Disusun oleh:
dr.Willy Yahya
dr.Annisa Jihan
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat merampungkan mini project dengan judul: Gambaran
Status Mental Masyarakat RW 13 Kelurahan Ganjar Agung. Tujuan penulisan
mini project ini untuk memenuhi persyaratan dalam tercapainya program internsip
dokter Indonesia di Puskesmas.
Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada dr. Melly Kemerdasari
K. N. selaku pembimbing yang telah membantu penulisan mini project ini.
Ucapan terima kasih juga diberikan kepada :
i
DAFTAR ISI
ii
3.2.1 Instrumen Penelitian……………………………………………………………16
3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………......…………16
3.3 Teknik Sampling……………………………………….....………………….………17
3.4 Definisi Operasional……………………….....………………………………………17
3.5 Metode Analisis……………….……………………………………………………..19
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….....................…….19
BAB IV Hasil dan Pembahasan………………………………………….......…………..20
4.1 Pengumpulan Data……………………………………………….....………………..20
4.2 Gambaran Hasil Kuesioner…………………………………….....…………………20
BAB V Simpulan dan Saran……………………………………………………………..25
5.1 Simpulan……………………………….…………………………………………….25
5.2 Saran………………………………………………………………………………….25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... .28
LAMPIRAN..................................................................................................................... .32
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Gambaran Hasil Deteksi Dini RW 13 Kelurahan Ganjar Agung April
2018 ........................................................................................................ 20
Tabel 4.2 Gambaran Hasil MINI RW13 Kelurahan Ganjar Agung April 2018
................................................................................................................ 21
Tabel 4.3 Gambaran Distribusi SRQ ≥6 Berdasarkan Jenis Kelamin RW13 Kelurahan
Ganjar Agung April 2018…… ................................................................23
Tabel 4.4 Gambaran Distribusi SRQ ≥6 Berdasarkan Usia RW 13 Kelurahan Ganjar
Agung April 2018 ................................................................................... 23
Tabel 4.5 Gambaran Distribusi SRQ ≥6 Berdasarkan Pendidikan RW13 Kelurahan
Ganjar Agung April 2018 ....................................................................... 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
wilayah kerja Puskesmas Ganjar Agung Metro terdapat 36 orang yang
mengalami gangguan jiwa. Orang dengan gangguan jiwa di Kelurahan Ganjar
Agung ada sebanyak 12 orang dan di Kelurahan Ganjar Asri ada 24 orang.
Ada banyak faktor yang memengaruhi kondisi kesehatan jiwa seseorang.
Berbagai faktor sosial, psikologi, dan biologi menentukan tingkat kesehatan
mental seseorang. Sebagai contoh, kekerasan dan tekanan sosio-ekonomi yang
persisten diketahui menjadi faktor risiko terhadap kesehatan jiwa. Bukti paling
nyata berhubungan dengan kekerasan seksual. Rendahnya kesehatan jiwa juga
berhubungan dengan perubahan sosial yang cepat, kondisi kerja yang penuh
tekanan, diskriminasi gender, ekslusi sosial, gaya hidup tidak sehat, fisik yang
sakit serta pelanggaran hak azasi manusia. Ada faktor-faktor spesifik psikologi
dan kepribadian yang menyebabkan orang rentan terhadap permasalahan
kesehatan jiwa. Risiko biologi termasuk faktor genetik juga turut ambil andil
(WHO, 2018).
Permasalahan lain di Indonesia adalah pemasungan serta perlakuan yang
salah pada pasien gangguan jiwa berat karena pengobatan dan akses ke
pelayanan kesehatan jiwa belum memadai (Kemenkes, 2013). Distribusi tenaga
layanan kesehatan jiwa yang terbatas dan tidak merata juga menjadi kendala
penuntasan masalah ini. Hal ini juga diperburuk dengan kurangnya peminat
dan lokasi tugas para tenaga kesehatan jiwa yang berpindah-pindah
menyebabkan putusnya rantai akses perawatan dan pengobatan ODGJ yang
memerlukan terapi jangka panjang (Kemenkes, 2016).
