Makalah Pinpan Kelompok 6
Makalah Pinpan Kelompok 6
Pengaruh Penambahan Fin terhadap Laju Pindah Panas pada Heat Exchanger
Shell And Tube yang Diaplikasikan pada Industri Pengolahan Susu
Review Jurnal “Pengaruh Pemasangan Fin dan Adanya Getaran pada Heat
Exchanger Shell And Tube terhadap Laju Pindah Panas” oleh Andrea Ayu
Prawesti
Disusun oleh :
Kelompok 6
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2015
DAFTAR ISI
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat - Nya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul
“Pengaruh Penambahan Fin terhadap Laju Pindah Panas pada Heat Exchanger
Shell And Tube yang Diaplikasikan pada Industri Pengolahan Susu” yang di
review dari jurnal dengan judul “Pengaruh Pemasangan Fin dan Adanya Getaran
pada Heat Exchanger Shell And Tube terhadap Laju Pindah Panas” oleh Andrea
Ayu Prawesti. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pindah
panas dan proses termal. Diharapkan dengan adanya makalah ini materi pindah panas
yang disampaikan bisa lebih diperdalam dan bisa dipahami dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang telah
memberikan tugas ini dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menjabarkan bagaimana pengaruh kecepatan aliran fluida terhadap laju
perpindahan panas pada pipa bersirip dan bergetar, dengan pembanding
yaitu pipa tanpa sirip dan tidak bergetar.
2. Mengetahui pemanfaatan penambahan fin pada dinding di sekitar shell
dan tube pada Heat exchanger.
3. Mengetahui hasil dan pengaruh dari nilai koefiesien pindah panas yang
diperoleh pada Heat exchanger yang diberi tambahan fin.
di mana q adalah laju perpindahan kalor dan T/ x merupakan gradient suhu ke arah
perpindahan kalor. Konstanta positif k disebut konduktivitas atau thermal
conductivity benda itu, sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum
kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam
skala suhu. (Holman, 1997).
Perpindahan Kalor Konveksi
Bila sebuah fluida lewat di atas sebuah permukaan padat panas, maka energi
dipindahkan kepada fluida dari dinding oleh hantaran panas. Energi ini kemudian
diangkut atau dikonveksikan (convected), ke hilir oleh fluida, dan didifusikan melalui
fluida oleh hantaran di dalam fluida tersebut. Jenis proses perpindahan energi ini
dinamakan perpindahan panas konveksi (convection heat transfer). (Stoecker dan
Jones, 1982) Jika proses aliran fluida tersebut diinduksikan oleh sebuah pompa atau
sistem pengedar (circulating system) yang lain, maka digunakan istilah konveksi
yang dipaksakan (forced convection). Bertentangan dengan itu, jika aliran fluida
timbul karena gaya apung fluida yang disebabkan oleh pemanasan, maka proses
tersebut dinamakan konveksi bebas (free) atau konveksi alami (natural).
Gambar 2. Penukar kalor pipa konsentris (a) parallel flow (b) counterflow
Gambar 3. Penukar kalor aliran melintang (a) bersirip dengan kedua fluidanya
tidak campur (b) tidak bersirip dengan satu fluida campur dan satu fluida lagi
tidak campur.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada gambar 1, terdapat tube inlet (warna merah muda), merupakan tempat
masuknya fluida yang dimaksudkan sebagai fluida yang melepas panas. Fluida
tersebut mengalir melalui tube, menuju tube outlet. Sedangkan fluida yang lain
(fluida yang dimaksudkan sebagai fluida penyerap panas), disalurkan dari atas
melalui shell inlet, mengalir memutari tube bundle menuju shell outlet.
Alat penukar panas ini biasa digunakan di industri, salah satunya industri
pengolahan susu agar tidak ada energi yang terbuang saat terjadinya perpindahan
panas. Jika ada energi yang terbuang bisa dimanfaatkan untuk menambah tingkat
produktivitas industri tersebut.
