Anda di halaman 1dari 20

1

A. Sensor gerak
Detektor gerak adalah perangkat yang dapat mendeteksi
objek bergerak, khususnya orang. Sebuah detektor gerak sering
diintegrasikan sebagai komponen sistem yang secara otomatis
melakukan tugas atau alert pengguna gerak di suatu daerah.
Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis sensor gerak :
1. Limited Switch
Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi dengan
katup yang berfungsi menggantikan tombol. Prinsip kerja limit switch
sama seperti saklar Push ON yaitu hanya akan menghubung pada saat
katupnya ditekan pada batas penekanan tertentu yang telah ditentukan
dan akan memutus saat saat katup tidak ditekan. Limit switch
termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor yang akan
memberikan perubahan elektrik saat terjadi perubahan mekanik pada
sensor tersebut. Penerapan dari limit switch adalah sebagai sensor
posisi suatu benda (objek) yang bergerak.

Gambar 1.1 sensor Limited Switch


Cara kerja :
Prinsip kerja limit switch diaktifkan dengan penekanan pada
tombolnya pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya
sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan rangkaian dari
rangkaian tersebut. Limit switch memiliki 2 kontak yaitu NO
(Normally Open) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu
kontak akan aktif jika tombolnya tertekan. Terdapat 3 kaki pada
komponen ini, yaitu Supply (C), Normally Open (NO) dan Normally
Close (NC).

2. Sensor PIR
Sensor PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang
digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah.

2
Sensor PIR bersifat pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar
infra merah tetapi hanya menerima radiasi sinar infra merah dari luar.

Gambar 1.2 sensor PIR


Cara Kerja :
Sensor gerak atau PIR mempunyai dua bagian utama.
Bagian yang pertama pemancar infrared, sedangkan bagian yang
kedua yaitu penerima. Bila alat sensor ini ada yang melewatinyan
bagian pemancar akan mengirim tanda atau sinyal ke bagian
penerima. Selanjutnya, penerima akan memberi perintah pada alat
lainnya. Misalnya membuka pintu atau mengeluarkan suara,
tergantung system aplikasi yang diterapkan.
Contoh aplikasi :
Pintu yang bisa membuka sendiri secara otomatis Jika ada yang
lewat atau masuk maupun keluar. Alat sensor tersebut melakukan
deteksi terhadap suatu gerakan yang disebut Namanya adalah PIR
(Passive Infrared Sensor).

3. Load Cell
Load Cell adalah salah satu Sensor yang banyak digunakan
di timbangan-timbangan elektronika untuk mengukur berat suatu
benda. Load Cell mengubah suatu gaya tekanan, menjadi besaran
listrik. Load Cell juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
gerak-gerak pada suatu objek yang hendak diotomatiskan.

Gambar 1.3 sensor Load Cell


Keterangan gambar :
 Kabel merah adalah input tegangan sensor
 Kabel hitam adalah input ground sensor

3
 Kabel hijau adalah output positif sensor
 Kabel putih adalah output ground sensor

Prinsip Kerja :
Selama proses penimbangan akan mengakibatkan reaksi
terhadap elemen logam pada load cell yang mengakibatkan gaya
secara elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh regangan ini
dikonversikan kedalam sinyal elektrik oleh strain gauge (pengukur
regangan) yang terpasang pada load cell.

4. LVDT
LVDT atau (Linear Variable Differential Transformer)
merupakan salahsatu contoh sensor posisi, yang bekerja berdasarkan
pada ada tidaknya medanmagnet yang terjadi. LVDT pertama kali di
kemukakan oleh G.B.hoadley.pertama kali digunakan untuk
kepentingan militer. Pada tahun 1950an pengetahuan akan LVDT ini
terus berkembang, hingga dapat digunakan dalamkepentingan
industri

Gambar 1.4 sensor LVDT


Prinsip Kerja:

Arus bolak-balik AC mengalir melalui kumparan (coil)


primer,sebagai akibat dari adanya tegangan eksitasi Eeks. Arus
terinduksi melaluipasangan kumparan sekunder. Frekuensi arus AC
yang terinduksi ini samadengan frekuensi eksitasi. Namun, amplitudo
arusyang terinduksi padasetiap kumparan sekunder tergantung dari
posisi/lokasi batang inti (magnet)yang dapat berpindah/bergerak.