Penanganan masalah jiwa dimulai dari promosi kesehatan jiwa termasuk
aksi yang meningkatkan kesejahteraan psikologis. Dalam konteks usaha
nasional untuk mengembangkan dan mengimplementasikan aturan mengenai
kesehatan mental, penting untuk tidak hanya melindungi dan mempromosikan
kesehatan jiwa masyarakat, namun juga menyediakan kebutuhan orang-orang
yang didiagnosis gangguan jiwa. Selain itu, perlu alat ukur yang dapat
digunakan untuk mencegah bunuh diri, pencegahan dan tatalaksana gangguan
mental pada anak, pencegahan dan tatalaksana demensia, dan tatalaksana
gangguan pengguna zat (WHO, 2018).
2
Sebagai langkah awal dalam menyikapi permasalahan tersebut, peneliti
tertarik untuk meneliti tentang gambaran status mental masyarakat RW 13
Kelurahan Ganjar Agung dimana wilayah ini ditempati oleh ODGJ terbanyak,
yakni 6 orang, yang terdapat di dalam ruang lingkup kerja Puskesmas Ganjar
Agung kota Metro.
3
Puskesmas dapat memakai penelitian ini sebagai dasar dalam menangani dan
menindaklanjuti masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
- Bagi masyarakat
Untuk menambah wawasan dan peran aktif masyarakat untuk menangani
permasalahan jiwa, baik berupa dukungan moral, penerimaan, deteksi serta
pelaporan dini gangguan jiwa.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
3) Kelurahan Hadimulyo Barat
4) Kelurahan Hadimulyo Timur
5) Kelurahan Yosomulyo
c) Kecamatan Metro Selatan, terdiri atas :
1) Kelurahan Margodadi
2) Kelurahan Margorejo
3) Kelurahan Sumbersari
4) Kelurahan Rejomulyo
d) Kecamatan Metro Timur, terdiri atas:
1) Kelurahan Iringmulyo
2) Kelurahan Yosodadi
3) Kelurahan Yosorejo
4) Kelurahan Tejoagung
5) Kelurahan Tejosari
e) Kecamatan Metro Utara, terdiri atas :
1) Kelurahan Banjarsari
2) Kelurahan Purwosari
3) Kelurahan Purwoasri
4) Kelurahan Karangrejo (Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2015)
6
- Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Mulyojati kecamatan Metro
Barat
Luas wilayah kelurahan Ganjar Agung 2,88 km2 dan Kelurahan Ganjar Asri
2,42 km2 dengan total wilayah seluas 5,30 km2. Jumlah penduduk wilayah
kerja Puskesmas Ganjar Agung sebesar 16.172 jiwa, dengan rincian jumlah
penduduk kelurahan Ganjar Agung sebesar 7.067 jiwa sedangkan kelurahan
Ganjar Asri sebesar 9.105 (Puskesmas Ganjar Agung, 2017).
7
Sementara itu yang perlu mendapatkan perhatian dan perlu diwaspadai oleh
setiap individu ialah kondisi mental yang tidak sehat, karena kondisi mental
yang tidak sehat itu akan membentuk suatu kepribadian yang tidak sehat pula
(abnormal). Pribadi yang tidak sehat (abnormal) ialah adanya tingkah laku
seseorang atau individu yang sangat mencolok dan sangat berbeda dengan
tingkah laku umum yang ada di lingkungannya, atau disebut juga dengan
perilaku-perilaku yang menyimpang (abnormal) (Draver, 1952).
Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang
atau individu yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong
terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya
mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang
sehat pula (Draver, 1952).
8
(distress) atau hendaya (impairment/disability)di dalamsatu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
1. Bidang Badaniah
Setiap faktor yang menggaggu perkembangan fisik dapat mengganggu
perkembangan mental. Faktor-faktor ini mungkin dari keturunan atau dari
lingkungan (kelainan kromosom, konstitusi, cacat kongenital, gangguan
otak). Pernikahan dengan saudara sepupu (seperti biasa pada beberapa
suku di indonesia) melipatgandakan kemungkinan lahirnya anak cacat atau
anak lahir mati (Heath, 1995).
