Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak
Meningitis adalah sebuah penyakit yang berupa gejala peradangan yang
menyerang lapisan selaput pelindung jaringan otak dan sumsum tulang belakang yang
di akibatkan oleh bakteri atau virus. Penyakit meningitis ini bisa menyerang siapa
saja, baik yang tua maupun yang muda, Meningen adalah selaput yang menutupi otak
dan medula spinalis yang berfungsi sebagai pelindung pendukung jaringan- jaringan
dibawahnya.
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :Sakit kepala dan
demam (gejala awal yang seringPerubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi
letargik, tidak responsif, dan koma.Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda
sebagai berikut:Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.Tanda kernik positip: ketika pasien
dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian meningitis?
2. Apa sja kimplikasi dari meningitis?
3. Apa saja anatomi dari meningitis?
4. Bagaimana tioligi dari meningitis?
5. Apa saja manifestasi klinis dari meningitis?
6. Apa saja patofisiologi dari meningitis?
7. Apa saja penatalaksanaan perawt dari meningitis?
8. Apa saja penatalaksanaan medis dari meningitis?
9. Bagaimana konsep dasar keperaawatan dri meningitis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian meningitis.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari meningitis.
3. Untuk mengetahui etiologi dari meningitis.
4. Untuk mengetahi manifestasi klinis dari meningitis.
5. Untuk mengetahuia patofisiologi dari meningitis.
6. Untuk mengetahui patoflowdiagram dari meningitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan perawat dari meningitis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari meningitis.
9. Untuk mengetahi komplikasi dari meningitis.
10. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari meningitis.
11. Untuk mengetahui konsep dasar keperaawatan dri meningitis.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Meningitis adalah sebuah penyakit yang berupa gejala peradangan yang
menyerang lapisan selaput pelindung jaringan otak dan sumsum tulang
belakang yang di akibatkan oleh bakteri atau virus. Penyakit meningitis ini
bisa menyerang siapa saja, baik yang tua maupun yang muda. Meski gejala
awal dari penyakit ini tak mudah untuk di kenali, namun penyakit meningitis
ini termasuk jenis penyakit yang harus segera di tangani karena letak dari
penyakit ini adalah berdekatan dengan otak dan tulang belakang yang dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi gerak, pikiran yang bisa berujung pada
kematian.

B. Anatomi Fisiologi
Sistem persyarafan terdiri dari otak, spinalis, dan syaraf perifer. Sistem ini
bertanggung jawab untuk kontrol dari koordinator aktifitas seluruh tubuh
melalui impuls elektrik. Perjalanan impuls tersebut berlangsung melalui serat-
serat syaraf secara langsung dan terus menerus responnyaseketika hasil dari
perubahan-perubahan potensial elektrik yang mentransmisikan sinyal-sinya.
Otak manusia terdiri dari cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil), dan
batang otak yang bersambung dengan sumsung tulang belakang.Dalam
batang otak yang bersambung dengan cereberum terdapat pusat kesadaran.
Selain itu dalam batang otak bagian tengah dan bawah terdapat pusat
pengendalian gerak otomatis dari jantung , paru-paru dan saluran pencernaan.
Suplai darah ke otak dijamin oleh dua batang arteri yaitu arteri vetebralis
dan arteri karotis interna yang bercabang beranastomosis, arteri karotis
interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis.
Meningen adalah selaput yang menutupi otak dan medula spinalis yang
berfungsi sebagai pelindung pendukung jaringan- jaringan dibawahnya.

3
C. Etiologi
1. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan
dengan wanita.
3. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan.
4. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
5. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan.

D. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb :
a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan
fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

4
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata.

E. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian
atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak
dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang
di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus
dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom

5
Waterhouse - Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan
nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

F. Patoflodiagram

G. Penetalaksanaan Perawat
1. Pada waktu kejang.
a. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
b. Hisap lendir.
c. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
d. Hindarkan penderita dari rudapaksa (mis jatuh )
2. Bila penderita tidak sadar lama.
a. Beri makanan melalui sonda
b. Cegah dekubitus dan pneumonia ortostatik dengan merubah posisi
penderita sesering mungkin.
c. Cegah kekeringan kornea dengan boorwater / salep antibiotika
3. Pada inkontinensia alvi lakukan lavement
4. Pemantauan ketat.
a. Tekanan Darah
b. Pernafasan
c. Nadi
d. Produksi air kemih
e. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
5. Penanganan penyulit.
6. Fisiotherapi dan rehabilitasi.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang
mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi

6
yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.Obat
anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.
4. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
5. Sefalosporin generasi ketigai
6. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehariKlorafenikol 50
mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
7. Pengobatan simtomatis:
8. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-
0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
9. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
10. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
11. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
12. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal,
kultur (-).

7
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan
keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2. Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.

J. Komplikasi
1. Kehilangan pendengaran, bisa parsial atau total. Ini adalah salah satu
komplikasi paling umum dari meningitis. Pengidap meningitis biasanya
disarankan untuk lakukan tes pendengaran untuk memeriksa apa terjadi
masalah.
2. Masalah ingatan atau konsentrasi.
3. Rasa lelah bisa muncul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya infeksi.
4. Kesulitan belajar, bisa bersifat sementara atau permanen
5. Masalah dengan koordinasi dan keseimbangan
6. Penglihatan hilang, bisa sebagian atau total
7. Epilepsi
8. Lumpuh otak atau cerebral palsy, istilah umum untuk kondisi yang
memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh
9. Syok dan bahkan kematian.

8
K. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian

2. Diagnosa
3. Intervensi

Anda mungkin juga menyukai