Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Nyeri

2.1.1

Definisi Nyeri

Nyeri

adalah sensasi subyektif, rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan

dengan kerusakan jaringan. Nyeri dapat bersifat protektif, yaitu

menyebabkan individu menjauh atau menghindari stimulus yang

berbahaya. Deskripsi nyeri bersifat subyektif dan obyektif, berdasarkan

lama (durasi), kecepatan sensasi, dan lokasi

(Corwin, 2009)

Nyeri

merupakan perasaan sensori dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan

dengan kerusakan jaringan (ancaman) (Tjay dan Rahardja, 2007).

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat
dibagi dengan orang lain.

Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya dan

mengubah kehidupan orang tersebut. Tidak ada dua orang yang

mengalami nyeri dengan cara yang benar-benar sama. Selain itu,

perbedaan persepsi dan reaksi secara individual dan banyaknya penyebab

nyeri, menimbulkan situasi yang kompleks bagi perawat ketika membuat

sebuah rencana untuk mengatasi nyeri dan menyediakan kenyamanan

(Berman, Kozier, dan Erb, 2009).

10
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis bertujuan untuk melindungi diri.

Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah.

Nyeri merupakan suatu gejala yang menunjukkan terjadinya kerusakan

jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat

mengkaji nyeri (Potter dan Perry, 2006)

http://pundex.blogspot.com/2012/08/macam-macam-nyeri.html

Berdasarkan lokasi,durasi,kualitas dan karakter nyeri ada beberapa macam


nyeri,yaitu :
1. NYERI AKUT

Adalah suatu reaksi sensoris dari nosiseptif yang mendadak yang merupakan
sinyal alarm untuk mekanisme proteksi tubuh. Nyeri akut hampir selalu
terjadi oleh adanya picu kerusakan jaringan somatic maupun visceral, yang
lama berlangsungnya hampir bersamaan dengan lama sembuhnya perlukaan yang
tidak disertai penyulit. Rasa nyeri akan hilang pada saat perlukaan sembuh.
Berdasarkan sifatnya nyeri akut ada 2 macam:

 - Nyeri fisiologis : terjadi apabila intensitas rangsang mencapai ambang nosiseptor dan
mengakibatkan timbulnya refleks menghindar. Nyeri ini sifatnya sementara,hanya selama
ada rangsang nyeri dan dapat dilokalisir
 - Nyeri Klinis : timbul karena terjadinya perubahan kepekaan system syaraf terhadap
rangsang nyeri sebagai akibat adanya kerusakan jaringan yang disertai proses inflamasi ,
nyeri ini sifatnya terlokalisir dan baru hilang bila penyebabnya hilang / sembuh

2. Nyeri Kronik
adalah nyeri yang berlansung satu bulan di luar lamanya perjalanan
penyakit akut atau nyeri yang tetap berlangsung walaupun perlukaan sudah
sembuh.
3. NYERI SOMATIK
Adalah nyeri yang dipicu oleh adanya kerusakan jaringan yang terjadi pada
bagian permukaan tubuh(soma), meliputi kulit dan jaringan
muskulo-skeleta atau deep somatic,yaitu : otot sendi.,ligamentum,dan
tulang.kualitas nyerinya tajam dengan lokalisasi berbatas tegas.
4. NYERI VISCERAL
Adalah nyeri yang di picu olehkerusakan pada bagian dalam tubuh, terutama
organ visceral yang disebabkan karena trauma atau nyeri punggung bawah
karena jepitan/benturan.
Cirinya adalah karena terjadinya tidak berhubungan dengan perlukaan
organ atau bangunan internal, maka sifat umumnya tumpul,arcing dan di
rujuk kelokasi lain (referred pain). sifat nyerinya difus, lokasinya
tidak jelas dan selalu disertai reflek motorik dan otonom.
5. NYERI PSIKOGENIK
Adalah nyeri yang tidak ditimbulkan oleh stimulus,gangguan fungsi
tranmisi nyeri atau gangguan modulasi neuron. Mekanisme
nyeri psikogenik lebih mirip dengan mimpi,halusinasi atau memori dan
sama sekali berbeda dengan nyeri atau sensasi yang datang dari nosiseptor.
6. NYERI NEUROPATIK
Disebut juga sebagai nyeri patologis, nyeri abnormal adalah nyeri yang
disebabkan oleh kerusakan serabut saraf perifer atau saraf sentral
sendiri
7. NYERI SENTRAL
Adalah nyeri yang disebabkan oleh karena rusaknya serabut perifer pada
nyeri sentral yang rusak adalah sistem saraf pusat sendiri (otak)
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri ada beberapa macam. Berikut adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri dan diantaranya yaitu :

1. Usia. Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri
terutama pada anak dan orang dewasa (Potter & Perry (1993). Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk
memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat
menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak,
mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada
orang tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
2. Jenis Kelamin. Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang
mempengaruhi nyeri adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak mempunyai
perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan
bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri.
Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita
dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989)
dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada
wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
3. Budaya. Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud,
1991).Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa
nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari
mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat
yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar
tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon
perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare,
2003).
4. Keluarga dan Support Sosial. Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri
adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri
sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi.
Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin
bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak
dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
5. Ansietas ( Cemas ). Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan
meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak
memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak
memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat
pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat
meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan
nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri.
Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan
pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
6. Pola koping. Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit
adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol
dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan
jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti
sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi
dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk
mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
http://ferimalinda.blogspot.com/2011/02/gangguan-rasa-nyaman-nyeri.html

Klasifikasi Nyeri

A. Berdasarkan Sumbernya

 Cutaneus / Superfisial

Nyeri yang mengenai kulit / jaringan subkutan biasanya


bersifat burning

Contoh : terkena ujung pisau / gunting

 Somatic / Nyeri Dalam

Nyeri yang muncul dari pembuluh darah, tendon saraf dan lebih
lama dari superfisial.