2. Bidang Psikologik
Perkembangan psikologik yang salah mungkin disebabkan oleh berbagai
jenis deprivasi dini, pola keluarga yang patogenik dan masa remaja yang
dilalui secara tidak baik.
3. Bidang Sosiologik
Bidang ini pun tidak kecil peranannya dalam perkembangan yang salah,
umpamanya adat istiadat dan kebudayaan yang kaku ataupun perubahan-
perubahan yang cepat dalam dunia modern ini, sehingga menimbulkan
stress yang besar pada individu (Heath, 1995). Selain itu, suatu
masyarakat pun, seperti seorang individu, dapat juga berkembang kearah
yang tidak baik yang dipengaruhi oleh lingkungan atau keadaan sosial
masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian, diambil suatu kesimpulan bahwa manusia pada
prinsipnya bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan
9
juga, secara somato-psiko-sosial. Baik dalam mencari penyebab gangguan
jiwa, maupun dalam rangka proses penyembuhan (therapeutics).
Depresi berarti merasa rendah diri, sedih, marah atau sengsara. Ini
merupakan suatu emosi dimana hampir setiap orang pernah mengalaminya
seumur hidup (Patel) Tanda-tanda khas depresi :
Fisik: Lelah dan perasaan lemah dan tidak bertenaga, sakit dan nyeri
diseluruh tubuh yang tidak jelas sebabnya.
Pikiran: Tidak punya harapan akan masa depan, sulit mengambil keputusan,
merasa dirinya tidak sebaik orang lain (tidak percaya diri), merasa bahwa
mungkin lebih baik jika ia tidak hidup, keinginan dan rencana untuk bunuh
diri, sulit berkonsentrasi.
Kecemasan merupakan sensasi perasaan takut dan gelisah, seperti seorang
aktor sebelum naik panggung akan merasa gelisah. Tanda-tanda khas
kecemasan, diantaranya:
Fisik: Jantung berdetak cepat (Palpitasi), merasa tercekik, pusing, gemetar
seluruh tubuh, sakit kepala, pins and needles-- seperti ditusuk jarum-(atau
sensasi seperti digigit semut-semut) pada ekstremitas atau wajah.
Perasaan: Merasa seolah-olah sesuatu mengerikan akan menimpanya,
merasa takut.
Pikiran: Terlalu khawatir akan masalahnya atau kesehatanya, pikiran
seolah-olah akan mati, kehilangan kontrol atau jadi gila, terus menerus
memikirkan hal-hal yang membuatnya tertekan lagi dan lagi meskipun
sudah berusaha untuk menghentikanya.
Perilaku: Menghindari situasi yang dapat membuatnya ketakutan seperti
pasar atau kendaraan umum dan kurang tidur (Patel).
10
2.3.3.2 Kebiasaan Buruk
Seseorang mengalami ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan ketika
penggunaanya telah membahayakan kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang.
Tingkat ketergantungan menyebabkan kerusakan yang hebat terhadap penderita,
keluarga dan terutama terhadap masyarakat. Tanda-tanda khas ketergantungan
terhadap alkohol:
Fisik: Gangguan lambung, seperti gastritis dan tukak, penyakit hati dan
ikterus, muntah darah, muntah atau sakit pada pagi hari, kecelakaan dan
luka- luka, reaksi putus obat seperti kejang-kejang (fits), berkeringat,
bingung.
Perasaan: Merasa tidak tertolong dan di luar kontrol, merasa bersalah akan
kebiasaan minumnya.
Pikiran: Keinginan yang kuat terhadap alkohol, pikiran terus-menerus
tentang bagaimana mendapatkan minuman, keinginan untuk bunuh diri.
Perilaku: Sulit tidur, ingin minum pada siang hari, ingin minum pada pagi
hari untuk menghilangkan rasa tidak nyaman secara fisik (Patel).
11
gelisah, tidak bisa diam, perilaku agresif, perilaku aneh, kurang merawat
diri dan menjaga kebersihan diri, menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban yang tidak berhubungan.
