “spirulina” berasal dari
bahasa latin “spira” yang berarti spiral. Panjang sel Spirulina sp adalah 300-
500 mikron atau sekitar ½ milimeter, dimana kita tidak dapat melihatnya
dengan kasat mata. Spirulina sp dapat hidup di kolam yang hangat dan sedikit
mengandung garam. Pertumbuhannya sangat cepat, dan merupakan penghasil
oksigen di bumi. Organisme bersel satu ini sangat sederhana, salah satu
komponen utama dari rantai makanan dan kehidupan di bumi ini.
Spirulina sp termasuk organisme yang mudah beraaptasi dengan kondisi
lingkungan yang beragam. Meskipun demikian, spirulina memiliki daerah
yang cocok sebagai tempat tumbuh dan berkembang biak, seperti di daerah
yang banyak terkena sinar matahari, daerah yang fluktuasi suhunya tidak
terlalu tinggi, dan daerah yang curah hujannya sedang. Biasanya, Spirulina sp
tumbuh subur secara alami di danau yang ber-pH 7-13.

1.2 Tujuan
Adapu tujuan kegiatan praktikum ini yaitu untu mengkultur Spirulina sp.
pada skala laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Spirulina sp.

Spirulina sp. merupakan mikroalga biru-hijau (Cyanobacteria)


multiseluler yang terdiri dari filamen-filamen berwarna hijau-biru dengan sel-
sel silinder berdiameter antara 1 – 12 µm. Filamen-filamen tersebut motile
atau bergerak, meluncur sepanjang aksisnya, dan tidak memiliki heterokis
atau percabangan. Filamennya berbentuk silinder dengan panjang tak
terbatas, warna trikoma dan karakteristik selubungnya bervariasi tergantung
dari lingkungan. Pembagian dalam taksonomi klasik lebih didasarkan atas
ukuran dan bentuk sel (Borowizka & Borowizka, 1988).

2.1 Sistematika

Spirulina sp. adalah ganggang renik (mikroalga) berwarna hijau kebiruan


yang hidupnya tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup ekosistem
daratan dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut.
Klasifikasi Spirulina) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Protista

Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Nostocales

Famili : Oscilatoriaceae

Genus : Spirulina

Spesies : Spirulina sp.


Spirulina sp. merupakan mikroorganisme autrotrof berwarna hijau-
kebiruan dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral
(helix), sehingga disebut alga biru-hijau berfilamen (cyanobacterium)
(Richmond 1986). Bentuk tubuh Spirulina sp yang menyerupai benang
merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang
tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina sp hidup berdiri sendiri
dan dapat bergerak bebas (Richmond, 1986).

Spirulina sp. ganggang biru hijau ini ditemukan pada air payau yang
bersifat alkalis. Salah satu spesies Spirulina telah lama dikonsumsi sebagai
bahan pangan di daerah Afrika. Bahkan pada abad ke-16, bangsa Astec Indian
ditemukan sebagai pengguna Spirulina yang merupakan sumber protein
utama dan ternyata kemudian ditemukan mengandung berbagai vitamin. Ada
beberapa spesies Spirulina yang telah ditelaah secara baik. Spirulina yang
tumbuh di Meksiko dikenal sebagai Spirulina maxima, dan di Afrika
Spirulina platensis. Spirulina maxima terlihat sebagai benang filamen bersel
banyak dengan ukuran panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Suatu
filamen dengan 7 spiral akan mencapai ukuran 1000 mikron dan berisi 250-
400 sel.

2.3 Reproduksi Spirulina sp.

Spirulina sp. umumnya bereproduksi dengan cara aseksual yaitu dengan


cara Fragmentasi, namun Cyanobacteria bereproduksi dengan 3 cara, yaitu:

1. Pembelahan sel

Alga hijau biru dapat bereproduksi dengan pembellahan biner.


Pembelahan biner merupakan pembelahan sel secara langsung. Dengan
pembelahan sel, baik pembelahan sel tunggal (organisme uniseluler) maupun
sel penyusun filamen akan bertambah banyak. Filamen akan bertambah
panjang kaena adanya pembelahan sel. Sel membelah menjadi 2 yang saling
terpisah sehingga membentuk sel-sel tunggal, pada beberapa generasi sel-sel
membelah searah dan tidak saling terpisah sehingga membenuk filamen yang
terdiri atas deretan mata rantai sel yang disebut trikom. Trikom tersebut
tidaklain merupak tempat-tempat tertentu dari filamen baru setelah
mengalami dormansi.

