PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Bioreaktor
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah
sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan
sebuahlingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari
bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di
dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif (enzim)
yang berasal dariorganisme tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik.
Sementara itu, agensia biologis yang digunakan dapat berada dalam
keadaan tersuspensi atau terimobilisasi. Contoh reaktor yang menggunakan
agensia terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun atau bioreaktor membran.
Jenis-jenis Bioreaktor
Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor, ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu, semikontinu, dan diskontinu.
1. Bioreaktor Kontinu
Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah
fraksi dari volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode
kontinu memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state),
dimana pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor
seperti pH dan konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan
berubah selama siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan
dalam kultur kontinu.
Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam
biorekator dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor
terjadi dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor
konstan. Dengan pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut
2
menyebar secara cepat dan merata pada seluruh bagian rekator. Contoh dari
biorektor kontinu yaitu Reaktor Tangki diaduk Kontinu (RTDK).
Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu
atau lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval
jarak sama dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan
melingkar. Peranan impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor
untuk mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan
dan meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen-
bagi sel, dan untuk memindahkan panas.
2. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan
bagi pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH,
dan pencampuran optimum. Sistem ini adalah tertutup, kecuali untuk organism
aerobik dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada
bioreaktor diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang
konstan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur
Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan
secara oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan
untuk meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat
didegradasi secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk
mempermudah pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar
agitator pada kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.
3. Bioreaktor semikontinu
Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau
substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan
diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari sistem. Produk yang dihasilkan
dari sistem seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur
3
diskontinu. Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam
produksi ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh bioreaktor semikontinu yaitu digestor atau bioreaktor anaerobik,
tetapi bioreaktor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu. Pengunaan sistem ini
pada pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang
diperoleh dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air
buangan yang efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam sistem ini Lumpur
buangan dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu
retensi hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama
dalam sistem operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat
tidak dapat digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba
yang tinggi dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang
memberikan laju degradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer,
misalnya buangan kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan.
Komponen Bioreaktor
4
– 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger
terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa udara, dan
mencegah pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperan dalam agitasi
dengan mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan
oleh rotor. Baffle juga berperan untuk mencegah terjadinya efekpusaran air akibat
agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk
mengontrol lingkungan dalam bioreaktor. Kontrol fisika meliputi
sensor suhu, tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan aliran. Sedangkan, kontrol
kimia meliputi sensorpH, kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.
5
menambahkan agar-agar. Agar-agar berasal dari ekstrak ganggang merah.
Kandungan galaktan pada agar diuraikan oleh bakteri. (Utami, 2004) Saat in,
berbagai macam media kultur bakteri telah banyak dibuat dengan bahan dasar
agar sebagai pemadat.
6
Perkembangbiakan bakteri dapat dinyatakan dalam grafik logaritma jumlah sel
hidup setiap waktu. Menurut Monod (1949) terdapat beberapa tahap
pertumbuhan, yaitu:
Fase lag
Fase ini merupakan fase yang dilakukan mikroorganisme untuk
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru sebelum memulai pertumbuhan.
Waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak cukup lama, kecepatan
pertumbuhan berada pada titik yang rendah mendekati nol dengan waktu generasi
yang panjang. Ukuran serta kecepatan aktivitas metabolisme berada pada kondisi
maksimum. Fase log akan pendek jika inokulum yang dipakai adalah bakteri pada
pertumbuhan eksponensial dan media memiliki komposisi yang sama dengan
media pertumbuhan sebelumnya. Inokulasi bakteri pada fase stasioner atau
inokulasi ke media dengan komposisi berbeda akan menghasilkan fase lag
sepuluh sampai dua puluh jam lebih lama. Fase lag mengindikasikan waktu yang
diperlukan bakteri untuk mensintesis enzim yang dibutuhkan dalam metabolisme
nutrisi baru.
Fase akselerasi
Setelah aklimatisasi sel akan mengalami fase percepatan pertumbuhan
eksponensial, di mana nutrisi digunakan untuk membentuk materi sel baru. Pada
tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak semakin pendek dan
terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan.