Khayalan: Mendengar suara-suara yang membicarakan dirinya, terutama
suara-suara kasar (halusinasi), melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat
orang lain.
12
perilaku, akibat dari penderitaan ini menyebabkan gangguan dalam kegiatan
sehari-hari, efisiensi kerja, dan gangguan dalam bidang sosial dan pekerjaan
(Suliswati, 2005).
Tanda dan gejala gangguan jiwa secara umum menurut Yosep adalah
sebagai berikut (Yosep, 2009) :
a. Ketegangan (tension),
Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang
terpaksa (konpulsif), histeria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut,
pikiran-pikiran buruk.
b. Gangguan Kognisi
Merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh
membunuh, melempar, naik genteng, membakar rumah, padahal orang
disekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada,
hanya muncul dari dalam individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat
dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, individu bisa mendengar sesuatu,
melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut
orang lain.
c. Gangguan Kemauan
Individu memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan
atau memulai tingkah laku, susah bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri
sehingga terlihat kotor, bau, dan acak-acakan.
d. Gangguan Emosi
Individu merasa senang, gembira yang berlebihan tetapi dilain waktu ia bisa
merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) samapai ada ide ingin
mengakhiri hidupnya.
e. Gangguan Psikomotor
Hiperaktivitas, individu melakukan pergerakan yang berlebihan naik keatas
genteng berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa
yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak
atau melakukan gerakan aneh. (Yosep, 2009)
13
Menurut Yosep, dalam keadaan fisik dapat dilihat pada anggota tubuh
seseorang yang menderita gangguan jiwa, diantaranya sebagai berikut :
a. Suhu badan berubah
Orang normal rata-rata mempunyai suhu badan sekitar 37 derajat Celcius.
Pada orang yang sedang mengalami gangguan mental meskipun secara
fisik tidak terkena penyakit kadangkala mengalami perubahan suhu.
b. Denyut nadi menjadi cepat
Denyut nadi berirama, terjadi sepanjang hidup. Ketika menghadapi
keadaan yang tidak menyenangkan, seseorang dapat mengalami denyut
nadi semakin cepat.
c. Nafsu makan berkurang
Seseorang yang sedang terganggu kesehatan mentalnya akan
mempengaruhi pula dalam nafsu makan.
2.4 Kuesioner
2.4.1 Self Reporting Questionnaire
Self Reporting Questionnaire (SRQ-20) merupakan 20 poin alat deteksi dini
kesehatan mental yang dikembangkan oleh World Health Organization
(WHO). Atribut-atribut alat ini sangat bermanfaat di layanan primer dan
keadaan gawat darurat yang menunjukkan seberapa jauh intervensi yang
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan format singkat dan jawaban dikotomi dalam
SRQ-20 yang sesuai dengan layanan primer yang sibuk. Selain itu, kuesioner
ini juga bermanfaat pada kondisi sumber daya yang kurang dimana perlu untuk
mengalokasikan sumber daya yang terbatas pada individu dengan stres berat
(Westhuizen, Wyatt, Williams, Stein, & Sorsdahl, 2015).
Validasi data kuesioner bervariasi pada masing-masing negara dengan
melihat pada konsistensi internal dan faktor struktur. Selain itu, poin batas nilai
ideal untuk mengidentifikasi gangguan mental tergantung dari keadaan di
lapangan. Di India, ivestigator merekomendasikan batas nilai 11/12 atau 12/13,
sedangkan pada wanita Vietnam rural, batas nilai sebesar 7/8 (Westhuizen, et
al., 2015). Di Indonesia, Kemenkes mengambil batas nilai sebesar 6/7 yang
14
mengindikasikan gangguan mental. Kendati demikian, SRQ memiliki
keterbatasan hanya menunjukkan status emosional individu sesaat dalam kurun
waktu 30 hari serta tidak dirancang untuk menegakkan diagnosis gangguan
jiwa secara spesifik (Kemenkes, 2013).
