PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komplikasi hemodialisis salah satunya adalah peningkatan tekanan
Sekitar 5-15% dari klien yang menjalani HD reguler tekanan darahnya justru
meningkat saat HD. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik (HID) atau
fisik dan mental pada klien dengan dialisa, bahkan dapat meningkatkan
stretching exercise pada klien dialisis dapat meningkatkan skor kualitas hidup
1
meningkatkan relaksasi yaitu dengan menurunkan aktifitas saraf simpatis dan
pikiran dan hal-hal fisik antara tubuh dan roh (Sherman et al.2010). Yoga
kualitas hidup klien end stage renal disease (ESRD) yang menjalani
hemodialisis.
B. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan khusus
1. mengidentifikasi efektifitas stretching exercise terhadap
regulasi tekanan darah klien esrd yang menjalan hemodialisis di
rumkital dr. ramelan Surabaya
2. mengidentifikasi pernafasan yoga terhadap regulasi tekanan
darah klien esrd yang menjalan hemodialisis di rumkital dr.
ramelan Surabaya
2
3. mengidentifikasi kombinasi efektifitasstretching exercise dan
pernafasan yoga terhadap regulasi tekanan darah d esrd yang
menjalan hemodialisis di rumkital dr. ramelan Surabaya
4. mengidentifikasi pernafasan yoga terhadap kualitas hidup klien
esrd yang menjalan hemodialisis di rumkital dr. ramelan
Surabaya
5. mengidentifikasi pernafasan yoga terhadap regulasi tekanan
darah dan kualitas hidup klien esrd yang menjalan hemodialisis
di rumkital dr. ramelan Surabaya
6. mengidentifikasi modifikasi efektifitas stretching exercise dan
pernafasan yoga terhadap kualitas hidup klien esrd yang
menjalan hemodialisis di rumkital dr. ramelan Surabaya
C. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi petugas kesehatan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
2.1.1 Stretching Exercises
tujuan mengulur otot agar dapat lebih rileks (Carolyn, Kisner & Colby, 1990).
Stretching adalah teknik penguluran pada jaringan lunak dengan teknik tertentu,
untuk menurunkan ketegangan otot secara fisiologis sehingga otot menjadi rileks
dan meningkatkan luas gerak sendi. Prinsip fisiologi stretching terdiri atas respon
terhadap peregangan bergantung pada myofibril dan sarkomer otot. Setiap serabut
otot tersusun dari beberapa serabut otot.Satu serabut otot terdiri atas beberara
myofibril. Myofibril tersusun dari beberapa sarkomer yang terletak sejajar dgn
serabut otot. Dan respon neurofisiologi : Tergantung pada muscle spindel dan
golgi tendon. Muscle spindel merupakan organ sensorik utama dan tersusun dari
berfungsi untuk memonitor kecepatan dan durasi regangan serta rasa terhadap
5
Dalam pengaplikasiannya, stretching exercise terbagi atas active stretching,
otot antagonis dengan otot-otot yang akan diulur tanpa mendapat bantuan dari
luar. Aktive stretching adalah teknik penguluran yang dilakukan oleh penderita
resiko injury
2. Pasive stretching : Suatu teknik penguluran dimana pasien dalam keadaan
Manfaatnya adalah Efektif pada otot agonis dalam keadaan lemah untuk
menerima respon gerakan , Otot akan siap menerima beban tambahan yang
6
Stretching pada region Hip, meningkatkan fleksi hip dengan knee
difleksikan
3. Hold rilex : Hold relax adalah salah satu teknik PNF yang mengaktifkan
otot agonis yang mengalami spasme, kemudian relaks lalu diulur sampai
pemanjangan otot
7
6. Mengalami cidera, dislokasi dan ketegangan otot yang akut
7. Sedang menderita karena penyakit tertentu pada pembuluh darah maupun
penyakit kulit
8. Terdapat pengurangan atau penurunan fungsi pada daerah pergerakan
Yoga merupakan suatu tehnik latihan untuk mengenal diri sehingga dapat
menganalisis lebih lanjut tentang pikiran dan tindakan yang sudah dilakukan.
dan membantu pikiran agar dapat terpusat, dan pada akhirnya dapat membuat
2007).