2. Fragmentasi

Fragmentasi merupakan cara memutuskan bagian tubuh yang kemudian


membentuk individu baru. Pada filamen panjang bila salah satu selnya mati
maka sel mati tersebut akan membagi filamen menjadi 2 bagian atau lebih.
Masing-masing bagian disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi
dari pemisahan dinding yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang
mati mungkin menjadi potongan bikonkaf yang terpisahnatau necridia.
Dengan fragmentasi, filamen yang panjang akan terputus menjadi dua atau
lebih benang pendek yang disebut hormogonium. Setiap hormogonium akan
tumbuh menjadi individu baru.

3. Pembentukan spora

Pada keadaan yang kurang menguntungkan Cyanobateria akan


membentuk spora yang merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal
karena penimbunan zat makanan. Jika kondisi buruk seperti kekurangan air,
diantara sel-sel alga hijau biru ada yang dapat membentuk endospora, seperti
pada bakteri. Dindingya menebal dan ukuran selnya membesar. Bentuk ini
disebut sebagai akinet. Spora akan bertahan pada lingkungan yang kurang
baik. Jika kondisi lingkungan telah pulih, spora tumbuh menjadi alga yang
baru.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

- Hari/Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017 – Senin, 06 Maret 2017

- Tempat : Laboratorium Pembenihan Udang

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat :

- Erlenmeyer - Mikroskop - Conter

- Pipet tetes - Hamecytometer

- Aerasi - Cover glass

2. Bahan :

- Air laut - Tissu

- Pupuk walne - Aluminium foil

- Bibit plankton - Akuades

3.3 Prosedur Kerja

1. Lakukan sterilisasi pada alat, wadah dan media kultur plankton tersebut.
2. Kemudian, masukkan air laut sebanyak 400 ml kedalam erlenmeyer
3. Lalu, masukkan aerasi kedalam erlenmeyer yang terisi air laut dan berikan
label.
4. Masukkan pupuk walne sebanyak 0,5 ml menggunakan pipet tetes.
5. Setelah itu, tutup erlenmeyer menggunakan aluminium foil.
6. Kultur selama 7 hari dan hitung menggunakan conter untuk mengetahui
jumlah selnya setiap hari diamati di bawa mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel. 1Hasil pengamatan kepadatan sel Spirulina sp.

No. Hari/Tanggal Kepadatan Sel Spirulina sp.


1. Selasa, 28 Februari 2017 1 X 10 4 sel/ml
2. Rabu, 01 Maret 2017 3 X 10 4 sel/ml
3. Kamis, 02 Maret 217 7 X 10 4 sel/ml
4. Jumat, 03 Maret 2017 2 X 10 4 sel/ml
5. Sabtu, 04 Maret 2017 28 X 10 4 sel/ml
6. Minggu, 05 Maret 2017 11 X 10 4 sel/ml
7. Senin, 06 Maret -

KURVA PENGAMATAN
KEPADATAN SEL Spirulina sp.
50
46
40
37
Jumlah Sel

30
20
10 13
10
2 2 7
0
I II III IV V VI VII
Hari

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil tabel dan kurva pengamatan kepadatan sel
spirulina sp. Pada hari pertama dan hari ke dua mengalami fase adaptasi,
pada fase ini mikroalga menyesuaikan diri dengan lingkungannya setelah
media kultur tersebut diberi pupuk atau nutrien.

Pada hari ke tiga sampai hari ke lima kepadatan sel mikroalga masih
kurang hal inidiketahui bahwa pertumbuhan mikroalga jenis Spirulina sp. ini
sangat lambat, dan pada hari ke enam dan ke tujuh mengalami penurunan
kepadatan sel Spirulina sp. sangat berbedah dengan hari ke tiga sampai
dengan hari ke lima perbedaan sel tersebut disebabkan karena sel fitoplankton
mengalami pembelahan sehingga kemampuan sel dalam memanfaatkan
nutrien untuk pertumbuhan pada hari ke enam dan ketuju sangat
meningkat,fase ini dikenal dengan fase eksponensial. Faktor yang
dipengaruhi pada mikroalga selama satu minggu diantaranya suhu atau
temperatur ruangan, nutrisi yang didapat dalam kultur dan cahaya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum ini adapun kesimpulan dapat ditarik
yaitu :
Spirulina sp. merupakan jenis mikroalga yang pembelahan selnya lambat,
berwarna hijau dan mempunyai bentuk yang menyerupai benang merupakan
rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis,
berdiameter 1-12 mikrometer.
LAPORAN
“TEKNIK KULTU PAKAN ALAMI”
“spirulina sp..”
Modul : Melakukan kultur skala Laboratorium
Tetraselmis sp.
Dosen : La Paturusi La Sennung

OLEH
MUH. ROESMAN TAHA
1522010519
BUDIDAYA PERIKANAN
(PEMBENIHAN)

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP


2017

Anda mungkin juga menyukai