PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk
yang paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti
terhadap apa yang dilakukaan. Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai
tentang arti khilafiyah, dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu Dalam
pembahasan saya mencoba memaparkan sholat dan macamnya. Shalat merupakan salah satu
kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin
maupun dalam perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam
didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa
mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian sholat.
2. Tujuan sholat.
5. Sunnah-sunnah Sholad.
6. Macam-macam shalat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sholad
Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti
Do'a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat
yang telah ditentukan Adapun scara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah,
secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa
kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah
kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan
penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon rido-
Nya.
B. Tujuan Sholad
Sholat dalam agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh
ibadat manapun juga, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan
itu. Adapun tujuan didirikannya shalat menurut Al-Qur‟an dalam surah Al –Ankabut : 45
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan
munkar.
2
Juga allah mengfirmankannya dalam surah An-Nuur: 56
Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian
C. Syarat-syarat Sholad
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal “Telah diangkat pena itu dari tiga perkara, yaitu dari anak-anak sehingga ia
dewasa (baligh), dari rang tidur sehingga ia bangun dan dari orang gila sehingga ia
d. Ada pendengaran, artinya anak yang sejak lahir tuna rungu (tuli) tidak wajib
mengerjakan sholat.
1. Suci dari dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.
3. Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut dan aurat perempuan
4. Telah masuk waktu sholat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk waktu
5. Menghadap kiblat.
3
D. Cara Mendirikan Sholad
1. Menghadap kiblat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila berdiri untuk sholat fardhu atau sholat
sabdanya kepada orang yang sholatnya salah: "Bila engkau berdiri untuk sholat,
Bukhari, Muslim dan Siraj). Tentang hal ini telah turun pula firman Allah dalam Surah Al
Baqarah : 115: (QS. Al Baqarah : 144). Setelah ayat ini turun beliau sholat menghadap
Ka'bah.
2. Berdiri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan sholat fardhu atau sunnah berdiri
Sutrah (pembatas yang berada di depan orang sholat) Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Janganlah kamu sholat tanpa menghadap sutrah dan janganlah engkau membiarkan
seseorang lewat di hadapan kamu (tanpa engkau cegah). Jika dia terus memaksa lewat di
depanmu, bunuhlah dia karena dia ditemani oleh setan." (HR. Ibnu Khuzaimah dengan sanad
yang jayyid (baik)) Dan hendaklah sutrah itu diletakkan tidak terlalu jauh dari tempat kita
berdiri sholat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri shalat dekat sutrah (pembatas) yang jarak antara
4
4. Niat
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta'alan
"Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai
dengan niatnya." (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa', hadits no. 22).
Dan tidaklah disebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak pula dari salah
seorang sahabatnya bahwa niat itu dilafadzkan. Abu Dawud bertanya kepada Imam Ahmad.
Dia berkata, "Apakah orang sholat mengatakan sesuatu sebelum dia takbir?" Imam Ahmad
menjawab, "Tidak." (Masaail al Imam Ahmad hal 31 dan Majmuu' al Fataawaa XXII/28).
AsSuyuthi berkata, "Yang termasuk perbuatan bid'ah adalah was-was (selalu ragu) sewaktu
berniat sholat. Hal itu tidak pernah diperbuat oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maupun
para shahabat beliau. Mereka dulu tidak pernah melafadzkan niat sholat sedikitpun selain
hanya lafadz takbir." Asy Syafi'i berkata, "Was-was dalam niat sholat dan dalam thaharah
termasuk kebodohan terhadap syariat atau membingungkan akal." (Lihat al Amr bi al Itbaa'
5. Takbiratul ihrom
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selalu memulai sholatnya (dilakukan hanya sekali
ketika hendak memulai suatu sholat) dengan takbiratul ihrom yakni mengucapkan Allahu
"Sesungguhnya sholat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu' dan melakukan
5
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
(Muttafaqun 'alaihi).
kedua tangannya setentang telinga setiap kali bertakbir (didalam sholat)." (HR. Muslim).