Pranayama berasal dari kata prana dan ayama. Prana berarti energi
kosmik yang diwujudnyatakan dengan nafas, dan ayama berarti ekspansi atau
8
penting dalam metabolisme tubuh, yaitu proses tubuh menguraikan nutrisi
(Weller, 2001). Manfaat nyata yang dapat dirasakan dari latihan ini adalah
terjadi pada tubuh diawali dengan terciptanya suasana relaksasi alam sadar
tubuh mulai santai nafas menjadi lambat dan dalam, sehingga sistem
mengalami proses peremajaan. Sistem saraf simpatik yang selalu siap beraksi
pesan untuk relaksasi juga ditrerima oleh kelenjar endokrin yang bertanggung
jawab terhadap sebagian besar keadaan emosi dan fisik (Worby, 2007).
Pengendalian nafas terdiri dari pengaturan panjang dan durasi tarikan nafas
nafas. Frekuensi nafas rata-rata mencapai 16-18 kali permenit pada orang
9
menjadi lebih lambat, dan setiap tarikan dan hembusan nafas akan menjadi
lebih panjang dan lebih penuh. Kondisi ini disebut dengan pernafasan yang
dalam dan akan memampukan energi yang ada untuk bergerak mencapai
slow deep breathing, pursed lip breathing. Namun pada latihan pernafasan
spiritualitas pada akhir latihan. Berikut ini adalah protokol pernafasan yoga
c. Letakkan satu tangan di atas dada, dan yang satunya di atas perut. Tarik nafas
dan rasakan dengan tangan perut yang membesar. Pada saat menghembuskan
nafas rasakan perut tertarik kearah dalam. Jangan pindahkan tangan dari
dada. Dan jangan menekan perut kearah dalam, biarkan bebas dari
ketegangan.
10
d. Letakkan telapak tangan di sisi dada, tepatnya dibawah tulang dada dengan
pergelangan tangan terletak bebas diatas tubuh sedangkan ujung jari sedikit
pengembangan di seluruh sisi dada saat dada maju, mundur, dan tertarik ke
atas. Pada saat ekhalasi, tekan dengan lembut tulang dada ke dalam.
pengembangan tulang dada ke tangan, dan pada saat ekhalasi rasakan tulang
f. Tarik nafas kemudian hembuskan dengan penuh. Paru-paru yang kosong ini
g. Pada saat inhalasi, relaksasikan perut dan biarkan perut sedikit mengembang
Biarkan perut menggembung dengan sendirinya. Pada saat itu udara akan
i. Pada saat ekhalasi, biarkan tulang dada relaks dan biarkan udara secara
j. Buat pernafasan pada saat inhalasi dan ekhalasi seperti aliran air yang keluar
masuk
11
2.2.5 Latihan Bernafas Bergantian
a. Dengan posisi berbaring dan kedua tangan disisi tubuh, lakukan pernafasan
kanan dengan ibu jari kanan sambil dengan perlahan menghembuskan nafas
c. Pada bagian akhir dari hembusan nafas tutup lubang hidung sebelah kiri
dengan menggunakan jari manis tangan kanan dan tarik nafas dengan lancar
serta perlahan melalui lubang hidung kanan. Ulangi putara ini 2 kali lalu
pernafasan diafragma)
b. Tarik nafas dalam 3 kali hitungan, kemudian hembuskan nafas dengan 3 kali
c. Tarik nafas dalam tiga hitungan, keluarkan nafas dalam 3 kali hitungan
d. Tarik nafas dalam 3 kali hitungan, keluarkan nafas dalam 4 kali hitungan
e. Tarik nafas dalam 3 kali hitungan, keluarkan nafas dalam 5 kali hitngan
f. Tarik nafas dalam 3 kali hitungan, keluarkan nafas dalam 6 kali hitungan.
