Oleh:
Kelompok :3
Tanggal Praktikum : Rabu, 24 Mei 2018
Nama dan NPM : Acep Dadang S. (240310150024)
Andri Fauzi Ramlan (240310150020)
Mahdi Singgih.H (240310150023)
Mitha Thyana F. (240310150025)
Riska Putri Febrianti (240310150022)
Tio Vadellingga (240310150021)
Asisten : 1.
2.
2.1 Pati
3.1 Alat
1. Rapid Visco Analyzer
2. Neraca analitik
3. spatula
3.2 Bahan
1. Aquades
2. Tepung pisang
3. Tepung ubi putih
4. Tepung ubi merah
3.3 Prosedur
1. Berat sampel dan aquades yang akan digunakan dihitung
menggunakan rumus 𝑊1 = 𝑊0 + (𝑆0 − 𝑆1)
2. Sampel pati ditambah aquades kemudian dimasukkan kedalam bowl
amylograph pada RVA
3. Sampel dipanaskan hingga mencapai suhu 50oC dan diaduk selama
10 detik agar terdispersi menyeluruh
4. Sampel dipanaskan hingga mencapai suhu 50oC selama 1 menit
kemudian dipanaskan kembali hingga mencapai 95oC dan
dipertahankan selama 5 menit
5. Sampel didinginkan hingga suhu 50oC dan suhunya dipertahankan
selama 4 menit
6. Profil gelatinisasi pasta seperti suhu gelatinisasi, viskositas puncak,
waktu untuk mencapai viskositas puncak, viskositas pasta panas,
viskositas pasta dingin, breakdown viscosity, dan setback viscosity
langsung diperoleh dan dihtiung dari kurva gelatinisasi melalui
perangkat lunak untuk RVA.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Pasting Visc 8 8 0
BAB V
PEMBAHASAN
Susunan molekul amilosa dan amilopektin dalam granula pati memiliki sifat
khas pada setiap sumber pati yang berbeda-beda sehingga akan menentukan bentuk
dan ukuran granula dari masing-masing sampel pati. Rantai-rantai amilosa dan
amilopektin yang terbentuk akan saling berinteraksi sehingga dapat memberikan
integritas pada granula pati yang tersusun. Praktikum kali ini yaitu akan mengetahui
sifat fisik kimia dari sampel pati yang diteliti dengan menganalisis sampel tersebut.
Menganalisis sampel pati pada sifat fisik dan kimia dapat melalui analisis derajat putih,
bentuk ukuran granula, kadar amilosa dan amilopektin. Menganalisis sampel pati pada
sifat fungsional dapat melalui analisis swelling power dan kelarutan, kapasitas
penyerapan air, kapasitas penyerapan minyak. Menganalisis sampel pati pada sifat
amilografi menggunakan RVA (Rapid Visco Analyzer).
Karena keterbatasan waktu dan tempat, praktikan menganalisis sifat amilografi
pada sampel pati pisang, ubi putih, dan ubi merah menggunakan RVA (Rapid Visco
Analyzer). RVA merupakan viskometer yang dilengkapi dengan sistem pemanas dan
pendingin sampel pada pengadukan terkontrol.
Pengujian sifat amilografi menggunakan RVA suhu gelatinisasi (pasting temperature),
viskositas puncak (peak viscosity), viskositas pasta panas (hot paste viscosity),
viskositas breakdown, viskositas pasta dingin (cold paste viscosity) dan viskositas balik
(setback viscosity). Sebelum dianalisis menggunakan RVA, sampel pati ditimbang dan
menimbang air kemudian dimasukan kedalam bowl amylograph yang terdapat pada
alat, setelah itu sampel dipanaskan hingga suhunya mencapai 50°C dan diaduk selama
10 detik agar terdispersi menyeluruh. Proses selanjutnya yaitu sampel dipanaskan pada
suhu 50°C selama 1 menit, kemudian dipanaskan hingga suhunya mencapai 95°C dan
dipertahankan selama 5 menit. Sampel didinginkan hingga suhunya mencapai 50°C
dan suhunya dipertahankan selama 4 menit. Kemudian data – data yang dibutuhkan
untuk menganalisis sifat amilografi pati seperti suhu gelatinisasi, viskositas puncak,
waktu untuk mencapai viskositas puncak, viskositas pasta panas, viskositas pasta
Riska Putri Febrianti
240310150022
dingin, breakdown viscosity, dan setback viscosity akan langsung didapatkan pada alat
RVA dan dibuat kurva untuk mendapatkan hasil olahan datanya. Pada saat praktikum,
terdapat sebuah kendala dimana data yang berasal dari RVA yang digunakan untuk
menganalisis sifat amilografi dengan menggunakan sampel pati ubi putih, ubi merah
dan pisang hilang sehingga hasil pengamatan serta kurva yang digunakan kali ini
menggunakan data bukan dari sampel yang sebelumnya dianalisis oleh alat RVA
melainkan menggunakan data dari sampel lain yaitu sampel pati jagung, pati sagu dan
pati singkong.
Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang diperoleh dengan rumus berat
sampel serta berat air didapatkan data berat sampel ubi putih yang digunakan yaitu
sebanyak 3,3914 gram dan berat air yang digunakan yaitu 25,1086 ml, berat sampel
ubi merah yang digunakan yaitu sebanyak 3,4044 gram dan berat airnya yaitu sebanyak
25,0956 ml dan berat sampel pisang yaitu sebanyak 3,168 gram serta berat airnya
sebanyak 25,332 ml.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, peak viscosity dengan sampel pati sagu
merupakan viskositas puncak dengan nilai yang paling tinggi sebesar 6865 pada suhu
83,02°C dengan waktu 03:44 menit sedangkan sampel pati jagung memiliki nilai
viskositas puncak yang paling rendah sebesar 4471 pada suhu 94,81°C dan waktunya
05:10. Viskositas pasta adalah karakteristik penting pada pati selama pemanasan
suspensi pati dan air. Semakin lama fermentasi maka suhu dan waktu puncak viskositas
menunjukkan nilai yang semakin tinggi karena kandungan minor (abu, protein dan
serat), dan amilopektin semakin meningkat serta amilosa yang semakin menurun.
Semakin tinggi kandungan minor, serta rasio amilosa dan amilopektin maka waktu dan
suhu viskositas puncak semakin tinggi. Semakin kecil ukuran partikelnya, semakin
besar dan luas permukaan sehingga penyerapan air semakin besar dan nilai viskositas
puncak meningkat. Viskositas puncak menggambarkan fragilitas dari granula pati yang
mengembang, yaitu pada saat pertama kali mengembang sampai pecah karena adanya
proses pengadukan peak viskosity dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kadar
amilosa, protein, lemak, dan ukuran granula.
Riska Putri Febrianti
240310150022
Suhu pasting merupakan suhu pada saat pertama kali viskositas larutan pati
mulai meningkat, suhu pecahnya granula pati karena pembengkakan granula setelah
melewati titik maksimum. Hasil dari waktu pasting pada sampel pati singkong yang
diamati merupakan waktu pasting yang tercepat diantara sampel yang lain, dengan
suhu 70,46°C. Sementara suhu pasting yang paling tinggi yaitu sampel pati jagung
dengan suhu 75,48°C. Suhu pasting dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sumber
pati, ukuran granula pati, asam, gula, lemak, dan protein yang terkandung di dalam
bahan serta kuat lemahnya ikatan di dalam granula. Semakin kuat ikatan antara molekul
pati maka semakin tinggi jumlah panas yang dibutuhkan untuk memecah ikatan antar
molekul.
Viskositas breakdown atau penurunan selama pemanasan menunjukan
kestabilan pasta selama pemanasan, dimana semakin rendah breakdown maka pasta
yang terbentuk semakin stabil terhadap panas. Parameter viskositas breakdown dan
viskositas trough terkait satu sama lain karena viskositas breakdown merupakan selisih
antara viskositas puncak dengan viskositas trough. Peningkatan nilai viskositas trough
pati umumnya selalu diikuti oleh peningkatan nilai viskositas breakdown.
Viskositas pasta dingin yaitu viskositas setelah suhu di pertahankan 50oC.
