Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri merupakan mikroorganisme dengan jenis yang begitu banyak. Ada
yang bermanfaat, ada juga yang merugikan bagi manusia. Manfaat dari bakteri
begitu banyak dan bermacam-macam diantaranya adalah dalam bidang pangan,
obat, hingga bahan bakar. Karena hal itulah, banyak bakteri yang
dikembangbiakkan, dengan menumbuhkan bakteri dalam kondisi yang paling
optimum untuk pertumbuhannya.
Terdapat berbagai macam cara untuk mengembangbiakkan bakteri. Salah
satunya yang sering digunakan adalah metode kultur sel in vitro atau
pengembangbiakkan sel di luar tubuh. Saat melakukan kultur sel, lingkungan
tempat hidup bakteri dikontrol dan diatur sehingga kondisi fisiologis dari kultur
relatif konstan. Untuk mendapatkan kultur yang baik, diperlukan beberapa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan.
Proses pengkulturan sel dapat dilakukan dengan bioreaktor. Bioreaktor
merupakan sebuah sistem yang dapat menyediakan lingkungan biologis yang
menunjang suatu reaksi biokimia. Alat ini digunakan untuk mengolah proses
dengan adanya mikroorganisme di dalamnya. Baik untuk mengolah suatu bahan
mentah menjadi bahan jadi menggunakan mikroorganisme ataupun untuk
mengkultur mikroorganisme itu sendiri. Berdasarkan hal di ataslah, praktikan
melakukan percobaan bioreactor untuk kultur sel bakteri.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :


1. Memahami metode yang digunakan untuk mengkultur sel
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kultur sel
3. Mengetahui pola pertumbuhan bakteri
4. Menghitung kinetika pertumbuhan dari Bacillus subtilis pada kondisi aerobik
5. Mengetahui hubungan antara nutrisi dan pertumbuhan Bacillus subtilis

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Bioreaktor
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah
sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan
sebuahlingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari
bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di
dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif (enzim)
yang berasal dariorganisme tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik.
Sementara itu, agensia biologis yang digunakan dapat berada dalam
keadaan tersuspensi atau terimobilisasi. Contoh reaktor yang menggunakan
agensia terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun atau bioreaktor membran.

Jenis-jenis Bioreaktor
Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor, ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu, semikontinu, dan diskontinu.
1. Bioreaktor Kontinu
Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah
fraksi dari volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode
kontinu memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state),
dimana pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor
seperti pH dan konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan
berubah selama siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan
dalam kultur kontinu.
Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam
biorekator dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor
terjadi dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor
konstan. Dengan pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut

2
menyebar secara cepat dan merata pada seluruh bagian rekator. Contoh dari
biorektor kontinu yaitu Reaktor Tangki diaduk Kontinu (RTDK).
Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu
atau lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval
jarak sama dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan
melingkar. Peranan impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor
untuk mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan
dan meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen-
bagi sel, dan untuk memindahkan panas.

2. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan
bagi pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH,
dan pencampuran optimum. Sistem ini adalah tertutup, kecuali untuk organism
aerobik dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada
bioreaktor diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang
konstan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur
Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan
secara oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan
untuk meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat
didegradasi secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk
mempermudah pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar
agitator pada kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.

3. Bioreaktor semikontinu
Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau
substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan
diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari sistem. Produk yang dihasilkan
dari sistem seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur

3
diskontinu. Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam
produksi ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh bioreaktor semikontinu yaitu digestor atau bioreaktor anaerobik,
tetapi bioreaktor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu. Pengunaan sistem ini
pada pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang
diperoleh dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air
buangan yang efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam sistem ini Lumpur
buangan dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu
retensi hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama
dalam sistem operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat
tidak dapat digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba
yang tinggi dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang
memberikan laju degradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer,
misalnya buangan kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan.

Komponen Bioreaktor

Gambar 1. Sistem Bioreaktor

Komponen utama bioreaktor terdiri


atas tangki, sparger, impeller, saringan halus atau baffle dan sensor untuk
mengontrol parameter. Tanki berfungsi untuk menampung campuran substrat, sel
mikroorganisme, serta produk. Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1

4
– 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger
terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa udara, dan
mencegah pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperan dalam agitasi
dengan mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan
oleh rotor. Baffle juga berperan untuk mencegah terjadinya efekpusaran air akibat
agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk
mengontrol lingkungan dalam bioreaktor. Kontrol fisika meliputi
sensor suhu, tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan aliran. Sedangkan, kontrol
kimia meliputi sensorpH, kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.

Kultur Sel Bakteri


Pengertian kultur sel adalah sel yang dapat hidup secara in vitro dan masih
mempunyai sifat-sifat mirip dengan sel intak/sel asalnya, Lepas dari pengaruh
sistemik, Sel-sel tertentu mengadakan proliferasi tetapi masih dalam keadaan
tidak terdiferensiasi. Kultur sel bukan suatu teknik baru. Merupakan metode untuk
mempelajari perubahan fungsi sel/jaringan tanpa pengaruh sistemik. Mula-mula
merupakan fragmen jaringan yang diletakkan di cawan kultur. kultu sel dimulai
dengan menanam sel-sel embrionik. Kultur sel dapat dipakai untuk bermacam
penelitian, misalnya antara lain antivitas intraseluler, intraseluler flux, ekologi sel,
interaksi antar sel.