12
2.2.7 Latihan mengembangkan jarak antara 2 pernafasan (Slow deep
breathing)
e. Ulangi rangkaian pernafasan namun tahan nafas dalam tiga kali hitungan.
b. Tarik nafas melalui hidung dengan perlahan dan sedalam mungkin tanpa
dipaksakan.
keluar dalam aliran yang mantap. Lakukan latihan pernafasan ini dengan
d. Jika penghembusan nafas sudah selesai ulangi langkah ke-2 dan ke-3.
13
2.3 KONSEP TEKANAN DARAH
2.3.1 Definisi
tekanan dalam pembuluh adalah 100 mmHg hal itu berarti bahwa daya yang
dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai
setinggi 100 mm (Guyton dan Hall, 2008). Tekanan darah juga didefinisikan
sebagai kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80
jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana
14
elastis dan ketahanan yang kuat (Hayens, 2003). Tekanan darah diukur dalam
darah perifer (tahanan perifer). Curah jantung (cardiac output) adalah jumlah
sirkulasi sistemik dalam waktu satu menit, normalnya pada dewasa adalah
4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi oleh volum sekuncup (stroke volume)
dan kecepatan denyut jantung (heart rate). Resistensi perifer total (tahanan
perifer) pada pembuluh darah dipengaruhi oleh jari-jari arteriol dan viskositas
darah. Stroke volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dewasa normal yaitu ±70-75 ml atau dapat juga diartikan sebagai perbedaan
antara volume darah dalam ventrikel pada akhir diastolik dan volume sisa
ventrikel pada akhir sistolik. Heart rate atau denyut jantung adalah jumlah
yaitu volume akhir diastolik ventrikel, beban akhir ventrikel (afterload), dan
gaya dorong berupa tekanan arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-
arteriol jaringan tersebut. Tekanan arteri rata-rata merupakan gaya utama yang
mendorong darah ke jaringan. Tekanan arteri rata- rata harus dipantau dengan
15
baik karena apabila tekanan ini terlalu tinggi dapat memperberat kerja
perifer total yang diperantarai oleh sistem saraf otonom pada jantung, vena
volume darah total dengan cara menyeimbangkan garam dan air melalui
untuk dapat menormalkan kembali tekanan darah yang diperantarai oleh saraf
otonom. Hal ini yang mempengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah dalam
upaya menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total. Reflek dan
respon lain yang mempengaruhi tekanan darah yaitu reseptor volume atrium
air dan garam, kemoreseptor yang terletak di arteri karotis dan aorta yang
yang masuk. Respon lainnya yaitu respon yang berkaitan dengan emosi,
16
Pengaturan tekanan darah secara umum dibagi menjadi dua yaitu
pengaturan tekanan darah untuk jangka pendek dan pengaturan tekanan darah
1) Sistem Saraf
yang disajikan pada Gambar 2.1. Sistem baroreseptor bekerja sangat cepat
dalam tubuh manusia terdapat di sinus karotis dan arkus aorta. Baroreseptor
didalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial aksi juga akan
yang bersangkutan juga ikut meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi
17
penurunan tekanan darah. Setelah mendapat informasi bahwa tekanan arteri
vasodilatasi arteriol dan vena serta menurunkan curah jantung dan resistensi
perifer total, sehingga tekanan darah kembali normal. Begitu juga sebaliknya
mempengaruhi tekanan darah melalui kerja pada otot polos dan pusat
18
natriuretik atrium, hormon antidiuretik, angiostensin II, dan nitric oxide
(Mayuni, 2013).
Organ ginjal memiliki peran penting dalam pengaturan tekanan darah jangka
darah menurun, ginjal akan mengeluarkan enzim renin ke dalam darah yang
daerah tubuh serta menurunkan eksresi garam dan air oleh ginjal (Ronny,
2009).
kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.
19
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII.
seperti yang disajikan pada Gambar 2.2. Menurut Potter dan Perry (2005),
ini:
pengukuran.
e. Posisikan lengan atas setinggi jantung dan telapak tangan menghadap keatas.
