Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pendahuluan
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tepaksa
melakukan pergerakan (mobilisasi) dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya, seperti dari tempat pemukiman (perumahan) ke tempat bekerja,
sekolah, belanja, dll. Mobilisasi manusia ini harus diatur dalam sebuah
sistem yang menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pihak-pihak
terkait. Untuk itu maka dikembangkanlah sistem transportasi yang sesuai
dengan jarak, kondisi geografis, dan wilayah yang dituju.
Tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup ini tertuang dalam
berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia seperti ; aktivitas bekerja,
sekolah, olahraga, belanja, bertamu yang berlangsung di atas sebidang
tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah dan lain-lain). Potongan lahan ini
biasanya disebut tata guna lahan. Pengertian guna lahan ini lebih
diperjelas lagi oleh Saxena, sebagai tujuan atau aktivitas untuk lahan atau
struktur di atas lahan yang sedang digunakan. Guna lahan dapat berupa
perdagangan, perumahan, perkantoran, pendidikan, rekreasi dan
sebagainya (Saxena, 1989;32).
Baik perorangan ataupun kelompok masyarakat selalu
mempunyai nilai-nilai tertentu terhadap penggunaan setiap jengkal lahan.
Perilaku manusia yang timbul karena adanya nilai-nilai yang hidup dalam
persepsi perorangan atau kelompok tersebut, tercermin di dalam suatu
siklus yang terdiri dari 4 tahap, yaitu :
1. Tahap merumuskan kebutuhan (needs) dan keinginan (experiencing
needs and wants).
2. Tahap merumuskan tujuan-tujuan yang berkaitan dengan “needs” dan
“wants” tersebut (defening goals).
3. Tahap membuat alternative perencanaan (planning alternatives).
4. Tahap memutuskan memilih perencanaan yang dianggap sesuai dan
melaksanakan tindakan (deciding and acting).
Pendekatan ini dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
memahami pola-pola perilaku dari peroranganyang mengakibatkan
terciptanya pola-pola keruangan di dalam kota (Chapin,1965).
Pendekatan ini dapat muncul sebagai akibat dari adanya sistem-sistem
kegiatan dan pertautan antara elemen-elemen di dalamnya dan terpadu
sedemikian rupa dalam perujudan yang legal. Tempat tersebut dalam
perkembagan sejarahnya memang berujud daerah tempat tinggal,
sehingga ditempati bangunan-bangunan perumahan, secara topografis
memang menunjang untuk didirikan kompleks perumahan yang sehat dan
layak, lokasinya tidak jauh dari tempat-tempat kerja, fasilitas umumnya
tidak sulit, perletakan bangunan cukup teratur dan lain sebagainya, maka
daerah ini memang wajar kalau berkembang menjadi kawasan
pemukiman.
Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan
perjalanan antar tata guna lahan tersebut dengan menggunakan sistem
jaringan transportasi (misalnya naik mobil atau berjalan kaki). Hal ini
menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang (Tamin,
1997;50). Perjalanan arus manusia, kendaraan dan barang
mengakibatkan berbagai macam interaksi. Interaksi itu dapat berupa
interaksi antara pekerja dan tempat bekerjanya. Setiap guna laahan yang
terdapat aktivitas di atasnya tentu membutuhkan pengangkutan untuk
berinteraksi dengan tata guna lahan lainnya.
Transportasi dan tata guna lahan mempunyai hubungan yang
sangat erat. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik maka
kebutuhan akan transportasinya harus terpenuhi dengan baik, sistem
transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna
lahannya.
Keterkaitan antara transportasi dan penggunaan lahan
ditunjukkan pada Gambar 2.1. Pada Gambar di bawah, terdapat dua
kelompok besar yaitu sistem transportasi dan sistem aktivitas yang
merupakan bentuk dari penggunaan lahan. Sistem transportasi dan
penggunaan lahan dihubungkan oleh aksesibilitas karena adanya
kebutuhan untuk melakukan perjalanan.
Keterkaitan antara Sistem transportasi dan penggunaan lahan
dapat dijelaskan sebagai berikut: pengembangan lahan untuk sebuah
penggunaan tertentu menyebabkan timbulnya produksi perjalanan dari
lokasi tersebut atau tarikan perjalanan ke daerah tersebut.
Pengembangan lahan pada suatu daerah perkotaan menimbulkan
permintaan perjalanan baru dan kebutuhan akan fasilitas transportasi.
Berbagai peningkatan sistem transpotasi membuat akses menuju
ke pusat-pusat aktivitas yang ada menjadi lebih mudah. Peningkatan
aksesibilitas dan nilai lahan akan mempengaruhi keputusan-keputusan
penentuan lokasi oleh perorangan maupun badan-badan usaha. Hal ini
juga memacu pengembangan lahan baru dan menyebabkan siklus pada
gambar 2.1 dimulai lagi.
Gambar 2.1
Interaksi Penggunaan Lahan dan Transportasi
Arus Perjalanan manusia merupakan hasil dari interaksi antara
tiga variable, yaitu sistem transportasi, sistem aktivitas yang merupakan
bentuk dari aktivitas sosial dan ekonomi, serta arus lalu lintas dalam
sistem transportasi yaitu asal, tujuan, rute dan jumlah barang dan orang
yang bergerak. Hubungan antara ketiganya dapat dilihat pada gambar 2.2
(Manheim, 1979: 12-14).
3
Sistem pengangkutan
1
Arus
lalu lintas
Sistem aktivitas
2
Gambar 2.2
Hubungan Sistem Pengangkutan, Lalu Lintas dan Aktivitas
i j
Gambar 2.3
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
i pergerakan j
Gambar 2.4
Sebaran Pergerakan
Gambar 2.5
Bentuk Sebaran Panjang Perjalanan di Daerah Perkotaan
Zona Zona
tempat Pendidikan
tinggal
Zona Zona
perkantoran rekreasi
keterangan :
Volume perjalanan sangat tinggi Volume perjalanan sdang
Volume perjalanan tinggi Volume perjalanan rendah
Gambar 2.6
Pola Pergerakan Antar Zona yang Berbeda dalam Ruang
Kota
Gambar 2.7
Pemilihan Moda Transportasi
II.9 Kuesioner
Data primer yang diperoleh untuk penelitian ini didapat dari
penyebaran kuesioner. Agar data yang diperoleh dari kuesioner itu dapat
dianalisa, maka kuesioner itu harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Make items clear, buatlah masalah itu jelas, yaitu tidak meragukan.
Pengertian dan pengetahuan peneliti umumnya lebih luas dan
mendalam daripada respondennya.
2. Avoid double - Bareled question, hindarkan satu jawaban untuk dua
pertanyaan. Dalam posisi yang komplek sering seorang peneliti
membuat 2 atau lebih pertanyaan yang jawabannya sama.
3. Pertanyaan tidak berbelit-belit.
4. Pertanyaan harus relevan, jika responden tidak pernah atau belum
pernah berpikir atau tersangkut dengan topik kuesioner maka hasilnya
tidak akan berguna.
5. Pertanyaan harus pendek dan hindarkan pertanyaan yang muluk-
muluk.
6. Pertanyaan tidak berakibat salah tafsir.
7. Hindarkan istilah dan masalah yang bersifat bias