7. Bersedekap
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas tangan
kirinya (bersedekap). Beliau bersabda: "Kami, para nabi diperintahkan untuk segera berbuka
dan mengakhirkan sahur serta meletakkan tangan kanan pada tangan kiri (bersedekap) ketika
melakukan sholat." (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dan Adh Dhiya' dengan
sanad shahih).
kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. Hal ini didasarkan pada hadits
shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya dari tempat sujud (di dalam
6
9. Membaca do'a istiftah
Doa istiftah yang dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bermacam-macam.
Dalam doa istiftah tersebut beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan pujian,
sanjungan dan kalimat keagungan untuk Allah. Beliau pernah memerintahkan hal ini kepada
kalimat keagungan (doa istiftah), dan membaca ayat-ayat al Qur-an yang dihafalnya…" (HR.
Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim, disetujui oleh Dzahabi).
Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat, jadi
kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya berdasarkan
perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya): "Tidak dianggap sholat (tidak sah
sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah" (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-
Jama'ah: yakni Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu
Majah).
Membaca amin disunnahkan bagi imam sholat.Dari Abu hurairah, dia berkata: "Dulu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jika selesai membaca surat Ummul Kitab (Al-
7
(Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni dan Ibnu
Majah, oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Shahihah dikatakan sebagai hadits yang
berkualitas shahih) "Bila Nabi selesai membaca Al-Fatihah (dalam sholat), beliau
mengucapkan amiin dengan suara keras dan panjang." (Hadits shahih dikeluarkan oleh Al
Imam Al-Bukhari dan Abu Dawud) "Bila imam selesai membaca ghoiril maghdhuubi
'alaihim waladhdhooolliin, ucapkanlah amiin [karena malaikat juga mengucapkan amiin dan
imam pun mengucapkan amiin]. Dalam riwayat lain: "(apabila imam mengucapkan amiin,
malaikat, (dalam riwayat lain disebutkan: "bila seseorang diantara kamu mengucapkan amin
dalam sholat bersamaan dengan malaikat dilangit mengucapkannya), dosa-dosanya masa lalu
diampuni." (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa-i dan Ad-
Darimi).
Membaca surat Al-Qur-an ini dilakukan pada dua roka'at pertama. Banyak hadits
yang menceritakan perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang itu. Rasulullah
bersabda:
"Aku melakukan sholat dan aku ingin memperpanjang bacaannya akan tetapi, tiba-tiba aku
mendengar suara tangis bayi sehingga aku memperpendek sholatku karena aku tahu betapa
gelisah ibunya karena tangis bayi itu" (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan
Muslim).
8
14. Ruku'
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentang kedua
bahunya, hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk dan ketika mengangkat kepalanya
(bangkit) dari ruku' …." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari, Muslim dan Malik)
• Cara Ruku'
Bila Rasulullah ruku' maka beliau meletakkan telapak tangannya pada lututnya, demikian
sallam (ketika ruku') meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya." (Hadits dikeluarkan
Setelah ruku' dengan sempurna dan selesai membaca do'a, maka kemudian bangkit
dari ruku' (i'tidal). Waktu bangkit tersebut membaca disertai dengan mengangkat kedua
tangan sebagaimana waktu takbiratul ihrom. Hal ini berdasarkan keterangan beberapa hadits,
diantaranya: Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentag kedua
pundaknya, hal itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk dan ketika mengangkat kepalanya
(Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Malik). Dalilnya adalah hadits dari Abu
Hurairah:
bertepatan dengan ucapan para malaikat diampunkan dosa-dosanya yang telah lewat." (Hadits
9
dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Ztirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan
Malik).
16. Sujud
Sujud dilakukan setelah i'tidal thuma-ninah dan jawab tasmi' (Rabbana Lakal
Hamd...dst). Caranya Dengan tanpa atau kadang-kadang dengan mengangkat kedua tangan
(setentang pundak atau daun telinga) seraya bertakbir, badan turun condong kedepan menuju
ke tempat sujud, dengan meletakkan kedua lutut terlebih dahulu baru kemudian meletakkan
kedua tangan pada tempat kepala diletakkan dan kemudian meletakkan kepala kepala dengan
pundak atau daun telinga). Dari Wail bin Hujr, berkat, "Aku melihat Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam ketika hendak sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya
dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya."(Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ad-Daarimy) "Terkadang
Imam Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi) "Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan
tangannya sejajar dengan daun telinganya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa'i).