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
berjumlah 292 orang. Jumlah populasi diambil berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
o Masyarakat berusia 15-60 tahun
o Bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian
Kriteria eksklusi:
o Pasien mengalami kesulitan berkomunikasi
17
Gangguan cemas menyeluruh adalah gangguan yang ditandai dengan
khawatir berlebihan atau cemas perihal 2 atau lebih masalah hidup sehari-
hari (misalnya keuangan, kesehatan anak, nasib buruk) selama 6 bulan
terakhir. Lebih daripada orang lain. Kekhawatiran muncul hampir setiap
hari. Orang lain menilai kekhawatiran ini berlebihan (Lecrubier, et al.,
1998).
Gangguan depresi adalah gangguan yang dialami selama 2 minggu terakhir
yang ditandai dengan minimal 2 keluhan sebagai berikut :
o Secara terus menerus merasa sedih, depresif atau murung, hampir
sepanjang hari, hampir setiap hari.
o Sepanjang waktu kurang berminat terhadap banyak hal atau kurang bisa
menikmati hal-hal yang biasanya dinikmati.
o Merasa lelah atau tidak bertenaga hampir sepanjang waktu (Lecrubier, et
al., 1998).
Gangguan psikotik adalah gangguan perihal pengalaman yang tidak lazim
yang dialami seseorang yang ditandai minimal salah satu tanda sebagai
berikut:
o Keluarga atau teman pernah mengganggap adanya keyakinan aneh atau
tidak lazim
o Percaya bahwa seseorang sedang memata-matainya, atau bahwa
seseorang sedang berkomplot melawannya, atau mencoba mencederainya
o Percaya bahwa seseorang sedang membaca atau bisa mendengar apa
yang sedang dipikirkannya
o Percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar dirinya
memasukkan buah pikiran ke dalam pikirannya, atau menyebabkan dia
bertindak sedemikian rupa yang bukan lazimnya
o Percaya bahwa dia sedang dikirimi pesan khusus melalui TV, radio atau
koran, atau bahwa seseorang yang tidak dikenal secara pribadi tertarik
padanya
o Mendapat penampakan atau melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh
orang lain
18
o Mendengar sesuatu yang tidak dapat didengar oleh orang lain, seperti
suara-suara (Lecrubier, et al., 1998)
19
BAB IV
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari total 174 orang pasien usia
15-60 tahun yang mengisi kuesioner SRQ, terdapat 11 orang yang memiliki
hasil SRQ ≥6, yakni 6,32% dari total sampel. Hasil ini menunjukkan adanya
kecenderungan peserta mengalami tekanan psikologis namun tidak spesifik
(Westhuizen, et al., 2015).
Hasil ini sejalan dengan prevalensi nasional gangguan mental emosional
sebesar 6%, namun lebih besar daripada prevalensi Provinsi Lampung sebesar
1,2% (Kemenkes, 2013). Penelitian lain di Desa Ranjeng dan Cilopang
20
Kabupaten Sumedang, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional
berupa depresi dan cemas mencapai 11,6% (Sutini & Hidayati, 2017).
Untuk penyelidikan lebih lanjut, peserta dengan hasil SRQ ≥6 diwawancarai
dengan MINI. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.
21
produktivitas kerja dan meningkatnya penggunaan layanan kesehatan, secara
khusus layanan primer (Wittchen, 2002).
Peserta yang mengalami episode psikotik tunggal pada penelitian ini,
mengaku dapat melihat dan mendengar hal-hal yang tidak bisa dilihat dan
didengar oleh orang lain. Hal ini perlu penelusuran lebih lanjut mengenai
riwayat hidup peserta serta gangguan yang dialami untuk diagnosis yang tepat.