Media Kultur Bakteri


Media kultur bakteri adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
atau zat-zat hara (nutrisi) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
diatas atau didalamnya. Selain itu, media kultur mikroba dapat dipergunakan pula
untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis, dan perhitungan
jumlah mikroorganisme. (Sumarsih, 2003) Di dalam Laboratorium, pembiakan
bakteri memerlukan media kultur yang komposisinya terdiri dari C, H,O,N,S, P,
K, Mg, Fe, Ca, Mn, dan sedikit Zn, Cu, Co, dan Mo. Unsur-unsur ini ditemukan
dalam bentuk air, ion anorganik, molekul kecil, dan makro molekul.
Media kultur yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam
bentuk padat, semi padat, dan cair. Media kultur padat diperoleh dengan

5
menambahkan agar-agar. Agar-agar berasal dari ekstrak ganggang merah.
Kandungan galaktan pada agar diuraikan oleh bakteri. (Utami, 2004) Saat in,
berbagai macam media kultur bakteri telah banyak dibuat dengan bahan dasar
agar sebagai pemadat.

Laju Pertumbuhan Bakteri

Gambar 2. Kurva sigmoid

Pertumbuhan merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh semua


mikroorganisme hidup. Menurut Benefield dan Randall (1980) pertumbuhan
bakteri sederhana didefinisikan sebagai peningkatan jumlah mikroorganisme per
unit waktu. Kebanyakan bakteri bereproduksi dengan cara membelah diri, di
mana akan terbentuk dua sel baru dari satu sel induk. Waktu yang dibutuhkan
untuk membentuk dua sel baru tersebut dinamakan waktu generasi. Waktu
generasi bervariasi tergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhan, ada yang
hanya beberapa menit ada yang sampai beberapa jam.
Jika bakteri ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh
sampai salah satu faktor kebutuhannya mencapai minimum dan pertumbuhan
menjadi terbatas. Kalau sepanjang peristiwa ini tidak terjadi tidak terjadi
penambahan nutrisi atau penyaluran keluar produk–produk metabolisme, maka
pertumbuhan dalam lingkungan hidup seperti ini mematuhi hukum– hukum, yang
tidak hanya berlaku bagi organisme bersel tunggal saja, tetapi juga untuk
organisme bersel banyak dengan pertumbuhan yang dibatasi secara genetik.

6
Perkembangbiakan bakteri dapat dinyatakan dalam grafik logaritma jumlah sel
hidup setiap waktu. Menurut Monod (1949) terdapat beberapa tahap
pertumbuhan, yaitu:

Fase lag
Fase ini merupakan fase yang dilakukan mikroorganisme untuk
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru sebelum memulai pertumbuhan.
Waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak cukup lama, kecepatan
pertumbuhan berada pada titik yang rendah mendekati nol dengan waktu generasi
yang panjang. Ukuran serta kecepatan aktivitas metabolisme berada pada kondisi
maksimum. Fase log akan pendek jika inokulum yang dipakai adalah bakteri pada
pertumbuhan eksponensial dan media memiliki komposisi yang sama dengan
media pertumbuhan sebelumnya. Inokulasi bakteri pada fase stasioner atau
inokulasi ke media dengan komposisi berbeda akan menghasilkan fase lag
sepuluh sampai dua puluh jam lebih lama. Fase lag mengindikasikan waktu yang
diperlukan bakteri untuk mensintesis enzim yang dibutuhkan dalam metabolisme
nutrisi baru.

Fase akselerasi
Setelah aklimatisasi sel akan mengalami fase percepatan pertumbuhan
eksponensial, di mana nutrisi digunakan untuk membentuk materi sel baru. Pada
tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak semakin pendek dan
terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan.

Fase eksponensial
Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak atau waktu
generasi berada pada kondisi minimal atau konstan, kecepatan pertumbuhan
spesifik berada pada kondisi maksimal atau konstan. Terjadinya kondisi ini
ditandai dengan nilai DNA/sel, RNA/sel, protein/sel dan kerapatan sel berada
pada kondisi konstan, sedangkan untuk ukuran sel biasanya minimum. Karena
kecepatan pembelahan diri relatif konstan maka tahap ini paling cocok untuk
menetapkan kecepatan pembelahan diri dan kecepatan pertumbuhan. Selain dapat

7
juga digunakan untuk mempelajari faktor – faktor lingkungan dan untuk
mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menggunakan substrat. Laju
pertumbuhan didefinisikan sebagai:
𝑑𝑥
= 𝜇. 𝑥 ......(1)
𝑑𝑡

Dimana:
x = konsentrasi biomassa (ML-1)
t = waktu inokulasi (T)
μ = laju pertumbuhan spesifik (T-1)
Jika dalam periode waktu t = 0 sampai t terjadi pertumbuhan sel dari xo menjadi x,
maka persamaan di atas dapat diintegrasikan menjadi:

......(2)
Jika ln (x/xo) pada persamaan di atas diplotkan tiap waktu maka akan diperoleh
suatu garis lurus. Slope garis lurus tersebut merupakan laju pertumbuhan spesifik,
μ. Pertumbuhan eksponensial akan terus berlangsung sepanjang komposisi
biomassa dan kondisi lingkungan tetap konstan. Dalam reaktor batch laju
pertumbuhan merupakan fungsi dari konsentrasi biomassa dan konsentrasi
substrat. Oleh karenanya akan terjadi deviasi dari pertumbuhan eksponensial
karena keterbatasan substrat.

Penurunan fase pertumbuhan


Pada fase ini terjadi penurunan kecepatan pertumbuhan spesifik yang
disebabkan oleh penurunan konsentrasi substrat dan akumulasi hasil metabolisme
yang bersifat toksik.

Fase stasioner
Pada fase ini nutrien telah habis, konsentrasi tinggi dari hasil metabolisme
yang bersifat toksik, serta mempunyai kepadatan populasi yang tinggi. Fase

8
stasioner merupakan fase keseimbangan antara pertumbuhan dan kematian sel.
Sebenarnya dalam fase ini sel berada pada tahap tidak melakukan aktivitas
(suspended animation) (Wilkinson, 1975).