Fase eksponensial
Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak atau waktu
generasi berada pada kondisi minimal atau konstan, kecepatan pertumbuhan
spesifik berada pada kondisi maksimal atau konstan. Terjadinya kondisi ini
ditandai dengan nilai DNA/sel, RNA/sel, protein/sel dan kerapatan sel berada
pada kondisi konstan, sedangkan untuk ukuran sel biasanya minimum. Karena
kecepatan pembelahan diri relatif konstan maka tahap ini paling cocok untuk
menetapkan kecepatan pembelahan diri dan kecepatan pertumbuhan. Selain dapat
7
juga digunakan untuk mempelajari faktor – faktor lingkungan dan untuk
mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menggunakan substrat. Laju
pertumbuhan didefinisikan sebagai:
𝑑𝑥
= 𝜇. 𝑥 ......(1)
𝑑𝑡
Dimana:
x = konsentrasi biomassa (ML-1)
t = waktu inokulasi (T)
μ = laju pertumbuhan spesifik (T-1)
Jika dalam periode waktu t = 0 sampai t terjadi pertumbuhan sel dari xo menjadi x,
maka persamaan di atas dapat diintegrasikan menjadi:
......(2)
Jika ln (x/xo) pada persamaan di atas diplotkan tiap waktu maka akan diperoleh
suatu garis lurus. Slope garis lurus tersebut merupakan laju pertumbuhan spesifik,
μ. Pertumbuhan eksponensial akan terus berlangsung sepanjang komposisi
biomassa dan kondisi lingkungan tetap konstan. Dalam reaktor batch laju
pertumbuhan merupakan fungsi dari konsentrasi biomassa dan konsentrasi
substrat. Oleh karenanya akan terjadi deviasi dari pertumbuhan eksponensial
karena keterbatasan substrat.
Fase stasioner
Pada fase ini nutrien telah habis, konsentrasi tinggi dari hasil metabolisme
yang bersifat toksik, serta mempunyai kepadatan populasi yang tinggi. Fase
8
stasioner merupakan fase keseimbangan antara pertumbuhan dan kematian sel.
Sebenarnya dalam fase ini sel berada pada tahap tidak melakukan aktivitas
(suspended animation) (Wilkinson, 1975).
Fase endogenus
Dengan berakhirnya fase stasioner akan diikuti dengan mulainya fase
kematian. Pada fase ini proses metabolisme berhenti, laju kematian meningkat dan
ada kemungkinan sel – sel dihancurkan oleh pengaruh enzim yang berasal dari sel
itu sendiri (autolisis). Ketika proses lisis terjadi nutrien intraselular terlepas ke
dalam medium yang kemudian dapat digunakan oleh mikroorganisme lain yang
masih hidup. Laju kematian merupakan reaksi orde satu yang dapat dinyatakan
sebagai:
𝑑𝑥
= −𝜇𝑑 . 𝑥 ......... (3)
𝑑𝑡
dimana;
x = konsentrasi biomass (ML-1)
t = waktu inokulasi (T)
μd = konstanta laju kematian (T-1)
9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Bacillus subtilis 168 - Menyebabkan reaksi alergi - Jika terkena mata, cuci mata
jika terpapar konsentrasi dengan air mengalir
tinggi terus menerus setidaknya 15 menit, angkat
- Dapat menyebabkan iritasi kelopak mata bawah dan
kulit dan kerusakan paru- atas beberapa kali.
