Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator menilai derajat kesehatan
masyarakat. Bayi atau anak merupakan sebuah aset untuk masa depan yang sangat penting untuk
kelanjutan pembangunan suatu negara. Tujuan kelahiran bayi adalah lahirnya seorang individu
yang sehat dari seorang ibu yang sehat. Bayi lahir sehat artinya bayi yang dilahirkan tidak
mempunyai gejala atau adanya kemungkinan terjadi ke abnormalan.
Usia kehamilan merupakan salah satu prediktor penting bagi kelangsungan hidup bagi
janin dan sangat menentukan kualitas hidupnya. Pada umumnya kehamilan disebut cukup bulan
apabila berlangsung antara 37-41 minggu, dihitung dari hari pertama dari siklus haid terakhir
pada siklus 28 hari. Sementara bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
disebut dengan bayi lahir prematur atau bayi lahir sangat prematur jika bayi tersebut lahir pada
usia kehamilan kurang dari 32 minggu.
Prematur merupakan penyebab utama (60-80%) morbiditas dan mortalitas neonatal
diseluruh dunia. Pada tahun 2005, diperkirakan 13 juta bayi lahir prematur, hampir 10 % dari
total kelahiran diseluruh dunia, yang mewakili prevalensi global lahir 9,6 %. Tingkat kelahiran
prematur telah dilaporkan berkisar antara 5% sampai dengan 7% dari kelahiran hidup di
beberapa negara maju, dan diperkirakan akan lebih tinggi di negara-negara berkembang. Lebih
dari 85% dari kelahiran prematur terjadi di negara-negara yang berpenghasilan rendah seperti
afrika dan asia. Di amerika serikat (AS) sekitar 12,3% dari keseluruhan 4 juta kelahiran setiap
tahunya, dan merupakan tingkat kelahiran preterm tertinggi di antara negara industri (Bulletin Of
The World Health Organization 2010).
Di indonesia sendiri terdapat sekitar 400 ribu bayi dilahirkan prematur setiap tahunya dari
jumlah kelahiran 4,4 juta bayi. Berdasarkan data dari world health organization (WHO )
diindonesia, terdapat kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah mencapai 400 ribu jiwa. 30-
40 % dari bayi meninggal karena prematur. Dengan melihat tingginya angka bayi prematur maka
akan berpotensi menambah angka kematian bayi dan tidak maksimalnya kualitas hidup.
Indonesia berada di urutan ke-5 dari 10 negara penyumbang bayi prematur terbanyak. Indonesia
berkontribusi 15% atas kelahiran bayi prematur seluruh dunia. Bukan hanya itu saja, Indonesia
pun berada di urutan ke-5 setelah pakistan dari 10 negara penyumbang bayi prematur terbanyak
yaitu dengan jumlah 675.700 selama tahun 2012. (WHO Indonesia, “Prematuritas” 3 mei 2013.
Diakses tanggal 18 juni 2013 dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/)
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007), angka kematian bayi
prematur (usia kehamilan <37 minggu) dan sangat prematur (usia kehamilan <32 minggu) lebih
tinggi 15 dan 75 kali lipat dibanding dengan bayi lahir aterm. Dari semua kematian neonatal dini
(kematian dalam 7 hari pertama setelah kelahiran) yang tidak berhubungan dengan kelainan
bawaan, 28% adalah kelahiran prematur. (SDKI.”AKI dan AKB Indonesia”. 2007. Diakses
tanggal 20 desember 2012 dari www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com)
Bedasarkan study pendahuuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Koja selama 3 bulan
yaitu selama bulan januari sampai maret tahun 2013, jumlah ibu bersalin dengan prematur
sebanyak kurang lebih 25 kasus. Hal ini di karenakan RSUD Koja merupakan rumah sakit
rujukan, sehingga banyak terdapat kasus yang patologis termasuk salah satunya adalah prematur.
Bayi yang prematur akan memiliki banyak masalah pasca lahir, dengan demikian bayi
prematur memerlukan perawatan yang lebih intensif dibandingkan bayi lahir normal atau bayi
cukup bulan. Hal ini dikarenakan banyak organ tubuh bayi yang belum berkembang sempurna
sehingga kemungkinan terjadinya gangguan pada organ bayi sangat tinggi.
Sebanyak 30% persalinan preterm tidak diketahui penyebabnya, sementara 70% sisanya
disumbang oleh beberapa faktor seperti akibat kehamilan ganda (sebanyak 30%), infeksi
genitalia, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum, inkompetensi servik, dan kelainan
konginetal uterus sebanyak (20-25%). Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 15-20 % sebagai akibat
hipertensi dalam kehamilan, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital bayi, dan
penyakit-penyakit lain yang diderita ibu selama kehamilan (HTA Indonesia, prediksi persalinan
preterm, 2010)

Indonesia harus mampu menekan angka kematian bayi sebagai upaya mendukung
pencapaian Millenium Developments Goals (MDGs). Kebijakan yang telah di tetapkan oleh
pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya persalinan preterm adalah dengan meningkatkan
standar pelayanan antenatal yang berkualitas yang telah ditetapkan oleh depkes RI yaitu
memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester pertama,
satu kali pada trimester ke dua dan dua kali pada trimester ke tiga. Untuk memantau keadaan ibu
dan janin dengan seksama, sehingga dapat mendeteksi secara dini jika terdapat kelainan dan
dapat mengintervensi secara tepat.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas tentang “Karakteristik
Ibu bersalin dengan prematur di Di RSUD Koja tahun 2012”. Namun karena keterbatasan waktu
maka penulih hanya membatasi pada faktor umur ibu, jumlah paritas ibu, status pekerjaan ibu,
dan status ANC selama kehamilan

Anda mungkin juga menyukai