Fase endogenus
Dengan berakhirnya fase stasioner akan diikuti dengan mulainya fase
kematian. Pada fase ini proses metabolisme berhenti, laju kematian meningkat dan
ada kemungkinan sel – sel dihancurkan oleh pengaruh enzim yang berasal dari sel
itu sendiri (autolisis). Ketika proses lisis terjadi nutrien intraselular terlepas ke
dalam medium yang kemudian dapat digunakan oleh mikroorganisme lain yang
masih hidup. Laju kematian merupakan reaksi orde satu yang dapat dinyatakan
sebagai:
𝑑𝑥
= −𝜇𝑑 . 𝑥 ......... (3)
𝑑𝑡

dimana;
x = konsentrasi biomass (ML-1)
t = waktu inokulasi (T)
μd = konstanta laju kematian (T-1)

9
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan-bahan Percobaan

Tabel 1 Tabel Poteni Bahaya dan Penanganan Bahan-bahan Percobaan

Bahan-bahan Potensi Bahaya Penanganan

Bacillus subtilis 168 - Menyebabkan reaksi alergi - Jika terkena mata, cuci mata
jika terpapar konsentrasi dengan air mengalir
tinggi terus menerus setidaknya 15 menit, angkat
- Dapat menyebabkan iritasi kelopak mata bawah dan
kulit dan kerusakan paru- atas beberapa kali.
paru - Jika terkena kulit, lepas
- Jika sistem imun sedang semua pakaian yang
lemah, dapat menyebabkan terkontaminasi, segera cuci
iritasi sinus dan mata, sakit dengan air setidaknya 15
tenggorokan, endokarditis, menit, dan segera hubungi
pneumonia, bakteremia dan dokter
septikemia. - Dilarang memberikan
apapun ke dalam mulut
orang yang pingsan. Segera
hubungi dokter. Jangan
memicu untuk muntah. Jika
sadar, cuci mulut dan
minum 2-4 gelas penuh air
atau susu
Medium LB (Luria - Jika terhirup, akan - Jika tertelan, kumur-kumur
Bertani) cair mengalami batuk dan/atau lah bila dalam keadaan
terkadang kesulitan sadar. Dilarang
bernapas hingga iritasi memasukkan apapun ke
sistem pernapasan. dalam mulut orang yang
- Jika tertelan, dapat pingsan. Segera hubungi

10
menyebabkan mual dan dokter
muntah - Jika terhirup, berikan suplai
- Dapat menyebabkan iritasi oksigen atau udara sebanyak
pada kulit jika terpapar mungkin dan hubungi
selama beberapa jam dan dokter. Bila tidak bernafas,
dermatitis jika terpapar berikan nafas buatan. Bila
dalam jangka panjang. kesulitan bernapas, berikan
- Jika terkena mata, dapat suplai oksigen
menyebabkan mata merah - Jika terkena mata, cuci mata
dan perih. dengan air mengalir
setidaknya 15 menit, angkat
kelopak mata bawah dan
atas beberapa kali.
- Jika terkena kulit, lepas
semua pakaian yang
terkontaminasi, segera cuci
dengan air dan sabun
setidaknya 15 menit, dan
segera hubungi dokter
Aquadest Tidak menyebabkan bahaya Tidak ada
pada kulit, mata dan
pencernaan serta sistem
pernapasan

Alkohol - Jika terkena mata, dapat - Jika terkena mata, cuci mata
menyebabkan iritasi, sensitif dengan air mengalir
terhadap cahaya, perih, setidaknya 15 menit, angkat
kerusakan kornea dan kelopak mata bawah dan
konjungtivitis atas beberapa kali.
- Jika terkena kulit, dapat - Jika terkena kulit, lepas
menyebabkan iritasi dan semua pakaian yang
sianosis terkontaminasi, segera cuci

11
- Jika tertelan, dapat dengan air setidaknya 15
menyebabkan gangguan menit, dan segera hubungi
pencernaan yang diawali dokter.
dengan mual, muntah, diare, - Dilarang memberikan
asidosis, dan lain-lain apapun ke dalam mulut
- Jika terhirup, dapat orang yang pingsan. Segera
menyebabkan mual, pusing hubungi dokter. Jangan
hingga tak sadarkan diri. memicu untuk muntah. Jika
- Jika kronis, dapat sadar, cuci mulut dan
memberikan pengaruh pada minum 2-4 gelas penuh air
sistem reproduksi atau susu
- Jika terhirup, berikan suplai
oksigen atau udara sebanyak
mungkin dan hubungi
dokter. Bila tidak bernafas,
berikan nafas buatan. Bila
kesulitan bernapas, berikan
suplai oksigen

3.2 Alat-alat yang Digunakan

Tabel 2 Tabel Kegunaan dan Cara Menggunakan Alat-alat

No. Nama Alat Kegunaan Cara Menggunakan Alat

1 Autoklaf Mensterilkan
alat dan bahan
(mikropipet,
mikrotube, botol
duran dan
beaker) dengan
pemanasan dan
Gambar 3. Autoklaf
tekanan

12
Sebelum memanaskan tuangkan air
sebanyak seperempat bagian autoklaf.
Bungkus semua alat dan bahan yang akan
diautoklaf dengan wrap dan aluminium
foil. Khusus untuk LB cair, disimpan
dalam beaker kemudian ditutup dengan
aluminium foil. Panaskan selama 15
menit dan setting tekanan dan suhu
sebesar 2 atam dan 121 C (karena berupa
panic bertekanan sehingga suhu dan
tekanan tidak bisa disetting sesuka hati).
Setelah 15 menit, buka lubang udara
autoklaf dan setelah udara keluar semua
maka tutup panci dapat dibuka.

2 Beaker Glass Menyiapkan dan


250 ml menyimpan
larutan LB cair
sebagai medium
kultur bakteri
Gambar 4. Beaker Glass

Tidak diperlukan cara pengoperasian


khusus, tetap terdapat resiko pecah ketika
digunakan saat autoklaf, maka diperlukan
pembungkus.