Setelah sujud pertama -dimana dalam setiap roka'at ada dua sujud- maka kemudian
bangun untuk melakukan duduk diantara dua sujud. Dalam bangun dari sujud ini disertai
dengan takbir dan kadang mengangkat tangan (Berdasar hadits dari Ahmad dan Al-Hakim).
10
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dari sujudnya seraya bertakbir" (Hadits
Duduk ini dilakukan antara sujud yang pertama dan sujud yang kedua, pada roka'at
pertama sampai terakhir. Ada dua macam tipe duduk antara dua sujud, duduk iftirasy (duduk
dengan meletakkan pantat pada telapak kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan) dan duduk iq'ak
(duduk dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diatas tumit). Hal ini berdasar
hadits: Dari 'A-isyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki
beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan."
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim) Dari Rifa'ah bin Rafi' -dalam haditsnya- dan berkata
"Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas
(Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadhz Abu Dawud) Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang duduk iq'ak, yakni [duduk dengan menegakkan
tasyahhud awwal terdapat hanya pada sholat yang jumlah roka'atnya lebih dari dua (2), pada
sholat wajib dilakukan pada roka'at yang ke-2. Sedang duduk tasyahhud akhir dilakukan pada
11
Dari Abi Humaid As-Sa'idiy tentang sifat sholat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia
berkat, "Maka apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dalam dua roka'at
(tasyahhud awwal) beliau duduk diatas kaki kirinya dan bila duduk dalam roka'at yang akhir
(-tasyahhud akhir) beliau majukan kaki kirinya dan duduk di tempat kedudukannya (lantai
dll)." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud) Dari Ibnu 'Umar berkata Rasulullahi
shallallahu 'alaihi wa sallam bila duduk didalam shalat meletakkan dua tangannya pada dua
lututnya dan mengangkat telunjuk yang kanan lalu berdoa dengannya sedang tangannya yang
kiri diatas lututnya yang kiri, beliau hamparkan padanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam
Selama melakukan duduk tasyahhud awwal maupun tasyahhud akhir, berisyarat dengan
pada sholat lain boleh juga tidak digerak-gerakkan. "Kemudian beliau duduk, maka beliau
hamparkan kakinya yang kiri dan menaruh tangannya yang kiri atas pahanya dan lututnya
yang kiri dan ujung sikunya diatas paha kanannya, kemudian beliau menggenggam jari-
jarinya dan membuat satu lingkaran kemudian mengangkat jari beliau maka aku lihat beliau
Abu Dawud dan An-Nasa-i). "Dari Abdullah Bin Zubair bahwasanya ia menyebutkan bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berisyarat dengan jarinya ketika berdoa dan tidak
20. Salam
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk
tasyahhud akhir setelah membaca do'a minta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan do'a
lainnya. "Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (yaitu sholat)
12
adalah mengucapkan salam." (Hadits dikeluarkan dan disahkan oleh Al Imam Al-Hakim dan
Adz- Dzahabi) Caranya Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya mengucapkan do'a salam
kemudian ke kiri. Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: “Saya melihat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga
terlihat putih pipinya.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i
serta ibnu Majah) Dari 'Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku sholat bersama
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke
Rukun Sholad
Rukun bisa juga disebut fardhu. Perbedaan antara syarat dan rukun adalah bahwa
syarat adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan amal ibadah sebelum perbuatan
amal ibadah itu dikerjakan, sedangkan pengertian rukun atau fardhu adalah sesuatu yang
harus ada pada suatu pekerjaan/amal ibadah dalam waktu pelaksanaan suatu pekerjaan/amal
ibadah tersebut.
2. Berdiri bagi yang mampu. Bagi orang yang tidak mampu maka ia boleh mengerjakan
3. Takbiratul Ihram.
13
8. Duduk di antara dua sujud dengan thuma‟ninah
11. Membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir setelah membaca
tasyahud.