4
Perubahan amplitudo akibat pergeseranbatang inti ini kemudian di
proses untuk melakukan indikasi terhadap perubahan posisi.Sehingga
dengan memanfaatkan konsep ini, LVDT dapat dibuat sebagai sensor.

B. Sensor Cahaya
Sensor cahaya adalah komponen elektronika yang dapat
memberikan perubahan besaran elektrik pada saat terjadi perubahan
intensitas cahaya yang diterima oleh sensor cahaya tersebut. Sensor
cahaya dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temui pada penerima
remote televisi dan pada lampu penerangan jalan otomatis.
Macam-macam Sensor Cahaya
 LDR (Light Depending Resistor)
 Photo Transistor
 Photo Dioda
1. LDR (Light Depending Resistor)

Gambar 1.5 LDR (Light Depending Resistor)

LDR adalah sensor cahaya yang memiliki 2 terminal output,


dimana kedua terminal output tersebut memiliki resistansi yang dapat
berubah sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Dimana
nilai resistansi kedua terminal output LDR akan semakin rendah
apabila intensitas cahya yang diterima oleh LDR semakin tinggi.
Prinsip Kerja

Resistansi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)


akan berubah seiring den-gan perubahan intensitas cahaya yang
mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap
resistansi LDR seki-tar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebe-sar
1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti
kadmium sul-fida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh

5
menyebabkan lebih banyak mua-tan yang dilepas atau arus listrik
meningkat. Artinya resistansi bahan telah men-galami penurunan.
2. Photo Transstor

Gambar 1.6 Photo transistor

Photo transistor adalah suatu transistor yang memiliki


resistansi antara kaki kolektor dan emitor dapat berubah sesuai
intensitas cahaya yang diterimanya. Photo transistormemiliki 2
terminal output dengan nama emitor dan colektor, dimana nilai
resistansi emeitor dan kolektro tersebut akan semakin rendah apabila
intensitas cahaya yang diterim photo transistor semnakin tinggi.
Prinsip Kerja

Cara kerja Photo Transistor atau Transistor Foto hampir


sama dengan Transistor normal pada umumnya, dimana arus pada
Basis Transistor dikalikan untuk memberikan arus pada Kolektor.
Namun khusus untuk Photo Transistor, arus Basis dikendalikan oleh
jumlah cahaya atau inframerah yang diterimanya. Oleh karena itu,
pada umumnya secara fisik Photo Transistor hanya memiliki dua kaki
yaitu Kolektor dan Emitor sedangkan terminal Basisnya berbentuk
lensa yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi cahaya.
Pada prinsipnya, apabila Terminal Basis pada Photo
Transistor menerima intensitas cahaya yang tinggi, maka arus yang
mengalir dari Kolektor ke Emitor akan semakin besar.
3. Photo Dioda

Gambar 1.7 Photo dioda

6
Photo dioda adalah suatu dioda yang akan mengalami
perubahan resistansi pada terminal anoda dan katoda apabila terken
cahaya. Nilai resistansi anoda dan katoda pada photo dioda akan
semakin rendah apabila intensitas cahaya yang diterima photodioda
semkin tinggi.
Prinsip kerja

Saat Photodiode terkena cahaya, Foton yang merupakan


partikel terkecil cahaya akan menembus lapisan semikonduktor tipe-
N dan memasuki lapisan semikonduktor tipe-P. Foton-foton tersebut
kemudian akan bertabrakan dengan elektron-elektron yang terikat
sehingga elektron tersebut terpisah dari intinya dan menyebabkan
terjadinya hole. Elektron terpisah akibat tabrakan dan berada dekat
persimpangan PN (PN junction) akan menyeberangi persimpangan
tersebut ke wilayah semikonduktor tipe-N. Hasilnya, Elektron akan
bertambah di sisi semikonduktor N sedangkan sisi semikonduktor
P akan kelebihan Hole. Pemisahan muatan positif dan negatif ini
menyebabkan perbedaan potensial pada persimpangan PN. Ketika
kita hubungkan sebuah beban ataupun kabel ke Katoda (sisi
semikonduktor N) dan Anoda (sisi semikonduktor P), Elektron akan
mengalir melalui beban atau kabel tersebut dari Katoda ke Anoda atau
biasanya kita sebut sebagai aliran arus listrik.