3 Shaking Bath Untuk


menciptakan
suhu yang
konstan dan
digunakan untuk

13
inkubasi pada Gambar 5. Shaking Bath

analisis Masukkan air dan Bakteri kultur ke


mikrobiologi. dalam water bath. Tekan tombol power
Serta, digunakan serta atur suhu yang diinginkan.
untuk melebur
basis,
menguapkan
ekstrak.

4 Cawan petri Untuk


untuk kultur membiakkan sel
bakteri (plate) dalam medium
agar

Gambar 6. Cawan Petri

Cawan petri selalu berpasangan, yang


berukuran lebih kecil sebagai wadah dan
yang lebih besar sebagai tutupnya.

Tidak ada cara pengoperasian khusus


untuk alat ini.

5 Tusuk gigi steril Digunakan


untuk
mengambil dan
memindahkan
koloni bakteri
dari medium LB Gambar 7. Tusuk gigi

agar ke medium Tidak ada cara pengoperasian khusus


LB cair untuk alat ini, namun perlu berhati-hati
saat digunakan agar tidak tertusuk.

14
6 Oven untuk
mengeringkan
peralatan gelas
laboratorium, Gambar 8. Oven
zat-zat kimia
Buka pintu oven, masukkan alat atau
maupun pelarut
bahan yang ingin dikeringkan kemudian
organik. Dapat
tutup kembali. Tekan tombol power dan
pula digunakan
atur pada suhu yang diinginkan.
untuk mengukur
kadar air.

7 Stirred fermentor Bioreaktor atau


fermentor adalah
sebuah alat yang
mampu
menyediakan
sebuah
lingkungan yang Gambar 9. Stirred Fermentor

dapat menunjang
Komponen utama bioreactor ini terdiri
terjadinya reaksi
atas tangki, sparger, impeller, saringan
biokimia dari
halus atau baffle dan sensor untuk
bahan mentah
mengontrol parameter. Tangki berfungsi
menjadi produk
untuk menampung campuran substrat, sel
yang diinginkan
mikroorganisme, serta produk. Sparger
terletak di bagian bawah bioreactor dan
berperan untuk memompa udara, dan
mencegah pembentukan gelembung
oksigen. Impeller berperan dalam proses
agitasi, dengan mengaduk campuran
substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh
rotor. Baffle juga berperan untuk
mencegah terjadinya efek pusaran air

15
akibat agitasi. Sensor berperan untuk
mengontrol lingkungan dalam bioreactor.
Kontrol fisika meliputi sensor suhu,
tekanan, agitasi, foam dan kecepatan
aliran. Sedangkan control kimia meliputi
sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan
komposisi medium.

8 Spektrofotometer Mengukur
optical density
dari medium
kultur

Gambar 10. Spektrofotometer

Pertama dimulai dengan menghidupkan


dan memanaskan mesin
spektrofotometer. Kemudian
memasukkan kuvet berisi blanko dan
sampe ke dalam slot dalam
spektrofotometer. Pastikan sisi transparan
kuvet menghadap ke luar slot. Kemudian
slot kuvet dimasukkan dan ditutup
dengan rapat ke dalam spektrofotometer.
Tetapkan panjang gelombang
penyinaran, dan kalibrasi pada slot kuvet
berisi blanko. Setelah itu, tuas slot kuvet
didorogn agar setiap kuvet terkena
penyinaran satu per satu, dan dicatat
ODnya. Setelah percobaan selesai
dilakukan, kuvet dikeluarkan dan
mematikan mesin spektrofotometer.

16
9 Kuvet Tempat
menyimpan
sampel serta
blanko dan
standard untuk
dilakukan
penyinaran
gelombang oleh Gambar 11 Kuvet kaca
spektrofotometer
Kuvet harus dicuci bersih sebelum
dilakukan pengambilan data. Praktikan
harus memegang kuvet pada sisi yang
tidak transparan, agar tidak
meninggalkan sidik jari yang akan
mempengaruhi data spektrometri.

10 Sentrifuge Untuk
memisahkan
suatu larutan
dengan berat
molekul yang
berebda
berdsarkan gaya
sentrifugal.
Massa yang Gambar 12. Sentrifuge

lebih berat akan Siapkan sampel yang akan diputar dan


berada di bawah letakkan pada tempatnya secara simetris
dibandingkan dan seimbang. Jika persiapan sampel
bagian dengan telah selesai tekan tombol POWER pada
massa yang lebih posisi ON, maka alat akan langsung
ringan. Pada menyala. Kemudian set TIMER pada
percobaan ini, waktu yang dikehendaki dengan memutar
sentrifuge knob. Timer akan berhenti dengan

17
digunakan untuk sendirinya sesuai dengan capaian
pemanenan sel waktunya. Set SPEED untuk mengatur
kecepatan rotasi.

11 Pipet mikro Untuk


memindahkan
cairan dari suatu
wadah ke wadah
lainnya. Pipet
mkro dapat
digunakan untuk
mengambil
aliquot dengan
ukuran di bawah
1 ml Gambar 13. Pipet mikro

Membersihkan plastic tip agar tidak


terjadi kontaminasi. Menekan plunger
untuk memulai penghisapan dan
membaca hasil pengukuran digital
sensor. Menekan plunger sekali lagi
untuk menghentikan penghisapan pada
volume cuplikan yang ingin diambil.
Kemudian untuk mengeluarkan hasil
cuplikan dapat dilakukan dengan
menggukan tombol discharge pada ujung
atas mikropipet.

18
12 Microtube Untuk
menempatkan
kultur bakteri
ketika dishaker
agar tidak
tumpah.

Gambar 14. Microtube

Membersihkan microtube, memasukkan


bahan dan kemudian menutup kembali
tutup microtube.

13 Jarum OSE Memindahkan


bakteri induk ke
dalam media
Gambar 15. Jarum OSE
kultur
Sebelum melakukan inokulasi, jarum
OSE harus disterilkan dengan
membakarnya dengan Bunsen, setelah itu
didinginkan dan mulai melakukan
inokulasi.