paru - Jika terkena kulit, lepas
- Jika sistem imun sedang semua pakaian yang
lemah, dapat menyebabkan terkontaminasi, segera cuci
iritasi sinus dan mata, sakit dengan air setidaknya 15
tenggorokan, endokarditis, menit, dan segera hubungi
pneumonia, bakteremia dan dokter
septikemia. - Dilarang memberikan
apapun ke dalam mulut
orang yang pingsan. Segera
hubungi dokter. Jangan
memicu untuk muntah. Jika
sadar, cuci mulut dan
minum 2-4 gelas penuh air
atau susu
Medium LB (Luria - Jika terhirup, akan - Jika tertelan, kumur-kumur
Bertani) cair mengalami batuk dan/atau lah bila dalam keadaan
terkadang kesulitan sadar. Dilarang
bernapas hingga iritasi memasukkan apapun ke
sistem pernapasan. dalam mulut orang yang
- Jika tertelan, dapat pingsan. Segera hubungi
10
menyebabkan mual dan dokter
muntah - Jika terhirup, berikan suplai
- Dapat menyebabkan iritasi oksigen atau udara sebanyak
pada kulit jika terpapar mungkin dan hubungi
selama beberapa jam dan dokter. Bila tidak bernafas,
dermatitis jika terpapar berikan nafas buatan. Bila
dalam jangka panjang. kesulitan bernapas, berikan
- Jika terkena mata, dapat suplai oksigen
menyebabkan mata merah - Jika terkena mata, cuci mata
dan perih. dengan air mengalir
setidaknya 15 menit, angkat
kelopak mata bawah dan
atas beberapa kali.
- Jika terkena kulit, lepas
semua pakaian yang
terkontaminasi, segera cuci
dengan air dan sabun
setidaknya 15 menit, dan
segera hubungi dokter
Aquadest Tidak menyebabkan bahaya Tidak ada
pada kulit, mata dan
pencernaan serta sistem
pernapasan
Alkohol - Jika terkena mata, dapat - Jika terkena mata, cuci mata
menyebabkan iritasi, sensitif dengan air mengalir
terhadap cahaya, perih, setidaknya 15 menit, angkat
kerusakan kornea dan kelopak mata bawah dan
konjungtivitis atas beberapa kali.
- Jika terkena kulit, dapat - Jika terkena kulit, lepas
menyebabkan iritasi dan semua pakaian yang
sianosis terkontaminasi, segera cuci
11
- Jika tertelan, dapat dengan air setidaknya 15
menyebabkan gangguan menit, dan segera hubungi
pencernaan yang diawali dokter.
dengan mual, muntah, diare, - Dilarang memberikan
asidosis, dan lain-lain apapun ke dalam mulut
- Jika terhirup, dapat orang yang pingsan. Segera
menyebabkan mual, pusing hubungi dokter. Jangan
hingga tak sadarkan diri. memicu untuk muntah. Jika
- Jika kronis, dapat sadar, cuci mulut dan
memberikan pengaruh pada minum 2-4 gelas penuh air
sistem reproduksi atau susu
- Jika terhirup, berikan suplai
oksigen atau udara sebanyak
mungkin dan hubungi
dokter. Bila tidak bernafas,
berikan nafas buatan. Bila
kesulitan bernapas, berikan
suplai oksigen
1 Autoklaf Mensterilkan
alat dan bahan
(mikropipet,
mikrotube, botol
duran dan
beaker) dengan
pemanasan dan
Gambar 3. Autoklaf
tekanan
12
Sebelum memanaskan tuangkan air
sebanyak seperempat bagian autoklaf.
Bungkus semua alat dan bahan yang akan
diautoklaf dengan wrap dan aluminium
foil. Khusus untuk LB cair, disimpan
dalam beaker kemudian ditutup dengan
aluminium foil. Panaskan selama 15
menit dan setting tekanan dan suhu
sebesar 2 atam dan 121 C (karena berupa
panic bertekanan sehingga suhu dan
tekanan tidak bisa disetting sesuka hati).
Setelah 15 menit, buka lubang udara
autoklaf dan setelah udara keluar semua
maka tutup panci dapat dibuka.