20
g. Palpasi arteri brakialis dan letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakialis,
selanjutnya dengan manset masih kempis pasang manset dengan rata dan pas
i. Letakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas, tidak
redup (muffled).
j. Ketahui letak arteri brakialis dan letakkan belt atau diafragma chestpiece
kemudian dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa turun dengan
o. Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna. Buka manset dari lengan
p. Bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman dan rapikan kembali lengan
21
Gambar 2.2 Cara Auskultasi untuk Mengukur Tekanan Arteri Sistolik dan
budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan
2012)
22
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi
mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana
sehari-hari.
Kualitas hidup adalah suatu cara hidup, sesuatu yang yang esensial untuk
dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka tinggal dan hidup
dalam hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standart dan fokus hidup
23
mereka. Konsep ini meliputi beberapa dimensi yang luas yaitu: kesehatan
sikap empati.
2003), bahwa kualitas hidup berarti suatu rentang anatara kedaan objektif
dan kematian.
24
Sedangkan menurut Hermann (Silitonga, 2007) kualitas hidup yang
keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan
kenyataan yang ada, adanya kepuasaan dalam melakukan fungsi fisik, sosial
ia tinggal. Jadi dalam skala yang luas meliputi berbagai sisi kehidupan
yang tertanam dalam konteks cultural, sosial dan lingkungan. Kualitas hidup
hidup, kenyamanan hidup, status mental dan rasa aman (Snoek, dalam
Indahria, 2013).
persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan
satu dengan yang lainnya akan berbeda, hal itu tergantung pada definisi
25
Dari beberapa uraian tentang kualitas hidup diatas maka dapat ditegaskan
bahwa yang dimaksud dengan kualitas hidup dalam kontek penelitian ini
dilihat dari konteks budaya maupun system nilai dimana mereka tinggal dan
hidup yang ada hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standart dan
kehidupan sehari-hari.
Fitzgerald, Klem, Hickey & Dayton, 2000) emosi negatif, efikasi diri,
perilaku koping (Rose et al., 1998; 2002), tipe dan lamanya diabetes,
tritmen diabetes, kadar gula darah, locus of control, jenis kelamin, tingkat
dengan diabetes (Polonsky, Fisher, Earles, Dudl, Lees, Mullan & Richard,
26
Raebun dan Rootman (Angriyani, 2008) mengemukakan bahwa
tubuh.
tinggal atau rumah yang layak dan fasilitas-fasilitas yang memadai sehinga
5. Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas perkembangan dan
stress yang diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam hidup sangat
Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang sebagai
individu.
27
7. Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada
sikap empati.
obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan
seksual.
28
4. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan,
iklim ), mengangkut.
seksual
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
tekanan darah, dan kualitas hidup pada klien ESRD yang menjalani
responden. Etik penelitian pada penelitian ini diberikan oleh komite etik
30
dan pernafasan yoga (pranayama) (modul), mengukur tekanan darah
31
BAB 4
PEMBAHASAN
8,571*stretching -0,000*yoga-27,143*kombinasi
32
Apabila yoga dan kombinasi konstan, dan stretching dilakukan sesuai
prosedur maka akan menurunkan tekanan darah sistolik 8,57 mmHg. Apabila
stretching dan yoga konstan, dan kombinasi dilakukan sesuai prosedur maka
Pada variabel tekanan darah diastolik tidak dilakukan uji regresi linier
33
(pernafasan yoga), K3 (kombinasi), dan K4 (kontrol)) terhadap variabel Y
Tabel 5.4 Ringkasan hasil uji beda rata-rata kualitas hidup antar kelompok
Y = 42,571-0,714*stretching+5,143*yoga+1,286*kom binasi
prosedur maka akan menurunkan kualitas hidup 0,714. Apabila stretching dan
kombinasi konstan dan yoga dilakukan sesuai prosedur maka akan menaikkan
kualitas hidup 5,143. Apabila stretching dan yoga konstan, dan kombinasi
34
Tekanan darah
pada kelompok yoga dan kontrol masing-masing sebesar 1.43. Dalam keadaan
relaks, tubuh melalui otak akan memproduksi endorphrin yang berfungsi sebagai
analgesik alami tubuh dan dapat meredakan rasa nyeri (keluhan- keluhan fisik).