14 Bunsen Membakar ujung


kawat OSE dan
ujung beaker
glass

Gambar16. Bunsen

Menyulut api pada usmbu Bunsen


dengan menggunakan korek api. Pastikan

19
bahwa spiritus tidak kering. Api
dimatikan dengan penutup sumbu dari
spiritus.

15 Laminar Flow Tempat untuk


melakukan
pemindahan
bakteri ke dalam
mikropipet
secara steril.

Gambar17. Laminar flow

Menyalakan tombol UV selama 15 menit


pertama, kemudian dimatikan. Nyalakan
kedua tombol lampu dan aerasi secara
bersamaan sampai proses pemindahan
selesai.

16 Neraca Analitik Menimbang


massa bubuk
LB, massa
pemadat, dan
massa bahan lain
yang diperlukan

Gambar 18. Neraca Analitik

Hidupkan neraca analitik dengan


menekan tombol ON. Kemudian
masukkan wadah dan menutup kembali
sekat neraca, lalu kalibrasi hingga

20
massanya nol. Kemudian membuka sekat
dan menimbang bahan secara perlahan
hingga mencapai massa yang diinginkan.
Lalu keluarkan bahan serta wadahnya
dan matikan kembali neraca

3.3 Jurnal Percobaan

Tabel 3 Tabel Prosedur Percobaan

No Prosedur Percobaan Pengamatan Keterangan

1. Mempersiapkan medium Aquades =300ml LB dan Aquades


kultivasi (LB cair) dikocok hingga
Massa LB= 7,5 gr
sampai LB
 Menimbang serbuk
tercampur
LB cair sebanyak 7,5
dengan aquades
gr dan dilarutkan
dalam air ± 300 ml
dan aduk merata di
dalam gelas beaker
2. Mensterilisasi alat yang akan Sebelum di masukkan Menggunakan
digunakan dengan cara di panci presto, alat panci presto
autoklaf dibungkus dengan sederhana
plastik dan aluminium
 Menyiapkan alat yang
foil.
akan digunakan (gelas
beaker, pipet mikro,
mikrotube)
 Mensterilisasi alat
dan bahan pada suhu
121°C 2 atm selama
15 menit

21
3. Mempersiapkan Stock Mengkultur bakteri Menggunakan
culture dalam medium cair dalam 3 microtube. teknik aseptik,
Sebelum memindahkan sehingga
 Bakteri ditumbuhkan bakteri ke media kultur, sebelumnya
pada medium cair dan kawat ose dibakar melakukan
dilakukan peremajaan terlebih dahulu. penyinaran sinar
pada suhu 370C selama Melakukan shaking UV dalam laminar

24 jam. Bakteri ini akan dalam inkubator selama flow selama 15


0
dijadikan stock culture 18 jam dalam suhu 37 C. menit, kemudian
sterilisasi dengan
alkohol, dan
menyalakan
laminar flow.
Tangan praktikan
yang akan
mengkultur
bakteri juga harus
disterilkan dengan
alkohol
4. Kultur bakteri dalam Membersihkan pengotor Melakukan
Fermentor berpengaduk pada selang bawah: conditioning
biofermentor
 Menambahkan 1,5 ml a. Membuka skrup
berpengaduk
preculture ke dalam 250 bagian atas
selama 1 jam.
ml LB Broth (jaga agar skrup
Dalambioreaktor
 Mengatur suhu 37oC bagian bawah
masih terdapat
dan aerasi 0,5-2 v/v/m tetap tertutup)
sisa cairan/ media/
b. Penghisapan
 Mengatur kecepatan sampel dari
dengan suntik
pengadukan percobaan
c. Menutup sekrup sebelumnya.
 Mengambil sampel ke
atas
dalam kuvet untuk
Diameter selang
d. Membuka skrup
diukur OD600 setiap biofermentor 0,3
bawah
setengah jam sekali mm.
hingga OD600 bernilai

22
0,8. Selain OD600
parameter pH, suhu
juga didata.
5. Memanen Sel Membuat blanko dengan Pengambilan
penghisapan suntik 15 sampel dengan
 Mengeringkan ml. jarak 30 menit,
microtube dengan setelah mencapai
Blanko tersebut adalah
pemanasan dalam oven OD600= 0,346,
LB murni tanpa adanya
105oC selama 1 jam jarak waktu
bakteri.
kemudian disimpan di pengambilan
dalam destilat selama Pada saat 100% T= 92,4 sampel dipercepat

20 menit. menjadi 15 menit.


OD600 blanko = 0,046
 Mengukur semua Saat mengambil
mikrotube yang akan sampel dilakukan
dipakai satu persatu. conditioning
 Melakukan sentrifugasi terlebih dahulu,

borth dalam microtube dengan tujuan

(yang semula teraduk membuang


sampel sisa yang
merata) dengan laju
tertinggal di
6000 rpm selama 20
selang.
menit.
 Membuang supernatan.
 Mengukur berat basah
sel.
 Mengeringkan sel
dengan pemanasan
microtube dalam oven
105oC selama 1 jam.
 Mengukur berat berat
kering sel.
 Menentukan berat sel.
6. Melakukan pengelolaan Semua limbah cair dari Setelah itu

23
limbah flow bioreaktor limbah
dikumpulkan dalam ditampung di
 Mengumpulkan broth
satu tabung jurigen
yang akan dibuang.
erlenmeyer, kemudian sementara di
 Memanaskan dengan
ditutup dengan plastik ruang sinar UV.
autoklaf dalam glass
dan alumunium foil
ware tahan panas
untuk selanjutnya di
selama 20 menit.
autoklaf. Hal ini
 Membuang limbah di
bertujuan agar saat
pembuangan limbah
dibuang tidak
setelah mencapai suhu
membahayakan
relatif dingin.
lingkungan.