3. Sensor Cahaya Infra Merah

Gambar 1.8 Sensor Cahaya Infra Merah

Sensor cahaya infra merah adalah sensor cahaya yang hanya


akan merespon perubahan cahaya inframerah. Sensor cahaya infra
merah pada umumnya berupa photo ttransistor atau photo dioda.
Dimana apabila sensor cahaya infra merah ini menerima pancaran

7
cahaya infra merah maka pada terminal outputnya akan memberikan
perubahan resistansi. Akan tetapi ada juga sensor cahaya yang telah
dibuat dalam bentuk chip IC penerima sensor infra merah seperti yang
digunakan pada penerima remote televisi. Dimana chip IC sensor
infra merah ini akan memberikan perubahan tegangan output apabila
IC sensor infra merah ini menerima pancaran cahaya infra merah.
Berikut adalah bentuk dari IC sensor infra merah tersebut.

Konfigurasi pin infra red (IR) receiver atau penerima infra


merah tipe TSOP adalah output (Out), Vs (VCC +5 volt DC), dan
Ground (GND). Sensor penerima inframerah TSOP ( TEMIC
Semiconductors Optoelectronics Photomodules ) memiliki fitur-fitur
utama yaitu fotodiode dan penguat dalam satu chip, keluaran aktif
rendah, konsumsi daya rendah, dan mendukung logika TTL dan
CMOS. Detektor infra merah atau sensor inframerah jenis TSOP
(TEMIC Semiconductors Optoelectronics Photomodules) adalah
penerima inframerah yang telah dilengkapi filter frekuensi 30-56
kHz, sehingga penerima langsung mengubah frekuensi tersebut
menjadi logika 0 dan 1. Jika detektor inframerah (TSOP) menerima
frekuensi carrier tersebut, maka pin keluarannya akan berlogika 0.
Sebaliknya, jika tidak menerima frekuensi carrier tersebut, maka
keluaran detektor inframerah (TSOP) akan berlogika 1 .

4. Sensor Cahaya Ultraviolet

Gambar 1.9 Sensor Cahaya Ultraviolet

Sensor cahaya ultraviolet merupakan sensor cahaya yang


hanya merespon perubahan intensitas cahaya ultraviolet yang
mengenainya. Seonsor cahaya ultraviolet ini akan memberikan
perubahan besaran listrik pada terminal outputnya pada saat

8
menerima perubahan intensitas pancaran cahaya ultraviolet. Sensor
cahaya yang populer salah satunya UVtron. Modul sensor cahaya
UVtron akan memberikan perubahan tegangan output pada saat
sensor UVtron menerima perubahan intensitas cahaya ultraviolet.

C. Sensor Suhu
Saat ini, terdapat banyak jenis Sensor Suhu dengan
karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan aplikasinya. Berikut
ini beberapa jenis Sensor Suhu yang sering ditemukan dalam
rangkaian elektronika ataupun peralatan listrik beserta penjelasan
singkatnya :

1. Termostat (Thermostat)

Termostat adalah suatu perangkat yang dapat memutuskan


dan menyambungkan arus listrik pada saat mendeteksi perubahan
suhu di lingkungan sekitarnya sesuai dengan pengaturan suhu yang
ditentukan. Pada umumnya, Termostat yang digunakan saat ini dapat
kita bedakan menjadi dua jenis utama yaitu Termostat Mekanikal dan
Termostat Elektronik. Termostat Mekanikal pada dasarnya
merupakan jenis Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor)
yang menggunakan prinsip Electro-Mechanical sedangkan Termostat
Elektronik menggunakan komponen-komponen elektronika untuk
mendeteksi perubahan suhunya.