13
inkubasi pada Gambar 5. Shaking Bath
14
6 Oven untuk
mengeringkan
peralatan gelas
laboratorium, Gambar 8. Oven
zat-zat kimia
Buka pintu oven, masukkan alat atau
maupun pelarut
bahan yang ingin dikeringkan kemudian
organik. Dapat
tutup kembali. Tekan tombol power dan
pula digunakan
atur pada suhu yang diinginkan.
untuk mengukur
kadar air.
dapat menunjang
Komponen utama bioreactor ini terdiri
terjadinya reaksi
atas tangki, sparger, impeller, saringan
biokimia dari
halus atau baffle dan sensor untuk
bahan mentah
mengontrol parameter. Tangki berfungsi
menjadi produk
untuk menampung campuran substrat, sel
yang diinginkan
mikroorganisme, serta produk. Sparger
terletak di bagian bawah bioreactor dan
berperan untuk memompa udara, dan
mencegah pembentukan gelembung
oksigen. Impeller berperan dalam proses
agitasi, dengan mengaduk campuran
substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh
rotor. Baffle juga berperan untuk
mencegah terjadinya efek pusaran air
15
akibat agitasi. Sensor berperan untuk
mengontrol lingkungan dalam bioreactor.
Kontrol fisika meliputi sensor suhu,
tekanan, agitasi, foam dan kecepatan
aliran. Sedangkan control kimia meliputi
sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan
komposisi medium.
8 Spektrofotometer Mengukur
optical density
dari medium
kultur
16
9 Kuvet Tempat
menyimpan
sampel serta
blanko dan
standard untuk
dilakukan
penyinaran
gelombang oleh Gambar 11 Kuvet kaca
spektrofotometer
Kuvet harus dicuci bersih sebelum
dilakukan pengambilan data. Praktikan
harus memegang kuvet pada sisi yang
tidak transparan, agar tidak
meninggalkan sidik jari yang akan
mempengaruhi data spektrometri.
10 Sentrifuge Untuk
memisahkan
suatu larutan
dengan berat
molekul yang
berebda
berdsarkan gaya
sentrifugal.
Massa yang Gambar 12. Sentrifuge
17
digunakan untuk sendirinya sesuai dengan capaian
pemanenan sel waktunya. Set SPEED untuk mengatur
kecepatan rotasi.
18
12 Microtube Untuk
menempatkan
kultur bakteri
ketika dishaker
agar tidak
tumpah.
Gambar16. Bunsen
19
bahwa spiritus tidak kering. Api
dimatikan dengan penutup sumbu dari
spiritus.
20
massanya nol. Kemudian membuka sekat
dan menimbang bahan secara perlahan
hingga mencapai massa yang diinginkan.
Lalu keluarkan bahan serta wadahnya
dan matikan kembali neraca
21
3. Mempersiapkan Stock Mengkultur bakteri Menggunakan
culture dalam medium cair dalam 3 microtube. teknik aseptik,
Sebelum memindahkan sehingga
Bakteri ditumbuhkan bakteri ke media kultur, sebelumnya
pada medium cair dan kawat ose dibakar melakukan
dilakukan peremajaan terlebih dahulu. penyinaran sinar
pada suhu 370C selama Melakukan shaking UV dalam laminar
22
0,8. Selain OD600
parameter pH, suhu
juga didata.
5. Memanen Sel Membuat blanko dengan Pengambilan
penghisapan suntik 15 sampel dengan
Mengeringkan ml. jarak 30 menit,
microtube dengan setelah mencapai
Blanko tersebut adalah
pemanasan dalam oven OD600= 0,346,
LB murni tanpa adanya
105oC selama 1 jam jarak waktu
bakteri.
kemudian disimpan di pengambilan
dalam destilat selama Pada saat 100% T= 92,4 sampel dipercepat
23
limbah flow bioreaktor limbah
dikumpulkan dalam ditampung di
Mengumpulkan broth
satu tabung jurigen
yang akan dibuang.
erlenmeyer, kemudian sementara di
Memanaskan dengan
ditutup dengan plastik ruang sinar UV.
autoklaf dalam glass
dan alumunium foil
ware tahan panas
untuk selanjutnya di
selama 20 menit.
autoklaf. Hal ini
Membuang limbah di
bertujuan agar saat
pembuangan limbah
dibuang tidak
setelah mencapai suhu
membahayakan
relatif dingin.
lingkungan.
