Analisa Data Dan Penyelidikan Tanah
Analisa Data Dan Penyelidikan Tanah
Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan bangunan di atas
tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu dilaksanakan penyelidikan
kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun.
Dari Hasil Tes Boring (Boring Log)
Kedalaman ±0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu.
Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung kelanauan
berwarna abu-abu.
Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan berwarna abu-
abu.
Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu.
Dilihat dari lima macam analisa data tanah di atas, maka lapisan tanah keras yang paling
dalam yaitu pada kedalaman -19,60 m berupa tanah lempung kelanauan berwarna abu-
abu.
Pemilihan Jenis Pondasi
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan
beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
Fungsibangunan atas
Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
Jumlah biaya yang dikeluarkan
Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di atas.
Dari pertimbangan hasil penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan beban
dari struktur di atasnya, maka jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang
pancang dengan penampang bebentuk lingkaran.
Adapun spesifikasi dari tiang pancang tersebut adalah:
Ptiang =
= 75914,733 kg= 75,915 t
Sehingga daya dukung yang menentukan adalah daya dukung berdasrkan data sondir,
Ptiang = 75,915 t ~ 76 t.
Menentukan Jumlah Tiang Pancang
Untuk menentukan jumlah tiang pancang yang dibutuhkan digunakan rumus acuan
sebagai berikut:
P1 139.89776 1.841 6
P2 244.48976 3.217 6
P3 221.04676 2.909 4
P4 182.92676 2.407 6
P5 155.86976 2.051 6
P6 223.19576 2.937 4
P7 337.10676 4.436 9
P8 307.90976 4.051 6
P9 294.28176 3.872 6
P10 211.85676 2.788 6
P11 220.12476 2.896 4
P12 318.79976 4.195 6
P13 218.34476 2.873 6
P14 182.24176 2.398 4
P15 213.33676 2.807 4
P16 196.01776 2.579 4
P17 133.60876 1.758 4
P18 234.39376 3.084 6
P19 282.34676 3.715 6
P20 185.10276 2.436 4
P21 130.56576 1.718 4
P22 230.09576 3.028 6
P23 270.54276 3.560 6
P24 160.97276 2.118 4
P25 136.84076 1.801 4
P26 241.25776 3.174 6
P27 289.28576 3.806 6
P28 157.37076 2.071 4
P29 95.562 76 1.257 4
P30 146.67076 1.930 4
P31 167.86676 2.209 4
P32 96.012 76 1.263 4
Menghitung Efisiensi Kelompok Tiang Pancang
Tipe-tipe poer (pile cap) yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
> 223.195
Tipe 1 0.758 76 57.590 4 230.360
ton
> 318.799
Tipe 2 0.717 76 54.522 6 327.129
ton
> 337.106
Tipe 3 0.677 76 51.453 9 463.079
ton
Perhitungan Beban Maksimum Yang Diterima Oleh Tiang
dimana:
Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)
SPv = Jumlah total beban (t)
Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x ™
My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y ™
n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)
Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x
ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y
Sx2 = Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)
Sy2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)
Pondasi Tipe 1
Pmak =
= 56,649 t …< P1 tiang = 57,590 t
Pondasi Tipe 2
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 2
SPv = 318,799 t
Mx = 0,096 tm
My = 0,058 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
n=6
nx = 3
ny = 2
Pmak =
= 53,179 t …< P1 tiang = 54,522 t
Pondasi Tipe 3
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 3
SPv = 337,106 t
Mx = 0,022 tm
My = 2,062 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 125 cm = 1,25 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
n=9
nx = 3
ny = 3
Pmak =
= 37,734 t …< P1 tiang = 51,453 t
Kontrol Terhadap Geser Pons
4.8.7.1 Pile Cap Tipe 1 dan Tipe 2
Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P kolom.
P = 318,799 t
h = 0,7 m
t=
=
= 87,582 t/m2
= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan
tulangan geser pons).
4.8.7.2 Pile Cap Tipe 3
Karena kolom tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P tiang pancang.
P = 37,734 t
h = 0,7 m
t=
=
= 14,31 t/m2
= 1,431 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan
tulangan geser pons).
Penulangan Tiang Pancang
Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan
tersebut ada dua kondisi, yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.
Kondisi I (Dua Tumpuan)
Gambar 4. 39 Kondisi Pengangkatan 1 dan Momen yang Ditimbulkan
Didapatkan: a =
= 1,243 m
M1 =
=
= 363,86 kgm
Dmak =
=
= 1413 kg
Kondisi II (Satu Tumpuan)
Gambar 4.40 Kondisi Pengangkatan 2 dan Momen yang Ditimbulkan
Maka:
Didapatkan: a =
= 1,75 m
M1 =
=
= 721,219 kgm
D1 =
=
= 831,176 kg
Dari kedua kondisi di atas diambil yang paling menentukan yaitu:
M = 721,219 kgm
D = 1413 kg
kN/m2
Pu = 56,649 T = 566,49 KN
Vn = N
Vc = N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc Þ dipakai tulangan praktis
Digunakan tulangan sengkang ø8 – 200.
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN/m2
= = 14,179 t
Untuk perhitungan gaya dalam tie beam lainnya ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.42 Gaya Dalam pada Tie Beam
L q Gaya
Sloof 0.5*L 1/5*L Momen
(m) (kg/m) Lintang
Mtump Mlap. Tump. Lap.
(kgm) (kgm) (kg) (kg)
S1 6.7 3.35 1.340 7.054 26.388 13.194 23.63114.179
S2 5.45 2.725 1.090 7.054 17.460 8.730 19.22211.533
S2 5.25 2.625 1.050 7.054 16.202 8.101 18.51711.110
S3 8 4 1.600 7.054 37.621 18.811 28.21616.930
S4 6 3 1.200 7.054 21.162 10.581 21.16212.697
S5 3.5 1.75 0.700 7.054 7.201 3.600 12.3457.407
S5 2.75 1.375 0.550 7.054 4.445 2.223 9.699 5.820
S5 2.5 1.25 0.500 7.054 3.674 1.837 8.818 5.291
Perhitungan Penulangan Tie Beam
Penulangan S1
a) Tulangan Lentur
M tump = 26,388 kgm = 263,88 kNm
M lap = 13,194 kgm = 131,94 kNm
Tinggi sloof (h) = 600 mm
Lebar sloof (b) = 400 mm
Penutup beton (p) = 40 mm
Diameter tulangan (D) = 22 mm
Diameter sengkang (ø) = 10 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – ø – ½ D
= 600 – 40 – 10 – ½ . 22
= 539 mm
d’ = p + ø + ½ D
= 40 + 12 + ½ . 22
= 61 mm
f’c = 25 Mpa
fy = 400 Mpa
Tulangan Tumpuan
Mu = 263,88 kNm
kN/m2
kN/m2
Vn = MPa
Vc = MPa
Vs = Vn – Vc = 393848,33 – 179666,67 = 214181,67 N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu – fvc = 1,096 – 0,50 = 0,596 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak Þ OK
Perencanaan sengkang
mm2
Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 557 mm2
mm
smax = mm
Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 150.
Vn = MPa
Vc = MPa
Vs = Vn – Vc = 236309,00 – 179666,67 = 56642,33 N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu – fvc = 0,658 – 0,50 = 0,158 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak Þ OK
Perencanaan sengkang
mm2
Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 157 mm2
mm
smax = mm
Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 250.