Gambar 1.10 Termostat (Thermostat)

9
Termostat berasal dari istilah bahasa Yunani kuno yaitu
Thermo yang artinya adalah Panas dan Statos yang memiliki arti
sebagai status quo atau tetap sama. Jika Kedua kata tersebut disatukan
maka akan menjadi arti sebagai “menjaga panas tetap sama”. Jadi
pada saat terlalu dingin, maka termostat akan menyalakan
pemanasnya sehingga suhu menjadi tetap hangat. Perangkat
pendeteksi suhu ini banyak digunakan di perangkat-perangkat listrik
seperti Oven, Kulkas, Air Conditioner (AC), pengendalian suhu
mesin di mobil dan Seterika.

Gambar 1.11 Cara kerja dari Termostat (Thermostat)

2. Strip Bimetal (Bimetallic Strips Thermostat)

Sebuah Termostat mekanikal terdiri dari dua jenis logam


yang berbeda dan ditempel bersama sehingga menjadi bentuk yang
disebut dengan Bi-Metallic strip (atau Bi-Metal Strip). Dua Strip
tersebut akan berfungsi menjadi jembatan untuk menghantarkan atau
memutuskan arus listrik ke rangkaian sistem pemanas atau
pendinginnya.

Pada saat Normal, Strip yang berfungsi sebagai jembatan


tersebut akan selalu dalam kondisi terhubung dan mengaliri arus
listrik, rangkaian yang terhubungnya akan dalam kondisi ON juga.
Ketika Strip tersebut menjadi panas, salah satu logam diantaranya
akan mengembang dan merubah bentuk menjadi sedikit melekuk dan
akan semakin melekuk seiring dengan semakin panasnya strip
tersebut yang pada akhirnya akan memisahkan hubungan strip dengan
rangkaiannya sehingga aliran listrik ke rangkaian sistem pemanas

10
atau pendingin juga menjadi terputus atau menjadi kondisi OFF.
Termostat kemudian berubah menjadi kondisi OFF (Switch OFF)
atau terjadi pemutusan arus listrik ke sistem pemanas atau pendingin
yang terhubung ke Termostat tersebut..

Pada saat kondisi OFF, tidak ada arus listrik yang mengalir
melewat strip Bimetal tersebut. Secara bertahap Strip Bimetal
tersebut akan kembali menjadi dingin. Logam yang melekuk tadi
akan mulai berubah bentuk menjadi bentuk semula sehingga
terhubung kembali dan arus listrik mulai mengalir melewati strip
bimetal lagi. Kondisi Termostat menjadi ON kembali dan rangkaian
sistem pemanas ataupun pendingin menjadi ON lagi.

3. Termostat Elektronik (Electronic Thermostat)

Selain Termostat Strip Bimetal yang menggunakan prinsip


elektro-mekanikal, terdapat pula Termostat yang menggunakan
komponen-komponen elektronika untuk mendeteksi perubahaan suhu
dan sistem pemutusan dan penyambungan aliran listriknya juga
menggunakan sistem elektronika, Termostat tersebut adalah
Termostat Elektronik.

Prinsip Kerja Termostat Elektronik ini sedikit berbeda


dengan Prinsip Kerja Termostat Bi-Metal yang menggunakan konsep
Elektro-Mekanikal . Termostat Elektronik pada dasarnya berbentuk
rangkaian elektronika yang terdiri dari berbagai komponen-
komponen elektronika. Komponen utama untuk mendeteksi
perubahan suhu adalah Thermistor yaitu resistor yang nilai
hambatannya dapat dipengaruhi oleh suhu (Temperature) sekitarnya.
Thermistor terbagi menjadi dua jenis yaitu Thermistor PTC dan
Thermistor NTC. Pada saat Thermistor mendeteksi adanya suhu
tinggi, resistansi atau hambatan Thermistor juga akan berubah
sehingga rangkaian elektronikanya akan memutuskan hubungan
listrik ke sistem pemanas ataupun pendingin yang terhubung tersebut.
Pada saat Thermistor menjadi dingin kembali, resistansi pada
thermistor tersebut juga akan berubah menjadi normal kembali
sehingga rangkaian elektronika yang berfungsi sebagai pengendali

11
tersebut akan kembali menyambung aliran arus listrik ke sistem
pemanas dan pendingin sehingga menjadi ON kembali.