darah (Poppen, 1998). Relaksasi adalah suatu prosedur dan teknik yang
melatih pasien agar mampu dengan sengaja untuk membuat relaksasi otot-otot
menjelaskan bahwa latihan fisik pada klien gangguan vaskuler dapat berfungsi
pada aliran pembuluh darah yang di rangsang oleh latihan fisik yang dilakukan,
hal ini konsisten dengan hipotesis bahwa peningkatan ekspresi protein NOS dan
35
level kelelahan pada klien yang menjalani hemodialisis, hal ini dapat dijelaskan
bahwa dengan latihan maka akan meningkatkan peredaran darah ke otot dan
juga memperluas permukaan kapiler yang menghasilkan aliran urea dan toksin
lebih besar ke alat dialiser, selain itu stretching exercise dapat memperbaiki
perasaan yang rileks akan meningkatkan fungsi dari jantung sehingga klien dapat
rata angka sistolik yang tidak signifikan dan tidak terdapat perbedaan tekanan
diastolik yang signifikan antara sebelum dan setelah perlakuan. Yoga memiliki
sirkulasi darah yang lancar mengindikasikan kerja jantung yang baik (Oktavia,
Indriati, and Supriyadi 2012). Ruangan yang tenang berventilasi baik dan
2011). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tekanan darah dan tingkat stres
dan tingkat stres kerja dilakukan oleh Ardiansyah, Salim, & Susihono bahwa
sebesar 2.39 mmHg untuk sistolik dan 3.53 mmHg untuk diastolik. Tingkat stres
kerja mengalami kenaikan sebesar 5.33 satuan. Hal ini sesuai dengan kondisi
36
dimana akan sangat berpengaruh terhadap intervensi pernafasan yoga yang
relaks sehingga dapat menurunkan aktifitas saraf simpatis dan akan menurunkan
tekanan darah.
didapatkan hasil yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik dan tidak
berbeda signifikan terhadap penurunan tekanan darah diastolik. Hal ini sejalan
kenaikan dan tidak menunjukan perbedaan bermakna tapi masih dalam batas
normal. Penurunan tahanan perifer dapat jelaskan dari dua mekanisme yaitu
terjadinya perubahan pada aktivitas sistem saraf simpatik dan respon vaskular
saraf simpatik pada pembuluh darah perifer sebagai petunjuk terjadi penurunan
Kualitas hidup
yoga dan rata-rata angka penurunan kualitas hidup terendah pada kelompok
37
hemodialisis (Hartanti and Kidney 2016), namun meskipun hemodialisis berkala
menjadi suatu permasalahan (Zyga and Sarafis 2009). Kualitas hidup yang baik
(Mailani 2015).
Hasil dalam penelitian ini menyebutkan kualitas hidup tertinggi ada pada
kelompok yoga, hal ini dapat dijelaskan bahwa pernafasan yoga dapat
disimpulkan bahwa syaraf otonom yang aktif adalah syaraf parasimpatis yang
dalam pikiran mereka (Segal, 2002). Saat menarik dan menghembuskan nafas
udara masuk dalam tubuh membawa oksigen yang berfungsi sebagai bahan
bakar untuk mengaktifkan sel di dalam tubuh (Kinasih, 2010). Kualitas hidup
yang baik menjadi salah satu indikator keberhasilan terapi hemodialisis yang
berbeda secara signifikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pentingnya motivasi
38
dan tingkat kelelahan klien akan sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang,
dimana tingkat stres pada kelompok ini lebih banyak berada pada stres sedang.