13. Tertib, maksudnya ialah melaksanakan ibadah sholat harus berututan dari tukun yang
Dari ketiga belas rukun sholat tersebut, dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
2. Rukun qauli, mencakup lima rukun yaitu : takbiratul ihram, membaca al-fatihah, membaca
3. Rukun fi‟li, mencakup enam rukun, yaitu berdiri, ruku‟, i‟tidal, sujud, duduk diantara dua
sujud, duduk tasyahud akhir.Adapun rukun yang ketiga belas, yaitu tertib, merupakan
E. Sunnah-sunnah Sholad
Sunnah-sunnah shalat terbagi dua, yaitu sunnah ab‟adh dan sunnah hai-at.
1. Sunnah ab‟adh, yaitu amalan sunnah yang apabila tertinggal/tidak dikerjakan maka harus
diganti dengan sujud sahwi. Sunnah ab‟adh ada 6 macam : Duduk tasyahud awal Membaca
tasyahud awal Membaca do‟a qunut pada waktu shalat shubuh dan pada akhir sholat witir
setelah pertengahan ramadhan. Berdiri ketika membaca do‟a qunut. Membaca sholawat
kepada Nabi pada tasyahud awal. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada tasyahud
akhir.
14
2. Sunnah hai-at, yaitu amalan sunnah yang apabila tertinggal/tidak dikerjakan tidak
disunnahkan diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunnah hai-at adalah sebagai
berikut:
Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai sejajar tinggi ujung jari
dengan telinga atau telapak tangan sejajar dengan bahu. Kedua telapak tangan
terbuka/terkembang dan dihadapkan ke kiblat. Meletakkan kedua tangan di antara dada dan
pusar, telapak tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri. Mengarahkan kedua mata ke
arah tempat sujud. Membaca do‟a iftitah Diam sebentar sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Membaca ta‟awuz sebelum membaca surat Al-Fatihah. Mengeraskan bacaan surat Al-Fatihah
dan surat pada sholat maghrib, isya dan shubuh. Diam sebentar sebelum membaca “aamiiin”
Membaca surat atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah bagi imam maupun bagi
yang sholat munfarid pada rakaat pertama dan kedua, baik shalat fardhu maupun sholat
sunnah. Membaca takbir intiqal (penghubung antara rukun yang satu dengan yang lain)
Mengangkat tangan ketika akan ruku, bangun dari ruku‟. Meletakkan kedua telapak tangan
dengan jari-kari terkembang di atas lutut ketika ruku‟. Membaca tasbih ketika ruku‟, yaitu
“subhaana robbiyal „azhiimi”, sebagian ulama ada yang menambahkan dengan lafazh
“wabihamdih”. Duduk iftirasyi (bersimpuh) pada semua duduk dalam sholat kecuali pada
duduk tasyahud akhir. Cara duduk iftirasyi adalah duduk di atas telapak kaki kiri, dan jari-jari
kaki kanan dipanjatkan ke lantai. Membaca do‟a ketka duduk di antara dua sujud.
Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha etika duduk iftirasyi maupun tawarruk.
Meregangkan jari-jari tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan kecuali jari telunjuk pada
duduk iftirasyi tasyahud awal dan duduk tawarruk. Duduk istirahat sebentar sesudah sujud
jedua sebelum berdiri pada rakaat pertama dan ketiga. Membaca doa pada tasyahud akhir
15
yaitu setelah membaca tasyahud dan sholawat. Mengucapkan salam yang kedua dan
menengok ke kanan pada salam yang pertama dan menengok ke kiri pada salam yang kedua.
1. Meninggalkan salah satu rukun sholat atau memutuskan rukun sebelum sempurna
dilakukan.
