Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Tentang Sistem Pengelolaan KJKS

Sebelum membahas pengertian sistem pengelolaan KJKS, penulisan

akan terlebih dahulu mengemukakan arti kata "sistem pengelolaan dan KJKS".

Sistem dalam kamus bahasa indonesia (KBBI) artinya perangkat unsur yang

secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk sebuah totalitas,sedangkan

pengelolaan berawal dari kata kelola yang mendapat awalan pe- dan akhiran -

an adalah mengendalikan atau menyelenggarakan dan KJKS adalah salah satu

wujud nilai syariah dalam bentuk lembaga keuangan mikro, dimana institusi ini

secara fungsional tidak berbeda dengan perbankan syariah lainnya yaitu

menghimpun dana anggota baik berupa tabungan dan simpanan berjangka

dengan akad mudharabah dan wadiah, serta menyalurkannya dalam

pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna, ijarah, dan

alqardh.

Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

sistem pengelolaan koperasi adalah sebuah usaha untuk mengendalikan atau

menyelenggarakan suatu perkumpulan orang atau badan hukum yang memberi

kebebasan bagi para anggotanya untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama

secara menjalankan usaha kekeluargaan untuk mempertinggi kesejahteraan

jasmaniah pada anggotanya sesuai syariat Islam.

10
1. Pengertian Pengelolaan Syariah

Secara harfiah, Mengelola merupakan sinonim dari kata manajemen.

Sedangkan manajemen sendiri berasal dari bahasa Inggris to manage, yang

berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola1. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia manajemen berarti proses penggunaan sumber daya

secara efektif untuk mencapai sasaran2.

Menurut James A.F Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani

Handoko 'manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan'3

Sedangkan Malayu S.P Hasibuan berpendapat bahwa "manajemen

adalah suatu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu".4

Sedangkan Syariah berasal dari kata syara’ yang berarti undang-

undang. Menurut Drs. Ahsin W. Al-Hafidz syariah berarti "peraturan atau

undang-undang. Adapun yang dimaksud adalah hukum-hukum (peraturan)

1
John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT Gramedia,
2005, . 372
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka Pusat Bahasa dan
Pendidikan Nasional, 2005, . 624.
3
Thani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2005. 8.
4
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007, 2.

11
atau undang-undang yang ditentukan Allah untuk hamba-Nya, sebagaimana

terkandung dalam kitab Al-Quran dan diterangkan oleh Rasulullah SAW".5

Manajemen merupakan bagian dari syariat Islam. Dalam Islam,

umatnya dianjurkan untuk senantiasa melakukan sesuatu pekerjaan secara

teratur. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, pekerjaan

mengelola sesuatu secara teratur itu merupakan bagian dari ilmu dan praktik

manajemen. Islam merupakan agama yang sempurna, dan begitu halnya

Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk melakukan suatu pekerjaan

dengan baik dan sempurna.

Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan dengan sempurna maka

pekerjaan tersebut haruslah dilakukan dengan rapi, benar, tertib, dan teratur.

Begitu juga dengan arah dan tujuan dari pekerjaan tersebut harus jelas,

landasannya harus mantap, cara-cara untuk mencapainya juga harus jelas

dan transparan. Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu

agar dilakukan dengan baik, tepat, dan tuntas merupakan hal yang

disyariatkan dalam Islam. Jika seseorang sudah melakukan suatu pekerjaan

sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Islam, maka orang tersebut dapat

dikatakan sudah melakukan suatu pekerjaan dengan berdasarkan manajemen

syariah.6

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen syariah

adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan,

5
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: CV AMZAH, 2006. 275
6
Didin Hafiduddhin dan Hendri Tanjung, Op.Cit. 2.
12
setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan

nilai tauhid. Setiap kegiatan dalam manajemen syariah, diupayakan menjadi

amal saleh yang bernilai abadi.