Pada industri pengolahan pangan seperti susu, energi digunakan sebagai
bahan baku utama untuk menjalankan proses produksi. Energi yang digunakan adalah
energi panas. Energi panas ini digunakan baik pada pemanasan maupun pendinginan
bahan. Pemanasan maupun pendinginan ini dalam produksi berfungsi untuk
mencegah pertumbuhan mikrobial yang akan menyebabkan kerusakan dan juga akan
mencegah degradasi enzim pada bahan.
Pengolahan susu dengan menggunakan prinsip Heat exchanger ini contohnya
adalah, susu steril UHT (yang biasa dikonsumsi yaitu susu ultra) dan juga susu
pasteurisasi.
Pada proses pasteurisasi, susu yang telah disaring masuk plate cooler berupa
Plate Heat exchanger (PHE) pada suhu maksimal 14oC untuk didinginkan hingga
mencapai suhu 4oC menggunakan media air dingin bersuhu 2oC. Susu dialirkan ke
plate-plate dengan arah yang berlawanan dengan media pendingin.
Setelah didinginkan dan dimasukkan kedalam tangki, susu tersebut dialirkan
menuju unit pasteurisasi berupa Plate Heat exchanger (PHE). Pasteurisasi dilakukan
secara kontinyu menggunakan suhu tinggi dalam jangka waktu yang singkat atau
disebut sistem HTST (High Temperature Short Time). Suhu yang digunakan adalah
83oC dengan penahanan dalam holding tube selama 15 detik. Waktu yang singkat
dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nutrisi terutama protein susu agar tidak
terdenaturasi. Plate Heat exchanger (PHE) untuk pasteurisasi terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian regenerasi, pasteurisasi dan pendinginan. Susu dialirkan ke bagian
regenerasi untuk mengalami pemanasan awal menggunakan medium pemanas yakni
susu yang telah mengalami pasteurisasi bersuhu 60oC. Susu kemudian dialirkan
kebagian pasteurisasi untuk mengalami pemanasan lebih lanjut sampai mencapai
suhu 83oC dengan medium pemanas steam bersuhu 83oC. Susu lalu masuk holding
tube untuk ditahan suhunya selama 15 detik. Setelah itu susu didinginkan dengan
melewati bagian regenerasi terlebih dahulu sehingga terjadi kontak tidak langsung
karena dibatasi oleh plat. Dengan cara demikian susu segar yang baru masuk akan
mengalami pemanasan awal dan susu yang sudah dipasteurisasi akan mengalami
penurunan suhu. Pendinginan kemudian dilakukan dibagian pendingin sampai suhu
mencapai 4oC. Pendinginan bertujuan untuk shocking bacteria, yakni mematikan
bakteri yang tahan terhadap suhu pasteurisasi.
Pada sterilisasi UHT, susu disterilkan dengan suhu 140oC selama 4 detik
untuk membunuh semua bakteri yang membahayakan. Setelah melalui proses
sterilisasi, susu dialirkan menuju tempat pengemasan. Pada perjalanan pengaliran
tersebut, susu harus diturunkan terlebih dahulu suhunya, salah satunya adalah dengan
menggunakan Heat exchanger shell and tube ini. Susu dialirkan melalui tube bundle,
dan fluida dengan suhu yang lebih rendah dari susu dialirkan melalui shell.
Proses transfer panas pada pengolahan susu ini tidak akan selalu berjalan
dengan sempurna. Permasalahan yang biasanya timbul adalah kondisi transfer panas
yang terjadi. Kondisi transfer panas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu steady-state
dan unsteady-state. Pada kondisi steady state, waktu tidak memiliki pengaruh
terhadap distribusi atau perpindahan panas yang terjadi pada obyek. Sedangkan pada
unsteady state, perubahan temperatur terjadi dengan disertai perpindahan lokasi dan
perubahan waktu. Perubahan temperatur ini akan berjalan seiring dengan
penambahan waktu, semakin lama waktu yang dibutuhkan akan menyebabkan
temperatur yang tinggi juga. Tingginya temperatur tersebut akan menyebabkan
beberapa perubahan pada aroma, tekstur, rasa dan nilai letalitas pada produk tersebut
yang akan menyebabkan penerimaan produk oleh konsumen juga berkurang. Sebagai
contoh grafik yang disebabkan oleh pemanasan pada unstedy state.