Adanya penemuan kasus ini patut diberi perhatian khusus. Sebuah penelitian
deskriptif di Banjarmasin tahun 2011 menunjukkan 33% dari penderita
gangguan jiwa adalah gangguan psikosis (Mubarta, et al., 2011). Penelitian lain
di RSJ Prof. Dr. HB. Sa’anin Padang tahun 2010-2011 menunjukkan adanya
peningkatan jumlah pasien gangguan afektif dengan gejala psikotik pada
pasien rawat inap (Syafwan, et al., 2014). Disamping itu, pasien yang
mengalami gejala psikotik dengan riwayat NAPZA di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta tahun 2011-2012 juga memiliki prevalensi ynng
tinggi, yakni 73,3% dari 131 pasien yang dirawat (Pahlasari, et al., 2013).
Peserta yang tidak memenuhi kriteria diagnosis terbagi menjadi kelompok
yang mengarah kepada gangguan cemas menyeluruh sebanyak 4 orang dan
kelompok yang tidak memenuhi semua kriteria diagnosis sebanyak 3 orang.
Kelompok yang mengarah kepada gangguan cemas menyeluruh tidak
memenuhi kriteria waktu minimal 6 bulan gangguan cemas menyeluruh,
namun menunjukkan gejala kecemasan, seperti denyut jantung tak teratur,
cepat atau berdebar keras, berkeringat, gemetar atau bergetar, dan lain- lain.
Mengenai kelompok lain yang tidak memenuhi semua kriteria diagnosis,
kita perlu melihat kembali bahwa SRQ bukan sebuah alat diagnosis dan
analisis berdasarkan batas nilai menyediakan informasi umum, yang tidak
cukup untuk menegakkan profil kesehatan jiwa populasi tertentu pada waktu
tertentu dan menentukan rencana intervensi yang potensial (Barreto do Carmo,
et al., 2018). Aspek yang harus dipertimbangkan ketika menginterpretasi data
adalah bias informasi yang mungkin memengaruhi respon pada kuesioner,
secara khusus mengenai gejala depresi, karena status sosioekonomi rendah
(Barreto, et al., 2006). Penelitian lain melaporkan individu dengan edukasi
22
rendah cenderung melaporkan secara berlebihan keluhan mental pada evaluasi
kesehatan mental, bahkan ketika tidak ada kondisi mental yang teridentifikasi
pada wawancara standar psikiatri (Mari, 1987).
23
penelitian oleh Jorm, AF., dkk. yang melaporkan secara umum tekanan mental
menurun seiring bertambahnya umur dalam rentang 20-64 tahun. Beberapa
penyebab dikaitkan dengan faktor-faktor risiko seperti krisis yang dialami di
tempat kerja dan hubungan sosial negatif dengan keluarga dan teman (Jorm, et
al., 2005).
24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil penelitian mengenai gambaran status mental warga RW 13 Kelurahan
Ganjar Agung berdasarkan kuesioner SRQ dan hasil wawancara MINI pada
tanggal 24-25 April 2018 menunjukkan bahwa :
- Dari total 174 orang pasien usia 15-60 tahun yang mengisi kuesioner
SRQ, terdapat 11 orang yang memiliki hasil SRQ ≥6, yakni 6,32% dari
total sampel
- Dari 11 orang yang memiliki hasil SRQ ≥6 didapatkan perempuan
berjumlah 6 orang dengan persentase 54,55% sedangkan laki-laki
berjumlah 5 orang dengan persentase 45,54%..
- Dari 11 peserta dengan SRQ ≥6 didapatkan jumlah terbanyak pada
rentang usia 15-30 tahun yakni 7 orang dengan persentase 63,63%, diikuti
rentang usia 46-60 tahun berjumlah 3 orang dengan persentase 27,27% dan
rentang usia 31-45 berjumlah 1 orang dengan persentase 9,10 %.
- Dari hasil penelitian didapatkan pendidikan terakhir 5 orang peserta
adalah SD dengan persentase 45,45%, 5 orang lain adalah SMA dengan
persentase 45,45%, serta 1 orang S1 dengan persentase 9,10%.
- Wawancara peserta dengan MINI menunjukkan kelainan yang paling
umum adalah gangguan cemas menyeluruh sebanyak 3 orang dengan
presentase 27,27%.
5.2 Saran
- Saran untuk Puskesmas Ganjar Agung agar menindaklanjuti hasil dari
penelitian ini dan untuk ke depan dapat menyelanggarakan kegiatan posyandu
jiwa untuk menangani orang-orang dengan masalah kejiwaan.