Hal ini sejalan dengan (Henson et al. 2016) yang menyebutkan hambatan
exercise dapat meningkatkan fungsi fisik dan mental klien namun ada
beberapa faktor penting yang perlu dinilai yakni motivasi, tingkat stres dan
Pada kelompok kontrol didapatkan nilai kualitas hidup terendah hal ini
memberikan stresor fisiologis dan psikologis bagi klien yang kemudian akan
39
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
(pranayama).
40
TELAAH JURNAL
Peneliti :
Penelaah :
41
tidak langsung peneliti menyampaikan bahwa
semakin lama klien yang menjalani Hemodialisa
dan mengalami hipertensi intradialisis semakin
meningkat.
5. Tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti :
Tujuan yang ditetapkan peneliti sesuai dengan
masalah penelitian yaitu mengembangkan suatu
metode nonfarmakologi untuk menurunkan
kejadian hipertensi intradialisis.
B. Metode ( Method ) 6. Populasi target dan populasi terjangkau
B1. Populasi da Sampel. penelitian :
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
klien ESRD yang melakukan terapi hemodialisis
di ruang hemodialisis Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya pada pada bulan Mei- Juni 2017
7. Sampel penelitian dan kriteria sampel
Peneliti tidak menjelaskan kriteria sampel secara
khusus tetapi peneliti hanya menjelaskan yang
dijadikan sampel adalah pasien yang sedang
melakukn terapi hemodialisis Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya pada pada bulan Mei- Juni
2017
8. Metode sampling yang digunakan untuk
memilih sampel dari populasi target
Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode purposive
sampling
B2.Desain Penelitian 9. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian.
Total sampel 28 responden
42
masking dengan mengukur tekanan darah
menggunakan spygmomanometer air raksa
B3. Pengukuran atau yang telah dilakukan kalibrasi dan lembar
pengumpulan data observasi
13. Blinding :
Pada penelitian ini peneliti tidak menjelaskan
tentang blinding
43
c. hasil penelitian 2.1. alur penelitian yang menggambarkan
c.1 alur penelitian responden yang mengikuti dengan kelompok
dan data base line experiment dan kelompok peneliti sampai
selesai.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua klien ESRD yang melakukan terapi
hemodialisis di ruang hemodialisis
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya sampel
dalam penelitian ini sejumlah 7 responden
di tiap kelompok. Total 28 responden.
Peneliti memaparkan dengan
menggunakan kelompok eksperimen
2.2 Berdasarkan analisa statistik pada
keempat kelompok exsperimen di
lakukan 4 exsperiment yang berbeda (K1
(stretching exercise) , K2 (pernafasan
yoga), K3 (kombinasi), dan K4 (kontrol)
terhadap variabel Y (tekanan darah
sistolik post). hasil pada penelitian
tekanan darah sistolik bahwa terdapat 3
dari 4 kelompok mengalami perbedaan
yang signifikan . hal ini menunjukan
bahwa penelitian berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik.
Berdasarkan analisa statisstk pada
keempat kelompok exsperimen didpatkan
hasil pada penelitian tekanan darah
diastolik bahwa terdapat 3 dari 4
kelompok tidak mengalami perbedaan
yang signifikan . hal ini menunjukan
bahwa penelitian tidak berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah
44
c.2. hasil peneli diastolik.
Berdasarkan analisa statisstk pada
keempat kelompok exsperimen didpatkan
hasil pada penelitian kualitas hidup bahwa
terdapat 2 dari 4 kelompok mengalami
perbedaan yang signifikan , sedangkan 2
kelompok tidak mengalami perbedaan
yang signifikan. hal ini menunjukan
bahwa penelitian berpengaruh terhadap
kualitas hidup.
45
hemodialisis.