24
BAB 4
25
Tabel 5. Data Perhitungan Massa Kosong Microtube, Massa Microtube dengan
Massa Basah Bakteri, Massa Microtube dengan Massa Kering Bakteri, dan Net Massa Basah dan Net Massa
Kering Sel
No Massa Kosong Massa Massa Net Massa Net Massa
Microtube (g) Basah Sel Kering Sel Basah Sel Kering Sel
(g) (g) (g) (g)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250
waktu (menit)
26
B. Rasio massa kering terhadap massa basah
Tabel 6. Tabel Massa Kering dan Basah serta Rasio Enam Microtube
Massa
Net Net Net
microtu Massa Massa
No massa massa Rasio Rasio
be basah kering
basah kering
kosong
1. 1,0185 1,0501 1,0185 0,0316 0 0,96991 0
Data 1-3 tidak akan digunakan karena massa kering lebih kecil
dibandingkan massa microtube, sehingga data tersebut tidak valid,
sehingga
Tabel 7. Tabel Massa Kering dan Basah serta Rasio Tiga Microtube
Massa
Net Net Net
microtu Massa Massa
No massa massa Rasio Rasio
be basah kering
basah kering
kosong
1. 0,9981 1,0518 0,9984 0,0537 0,0003 0,94923 0,005587
27
Avg. 1,0058 1,0447 1,0068 0,039 0,001 0,963886 0,035401
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛
=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒
250 𝑚𝑙
𝑚. 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡 = × 0,039 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,5 𝑚𝑙
250 𝑚𝑙
𝑚. 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡 = × 0,001 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,1667 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,5 𝑚𝑙
28
langsung, diketahui bahwa nilai OD600 dapat menjadi indikator pesat atau
tidaknya proses pertumbuhan suatu bakteri berdasarkan jumlah bakterinya.
Nilai kerapatan optic (OD) yang diperoleh pada panjang gelombang 600
nm menunujukkan kerapatan/kekeruhan larutan berdasarkan fraksi cahaya yang
dihamburkan oleh partikel suspensi larutan (Day, 2002). Sehingga nilai OD600
dapat pula menunjukkan tingkat kepadatan bakteri yang tumbuh dalam larutan
medium.
29
Grafik 2. Kurva pertumbuhan teoritis Bacillus subtilis
(sumber: http://www.qiagen.com/plasmid/cultures.aspx)
Secara teoritis, bakteri Bacillus subtilis mengalami fasa lag phase selama 5 jam
pertama proses pengkulturan sebelum memasuki fasa log. Artinya, selama 5 jam
pertama proses pengkulturan, bakteri masih menyesuaikan diri dan beradaptasi
dalam lingkungan mediumnya.. Setelah 5 jam itu, barulah bakteri mulai
membelah secara cepat sampai jam ke -14, ketika bakteri mulai memasuki fasa
stasioner.
30
Log phase adalah fase dimana bakteri telah beradaptasi dengan lingkungan
dan keberadaan nutrisi serta ruang dalam reaktor yang sesuai dan optimal untuk
pertumbuhan bakteri, sehingga pertumbuhan bakteri meningkat dengan sangat
cepat. Log phase berlanjut sampai menit ke 196. Dari menit ke-120 sampai ke-150
OD bertambah sebesar 0,18 dari 0,166 menjadi 0,346. Kemudian bertambah 0.29
selama rentang waktu setengah jam berikutnya menjadi 0.636. Setelah tahap ini
karena pesatnya pertumbuhan, praktikan mengambil data dengan rentang waktu
15 menit untuk lebih akuratnya data sampai batas yang diinginkan yaitu OD 0,8.
Pada 15 menit berikutnya pun OD bertambah sampai 0,790 dan kemudian
menjadi 0.796. Pada tahap ini tingkat pertumbuhan bakteri sudah mulai menurun
dibandingkan sebelumnya dan dapat dianggap memasuki stationary phase. Seiring
berjalannya log phase, nutrisi dalam bioreaktor semakin banyak yang terkonsumsi
sehingga nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk tumbuh semakin bekurang.