Pada Heat exchanger shell and tube, terjadi pindah panas konduksi dan
konveksi. Pindah panas secara konduksi terjadi antara perpindahan panas pada fluida
menuju ke dinding tube, dan pindah panas secara konveksi terjadi antara perpindahan
panas dari dinding tube menuju fluida yang bersuhu lebih rendah daripada fluida
yang memberi panas ke dinding tube. Pada steady maupun unsteady state
perpindahan panas pada pengolahan ini akan terjadi secara konduksi dan konveksi,
untuk itu besarnya laju perpindahan panasnya akan sangat dipengaruhi oleh luas
permukaan dari material dinding tube tersebut. Luas permukaan dinding tube yang
kecil akan menyebabkan kapasitas perpindahan panas yang dihasilkan kecil dan
kurang efektif untuk memperbesar tingkat produktivitas industri. Pada industri
pengolahan perlu dilakukan cara yang efektif agar bisa menghasilkan kapasitas
perpindahan panas yang besar tanpa menggangu proses produksi dan akan
meningkatkan produktifitas industri. Salah satu cara untuk memperbesar kapasitas
perpindahan panas dari heat exchager shell and tube adalah dengan melakukan
beberapa modifikasi pada alat tersebut.
Salah satu modifikasi dari Heat exchangershell and tube adalah dengan
memberi fin (sirip) pada setiap tube sehingga luas permukaan atau luas penampang
pada tube semakin besar, hal ini akan memungkinkan panas yang di transferkan akan
lebih besar. Penambahan sirip juga mempengaruhi pola aliran dari fluida di antara
dinding dalam shell dan dinding luar tube. Semakin acak aliran, makan semakin besar
pula laju perpindahan panas fluida.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Heat exchanger yang diberi
penambahan sirip akan menghasilkan koefisien pindah panas konveksi (h) yang
semakin besar seiring dengan kecepatan fluida. Laju pindah panasnya lebih besar
dibandingkan dengan alat tanpa sirip. Pindah panas yang dihasilkan akan lebih besar
lagi jika alat tersbut di modifikasi dengan penmbahan vortex atau penghasil getaran,
sehingga terbentuk getaran pada fluida di dalam heat exchanger. Getaran yang
terbentuk sangat mempengaruhi osilasi pada tube, baik amplitude maupun
frekuensinya. Getaran yang terbentuk akan menyedot fluida pada lapisan batas
sehingga fluida tertarik ke dalam dan boundary layer dari fluida akan semakin tipis
dan perpindahan panas pada fluida dan dinding tube akan semakin besar. Hal ini bisa
dibuktikan dari grafik yang ada bahwa Heat exchanger yang di modifikasi dengan
sirip dan alat penghasil getar akan jauh menghasilkan kapasitas pindag panas yang
lebih besar.
Penambahan fin atau sirip pada Heat exchangershell and tube menyebabkan
peningkatan nilai koefisien pindah panas, yang menyebabkan meningkatnya nilai laju
pindah panas. Sirip ini memperluas permukaan tube sehingga perpindahan panas
antara fluida menuju ke dinding tube berlangsung semakin cepat. Selain memperluas
permukaan, sirip ini juga mengacak aliran fluida pada shell, sehingga alirannya
semakin cepat dan laju pindah panas semakin cepat pula.
BAB IV
KESIMPULAN
Cengel, Y.A. 2003. Heat Transfer “A Practical Approach” Second Edition. McGraw
Hill, New York.
Holman, J.P. 1997. Heat Transfer Sixth Edition. McGraw Hill, London.
Incropera, F.P., Dewitt, D.P. 2007. Fundamentals Of Heat Transfer Edition. John
Willey And Sons, New York.