3. Setelah melakukan Kombinasi antara
stretching exercise dan pernafasan
yoga ternyata intervensi ini merupakan
yang paling efektif untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan paling
efektif meningkatkan kualitas hidup
klien ESRD yang menjalani
hemodialisa
D Diskusi 26. Hasil penelitian tentang efektifitas
Stretching exercise dan pernafasan yoga
terhadap regulasi tekanan darah dan
kualitas hidup klien ESRD yang menjalani
hemodialisis di Rumkital Surabaya adalah
kombinasi intervensi sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah dan kualitas
hidup pasien ESRD . Exercise streaching
dapat menurunkan tekanan darah diastolik
yang signifikan karena dalam keadaan
rileks tubuh melalui otak akan
memproduksi endokrin yang berfungsi
sebagai analgesic tubuh dan dapat
meredakan rasa nyeri atau keluhan –
keluhan fisik., sistem saraf parasimpatetis
yang aktif akan berfungsi untuk
menurunkan tekanan darah. Latihan yang
dilakukan secara intensif dan disertai
dengan perasaan yang rileks akan
meningkatkan fungsi dari jantung sehingga
klien dapat rileks dan menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolic. Sedangakan
pernafasan yoga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien ERSD karena
46
pranayama dalam yoga atau pernafasan
dalam yoga dapat mengangktifkan syaraf
parasimpatis yang berfungsi
memperlambat detak jantung dan
mengatur sekresi kelenjar adrenalin.
Aktivitasi syaraf simpatis dapat
menurunkan tingkat kecemasan dan
depresi sehingga akan meningkatkan
kualitas hidup pasien hemodialisa.
27.
Penelitian tentang modifikasi stretching
exercise dan pernafasan yoga didapatkan
hasil yang signifikan terhadap tekanan
darah sistolik dan tidak berbeda signifikan
terhadap penurunan tekanan darah
diastolik. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Moniaga and Pangemanan
tentang Pengaruh Senam Bugar Lansia
Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Di Bplu Senja Cerah Paniki
Bawah 2 (2013) memberikan hasil bahwa
dengan latihan peregangan pada lansia
dapat menurunkan tekanan darah sistolik
yang bermakna, sedangkan tekanan darah
diastolik mengalami kenaikan dan tidak
menunjukan perbedaan bermakna tapi
masih dalam batas normal.
Pada variabel tentang kualitas hidup
menghasilakn bahwa kualitas hidup
tertinggi ada pada kelompok yoga, hal ini
sesuai dengan penelitian Kinasih, Arum
Sukma tentang Pengaruuh Latihan Yoga
47
Terhadap Kualitas Hidup Pasien
Hemodialisis (2010), Hasil dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa
pernafasan yoga dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang. Pranayama
dalam yoga meningkatkan pernafasan dan
menurunkan detak jantung. Saat menarik
dan menghembuskan nafas udara masuk
dalam tubuh membawa oksigen yang
berfungsi sebagai bahan bakar untuk
mengaktifkan sel di dalam tubuh
48
sistolik yang tidak signifikan dan tidak
terdapat perbedaan tekanan diastolik yang
signifikan antara sebelum dan setelah
perlakuan. Pada kelompok modifikasi
stretching exercise dan pernafasan yoga
didapatkan hasil yang signifikan terhadap
tekanan darah sistolik dan tidak berbeda
signifikan terhadap penurunan tekanan
darah diastolik
DAFTAR PUSTAKA
49
Ardiansyah, Muhamad Rian, Ja Salim, and Wahyu Susihono. 2013. ―Pengaruh
Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Dan Tingkat Stres Kerja.‖
Jurnal Tekhnik Industri 1(1):7–12.
Li, Yi-nan et al. 2016. ―Association between Quality of Life and Anxiety ,
Depression , Physical Activity and Physical Performance in Maintenance
Hemodialysis Patients.‖ Chronic Diseases and Translational Medicine
2(2): 110–19. http://dx.doi.org/10.1016/j.cdtm.2016.09.004.
Mailani, Fitri. 2015. ―Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis: Systematic Review.‖ Ners Jurnal
Keperawatan11(1): 1–8.
50
Purnawarman, Adi. 2014. ―Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Fungsi Endotel.‖
Jurnal Kesehatan Syiah Kuala 14(2): 109–18.
51