2. Landasan Manajemen Syariah

Landasan manajemen syariah, diantaranya adalah firman Allah SWT dalam

surat ash-shaf ayat 4 yang berbunyi:

  


 
  
 
 
”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya

dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan

yang tersusun kokoh”.7(Q.S. Ash-Shaf:4).

Suatu bangunan kokoh karena adanya sinergi satu sama lainnya.

Begitu juga halnya dalam suatu organisasi, jika satu sama lainnya saling

bekerjasama, maka akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Suatu

organisasi akan berjalan dengan baik jika dikelola atau di manage dengan

baik pula. Pada dasarnya organisasi apapun, senantiasa membutuhkan

manajemen yang baik sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan yang

diharapkan.

7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV Penerbit
Jumanatul ‘Ali-Art (J-ART), 2005, 552.

13
3. Fungsi Manajemen Syariah8

a. Perencanaan (Planning)

Dalam manajemen, aspek perencanaan merupakan hal yang

penting dan mesti dilakukan. Bahkan Allah SWT menyatakan dirinya

sendiri bahwa Allah maha pembuat rencana.

  


”Dan Aku pun membuat rencana (pula) denga, sebenar
benarnya.”9(QS. Al-Thariq: 16)

Merencanakan bukanlah persoalan yang sederhana, mudah dan seadanya.

Merencanakan berarti mendesain, memikirkan, menimbang,

memutuskan, dan menentukan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Kegiatan pengorganisasian berhubungan dengan kegiatan Job description

(pembagian pekerjaan), pembagian tugas dan wewenang, pendelegasian

kekuasaan dalam organisasi, sehingga rencana yang dibuat dapat

dilaksanakan dengan baik. Sesungguhnya, Allah SWT mencintai orang-

orang yang bekerja secara teratur dan tertib sesuai dengan posisinya

masing-masing seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaff

ayat 4 yang telah dijelaskan sebelumnya.

8
Ibid. 216-220
9
Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 592.

14
c. Pengendalian atau Pengawasan (Controlling)

Dalam organisasi, pengendalian atau pengawasan merupakan

kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan dari rencana kegiatan yang telah

dibuat. Hal ini dilakukan agar tujuan dan sasaran organisasi yang

ditetapkan dapat dicapai dan tidak menyimpang dari tujuan atau sasaran

yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan ini merupakan penilaian

terhadap semua rencana yang telah dibuat, apakah berhasil atau gagal.

   


   

Artinya:”Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah

kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari.”10(QS. Ash-Syu’ara:113)

Ayat di atas memiliki pesan kuat bahwa kita harus senantiasa

mengevaluasi terhadap rencana dan perbuatan yang kita lakukan

sehingga akan dapat menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang kita

harapkan.

d. Pengarahan (directing)

Pengarahan dilakukan agar pembagian tugas yang telah

ditentukan dapat dilaksanakan dengan baik. Bagaimana seorang leader

atau manajer dalam memberikan pengarahan, telah dicontohkan oleh

Allah SWT dalam Al-Quran Surat An-Nisa’, yakni ketika orang mukmin

bersama Rosulullah SAW diperintahkan untuk bersiap siaga

10
Ibid., h. 373

15
berkelompok-kelompok atau maju bersama-sama dalam medan

pertempuran.

 
 
 
  
 
”Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah
(ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-
sama!”11(QS. An-Nisa’:71)

4. Prinsip Manajemen Syariah

Selama ini pemahaman sebagian besar masyarakat muslim Indonesia

mengenai konsep syariah masih terbatas hanya pada kegiatan ibadah-ibadah

rutin saja, seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya. Padahal konsep

