14-21 hari 1. Wharton & Vitek 2004, In: Vaccines (Ch 13)
Penyembuhan 2. CDC Pink Book. 2008:59–70
Pathogenesi
s
Localized
cutaneous
infections
Localized
Rarely
upper
systemic
respiratory
infection
infection
Pathogenic
Strain
• Localized
Release exotoxin Invasive
• Systemic forms
immunocompro Overcrowding
mised states
Karier
Incomplete
Poor health
immunization
• Tempat jauh
• Ibu sibuk
Substandard
• Takut efek samping
living conditions
• Menolak imunisasi
WHO, 2009
07/01/2018 WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN 12
Mengapa terjadi KLB difteri?
• People who are most susceptible to
infection are those who are
– not completely immunized
– have low antitoxin antibody levels
– have been exposed to a carrier
– have been exposed to patient/diseased
individual
• Suspected diphtheria
• Probable diphtheria
• Confirmed diphtheria
• Carrier diphtheria
12
Demam 14/34
10 Ps.membran 16/34
Axis Title
8 Stridor 7/34
6
Bullneck 8/34
4
Miokarditis 2/34
2
0
Trakheostomi 4/34
Demam Pseudomem Stridor Bullneck Miokarditis Trakeostomi
bran
Ada 14 16 7 8 2 4
Tidak 5 2 11 8 16 14
Tidak Ada Data 4 5 5 7 5 5
Komplikasi
Anti difteri serum
(ADS)
Mengeluarkan
exotoxin
✖
• Mengikat toksin yang beredar
Masuk dalam
sirkulasi
07/01/2018 • Mencegah komplikasi
WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN 31
Prinsip Pengobatan
• Pengobatan dilakukan berdasarkan
diagnosis klinis
• Tanpa menunggu hasil biakan
• Jika terdapat keraguan: perlakukan
sebagai difteri sampai terukti bukan
Khusus
• Berikan anti difteri serum (ADS)
• Berikan antibiotik selama 14 hari
• Kortikosteroid
• Trakheostomi
• Pengobatan kontak/karier
07/01/2018
WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN
35
Contact Tracing, Vaccination, and Prophylaxis for Contacts
07/01/2018
WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN
36
TRIAGE (2)
Dosis pemberian ADS
Tipe difteri Dosis ADS Cara
(IU) pemberian
Difteri kulit 20.000 intravena
Difteri hidung 20.000 intravena
Difteri tonsil 40.000 intravena
Difteri farings 40.000 intravena
Difteri larings 40.000 intravena
Difteri nasofarings 60.000 intravena
Kombinasi lokasi tanpa melibatkan 80.000 intravena
nasal
Difteri + penyulit dan/atau bullneck 80.000- intravena
100.000
Terlambat berobat >72 jam, lokasi 80.000- intravena
Ref. CDC ptotocol
dimana saja 03/26/2014, revised from Krugman 1992 (dengan modifikasi)
100.000
07/01/2018 WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN 37
Perhatian dalam pemberian ADS
• Sediakan adrenalin 1:1000 dalam semprit
• Lakukan uji kulit 0,1 ml ADS dalam NaCl 0,9%
1:1.000 secara intrakutan. Positif jika,
– dalam 20 menit terjadi indurasi >10 mm
– berikan ADS dengan cara desensitisasi (Besredka)
• ADS + dalam larutan garam fisiologis atau 100
ml glukosa 5% dalam 1-2 jam
• Monitor efek samping obat
– anafilaksis sekitar (0,6%) terjadi dalam beberapa
menit
– demam (4%) setelah 20 menit -1 jam
– serum sickness (8,8%) 7-10 hari kemudian.
07/01/2018 WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN 38
Tata laksana khusus
Kortikosteroid
• Diberikan pada difteri + bullneck dan miokarditis
• Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, diturunkan
bertahap
• Terdapat pendapat yang kontroversial (?)
Trakeostomi
• Indikasi: obstruksi larings difteri lebih dini daripada
penyebab lain
Karier
Kontak
Pasien
PP IDAI, 2017
07/01/2018 WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN 48
07/01/2018 WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN 49
File prof Ismoedijanto
Pilihan antibiotik untuk
kontak/karier
• Eritromisin, selama 7 hari
– Anak 40 mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis
– Dewasa: 1 g/hari dibagi dalam 4 dosis
• Azitromisin, single dose, selama 7
hari
– Anak 10-12 mg/kgBB, maksimal 500 mg
– Dewasa 500 mg
Catatan: Buat biakan swab tenggorok sebelum dan setelah pemberian antibiotik
• Jika biakan masih positif, lanjutkan antibiotik 7 hari lagi;
• Jika biakan tetap positif, ganti antibiotik yang sesuai dengan uji resistensi
07/01/2018 WORKSHOP DIFTERI - © IDAI BANTEN 50
Peran Imunisasi
• Imunitas yang didapat secara alami atau
dari imunisasi akan menurun setiap
• Pengulangan imunisasi (booster) yang
tidak adekuat akan meningkatkan
transmisi penyakit yang diperoleh dari
karier
• Sementara menunggu cakupan imunisasi
merata, kasus non-toxigenic strains yang
menyebabkan penyakit invasif meningkat
40 80
75
36.8 72,5 72,5
35 70
67,6
T it e r P r o t e k t if O p t im a l > 0 ,1
61,5
30 30 60 57,9
60
55
25 25 50 48,4
24.3
% Titer
40 40,5
20 19.3 20 37,3
34,5 35,3
16.8 17.5 33,3
15 15 30
12.8
21,2
10 20
7.8 7.8
5.2 10
5 5.1
0
0 0
<1 1_2 2_3 3_4 4_5 5_6 SD I SD II SD III SD IV SD V SD VI SM P 1 SMP 2 SMP 3 <1 2 3 4 5 6 SDI SDII SDIII SDIV SDV SDVI SMP1SMP2SMP3
Jumlah subjek= 750 anak Titer IgG anti difteri (international unit)
• umur < 1 th – 6 th masing-masing < 0,01 = non protektif
60 0,01 - 0,1 = protektif minimal
• SD + SMP masing-masing kelas 50 > 0,1 = protektif optimal
anak
07/01/2018 WORKSHOP DIFTERI
Rusmil K.dkk. KLB- © IDAI BANTEN
difteri 52
di Cianjur, presented in Satgas Imunisasi 2015
Seroprevalence Antibodi Difteri di Polandia
menurut kelompok umur
1995
Jumlah
kasus
difteri
per
100.000
populasi