Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN II

PELAPORAN AUDIT

OLEH :
KELOMPOK 5
NAMA KELOMPOK :
1. NI KADEK SERDANINGSIH (1533121164)

2. NI KETUT SRI MARIATI (1533121209)

3. LUH AYU PRAMITASARI (1533121323)

4. NI KOMANG TRI PRAMAYANI JUNIKAYANTHI (1533121395)

5. I GUSTI AGUNG SATRIYA NUGRAHA (1533121206)

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2018
BAB 9

PELAPORAN AUDIT

STANDAR PELAPORAN PERTAMA

Kepatuhan terhadap Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum


Standar pelaporan pertama menyatakan:
“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum”.

Istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dimaksud di atas meliputi prinsip akuntansi,
praktik akuntansi, dan metode penerapan prinsip akuntansi. Berdasarkan standar tersebut, auditor
tidak harus menyatakan mengenai fakta. Auditor harus menyatakan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Berkaitan dengan keadaan di mana terdapat penyusunan laporan keuangan yang disusun tidak
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor tetap harus memenuhi standar pertama.
Dalam hal ini, auditor dapat mengungkapkan dalam laporan audit bahwa laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum,
dan menyatakan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan basis akuntansi
komprehensif yang digunakan.

Prinsip akuntansi yang berlaku umum digunakan sebagai tolok ukur untuk mengukur penyajian
keuangan. Frase prinsip akuntansi yang berlaku umum merupakan suatu istilah teknis akuntansi
yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk merumuskan praktik
akuntansi yang berlaku umum saat tertentu. Prinsip akuntansi yang berlaku umum tidak hanya
meliputi pedoman umum, tetapi juga praktik dan prosedur yang rinci.

Pertimbangan auditor mengenai kewajaran atas penyajian laporan keuangan harus dilakukan
dalam kerangka prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan
pedoman seragam untuk menilai penyajian posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam

1
laporan keuangan. Pemberian pendapat auditor wajar tanpa pengecualian sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan pada pertimbangan auditor, apakah:
 Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku secara umum,
 Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan,
 Laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan memberikan informasi yang
memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya,
 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan
dengan semestinya, tidak terlalu rinci maupun ringkas,
 Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam
suatu cara penyajian posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang
rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.

STANDAR PELAPORAN KEDUA

Konsisten Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum


Standar pelaporan kedua menyatakan:
“Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara
konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode sekarang dalam hubungannya
dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya”.

Konsistensi merupakan konsep di dalam akuntansi yang menuntut diterapkannya standar secara
terus-menerus, tidak diubah-ubah kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan. Perubahan kadang
dimungkinkan dan dibenarkan agar laporan keuangan dapat menyajikan posisi keuangan
organisasi yang sebenarnya dan untuk menghindari informasi yang menyesatkan. Tujuan standar
konsistensi adalah memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan diantara dua
periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan
mengungkapkanperubahan tersebut dalam laporan audit. Konsistensi sangat diperlukan untuk
mendukung komparabilitas laporan keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya. Bila audit
tidak perlu menyebutkan frase konsistensi ini.

2
Penerapan semestinya standar kedua ini menuntut auditor untuk memahami hubungan antara
konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Perbandingan laporan keuangan di antara
beberapa periode dapat dipengaruhi oleh:
a. Perubahan akuntansi.
b. Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya.
c. Perubahan penggolongan atau reklasifikasi.
d. Ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dan peristiwa serta kejadian dalam tahun
berjalan.

Perubahan dalam prinsip akuntansi meliputi perubahan dalam:


 Prinsip akuntansi,
 Estimasi akuntansi,
 Satuan usaha yang membuat laporan keuangan

Perubahan akuntansi dapat mempengaruhi konsistensi dan sebaliknya. Perubahan akuntansi yang
dapat mempengaruhi konsistensi meliputi:
 Perubahan dalam prinsip akuntansi,
 Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan,
 Laporan setelah terjadi penggabungan kepentingan,
 Koreksi kesalahan penerapan dalam prinsip,
 Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam estimasi
akuntansi,
 Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam penyajian
arus kas.