Kelebihan dari Termostat Digital atau Elektronik ini adalah


lebih hemat energi dan mencegah pemborosan pada penggunaan
listrik. Termostat jenis ini dapat diprogram sehingga kita dapat
melakukan pengaturan suhu sesuai dengan periode yang kita
inginkan.

4. Thermistor

Thermistor adalah salah satu jenis Resistor yang nilai


resistansi atau nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu
(Temperature). Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal
Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan
dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu
Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor
PTC (Positive Temperature Coefficient).

Seperti namanya, Nilai Resistansi Thermistor NTC akan


turun jika suhu di sekitar Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding
terbalik / Negatif). Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi
suhu disekitarnya, semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding
lurus / Positif).

Simbol dan Gambar Thermistor PTC dan NTC

Berikut ini adalah Simbol dan Gambar Komponen


Thermistor PTC dan NTC :

Gambar 1.12 Komponen Thermistor PTC dan NTC

12
Karaktreristik Thermistor NTC dan PTC

Contoh perubahaan Nilai Resistansi Thermistor NTC saat


terjadinya perubahan suhu disekitarnya (dikutip dari Data Sheet salah
satu Produsen Thermistor MURATA Part No. NXFT15XH103),
Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu ruangan (25°C),
tetapi akan berubah seiring perubahan suhu disekitarnya. Pada -40°C
nilai resistansinya akan menjadi 197.388kΩ, saat kondisi suhu di 0°C
nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27.445kΩ, pada suhu
100°C akan menjadi 0.976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun
menjadi 0.532kΩ. Jika digambarkan, maka Karakteristik Thermistor
NTC tersebut adalah seperti dibawah ini :

Gambar 1.13 Karakteristik Thermistor NTC

Pada umumnya Thermistor NTC dan Thermistor PTC


adalah Komponen Elektronika yang berfungsi sebagai sensor pada
rangkaian Elektronika yang berhubungan dengan Suhu
(Temperature). Suhu operasional Thermistor berbeda-beda
tergantung pada Produsen Thermistor itu sendiri, tetapi pada
umumnya berkisar diantara -90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi
Thermistor NTC dan PTC di kehidupan kita sehari-hari antara lain
sebagai pendeteksi Kebakaran, Sensor suhu di Engine (Mesin) mobil,
Sensor untuk memonitor suhu Battery Pack (Kamera, Handphone,
Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator,
Sensor suhu untuk Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain
sebagainya.

13
Untuk mengetahui cara mengukur/menguji Thermistor
(PTC/NTC). Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan
komponen Elektronika yang digolongkan sebagai Komponen
Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat
mengubah suatu energi ke energi lainnya. Dalam hal ini, Thermistor
merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu)
menjadi hambatan listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok
Sensor Suhu.
Keuntungan dari Thermistor adalah sebagai berikut :
 Memiliki Respon yang cepat atas perubahan suhu.
 Lebih murah dibanding dengan Sensor Suhu jenis RTD
(Resistive Temperature Detector).
 Rentang atau Range nilai resistansi yang luas berkisar dari
2.000 Ohm hingga 10.000 Ohm.
 Memiliki sensitivitas suhu yang tinggi.