 Visceral ( Organ Dalam )

Simulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen, cranium dan


thorak.

B. Berdasarkan Penyebab

 Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik :

 Radang tulang, otot dan rheumatic lainnya.

 Nyeri otot, kuku / pemendekan otot (kram).

 Sakit bahu dan tulang punggung.

 Salah posisi saat kerja / aktivitas dan tidur.

 Cedera olah raga.

 Kelainan bentuk kaki.

 Pasca patah tulang, amputasi tulang dan osteoporosis.

 Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas / susah /


diidentifikasi bersumber dari emosi / psikis dan biasanya
tidak disadari.

Contoh : orang yang marah tiba-tiba merasa nyeri pada


dadanya.
C. Berdasarkan Lama / Durasinya

 Nyeri Akut

 Nyeri secara mendadak dan mudah hilang.

 Durasi singkat.

 Tidak lebih dari 6 bulan.

 Serangan mendadak.

 Daerah nyeri tidak diketahui secara pasti.

 Nyeri Kronis

 Nyeri secara perlahan-lahan dan berlangsung cukup lama.

 Durasi lama.

 Lebih dari 6 bulan.

 Serangan bisa mendadak, terus-menerus.

 Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya.

Perbedaan Karakteristik Nyeri Akut dan Nyeri Kronik

Nyeri Akut Nyeri Kronik

 Lamanya dalam hitungan menit.  Lamanya sampai hitungan bulan, >


6 bulan.

 Fungsi fisiologis bersifat


 Ditandai peningkatan nadi,
normal.
respirasi.

 Respon pasien : fokus pada


nyeri, menangis, mengerang.  Tidak ada keluhan nyeri.

 Tingkah laku : menggosok bagian


yang nyeri.
 Tidak ada aktifitas fisik
sebagai respon terhadap nyeri.

D. Berdasarkan Lokasi / Letak


 Radiating Pain

Nyeri menyebar dari sumber nyeri menyebar ke jaringan didekatnya.

 Referred Pain

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan


berasal dari jaringan penyebab.

 Intractable Pain

Nyeri yang sangat susah dihilangkan.

Contoh : nyeri kanker maligna.

 Phanthom Pain

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang / bagian tubuh


yang lumpuh injuri medulla spinalis.

Contoh : bagian tubuh yang diamputasi.

Mekanisme Nyeri

Mekanisme Nyeri - Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel


yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi
sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan
inhibisi. Nosisepsi adalah mekanisme yang menimbulkan nyeri nosiseptif
dan terdiri dari proses transduksi, konduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.

Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen/nosiseptor


mengubahstimulus nyeri menjadi potensial aksi. Konduksi adalah proses
penghantaran/penjalaran impuls melalui serabut saraf penghantar nyeri
sampai ke kornu dorsalis medula spinalis, dan dari kornu dorsalis ke otak.
Transmisi adalah proses penghantaran impuls melewati sinaps dari neuron
orde pertama ke neuron orde kedua pada jalur sensorik yang terjadi di kornu
dorsalis medula spinalis. Proses ini melibatkan pelepasan
neurotransmiter dari neuron presinaps ke neuron post sinaps. Modulasi
adalah proses amplifikasi atau inhibisi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian
reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu
dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari
korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah
(midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis.
Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan
penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. Persepsi nyeri
adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari
interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan
karakteristik individu lainnya. Keempat proses ini dikaitkan satu sama
lain dalam teori “gate control”

Teori “gate control” merupakan model modulasi nyeri yang populer. Teori
ini menyatakan eksistensi dari kemampuan endogen untuk mengurangi dan
meningkatkan derajat perasaan nyeri melalui modulasi impuls yang masuk
pada kornu dorsalis melalui “gate” (gerbang). Berdasarkan sinyal dari
sistem asendens dan desendens maka input akan ditimbang. Integrasi semua
input dari neuron sensorik, yaitu pada level medula spinalis yang sesuai,
dan ketentuan apakah “gate akan menutup atau membuka, akan meningkatkan
atau mengurangi intensitas nyeri asendens. Teori “gate control” ini
mengakomodir variabel psikologis dalam persepsi nyeri, termasuk motivasi
untuk bebas dari nyeri, dan peranan pikiran, emosi, dan reaksi stress
dalam meningkatkan atau menurunkan sensasi nyeri. Memalui model ini,
dapat dimengerti bahwa nyeri dapat dikontrol oleh manipulasi farmakologis
maupun intervensi psikologis (Meliala, 2004 & painedu.org, 2008).
Referensi :
1. Meliala, L. 2004. Terapi Rasional Nyeri. Medika Gama Press, Yogyakarta.
2. Painedu.org, 2008. Physiology of Pain, http://www.painedu.org.

Anda mungkin juga menyukai