- Saran untuk Dinas Kesehatan Metro untuk menangani dan mencegah
timbulnya gangguan jiwa baru pada masyarakat, sebaiknya dinas kesehatan
25
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dengan mengadakan pelatihan-
pelatihan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa masyarakat
- Saran untuk pemerintah diharapkan membentuk kerja sama lintas sektor baik
dari sisi kesehatan,agama dan sosial agar dapat membina orang-orang dengan
masalah kejiwaan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
- Saran untuk masyarakat agar membentuk kader jiwa yang fokus untuk
menjaring orang dengan masalah kejiwaan untuk mendapatkan penanganan
secara dini.
26
DAFTAR PUSTAKA
APA. (2015). What is Mental Illness? Dipetik 2018, dari psychiatry:
https://www.psychiatry.org/patients-families/what-is-mental-illness
Badan Pusat Statistik Kota Metro. (2015). Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga,
Rukun Tetangga Menurut Kecamatan di Kota Metro. Dipetik 2018, dari Badan
Pusat Statistik Kota Metro:
https://metrokota.bps.go.id/statictable/2016/08/30/99/banyaknya-kelurahan-
rukun-warga-rukun-tetangga-menurut-kecamatan-di-kota-metro-2015.html
Barreto do Carmo, M. B., dos Santos, L. M., Feitosa, C. A., Fiaccone, R. L., da
Silva, N. B., dos Santos, D. N., et al. (2018). Screening for common mental
disorders using the SRQ-20 in Brazil: what are the alternative strategies for
analysis? Brazilian Journal of Psychiatry , 115-122.
Barreto, M. L., Cunha, S. S., Alcantara-Neves, N., Carvalho, L. P., Cruz, A. A.,
Stein, R. T., et al. (2006). Risk factors and immunological pathways for asthma
and other allergic diseases in children: background and methodology of a
longitudinal study in a large urban center in Northeastern Brazil (Salvador-
SCAALA study). BMC Pulmonary Medicine .
Budiman. (2010). Jumlah Gangguan Jiwa. Dipetik 2018, dari Suara Bandung:
www.suarabandung.com
27
Dewi, A. P., Prathama, A. G., & Iskandarsyah, A. (2015). Gambaran Derajat
Cemas Pasien Gangguan Cemas Menyeluruh di Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Universitas Padjajaran .
Jorm, A. F., Windsor, T. D., Dear, K. B., Anstey, K. J., Christensen, H., &
Rodgers, B. (2005). Age group differences in psychological distress: the role of
psychosocial risk factors that vary with age. Psychological Medicine .
Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Dipetik 2018, dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia: http://www.depkes.go.id/resources/download/
general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Lecrubier, Y., Sheehan, D., Weiller, E., Amorium, P., Hergueta, T., Bonora, L. I.,
et al. (1998). Mini International Neuropsychiatric Interview. Mini International
Neuropsychiatric Interview . Yayasan Depresi Indonesia.
28
Mari, J. J. (1987). Psychiatric morbidity in three primary medical care clinics in
the city of Sao Paulo. Issues on the mental health of the urban poor. Social
Psychiatry .
NIH. (2017, November). Mental Illness. Dipetik 2018, dari National Institute of
Mental Health: https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/mental-illness.shtml
Otsubo, T., Tanaka, K., Koda, R., Shinoda, J., Sano, N., Tanaka, S., et al. (2005).
Reliability and validity of Japanese version of the Mini-International
Neuropsychiatric Interview . Psychiatry and Clinical Neurosciences , 517-526.
Patel, V. Ketika Tidak Ada Psikiater, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Jiwa.
International Medical Corps Indonesia Programmer.
29
Select Statistical Services Ltd. (2018). Population Proportion - Sample Size.