Perubahan akuntansi yang tidak mempengaruhi konsistensi meliputi:


 Perubahan kondisi bisnis’
 Pengenalan lini produk baru,
 Perubahan akuntansi yang meliputi estimasi akuntansi,
 Variasi penyajian laporan aliran kas,
 Perubahan dalam klasifikasi dan reklasifikasi,
 Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi.

3
Perubahan akuntansi yang tidak mempengaruhi konsistensi tetapi memerlukan pengungkapan
dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
 Perubahan dalam estimasi akuntansi,
 Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda,
 Perubahan akuntansi yang diperkirakan baru berdampak matematika di masa yang akan
datang.

STANDAR PELAPORAN KETIGA

Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan


Standar pelaporan ketiga menyatakan:
“Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan
dalam laporan audit”.

Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung dan pelengkap laporan
keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk catatan atas laporan
keuangan maupun dalam bentuk pengungkapan lainnya. Laporan audit tidak perlu menyatakan hal
ini apabila pengungkapan informatif sudah memadai.

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum meliputi
pengungkapan informasi yang memadai atas berbagai hal yang material. Hal-hal tersebut meliputi
bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan.

Apabila pengelola tidak mengungkapkan informasi yang semestinya diungkapkan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar. Dalam hal ini, auditor harus mengemukakan alasan dan
memberikan informasi yang memadai dalam laporan audit.

Dalam mempertimbangkan kecukupan pengungkapan, auditor menggunakan informasi yang


diperoleh dari klien berdasarkan kepercayaan klien bahwa auditor akan merahasiakan informasi
tersebut. Tanpa kepercayaan tersebut, auditor akan sulit memperoleh informasi yang diperlukan.
Oleh karena itu, auditor tidak boleh mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan untuk
diungkapkan tanpa seizin klien.

4
STANDAR PELAPORAN KEEMPAT

Pengaitan Nama Auditor dengan Laporan Keuangan

Standar pelaporan keempat menyatakan:


“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal
yang mana auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikulnya.”

Standar pelaporan keempat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir tentang tingkat
tanggung jawab yang dipikul auditor bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor
harus menyatakan bahwa tidak dapat memberikan pendapatnya atas laporan keuangan yang tidak
diaudit tetapi namanya dikaitkan dengan laporan keuangan tersebut. Auditor juga harus
menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapatnya meskipun melakukan beberapa
prosedur audit, tetapi ia tidak independen terhadap klien.

Seorang auditor dikaitkan namanya dengan laporan keuangan apabila ia mengizinkan namanya
dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan
keuangan tersebut. Pengkaitan nama auditor dengan laporan keuangan juga mencakup penyerahan
laporan keuangan yang disusun atau yang dibantu penyusunannya kepada klien atau pihak lain
meski namanya tidak dicantumkan.

Apabila auditor dikaitkan namanya dengan suat laporan keuangan, namun belum mengaudit atau
menelaahnya, auditor yang menerbitkan laporan keuangan yang menyatakan bahwa ia tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Hal ini perlu ditempuh auditor untuk
mematuhi standar pelaporan keempat. Dii samping itu, setiap halaman laporan keuangan harus
juga diberi tanda “unaudited (tidak diaudit)”. Auditor tidak wajib melaksanakan prosedur apa pun
apabila akuntan menerbitkan bentuk pernyataan tidak memberikan pendapat semacam itu. Auditor
hanya perlu membaca laporan keuangan tersebut untuk menemukan salah saji yang material.

5
LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN

Standar pelaporan yang keempat mengharuskan laporan audit berisi suatu petunjuk yang
jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta tingkat tanggung jawab yang diembannya atas laporan
keuangan. Agar para pengguna laporan dapat memahami laporan audit, maka profesi telah
menyediakan standar kalimat yang digunakan dalam laporan auditor.

Laporan audit bentuk baku (standar unqualified audit report)- adalah laporan yang
diterbitkan oleh seorang auditor ketika seluruh kondisi audit terpenuhi, tidak diketemukan
kesalahan saji yang signifikan yang tergeletak tak diperbaiki, serta laporan ini berisi pendapat
auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan GAAP/PSAK.

Unsur-Unsur Laporan Audit Bentuk Baku

 Judul laporan.

Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan dalam judul tersebut
tercantum pula kata independen. Sebagai contoh, judul yang tepat adalah “laporan auditor
independen,” “laporan dari auditor independen,” atau“ pendapat akuntan independen.” Kewajiban
untuk mencantumkan kata independen dimaksudkan untuk memberitahu para pengguna laporan
bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif/tidak memihak.

 Alamat laporan audit.

Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham atau dewan direksi
perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengalamatkan
laporan ini kepada para pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen
terhadap perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.

 Paragraf pendahuluan.

Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal: Pertama, membuat suatu pernyataan sederhana
bahwa kantor akuntan publik telah melaksanakan audit. Paragraf scope (lihat unsur ke-4) akan
menjelaskan maksud dari kata audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah
diaudit, termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan laba rugi dan

6
laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor erletak pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit. Tujuan dari pernyataan-pernyataan ini adalah
untuk mengkomunikasikan bahwa manajemen bertanggung jawab atas pemilihan prinsip
akuntansi yang tepat, atas keputusan mereka memilih ukuran yang digunakan serta pengungkapan
mereka tentang penggunaan prinsip-prinsip tersebut serta untuk mengklarifikasikan peran
manajemen dan auditor.

 Paragraf scope.

Paragraf scope ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan auditor selama proses
audit. Sesuai dengan SAS 93 mewajibkan bahwa negara asal prinsip akuntansi itu digunakan
dalam mempersiapkan laporan keuangan dan standar audit yang diikuti oleh auditor yang
identifikasikan dalam laporan audit.

 Paragraf pendapat.

Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan
hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari
keseluruhan laporan audit, sehingga seringkali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana
sebagai pendapat auditor.

 Nama KAP.

Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi mana yang telah
melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan adalah nama kantor akuntan publik karena
seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut bertanggung jawab, baik secara hukum maupun
secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.

 Tanggal laporan audit.

Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal pada saat auditor
menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemeriksaan

7
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sebagai berikut :

 Suatu judul yang memuat kata independen


 Suatu pernyataan bahwa laporan keungan yang disebutkan dalam laporan auditor telah
diaudit oleh auditor
 Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan
dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapatan atas laporan keungan
berdasarkan atas auditnya.
 Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
instutisi Akuntan Publik Indonesia.

JENIS PENDAPAT AUDITOR

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang
dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa pengecualian
antara lain:

1. Laporan keuangan lengkap


2. Tiga standar umum telah dipenuhi
3. Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar lapangan
telah dipatuhi
4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles)
5. Tidak ada keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan paragraf penjelas
atau modifikasi laporan

2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified


Opinion)

8
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan
(atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. Auditor menyampaikan pendapat
ini jika:

1. Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan GAAP


2. Keraguan besar akan konsep going concernAuditor ingin menekankan suatu hal

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) –WDP

Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-
hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Suatu laporan yang diterbitkan
dengan qualified opinion apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
telah disajikan secara wajar tetapi ada pembatasan ruang lingkup audit atau data keuangan
menunjukan kelalaian dalam mengikuti GAAP/PSAK.

4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Suatu laporan yang diterbitkan mendapat opini tidak wajar
apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji
yang meterial atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan
perusahaan atau hasil operasi dan arus kas sesuai dengan GAAP.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Opini ini dikeluarkan ketika auditor tidak puas akan seluruh laporan
keuangan yang disajikan. Suatu laporan audit yang tidak diberikan pendapat yaitu
apabila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan secara wajar atau auditor merasa tidak independen.

9
Hal ini dapat dilakukan oleh auditor jika saat pada tahapan awal persiapan audit, perusahaan
yang akan diaudit tersebut memiliki integritas yang kurang dan/atau setelah mengobservasi
terlebih dahulu melalui tim pengendalian internal perusahaan yang diaudit ternyata
pengendalian internal nya sudah ketahuan buruk. Maka auditor boleh untuk tidak memberikan
pendapat.

FAKTOR TERTENTU PERTIMBANGAN PELAPORAN

1. Bagian audit dilaksanakan oleh auditor independen lain.


2. Informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan.
3. Pelaporan atas laporan keuangan ringkasan dan data keuangan pilihan.

10

Anda mungkin juga menyukai