syariah meliputi semua aspek kehidupan, mulai dari aspek ekonomi, sosial,

politik, budaya dan sebagainya. Ekonomi Islam juga tidak hanya sebatas

pada perbankan syariah saja, namun mencakup berbagai ruang lingkup

perekonomian yang mendasarkan pada pengetahuan dan nilai-nilai syariah

Islam, diantaranya adalah pengetahuan mengenai ilmu manajemen.12

Manajemen merupakan bagian dari syariat Islam. Dalam Islam,

umatnya dianjurkan untuk senantiasa melakukan sesuatu pekerjaan secara

teratur. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, pekerjaan

mengelola sesuatu secara teratur itu merupakan bagian dari ilmu dan praktik

11
Ibid. 9
12
Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta:Gema Insani
Press, 2001.170.

16
manajemen. Islam merupakan agama yang sempurna, dan begitu halnya

Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk melakukan suatu pekerjaan

dengan baik dan sempurna. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan dengan

sempurna maka pekerjaan tersebut haruslah dilakukan dengan rapi, benar,

tertib, dan teratur. Begitu juga dengan arah dan tujuan dari pekerjaan

tersebut harus jelas, landasannya harus mantap, cara-cara untuk

mencapainya juga harus jelas dan transparan. Sebenarnya, manajemen

dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan

tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam Islam. Jika seseorang sudah

melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Islam,

maka orang tersebut dapat dikatakan sudah melakukan suatu pekerjaan

dengan berdasarkan manajemen syariah

Untuk dapat disebut sebagai manajemen Islami atau manajemen

syariah, suatu manajemen harus memenuhi empat hal, yaitu:13

a. Manajemen Islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak Islami. Suatu

bisnis atau usaha bisa saja menggunakan label-label Islam dalam

operasionalnya, namun jika nilai nilai dan akhlak Islam dalam berbisnis

ditinggalkan, maka tidak dapat dikatakan Islami.

b. Kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinyakebutuhan dasar

pekerja. Jika suatu perusahaan memanipulasi semangat jihad seorang

pekerja dengan menahan haknya, kemudian menghiburnya dengan imin-

iming pahala yang besar, maka hal tersebut merupakan suatu kezaliman.

Sebab, urusan pahala adalah urusan Allah, yakni Allah yang mengatur.

13
Ibid. 171.
17
Sedangkan urusan kompensasi ekonomis merupakan kewajiban

perusahaan untuk membayarnya

c. Faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi

ekonomis. Pekerja diperlakukan dengan hormat dan diikutsertakan dalam

pengambilan keputusan. Tingkat partisipatif pekerja tergantung pada

intelektual dan kematangan psikologisnya. Bila hak-hak ekonomisnya

tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihad akan mau dan mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik.

d. Sistem dan struktur organisasi sama pentingnya. Kedekatan atasan dan

bawahan dalam ukhuwah islamiyah, tidak berarti menghilangkan otoritas

formal dan ketaatan pada atasan. Hubungan yang baik antara manajer dan

karyawan mutlak dibutuhkan dalam sebuah organisasi, sebab melalui

hubungan yang baik itulah sang manajer akan dengan mudah

memberikan suri tauladan atau contoh yang baik kepada karyawannya.

B. Kajian Tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

1. Pengertian KJKS

KJKS adalah koperasi yang beroperasi berdasarkan syariah atau

prinsip agama Islam. Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem

bunga atau riba yang memberatkan, maka KJKS beroperasi berdasarkan

kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan.

Selain itu KJKS juga merupakan wujud nilai syariah dalam bentuk

lembaga keuangan mikro, dimana institusi ini secara fungsional tidak

berbeda dengan perbankan syariah lainnya yaitu menghimpun dana

18
anggota baik berupa tabungan dan simpanan berjangka dengan akad

mudharabah dan wadiah, serta menyalurkannya dalam pembiayaan

mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna, ijarah, dan

alqardh.

Hal yang paling mendasar yang membedakan antara KJKS dengan

koperasi konvensional adalah sistem manajemen keuangan, yaitu

mengenai konsep bagi hasil yang merupakan sebuah solusi dari sistem

bunga yang selama ini diterapkan pada koperasi konvensional. Dengan

tegas bank KJKS menolak konsep bunga, karena menurut fiqih Islam,

konsep bunga termasuk pada riba, sedangkan riba itu hukumnya haram.