2. Tidak memenuhi salah satu dari syarat shalat seperti berhadats, terbuka aurat.
3. Berbicara dengan sengaja. “Pernah kami berbicara pada waktu sholat, masing-masing dari
kami berbicara dengan temannya yang ada di sampingnya, sehingga turun ayat : Dan
berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu‟.” (HR. Jama‟ah Ahli Hadits kecuali
16
F. Macam-macam Sholad
1. Sholat Fardhu
Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, sholat adalah yang pertama kali
di tetapkan kewajibannya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Nabi menerima perintah dari Allah
tentang sholat pada malam mi'raj (perjalanan ke langit) tanpa perantara. Anas berkata: "sholat
diwajibkan kepada Nabi sebanyak 50 reka'at pada malam ketika beliau diperjalankan (isra'
mi'raj), kemudian dikurangi hingga menjadi tinggal 5 roka'at kemudian ada yang
menyerunya: Wahai Muhammad hal tersebut tidak seperti harapanku namun bagimu yang 5
roka'at itu setara dengan 50 roka'at." (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan An-
Nasa'i). Yaitu sholat yang diwajibkan Alloh subhanahu wa ta'ala kepada hamba-hamba-Nya
sesuai batasan-batasan yang telah dijelaskan-Nya, baik melalui perintah maupun larangan.
Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari semalam, yaitu:
b. 'Ashar: waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
dilangit.
d. 'Isya': yaitu sholat yang dikerjakan 4 rakaat waktunya dari hilangnya mendung
merah dilangit sampai munculnya fajar shodiq (+ pukul 19:00 s/d menjelang
fajar.
e. Fajar atau Shubuh: waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya
matahari.
17
2.Sholat Tathowwu'
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu 5 waktu. Sholat
sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak ditentukan oleh syara', dikerjakan
dua roka'at-dua roka'at, baik dikerjakan pada siang hari atau malam hari. Akan tetapi,
hendaklah sholat tathowwu' ini tidak dilakukan terus menerus seperti sunnah rowatib serta
Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah ditentukan oleh syara'.
Sholat Rotibah Dzuhur yaitu sholat 2 atau 4 rokaat sebelum ataupun sesudah Zuhur.
Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata: "Aku mengahafal 10 rokaat (sholat) dari Nabi
sholallohu alaihi wa sallam. 2 rokaat sebelum Dzuhur dan 2 rokaat sesudahnya, 2 rokaat
setelah maghrib dirumahnya, 2 rokaat setelah isya' dirumahnya, dan 2 rokaat sebelum shubuh
disaat Nabi sholallohu alaihi wa sallam tidak boleh dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118,
18
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang menjaga 4 rokaat sebelum dzuhur dan 4 rokaat sesudahnya, maka
Alloh akan mengaharamkan api neraka baginya". (HR. Ibnu Majah: 1160, dishohihkan Al-
"Alloh mengasihi seseorang yang sholat 4 rokaat sebelum 'Ashar". (HR. Abu Daud:
"dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya".(HR. Muslim).
Sholat-sholat lain yang disyari'atkan dalam bagian ini, antara lain ialah:
antara selesai sholat 'Isya hingga fajar 11 rokaat dengan salam setiap dua rokaat dan witir 1
"Tidak ada yang selalu menjaga sholat dhuha kecuali orang-orang yang bertaubat. Itulah
Diriwayatkan dari Anas bin malik rodhiallohu „anhu berkata: “Rosululloh sholallohu „alaihi
wa sallam bersabda: barangsiapa sholat dhuha 12 roka‟at, Alloh bangun baginya sebuah
19
"Apabila salah seorang kalian masuk masjid, mak sholatlah 2 rokaat sebelum dia duduk".
4. Sholat Taubat.
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada seorang yang melakukan
dosa, kemudian ia bengun dan bersuci kemudian sholat dan meminta ampun kepada Alloh,
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui". (QS. Ali-Imron [3]: 135) (HR. Tirmidzi:
Caranya adalah:
20
6. Sholat Istihoroh.
sallam mengajarkan kami istikhoroh dalam segala perkara, sebagaimana beliau mengajarkan
kami surat Al-Qur'an. Beliau sholallohu alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah seorang
kalian bercitacita dalam satu masalah, maka sholatlah 2 rokaat selain fardhu, kemudian
berdo'alah:
".
(:)
"
Sholat jama’ yaiu mengumpulkan dua sholat fardhu yang dilaksanakan dalam satu
waktu.misalnya sholat Dzuhur dan Ashar di kerjakan pada waktu Dzuhur atau pada waktu
Ashar. Sholat Maghrib dan Isyah’ dilaksanakan pada waktu Maghrib atau pada waktu Isya’.