5. Resistive Temperature Detector (RTD)


Resistive Temperature Detector atau disingkat dengan RTD
memiliki fungsi yang sama dengan Thermistor jenis PTC yaitu dapat
mengubah energi listrik menjadi hambatan listrik yang sebanding
dengan perubahan suhu. Namun Resistive Temperature Detector
(RTD) lebih presisi dan memiliki keakurasian yang lebih tinggi jika
dibanding dengan Thermistor PTC. Resistive Temperature
Detector pada umumnya terbuat dari bahan Platinum sehingga
disebut juga dengan Platinum Resistance Thermometer (PRT).
Keuntungan dari Resistive Temperature Detector (RTD)
 Rentang suhu yang luas yaitu dapat beroperasi di suhu -200⁰C
hingga +650⁰C.
 Lebih linier jika dibanding dengan Thermistor dan
Thermocouple
 Lebih presisi, akurasi dan stabil.

14
Gambar 1.14 . Resistive Temperature Detector (RTD)

6. Thermocouple (Termokopel)
Thermocouple adalah salah satu jenis sensor suhu yang
paling sering digunakan, hal ini dikarenakan rentang suhu operasional
Thermocouple yang luas yaitu berkisar -200°C hingga lebih dari
2000°C dengan harga yang relatif rendah. Thermocouple pada
dasarnya adalah sensor suhu Thermo-Electric yang terdiri dari dua
persimpangan (junction) logam yang berbeda. Salah satu Logam di
Thermocouple dijaga di suhu yang tetap (konstan) yang berfungsi
sebagai junction referensi sedangkan satunya lagi dikenakan suhu
panas yang akan dideteksi. Dengan adanya perbedaan suhu di dua
persimpangan tersebut, rangkaian akan menghasilkan tegangan
listrik tertentu yang nilainya sebanding dengan suhu sumber panas.
Keuntungan Thermocouple adalah sebagai berikut :
 Memiliki rentang suhu yang luas
 Tahan terhadap goncangan dan getaran
 Memberikan respon langsung terhadap perubahan suhu.

Gambar 1.15 Thermocouple

15
7. Sensor Suhu LM35
Sensor suhu LM35 merupakan komponen elektronik dalam
bentuk chip IC dengan 3 kaki (3 pin) yang berfungsi untuk mengubah
besaran fisis, berupa suhu atau temperature sekitarsensor menjadi
besaran elektris dalam bentuk perubahan tegangan. Sensor suhu
LM35 memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1 ºC tegangan
keluarannya naik sebesar 10 mV dengan batas maksimal keluaran
sensor adalah 1,5 V pada suhu 150 °C. Misalnya pada perancangan
menggunakan sensor suhu LM35 kita tentukan keluaran adc
mencapai full scale pada saat suhu 100 °C, sehingga saat suhu 100 °C
tegangan keluaran transduser(10mV/°C x 100 °C) = 1V.

Gambar 1. 16 Bentuk Fisik Sensor Suhu LM35


Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini dapat mencapai
30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt,
sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan
ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal
ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-
heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan
yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC .
Berikut Ini Adalah Karakteristik Dari Sensor Suhu LM35.
 Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara
tegangan dan suhu 10 mVolt/ ºC, sehingga dapat dikalibrasi
langsung dalam celcius.
 Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5 ºC pada
suhu 25 ºC .
 Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC
sampai +150 ºC.
 Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
 Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.

16
 Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating)
yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.
 Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W
untuk beban 1 mA.
 Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

Gambar 1. 17 skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ


Gambar di atas adalah gambar skematik rangkaian dasar
sensor suhu LM35-DZ. Rangkaian ini sangat sederhana dan
praktis.Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala linear
terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi
jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad Celcius.
Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad
Celcius. Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai
masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal seperti rangkaian penguat
operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti rangkaian
pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.

4. Sensor Suara
Sensor suara adalah sebuah alat yang mampu mengubah
gelombang Sinusioda suara menjadi gelombang sinus energi listrik
(Alternating Sinusioda Electric Current). Sensor suara berkerja
berdasarkan besar/kecilnya kekuatan gelombang suara yang
mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran
sensor yang juga terdapat sebuah kumparan kecil di balik membran
tadi naik & turun. Oleh karena kumparan tersebut sebenarnya adalah
ibarat sebuah pisau berlubang-lubang, maka pada saat ia bergerak
naik-turun, ia juga telah membuat gelombng magnet yang mengalir