Definisi riba adalah nilai atau harga yang ditambahkan kepada

harta atau uang yang dipinjamkan kepada orang lain. Ulama fiqh membagi

riba menjadi dua macam yaitu riba fadldan riba an-nasi’ah. Riba fadl

adalah riba yang berlaku dalam jual beli yang didefinisikan oleh para

ulama fiqh dengan “kelebihan pada salah satu harta sejenis yang

diperjualbelikan dengan ukuran syarak.”Yang dimaksud ukuran syarak

adalah timbangan atau ukuran tertentu misalnya, satu kilogram beras dijual

dengan satu seperempat kilogram. Kelebihan seperempat kilogram tersebut

disebut riba fadl. Riba an-nasi’ah adalah kelebihan atas piutang yang

diberikan orang yang berutang kepada pemilik modal ketika waktu yang

disepakati jatuh tempo. Apabila waktu jatuh temponya sudah tiba, ternyata

orang yang berutang tidak sanggup membayar utang dan kelebihannya,

maka waktunya bisa diperpanjang dan jumlah utang bertambah pula.

19
Hal mendasar lain yang membedakan antara lembaga keuangan

non syariah dan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian

keuntungan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada anggota. Ada

dua penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah yaitu:

a. Profit and Loss shering/Profit shering (PLS) adalah apabila bank atau

LKS bukan bank melakukan share dengan anggota atau anggota dalam

pendapatan dan biaya. Pendapatan yang “dibagihasilkan”merupakan

pendapatan yang dikurangi biaya-biaya;

b. Jika biaya ditanggung bank atau LKS bukan bank,hal ini disebut

revenue sharing (RS).14

Pada umumnya dalam praktik, KJKS mempergunakan Revenue

Sharing, hal ini sebagai salah satu upaya untuk memajukan KJKS itu

sendiri. Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan

bagi hasil di KJKS. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati

bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk

menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan aspek-aspek: data usaha,

kemampuan angsuran, hasil usaha yang dijalankan, nisbah pembiayaan

dan distribusi pembagian hasil. Nisbahmerupakanratio atau porsi bagi

hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang melakukan akad kerja

sama usaha, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana

14
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, Cet.1, 2001, 140.

20
(mudharib) yang tertuang dalam akad atau perjanjian dan telah

ditandatangani pada awal sebelum dilaksanakan kerjasama usaha.

Konsep bagi hasil berbeda sekali dengan konsep bunga yang

diterapkan pada koperasi konvensional. Dalam KJKS, konsep bagi hasil

sebagai berikut:

a. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui KJKS yang bertindak

sebagai pengelola dana.

b. Pengelola atau KJKS mengelola dana tersebut di atas dalam system

pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke

dalam proyek atau usaha yang layak dan menguntungkan serta

memenuhi aspek syariah.

c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup

kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan

tersebut.

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI), untuk

kemaslahatan disarankan menggunakan prinsip bagi pendapatan (revenue

sharing)15.

Perhitungannya didasarkan pada pembagian nisbah yang telah

disepakati sebelumnya antara pihak KJKS dan pengelola atau anggota

debitur dikalikan dengan penjualan dari laporan laba rugi anggota debitur

pada umumnya. KJKS mengikuti fatwa tersebut dengan tujuan untuk

15
Dewan Syari’ah Nasional (DSN-MUI), Fatwa Dewan Syari’ah NasionaL (DSN MUI),
Jakarta, 2000.

21
menghindari resiko yang mungkin dilakukan oleh anggota debitur,

misalnya dengan cara menaikkan biaya operasional yang tidak perlu.

Ketika sebuah KJKS mengeluarkan produk pembiayaaan

mudarabah maka jelas perusahaan manapun menginginkan adanya laba,

besar kecilnya pembiayaan mudarabah akan mempengaruhi besar kecilnya

laba yang akan diperoleh KJKS . Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat

laba atau profit yang diperoleh, KJKS Manfaat dapat menggunakan rasio

profitabilitas.