Sedangkan Subuh tetap pada waktunya dan tidak boleh digabungkan dalam shalat
lain. Shalat jama’ ini boleh dilaksanakan karena beberap alasan (halangan) berikut ini :
d. Jarak yang ditempuh cukup jauh, yakni kurang lebihnya 81 km (begitulah yang
disepakati oleh sebagian Imam Madzahab sebagaimana disebutkan dalam kitab AL-
21
Tetapi sebagian ulama lagi berpendapat bahwa jarak perjalanan (musafir) itu
sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki atau dua marhalah, yaitu 16 (enam belas)
Menjama’ shalat boleh dilakukan oleh siapa saja yang memerlukannya, baik musafir
atau bukan dan tidak boleh dilakukan terus menerus tanpa udzur, jadi dilakukan ketika
diperlukan saja.
1. Jama’ taqdim (Jama’ yang didahulukan) yaitu menjama’ 2 (dua) shalat dan
melaksanakannya pada waktu shalat yang pertama. Misalnya shalat Dzuhur dan Ashar
dilaksanakan pada waktu Dzuhur atau shalat Maghrib dan Isya’ dilaksanakan pada
waktu Maghrib.
c. Berurutan, artinya tidak diselingi dengan perbuatan atau perkataan lain, kecuali
d. Niat jama’ yang dibarengkan dengan Takbiratu Ihram shalat yang pertama, misalnya
Dzuhur.
1. Jama’ Ta’ khir (Jamak yang diakhirkan) yaitu menjamak 2 (dua) shalat dan
melaksanakannya pada waktu shalat yang kedua. Misalnya, shalat Dzuhur dan Ashar
22
dilaksanakan pada waktu Ashar atau shalat Maghrib dan shalat Isya’ dilaksanakan
a. Niat (melafazhkan pada shalat pertama) yaitu : “Aku ta’khirkan shalat Dzuhurku
diwaktu Ashar.”
b. Berurutan, artinya tidak diselingi dengan perbuatan atau perkataan lain, kecuali
Tidak diperbolehkan menjama’ antara sholad jumad dengan sholag ashar dengan
alasan apapun baik musafir, orang sakit, turun hujan atau ada keperluan lain. Walaupun dia
Hal ini disebabkan tidak adanya dalil tentang menjama’ antara jumat dan ashar, dan
yang adalah menjama’ antara dhuhur dengan ashar dan antara magrib dengan isya’. Jumat
tidak bisa diqiyaskan dengan dhuhur karena sangat banyak perbedaan antara keduanya.
Ibadah harus dengan dasar dan dalil, apabila ada yang mengatakan boleh maka silahkan dia
menyebutkan dasar dan dalilnya dan dia tidak akan mendapatkannya karena tidak ada satu
“Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan kami ini (dalam agama) yang bukan dari
23
Jadi kembali pada hukum asal, yaitu wajib mendirikan sholad pada waktunya masing-
masing kecuali apabila ada dalil yang membolehkan untuk menjama’ dengan sholad lain.
Apabila musafir dijadikan Imam orang-orang mukim dan dia mengqoshor sholadnya
maka hendaklah orang-orang mukim meneruskan sholad mereka sampai selesai (4 rakaat),
namun agar tidak terjadi kebingungan hendaklah Imam yang musafir memberi tahu
makmumnya bahwa dia sholad qoshor dan hendaklah mereka (makmum yang mukim)
meneruskan sholad mereka sendiri-sendiri dan tidak mengikuti salam setelah dia (Imam)
salam dari dua rakaat . Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika berada di
Makkah (musafir) dan menjadi Imam penduduk Makkah, Rasulullah SAW bersabda:
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada sholad jumat bagi musafir, namun
apabila musafir tersebut tinggal di suatu daerah yang diadakan sholad jumat maka wajib
atasnya sholad jumat bersama mereka. Ini adalah pendapat Imam Maliki, Imam Syafi’I.