Dipetik 2018, dari Select-statistics: https://select-
statistics.co.uk/calculators/sample-size-calculator-population-proportion/
Sheehan, D. V., Lecrubier, Y., Sheehan, H., Amorim, P., Janavs, J., Weiller, E., et
al. (1998). Psychiatrist. Diambil kembali dari Psychiatrist:
http://www.psychiatrist.com/jcp/article/Pages/1998/v59s20/v59s2005.aspx
Sutini, T., & Hidayati, N. O. (2017). Gambaran Deteksi Dini Kesehatan Jiwa di
Desa Ranjeng dan Cilopang Kabupaten Sumedang. Jurnal Keperawatan BSI , 5
(1).
Westhuizen, C. v., Wyatt, G., Williams, J. K., Stein, D. J., & Sorsdahl, K. (2015).
Validation of the Self Reporting Questionnaire 20-Item (SRQ-20) for Use in a
Low- and Middle-Income Country Emergency Centre Setting. NCBI .
WHO. (2017). Mental Disorders. Dipetik 2018, dari World Health Organization:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/
WHO. (2018). mental health: strengthening our response. Dipetik 2018, dari
World Health Organization: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs220/en/
WHO. (2001). World Health Report. Dipetik 2018, dari World Health
Organization: http://www.who.int/whr/2001/media_centre/press_release/en/
30
LAMPIRAN
SELF REPORTING QUESTIONNAIRE
1. Apakah selama 30 hari terakhir ini 12. Apakah selama 30 hari terakhir
anda sering menderita sakit ini anda sulit untuk mengambil
kepala? Ya/ Tidak keputusan? Ya/ Tidak
2. Apakah anda selama 30 hari ini 13. Apakah selama 30 hari terakhir
tidak nafsu makan? Ya/ Tidak ini pekerjaan sehari-hari anda
terganggu? Ya/ Tidak
3. Apakah selama 30 hari terakhir ini
anda sulit tidur? Ya/ Tidak 14. Apakah selama 30 hari terakhir
ini tidak mampu melakukan hal-
4. Apakah selama 30 hari terakhir ini hal yang bermanfaat dalam
anda mudah takut? Ya/ Tidak hidup? Ya/ Tidak
5. Apakah selama 30 hari terakhir ini 15. Apakah selama 30 hari terakhir
anda merasa tegang, cemas atau ini anda kehilangan minat pada
kuatir? Ya/ Tidak berbagai hal? Ya/ Tidak
6. Apakah selama 30 hari terakhir ini 16. Apakah selama 30 hari terakhir
tangan anda gemetar? Ya/ Tidak ini anda merasa tidak berharga?
Ya/ Tidak
7. Apakah selama 30 hari terakhir ini
pencernaan anda terganggu/ 17. Apakah selama 30 hari terakhir
buruk? Ya/ Tidak ini anda mempunyai pikiran
untuk mengakhiri hidup? Ya/
8. Apakah selama 30 hari terakhir ini Tidak
anda sulit untuk berpikir jernih?
Ya/ Tidak 18. Apakah anda merasa lelah
sepanjang waktu? Ya/ Tidak
9. Apakah selama 30 hari terakhir ini
anda merasa tidak bahagia? Ya/ 19. Apakah selama 30 hari terakhir
Tidak anda mengalami rasa tidak enak
di perut? Ya/ Tidak
10. Apakah selama 30 hari terakhir
ini anda menangis lebih sering? 20. Apakah selama 30 hari terakhir
Ya/ Tidak anda mudah lelah? Ya/ Tidak
31
MINI
Mini International Neuropsychiatric Interview
Version ICD-10
Mini Versi ICD-10 dirancang sebagai suatu wawancara terstruktur yang sangat singkat
untuk mendiagnosis gangguan psikiatrik utama dari International Classification of
Diseases (World Health Organization, 1993). Setelah suatu sesi pelatihan singkat,
wawancara ini dapat digunakan oleh para klinisi, baik yang mengambil spesialisasi dalam
bidang psikiatri maupun yang tidak.
No part of this document may be reproduced in any form, in whol or in part, without
Dilarang memperbanyak dokumen ini dalam bentuk apa pun, seluruhnya maupun
sebagian, tanpa ijin tertulis dari pembuat
32
33
34
35