Rasio profitabilitas (profitability rasio) bertujuan untuk keefektifan

manajemen secara kesuluruhan sebagaimana yang ditunjukkan oleh

pengembalian (return) yang diperoleh dari penjualan dan investasi16. Jadi,

dari rasio profitabilitas KJKS Manfaat bisa mengetahui laba tahun lalu

dengan laba tahun sekarang atau perbandingan laba tiap bulan secara

keseluruhan yang diperoleh dari tingkat keefektifan dan efisiensi kerja

manajemen.

Menurut Martono, ada tiga komponen yang digunakan dalam rasio

profitabilitas secara garis besar yaitu17 :

1. Return on Asset (ROA) : biasa disebut ROI (Return On Invesment)

yaitu laba setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat produktivitas aset18.

16
Fred R David, Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12 Jakarta: Salemba Empat, 2011,
209.
17
Martono DA Harjanto, Manajemen Keuangan, Cet.VII Yogyakarta, Ekonisia, 2008.59.
18
Ibid, 60.

22
2. Return on Equity (ROE) : rentabilitas modal sendiri adalah untuk

mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik

modal sendiri19.

3. Net Profit Margin (NPM) : margin laba bersih merupakan keuntungan

penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan.

Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan

penjualan20.

2. Tujuan KJKS

Koperasi Jasa Keuangan Syariah bertujuan untuk memberdayakan

masyarakat yang ekonominya lemah, tidak menerapkan sistem bunga

tetapi sistem syariah dan mensosialisasikan kepada masyarakat yang

selama ini telah terbiasa dengan lembaga keuangan sistem bunga serta

meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya dan turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan

sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dalam pelaksanaannya, Koperasi Jasa

Keuangan Syariah sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat dan

memiliki prospek yang cerah karena mayoritas penduduk muslim,

sehingga bisa dikatakan lembaga keuangan syariah mengalami kemajuan

yang pesat dari tahun ke tahun21

19
Ibid.
20
Ibid.59
21
Ibid.

23
3. Landasan KJKS

Sebuah Bangunan diperlukan sebuah pondasi yang kuat untuk

menopang dan menahan jika terjadi goncangan ataupun hal-hal lain yang

sekiranya dapat merobohkan bangunan tersebut,begitupun KJKS di

Indonesia juga memerlukan sebuah dasar ataupun landasan hukum yang

kuat supaya tetap kokoh berdiri melayani umat secara Islami walaupun

apapun yang terjadi.diantaranya yaitu:

a) KJKS berlandaskan pancasila dan UUD 1945

b) KJKS berazaskan kekeluargaan

c) KJKS Syariat Islam yaitu Alqur'an dan As-sunnah dengan saling

tolong menolong (ta'awun) dan saling menguwatkan (takaful).

4. Prinsip KJKS

KJKS merupakan koperasi yang tumbuh dan berkembang dari umat

muslim yang menginginkan adanya sebuah tatanan ekonomi yang sesuai

dengan syariat islam ,oleh karena itu diperlukan sebuah prinsip-prinsip

yang menguatkan ekonomi Islam yang antara lain:

a. Kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat dimiliki siapapun

secara mutlak

b. Manusia diberi kebebasan bermuamalah selama bersama dengan

ketentuan syariah

c. Manusia merupakan khalifah Allah yang mendapatkan tugas

memakmurkan bumi.

24
d. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan

pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang

ataupunsekelompok orang saja.

5. Peran dan Fungsi KJKS

Dalam koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari

keuntungan untuk kesejahteraan anggota,baik dengan cara tunai atau

membungakan uang yang ada pada anggota.Ironisnya sebagian anggota

yang meminjam biasanya anggota yang mengalami defisit keuangan untuk

kebutuhan sehari-hari (emergency loan) dari pihak koperasi

memberlakukan sama dengan Peminjam lainya dengan mematok bunga

yang sama besar .