24
BAB 4

HASIL DAN ANALISIS

4.1. Hasil Pengamatan

Data pengamatan yang didapatkan pada percobaan modul Bioreaktor ini


dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
600 nm. Berikut ini adalah data pengamatan nilai Optical Density pada
panjang gelombang 600 nm atau OD600 terhadap waktu pertumbuhan bakteri
Bacillus subtillis:
Tabel 4. Data Hasil pengamatan OD600

No Waktu OD600 Keterangan

1 30 menit pertama 0,046 Terjadi kenaikan

2 30 menit kedua 0,062 Terjadi kenaikan

3 30 menit ketiga 0,068 Terjadi kenaikan

4 30 menit keempat 0,166 Terjadi kenaikan

5 30 menit kelima 0,346 Terjadi kenaikan

6 +15 menit kemudian 0,636 Terjadi kenaikan

7 +15 menit kemudian 0,790 Terjadi kenaikan

8 +15 menit kemudian 0,796 Terjadi kenaikan

Selanjutnya dilakukan penimbangan massa kosong microtube, massa


microtube dengan massa basah bakteri, dan massa microtube dengan massa kering
bakteri. Berikut adalah data pengamatan yang didapatkan:

25
Tabel 5. Data Perhitungan Massa Kosong Microtube, Massa Microtube dengan
Massa Basah Bakteri, Massa Microtube dengan Massa Kering Bakteri, dan Net Massa Basah dan Net Massa
Kering Sel
No Massa Kosong Massa Massa Net Massa Net Massa
Microtube (g) Basah Sel Kering Sel Basah Sel Kering Sel
(g) (g) (g) (g)

1 1,0185 1,0501 1,0185 0,0316 0

2 1,0151 1,0378 1,0145 0,0227 0,0006

3 1,0067 1,0229 1,0064 0,0162 0,0003

4 0,9981 1,0518 0,9984 0,0537 -0,0003

5 1,0069 1,0574 1,0088 0,0505 0,0019

6 1,0123 1,025 1,0131 0,0127 0,0008

4.2. Pengolahan Data Pengamatan

A. Grafik pertumbuhan bakteri (waktu VS OD600)

Grafik Pertumbuhan Bacillus subtilis


0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
OD600

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250
waktu (menit)

Grafik 19. Grafik Pertumbuhan Bacillus subtilis

26
B. Rasio massa kering terhadap massa basah

Tabel 6. Tabel Massa Kering dan Basah serta Rasio Enam Microtube

Massa
Net Net Net
microtu Massa Massa
No massa massa Rasio Rasio
be basah kering
basah kering
kosong
1. 1,0185 1,0501 1,0185 0,0316 0 0,96991 0

2. 1,0151 1,0378 1,0145 0,0227 -0,0006 0,97755 -0,02643

3. 1,0067 1,0229 1,0064 0,0162 -0,0003 0,98387 -0,01852

4. 0,9981 1,0518 0,9984 0,0537 0,0003 0,94923 0,005587

5. 1,0069 1,0574 1,0088 0,0505 0,0019 0,95404 0,037624

6. 1,0123 1,025 1,0131 0,0127 0,0008 0,98839 0,062992

AV 1,0096 1,04083 1,00995 0,0312 0,00035 0,9705 0,010209

Data 1-3 tidak akan digunakan karena massa kering lebih kecil
dibandingkan massa microtube, sehingga data tersebut tidak valid,
sehingga

Tabel 7. Tabel Massa Kering dan Basah serta Rasio Tiga Microtube

Massa
Net Net Net
microtu Massa Massa
No massa massa Rasio Rasio
be basah kering
basah kering
kosong
1. 0,9981 1,0518 0,9984 0,0537 0,0003 0,94923 0,005587

2. 1,0069 1,0574 1,0088 0,0505 0,0019 0,954038 0,037624

3. 1,0123 1,025 1,0131 0,0127 0,0008 0,98839 0,062992

27
Avg. 1,0058 1,0447 1,0068 0,039 0,001 0,963886 0,035401

C. Perhitungan massa basah total dan massa kering total


Diketahui bahwa pengaduk up-and-down pada fermentor akan
menghasilkan campuran yang lebih efisien dan homogen daripada
pengaduk rotasional[1], sehingga dapat diasumsikan bahwa volume kultur
berbanding lurus dengan massa sel. Begitu pula menurut (Pardal, 2011),
bahwa dalam kultur suspensi sel, perhitungan massa bakteri dapat
dilakukan dengan menghitung volume medium.

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛
=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑘𝑢𝑙𝑡𝑢𝑟


𝑚. 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡 = × 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒

250 𝑚𝑙
𝑚. 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡 = × 0,039 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,5 𝑚𝑙

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑘𝑢𝑙𝑡𝑢𝑟


𝑚. 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡 = × 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒

250 𝑚𝑙
𝑚. 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡 = × 0,001 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,1667 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,5 𝑚𝑙

D. Perhitungan persentase massa kering total


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,1667 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 100% = 2,56%
6,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
E. Jumlah bakteri berdasarkan nilai OD600
𝑦 = 8𝑥 × 108
Dimana x adalah OD600 dan y adalah jumlah bakteri. Diketahui bahwa 1
OD600 sama dengan sekitar 8 x 108 sel bakteri/ml[2]. Berdasarkan
persamaan seperti diatas, maka dapat dikatakan bahwa nilai OD600
berbanding lurus dengan jumlah sel bakteri per mililiter. Secara tidak

28
langsung, diketahui bahwa nilai OD600 dapat menjadi indikator pesat atau
tidaknya proses pertumbuhan suatu bakteri berdasarkan jumlah bakterinya.

4.3. Analisis Hasil Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi kultur sel, pola pertumbuhan bakteri, serta hubungan nutrisi dan
pertumbuhan bakteri. Berdasarkan tujuan tersebut, diambil beberapa data untuk
dijadikan variable perhitungan, diantaranya adalah Optical Density (OD) atau
kerapatan optik, serta waktu pengamatan. Berat basah dan kering dari padatan
yang tersisa dari proses sentrifugasi digunakan untuk melihat jumlah zat padatan
(sel bakteri) di dalam cairan kultur (medium). Nilai pH dan temperatur tidak
dijadikan variabel control karena pada percobaan awal hingga akhir memiliki nilai
yang relatif konstan.

