Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENGERTIAN
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.
Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria,
maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
a) Anemia aplastik
Penyebab:
Agen neoplastik/sitoplastik
Terapi radiasi
Antibiotic tertentu
Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
Benzene
Infeksi virus (khususnya hepatitis)
Hambatan humoral/seluler
Pansitopenia
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
Gejala-gejala:
defisiensi eritopoitin
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
Penyebab:
gangguan eritropoesis
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
Gejala-gejalanya:
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
g/dL
C. ETIOLOGI:
2. Perdarahan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
menyebabkan anemia.
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.
D. PATOFISIOLOGI
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
(hemoglobinuria).
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
TANDA DAN GEJALA
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Darah:
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih
pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun.
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
(aplastik).
Pemeriksaan Feses:
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas.
2. Pemeriksaan Endoskopik dan Radiografik :
memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Farmakologi
1. Anemia aplastik:
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
makanan yang banyak mengandung zat besi seperti yang terdapat pada sayuran.
Zat besi yang tinggi akan merangsang pembentukan hemoglobin yang tinggi pula,
contoh sayuran yang banyak mengandung zat besi adalah misal bayam, seledri,
kubis, kol, kangkung, kentang manis. Konsumsilah sayuran tersebut disetiap menu
Selain Anda memperbanyak konsumsi sayuran untuk meningkatkan kadar zat besi,
Anda juga harus menutrisi tubuh Anda menggunakan buah-buahan. Karena buah
untuk penderita penyakit anemia adalah buah seperti apel, anggur, semangka,
[3] Terapi Non Farmakologi Penyakit Anemia dengan Daging dan Seafood
Orang yang menderita pnyakit anemia sangat memerlukan asupan vitamin B12 dan
asam folat. Karena kedua zat tersebut mampu meningkatkan stamina ataupun sel
darah merah dalam tubuh penderita terebut. Vitamin B12 dan asam folat banyak
terdapat pada daging dan seafood. Sehingga selain Anda mengkonsumsi sayur
[4] Terapi Non Farmakologi Penyakit Anemia dengan Daun Bawang Merah
Terapi non farmakologi yang terakhir adalah dengan menggunakan daun bawang
merah. Daun ini juga mampu meningkatkan produksi sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) dalam darah kita. jika Anda tidak suka memakan daun bawang
secara langsung maka campurkan daun bawang merah tersebut dengan telur
1. gagal jantung,
2. kejang.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama yang sering muncul pada kasus anemia yaitu
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
autoimun.
Sakit kepala
Dyspepsia, anoreksia
Penurunan penglihatan
d. Pola ADL
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
h. Keamanan
Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
o Kardiomegali , Hepatomegali
o Edema perifer
o Takikardi, palpitasi,
3. Sirkulasi
o TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil & tekanan nadi melebar,
hipotensi postural.
o Bunyi jantung murmur sistolik (DB)
o Ekstremitas: pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa,
o Sclera biru atau putih seperti mutiara.
o Pengisisan darah kapiler melambat
o Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika) Rambut kering,
4 Gastrointestinal
o Diare, muntah,
o melena/ hematemesis
5 Neurologi
o Parastesia
o Ataksia
o Koordinasi buruk
o Bingung
6 Integuman
o Mukosa pucat,kering
o Kulit kering
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan
penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas, parastesia, warna kulit pucat saat
elevasi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia yang
dan mengunyah
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
tidur
3. Perencanaan Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan
penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas, parastesia, warna kulit pucat saat
elevasi.
Goal: Anakakan mempertahankan keefektifan perfusi jaringan perifer selama
dalam perawatan
Objective: Konsentrasi Hb dan darah meningkat dalam batasan normal
mmHg)
Tidak edema
Tidak nyeri (tidak mengeluh nyeri, skala nyeri 0-1 (0-5), tidak meringis,
tidak gelisah)
Warna kulit tidak pucat
Intervensi
1. jelaskan pada Klien dan keluarga mengenai kondisi penyakit yang
diaalami Klien
R/ Pengetahuan yang cukup dapat membantu dalam kelancaran
dasar kuku
R/ memberi informasi tentang derajat keadekuatan perfusi jaringan perfusi
sesuai indikasi
R/ vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer,pemberian rasa hangat
adanya dispneu
5. Berkolaborasi dalam pemberian transfusi,pemeriksaan Hb/Ht, pemberian
telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian denngan mengacu pada criteria
evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition New
Prima Medika.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
KUPANG
2018