Dalam koperasi syariah dalam hal ini tidak dibenarkan setiap

transaksi pembiayaan diperlakukan secara berbeda tergantung jenis

kebutuhan anggotanya dengan imbalan yang diterima seperti: Fee (Untuk

pelayanan jasa-jasa),margin (untuk jual beli) dan bagi hasil (untuk kerja

sama usaha).Oleh Karena itu KJKS memiliki peran dan fungsi antara lain:

a. Sebagai Manager Investasi

KJKS merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang

dihimpunya. Besar kecilnya Hasil Usaha KJKS tergantung keahlian,

kehati-hatian dan profesionalisme KJKS. Penyaluran dana yang

dilakukan Koperasi memiliki imlikasi langsung kepada

perkembanganya sebuah komperasi syari'ah.

25
Kopersi Syariah melakukan fungsi ini terutama dalam akad

pembiayaan Mudharobah ,dimana posisi koperasi sebagai "agency

contract"yaitu sebagai lembaga yang menginfestasikan dana-dana pihak

lain pada usaha- menguntungkan. Jika terjadi kerugian maka koperasi

syariah tidak boleh meminta imbalan sedikit pun karena kerugian

dibebankan pada pemilik dana. Fungsi ini terlihat pada penghimpunan

dana pada khususnya dari bentuk tabungan Mudharobah maupun

investasi pihak lain tidak terikat jika tidak memiliki objek usaha yang

jelas dan menguntungkan.

b. Sebagai Investor

Koperasi Syariah menginvestasikan dana yang dihimpun dari anggota

maupun pihak lain dengan pola investasi dengan pola syariah. Investasi

yang sesuai meliputi:

(1) Akad jual beli secara tunai (Al musawamah)

(2) Akad jual beli tidak tunai ( Al Murabahah)

(3) Sewa menyewa (Ijaroh)

(4) Kerja sama penyertaan sebagian modal (Musyarokah)

(5) Penyertaan Modal Seluruhnaya (Mudharabah)

Keuntungan yang diperoleh dibagikan secara proporsional (sesuai

kesepakatan nisbah) pada pihak yang nenberikan dana seperti tabunga

suka rela atau investasi pihak lain sisanya dimasukkan pada pendapatan

Koperasi Syari'ah.

26
c. Fungsi Sosial

Konsep Koperasi Syariah mengharuskan memberikan pelayanan

sosial baik kepada anggota yang membutuhkanya maupun kepada

masyarakat dhu'afa. Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman

darurat(mergency loan) dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan

pengembalian pokok (Al Qard) yang sumber dananya dari modal atau

laba yang dihimpun,dimana anggota tidak dibebankan bunga dan

sebagainya seperti dikoperasi konvensional. Sementara bagi masyarakat

dhuafa dapat diberi pinjaman kebajikan dengan atau tampak

pengembalian pokok (Qardul hasan) yang sumber dari dana dananya

dari dana ZIS ( Zakat,Infaq dan Shadaqoh).Pinjaman Qordul hasan ini

diutamakan sebagai modal usaha bagi masyarakat miskin agar usahanya

menjadi besar , jika usahanya mengalami kemacetan ia tidak perlu

dibebani dengan pengembalian pokoknya.

Fungsi ini juga yang membedakan koperasi konvensional

dengan koperasi syariah dimana konsep tolong menolong begitu

kentalnaya sesuai ajaran Islam. Sesuai dengan firman Allah dalam

Alqur'an Surat Al Maidah ayat 2

 ......
  
  
 
    
  

........dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

27
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

Allah Amat berat siksa-Nya22( QS AlMaidah: 2)

Dari Ayat diatas dijelaskan bahwa kita diperintahkan untuk

saling tolong-menolong dalam kebajikan dan bertaqwa dan sangat

dilarang untuk tolong menolong dalam berbuat dosa dan itu sesuai

dengan tujuan dari KJKS itu sendiri.

22
Departemen Agama Republik Indonesia, Q.S. Alquran dan terjemahan. Surabaya:
Mahkota : 1990,123.

28

Anda mungkin juga menyukai