17
melewatinya terpotong-potong. Kecepatan gerak kumparan
menentukan kuat-lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya.
Sensor Suara adalah sensor yang memiliki cara kerja
merubah suara menjadi besaran listrik. Pada dasarnya prinsip kerja
pada alat ini hampir mirip dengan cara kerja sensor sentuh pada
perangkat seperti telepon genggam,laptop, dan notebook. Sensor ini
bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang
mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya.
Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya
gelombang listrik yang dihasilkannya. Salah satu komponen yang
termasuk dalam sensor ini adalah Microphone atau Mic. Mic adalah
komponen elektronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang
digetarkan oleh gelombang suara akan menghasilkan sinyal listrik.

Gambar 1.18 .Sensor Suara


Sebuah sensor untuk mendeteksi suara, secara umum, yang
disebut mikrofon. Mikrofon dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis dasar termasuk dinamis, elektrostatik, dan piezoelektrik
menurut sistem konversi mereka.
Mikrofon dinamis masih memiliki tuntutan besar terutama
di dunia musik, sementara mikrofon piezoelektrik secara luas
digunakan terutama untuk mikrofon untuk meter rendah tingkat
frekuensi suara. Mikrofon dinamis masih memiliki tuntutan besar
terutama di dunia musik, sementara mikrofon piezoelektrik
Digunakan secara luas terutama untuk mikrofon untuk meter rendah
tingkat frekuensi suara. Untuk pengukuran, tipe elektrostatik
(kondensor) mikrofon yang paling populer karena mereka dapat
dirampingkan, memiliki respon frekuensi rata selama rentang

18
frekuensi yang luas, dan menyediakan nyata stabilitas yang tinggi
dibandingkan dengan jenis lain mikrofon.
Mikrofon kondensor tersedia dalam dua jenis: jenis dan
kembali bias tipe electret. Perbedaannya adalah apakah tegangan DC
diterapkan dari luar atau film polimer secara permanen terpolarisasi
elektrik digunakan di tempat penerapan tegangan Secara umum, jenis
bias memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dan stabilitas.
Ada dua macam microphone:
1. Microphone arang
2. Microphone capasitor
Kualitas dari micropone capasitor lebih baik daripada yang
arang. Lebih sensitive dan tentu menyebabkan harganya lebih mahal.
Prinsip kerja microphone arang:
Suara-->membran-->serbuk arang--->arang padat
Membran dicatu tegangan positif dan arang dicatu negative.
Membrane yang peka terhadap tekanan suara menekan serbuk arang
sehingga kepadatan arang berubah. Perubahan kepadatan inilah yang
mempengaruhi besarnya impedansi, atau dalam hal ini resistansi dari
arang, sehingga mempengaruhi besarnya arus (v=i(t).r(t)).
Prinsip kerja microphone capasitor
Suara-->membran-->celah udara-->bahan kapasitor(pelat
inductor)
Membran yang dipengaruhi tekanan suara terhadap waktu
mempengaruhi lebarnya celah antara membrane dengan bahan
kapsitor. Sehingga besanya impedansi, dalam hal ini kapasitansi,
berubah karena lebar celah yang berubah terhadap waktu. Hal ini pula
yang mempengaruhi besarnya arus.
Diperlukan beberapa komponen dalam pembuatan sensor
suara. Komponen yang diperlukan sangat mudah ditemukan dan
memiliki harga yang terjangkau. Komponen–komponen yang

19
dibutuhkan antara lain, resistor memiliki dua saluran yang fungsinya
untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurun tegangan
diantara dua salurannya sesuai dengan arus. Kondensator, trimpot
memiliki hambatan listrik yang dapat diubah dengan cara memutar
porosnya. Dioda adalah bahan semikonduktor yang dapat menghantar
arus listrik pada satu arah saja. IC (Integrated Circuit) atau sirkuit,
kondensator mic, LED untuk mengeuarkan emisi cahaya timah,
solder, kabel secukupnya dan lain-lain.

20

Anda mungkin juga menyukai