Saat menghitung kerapatan optis dari kultur sel, didapatkan data


peningkatan nilai OD seiring berjalannya waktu. Data tersebut digunakan untuk
membuat grafik yang menggambarkan pola pertumbuhan bakteri terhadap waktu,
dengan nilai kerapatan optik (OD) pada sumbu Y dan waktu pengamatan pada
sumbu X (Grafik sekian)

Nilai kerapatan optic (OD) yang diperoleh pada panjang gelombang 600
nm menunujukkan kerapatan/kekeruhan larutan berdasarkan fraksi cahaya yang
dihamburkan oleh partikel suspensi larutan (Day, 2002). Sehingga nilai OD600
dapat pula menunjukkan tingkat kepadatan bakteri yang tumbuh dalam larutan
medium.

Pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis secara teoritis dapat dilihat pada


kurva dibawah.

29
Grafik 2. Kurva pertumbuhan teoritis Bacillus subtilis

(sumber: http://www.qiagen.com/plasmid/cultures.aspx)

Secara teoritis, bakteri Bacillus subtilis mengalami fasa lag phase selama 5 jam
pertama proses pengkulturan sebelum memasuki fasa log. Artinya, selama 5 jam
pertama proses pengkulturan, bakteri masih menyesuaikan diri dan beradaptasi
dalam lingkungan mediumnya.. Setelah 5 jam itu, barulah bakteri mulai
membelah secara cepat sampai jam ke -14, ketika bakteri mulai memasuki fasa
stasioner.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan menunjukkan lag phase pada


90 menit pertama. Dimana pada selang waktu antara setengah jam pertama dan 1
jam pertama, OD hanya bertambah 0,016 dari 0,046 menjadi 0,064. Kemudian
dari menit ke-60 sampai menit ke-90, perubahan OD yang terjadi pun tidak
banyak yaitu hanya 0,006 dari 0,062 menjadi 0,068, lebih sedikit dari sebelumnya.
Pertumbuhan bakteri yang perlahan ini mencirikan fase lag dari pertumbuhan
bakteri, dimana bakteri masih beradaptasi dengan lingkungan barunya dalam
bioreactor dengan medium LB. Namun dari menit ke 91 sampai menit ke- 120
terjadi peningkatan yang signifikan dimana OD bertambah sebesar 0,098 dari
0,068 menjadi 0.166. Hal ini menandai berakhirnya lag phase dan dimulainya
fasa log (eksoponensial) dari pertumbuhan bakteri.

30
Log phase adalah fase dimana bakteri telah beradaptasi dengan lingkungan
dan keberadaan nutrisi serta ruang dalam reaktor yang sesuai dan optimal untuk
pertumbuhan bakteri, sehingga pertumbuhan bakteri meningkat dengan sangat
cepat. Log phase berlanjut sampai menit ke 196. Dari menit ke-120 sampai ke-150
OD bertambah sebesar 0,18 dari 0,166 menjadi 0,346. Kemudian bertambah 0.29
selama rentang waktu setengah jam berikutnya menjadi 0.636. Setelah tahap ini
karena pesatnya pertumbuhan, praktikan mengambil data dengan rentang waktu
15 menit untuk lebih akuratnya data sampai batas yang diinginkan yaitu OD 0,8.
Pada 15 menit berikutnya pun OD bertambah sampai 0,790 dan kemudian
menjadi 0.796. Pada tahap ini tingkat pertumbuhan bakteri sudah mulai menurun
dibandingkan sebelumnya dan dapat dianggap memasuki stationary phase. Seiring
berjalannya log phase, nutrisi dalam bioreaktor semakin banyak yang terkonsumsi
sehingga nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk tumbuh semakin bekurang.
Berkurangnya nutrisi menyebabkan kematian bakteri. Ketika tingkat pertumbuhan
dan kematian bakteri mencapai angka yang relative seimbang, menandakan fasa
stasioner.

Dapat dilihat bahwa hasil percobaan yang didapatkan cukup berbeda bila
dibandingkan dengan kurva pertumbuhan teoritis, dimana proses lag phase
berlangsung selama 4 jam pertama sebelum memasuki fase log dan log phase
berlangsung sampai jam ke-14 dalam proses pengkulturan Bacillus subtilis.
Sementara pada hasil praktikum, proses log mulai setelah 3 jam dari awal
mulainya proses pengkulturan, dan hanya berlangsung selama kurang lebih 2 jam
sebelum tingkat bertambahnya OD berkurang.

Setelah pengambilan data OD, dilakukan pengambilan sampel ke dalam 6


microtube masing-masing sebanyak 1,5 mL untuk mengetahui rasio massa bakteri
yang dihasilkan. Perhitungan massa rata-rata sel hasil kultur didapatkan dari
perhitungan sel massa kering. Terlebih dahulu dibuat tabel yang menunjukkan
berat kering dan berat basah netto, yaitu berat yang telah dikurangi berat
microtube kosong. Setelah itu dihitung massa basah dan massa kering total sel
kultur dengan membandingkan volume medium kultur dengan volume dari setiap
microtube, kemudian dikalikan dengan rata-rata massa sel, kering atau basah.

31
Setelah didapatkan massa kering sel, kemudian dijadikan persentase massa kering
pada sampel.

Perhitungan massa total didapatkan dari persamaan

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑛
=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑛𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑡𝑢𝑏𝑒

Persamaan di atas dapat digunakan karena dalam kultur suspensi sel, perhitungan
massa bakteri dapat dilakukan berdasarkan volume medium. Sehingga didapat
massa basah total sebesar 6,5 gram dan massa kering total sebesar 0,1667 gram.
Dari hasil perhitungan massa kering dan basah total, dapat dibuat persentase
perbandingan massa kering dan massa basah dalam fermentor dan microtube,
yaitu sebesar 2,56%. Dapat dilihat bahwa massa kering sel sangat kecil
dibandingkan massa basah (medium kultur), walaupun warna dalam reaktor sudah
cukup keruh. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kontaminan dalam
fermentor.