Berkurangnya nutrisi menyebabkan kematian bakteri. Ketika tingkat pertumbuhan
dan kematian bakteri mencapai angka yang relative seimbang, menandakan fasa
stasioner.
Dapat dilihat bahwa hasil percobaan yang didapatkan cukup berbeda bila
dibandingkan dengan kurva pertumbuhan teoritis, dimana proses lag phase
berlangsung selama 4 jam pertama sebelum memasuki fase log dan log phase
berlangsung sampai jam ke-14 dalam proses pengkulturan Bacillus subtilis.
Sementara pada hasil praktikum, proses log mulai setelah 3 jam dari awal
mulainya proses pengkulturan, dan hanya berlangsung selama kurang lebih 2 jam
sebelum tingkat bertambahnya OD berkurang.
31
Setelah didapatkan massa kering sel, kemudian dijadikan persentase massa kering
pada sampel.
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛
=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒
Persamaan di atas dapat digunakan karena dalam kultur suspensi sel, perhitungan
massa bakteri dapat dilakukan berdasarkan volume medium. Sehingga didapat
massa basah total sebesar 6,5 gram dan massa kering total sebesar 0,1667 gram.
Dari hasil perhitungan massa kering dan basah total, dapat dibuat persentase
perbandingan massa kering dan massa basah dalam fermentor dan microtube,
yaitu sebesar 2,56%. Dapat dilihat bahwa massa kering sel sangat kecil
dibandingkan massa basah (medium kultur), walaupun warna dalam reaktor sudah
cukup keruh. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kontaminan dalam
fermentor.
32
4.4. Analisis Kesalahan
33
BAB V
KESIMPULAN
5.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan bioreaktor kultur sel ini diantaranya
adalah:
Kultur sel merupakan teknik perbanyakan sel pada kondisi dan lingkungan
tertentu, pada umumnya bersifat aseptis atau ditumbuhkan secara steril.
Dinamika pertumbuhan sel dapat dipetakan dalam kurva pertumbuhan
bakteri, yang dibuat dengan memplotkan peningkatan jumlah sel terhadap
waktu. Kurva pertumbuhan mikroorganisme dapat digunakan untuk
menggambarkan tahap-tahap dari siklus pertumbuhannya. Pertumbuhan sel
tidak terjadi secara linier, tetapi terdapat beberapa fase yaitu fase lag, fase
log, fase stasioner dan fase kematian.
Pada saat percobaan berlangsung, bakteri masih berada dalam fase stasioner.
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses kultur sel adalah : jenis media
yang digunakan, kandungan air, nutrisi, dan DO (Dissolve Oxygen)
Percobaan ini dilakukan dalam 4 tahapan yaitu :
a. Persiapan media kultur
b. Persiapan pre kultur
c. Kultur bakteri dalam fermentor berpengaduk
d. Pemanenan sel
Pada percobaan kali in pola pertumbuhan sel dapat diketahui secara tidak
langsung dengan melihat pola OD600 (Optical Density pada gelombang 600
nm) menggunakan alat spektrofotometer
5.2. SARAN
Untuk praktikum Bioreaktor ini, ada beberapa saran untuk lebih
memaksimalkan hasil yang didapat. Saran saran tersebut adalah:
Mendiginkan medium sampai mencapai suhu ruangan agar bakteri dapat
bertumbuh secara maksimal
Praktikan harus lebih memperhatikan penggunaan neraca analitik
34
Bahan yang akan digunakan harus disterilisasi kembali agar tidak terdapat
kontaminan.
35
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Anonim. Up and Down Agitation. http://www.lambda-
instruments.com/?pages=fermentor-bioreactor-up-and-down-agitation
[2]
Anonim. AurumTM Total RNA 96 Kit. http://www.bio-
rad.com/webroot/web/pdf/lsr/literature/4110131A.pdf
[3]
Oswald, Nick. 2008. What You Need to Know About OD600.
http://bitesizebio.com/1005/what-you-need-to-know-about-od600/
36