Selama pendinginan, bergabungnya kembali antar molekul pati terutama amilosa akan
menghasilkan pembentukan struktur gel dan viskositas akan meningkat ke viskositas
pasta dingin. Peningkatan viskositas pada saat pendinginan menentukan
kecenderungan bergabungnya kembali pati yang merefleksikan kecenderungan produk
untuk teretrogradasi.
Nilai setback menunjukkan kemampuan pati mengalami retrogradasi. Semakin
tinggi viskositas setback akan semakin tinggi pula terjadinya retogradasi pati.
Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan yang diperoleh nilai setback yang paling
tinggi diantara sampel lainnya yaitu pada sampel pati singkong dengan jumlah nilai
yaitu 1721 sementara nilai setback yang rendah yaitu pada sampel pati sagu dengan
nilai 1394. Perbedaan nilai setback antar sampel dapat terjadi karena adanya perbedaan
kadar amilosa. Semakin tinggi kadar amilosa pati maka viskositas setback akan
semakin tinggi, dengan jumlah nilai tersebut maka pati singkong bisa dikatakan pati
Riska Putri Febrianti
240310150022
Anggraeni, Dyah Ayu., Simon Bambang Widjanarko , Dian Widya Ningtyas. 2014.
Proporsi Tepung Porang (Amorphophallus Muelleri Blume): Tepung Maizena
Terhadap Karakteristik Sosis Ayam. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No
3 p.214-223. Universitas Brawijaya. Malang.
Aristawati W, Ria., Windi Atmaka., dan Dimas Rahadian Aji Muhammad. 2013.
Subtitusi Tepung Tapioka (Manihot Esculenta) Dalam Pembuatan Takoyaki.
Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Banks, W dan C.T. Greenwood. 1975. Starch Its Components. Halsted Press, John
Wiley and Sons, N.Y
Beynum, G.M.A. dan J.A. Roels. 1985. Starch Convertion Technology. Applied
Science Publ., London.
Greenwood, C.T. dan D.N. Munro. 1979. Carbohydrates. Di dalam R.J. Priestley, ed.
Effects of Heat on Foodstufs. Applied Science Publ. Ltd., London. Harmon,
R.E., S.K.
Harper, J.M. 1981. Extrusion of Food Vol II. Florida: CRC Press Inc. Boca Raton.
Hill dan Kelley. 1942. Organic Chemistry. The Blakistan Co., Philadelphia, Toronto.
Hodge, J.E. dan E.M. Osman. 1976. Carbohydrates. Di dalam Food Chemistry. D.R.
Fennema, ed. Macel Dekker, Inc. New York dan Basel.
Ladamay, Nidha Arfa., Yuwono, Sudarminto Setyo. 2014. Pemanfaatan Bahan Lokal
Dalam Pembuatan Foodbars (Kajian Rasio Tapioka : Tepung Kacang Hijau
Dan Proporsi Cmc. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.1 p.67-78,
Januari 2014. Universitas Brawijaya. Malang.
Matz, S.A. 1984. Food Texture. New York: The AVI Publ. Co.
Nwokocha LM, Aviara NA, Senan C, Williams PA. 2009. A comparative study
of some properties of cassava (Manihot esculenta, Crantz) and cocoyam
(Colocasia esculenta Linn) starches. Carbohydrate Polymers 76:362-367
Shamekh, SS. 2002. Effects of Lipids, Heating and Enyzmatic Treatment on Starches.
Finland: Technical Research Center of Finland.
Syamsir, Elvira., Purwiyatno Hariyadi,, Dedi Fardiat, Nuri Andarwulan dan Feri
Kusnandar. 2011. Karakterisasi Tapioka Dari Lima Varietas Ubikayu
(Manihot Utilisima Crantz) Asal Lampung. J Agrotek 01/2011; 5(1):93-105.
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Southeast Asia Food and
Agricultural Science and Techonolgy (SEAFAST) Center IPB.
Tonukari NJ. 2004. Cassava and the future of starch. Electronic Journal of
Biotechnology. Vol. 7 No. 1. Issue of April 15. 2004
Wellyalina, F. Azima., Aisman. 2012. Pengaruh Perbandingan tetelan merah tuna dan
tepung maizena terhadap mutu nugget. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol
2. No. 1
LAMPIRAN