Untuk menghitung jumlah bakteri digunakan persamaan 𝑦 = 8𝑥 × 10 8


yang merupakan persamaan kurva standard (hasil eksperimen)[3]. Dimana y adalah
jumlah bakteri dan x adalah nilai OD600. Terlihat bahwa nilai OD berbanding
lurus dengan jumlah bakteri sehingga akan membentuk garis linier jika diplot
dalam grafik.

32
4.4. Analisis Kesalahan

Pada percobaan ini terjadi beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil


percobaan. Hasil yang paling terpengaruhi adalah data massa kering sel. Terlihat
bahwa dari 6 microtube berisi sel dan larutan medium, hanya 3 data yang dapat
diolah. Hal ini dikarenakan nilai massa kering sel dalam microtube lebih kecil
dibandingkan massa microtube yang kosong. Hal ini menunjukkan adanya
kesalahan dalam praktikum. Selain itu, persentase massa kering dibandingkan
massa basah cukup kecil, hanya 2%.

Kesalahan pertama adalah setelah mensterilisasi medium dengan autoklaf,


medium tidak didinginkan sampai suhu ruangan. Sehingga ketika bakteri
dimasukkan dalam medium, terjadi perubahan yang cukup signifikan sehingga
bakteri yang bertahan hidup dari perbedaan suhu tersebut lebih sedikit dari bakteri
yang dimasukkan ke dalam medium.

Kesalahan kedua adalah kesalahan praktikan ketika menggunakan neraca


analitik. Praktikan tidak menekan tombol “Tare” setiap akan menimbang.
Sehingga ketika penimbangan tidak dimulai dari 0.

Kesalahan ketiga adalah kesalahan pada alat spektrofotometer. Blanko


memiliki nilai OD yang minus, dan tidak bisa menjadi bernilai 0 seperti
seharusnya. Hal ini mempengaruhi nilai OD yang didapat sebagai hasil praktikum.

Kesalahan terakhir adalah kemungkinan adanya kontaminan dari


lingkungan luar bioreaktor. Kontaminasi dapat terjadi saat pengambilan sampel
serta saat pengukuran OD dengan spektrofotometer. Keberadaan kontaminan
dapat membuat sampel menjadi keruh sehingga membuat nilai OD lebih besar
dibandingkan seharusnya.

33
BAB V
KESIMPULAN
5.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan bioreaktor kultur sel ini diantaranya
adalah:

 Kultur sel merupakan teknik perbanyakan sel pada kondisi dan lingkungan
tertentu, pada umumnya bersifat aseptis atau ditumbuhkan secara steril.
 Dinamika pertumbuhan sel dapat dipetakan dalam kurva pertumbuhan
bakteri, yang dibuat dengan memplotkan peningkatan jumlah sel terhadap
waktu. Kurva pertumbuhan mikroorganisme dapat digunakan untuk
menggambarkan tahap-tahap dari siklus pertumbuhannya. Pertumbuhan sel
tidak terjadi secara linier, tetapi terdapat beberapa fase yaitu fase lag, fase
log, fase stasioner dan fase kematian.
 Pada saat percobaan berlangsung, bakteri masih berada dalam fase stasioner.
 Faktor – faktor yang mempengaruhi proses kultur sel adalah : jenis media
yang digunakan, kandungan air, nutrisi, dan DO (Dissolve Oxygen)
 Percobaan ini dilakukan dalam 4 tahapan yaitu :
a. Persiapan media kultur
b. Persiapan pre kultur
c. Kultur bakteri dalam fermentor berpengaduk
d. Pemanenan sel
 Pada percobaan kali in pola pertumbuhan sel dapat diketahui secara tidak
langsung dengan melihat pola OD600 (Optical Density pada gelombang 600
nm) menggunakan alat spektrofotometer

5.2. SARAN
Untuk praktikum Bioreaktor ini, ada beberapa saran untuk lebih
memaksimalkan hasil yang didapat. Saran saran tersebut adalah:
 Mendiginkan medium sampai mencapai suhu ruangan agar bakteri dapat
bertumbuh secara maksimal
 Praktikan harus lebih memperhatikan penggunaan neraca analitik

34
 Bahan yang akan digunakan harus disterilisasi kembali agar tidak terdapat
kontaminan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Modul Praktikum Unit Operasi Bioproses I. Depok: Departemen


Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Freshney, R. Ian. 2006. Basic Principles of Cell Culture. New Jesery: John Wiley
& Sons, Inc.
Kusnadi, 2010. Pertumbuhan Bakteri.[pdf]
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1968050919
4031KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,d
kk/BAB_IV_PERTUMB.BAKTERI.pdf, diakses pada tanggal 18 Oktober
2015 pukul 9.34 AM.
Presser, K. A, T. Ross, and D. A. Ratkowsky. 1998. Modelling the Growth Limits
(Growth/No Growth Interface) of Escherichia coli as a Function of
Temperature, pH, Lactic Acid Concentration, and Water Activity. [pdf]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC106229/, diakses tanggal 18
Oktober 2015 pukul 10.10 AM.

[1]
Anonim. Up and Down Agitation. http://www.lambda-
instruments.com/?pages=fermentor-bioreactor-up-and-down-agitation
[2]
Anonim. AurumTM Total RNA 96 Kit. http://www.bio-
rad.com/webroot/web/pdf/lsr/literature/4110131A.pdf
[3]
Oswald, Nick. 2008. What You Need to Know About OD600.
http://bitesizebio.com/1005/what-you-need-to-know-about-od600/

36

Anda mungkin juga menyukai