SHOLAD QHOSOR
Sholad qhosor adalah sholad yang diringkas, yaitu fardhu yang 4 rakaat (Dhuhur,
Ashar, Magrib, Isya’) dijadikan 2 rakaat, masing-masing dilaksanakan tetap pada waktunya.
Sebagaimana menjama’ sholad, meng-qhosor shalad hukumnya sunnah. Dan ini merupakan
Rusha (keringanan) dari Allah SWT bagi orang-orang yang memenuhi persyaratan tertentu.
24
Adakalanya kita menggandakan perjalanan jauh atau berpergian yang membutuhkan
waktu perjalanan yang panjang, misalnya naik pesawat, kapal laut, karyawisata. Hal itu
menyebabkan kita sering menjumpai kesulitan untuk melaksanakan ibadah sholad. Padahal
sholad merupakan kewajiban ummat islam yang tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan
apapun juga. Kasih saying Allah SWT kepada ummat islam sedemikian besarnya dengan cara
memberikan Rukhsah dalam melaksanakan sholad dengan jama’ dan qoshor dengan syarat-
syarat tertentu.
Orang yang sedang berpergian itu dibolehkan memendekan sholad atau meringkas
sholad yang jumlah sholadnya empat rakat menjadi dua rakaat (sholad qoshor). Dibolehkan
pula mengumpulkan sholad dalam satu waktu, sholad dhuhur dengan ashar atau magrib
dengan isya’ (sholad jama’). Sedangkan sholad subuh tidak bisa di qoshor maupun dijama’
tapi untuk sholad magrib bisa dijama’. Menjama’ sholad ada dua. Bila dilakukan waktu
sholad yang awal (misalnya dhuhur dengan ashar dilakukan pada waktu dhuhur), maka
dinamakan jama’ takdim dan apabila dilakukan pada waktu yang kedua (seperti dhuhur dan
Syarat Meng-Qhosor
3. Sholad yang di-Qoshor adalah ada’(bukan qadla) yang bukan empat rakaat
4. Tidak boleh bermakmum pada orang yang sholad sempurna (tidak di-Qoshor)
“Rasulullah SAW tidak berpergian, melainkan mengerjakan sholad dua rakaat saja sehingga
beliau kembali dari perjalanan dan bahwasannya beliau telah bermukim di Makkah di masa
25
Fathul Makkah selama delapan belas malam, beliau mengerjakan sholad dengan para jama’ah
“wahai para penduduk Makkah, bersholadlah kamu sekalian dua rakaat lagi, kami adalah
“Bila kamu mengadakan perjalanan di muka bumi,tidaklah kamu berdosa jika kamu
“Dari ibnun Abbas RA. ia berkata: ”sholat itu difardu-kan atau diwajibkan atas lidah nabimu
didalam hadlar (mungkin) empat rakaat,didalam safar (perjalanan) dua rakaat di dalam khauf
Salah satuh rukhsan/keringanan yang diberikan kepada umat muslim adalah adanya
kebolehan mengqashar (meringkas) shlat yang terdiri empat rakaat menjadi dua rakaat serta
26
Ketentuan Sholat Qashar:
1. kebolehan qashar shalat hanya berlaku bagi musafir/oran dalam perjalananyang jarak
km, pendapat ini berdasarkan kepada pendapat yang dikuatkan oleh ibnu Abdil Bar
bahwa kadar 1 mil adalah 3.500 zira’48 cm.selain itu juda ada beberapa panjang yang
lain.
melakukan maksiat maka safar yang demikian tidak dinamakan safar maksiat
sehingga tetap berlaku baginya rukhsah qashar shalat dan rukhsah yang lain
yang berjalan tampa arah tujuan yang jelas tidak dibolehkan qashar shalat.
berniaga dll.
27
3. mengatahui boleh qashar Seseorang yang melaksanakan qashar shalat sedangkan ia
Ketiga komponen diatas juga berlaku pada jamak shalat dalam safar/perjalanan .
4. Sholat yang boleh di qoshor hanya sholad 4 rakaat yang wajib pada asalnya. Adapun
sholad sunnah atau sholad yang wajib dengan sebab nazar tidak boleh di qoshor.
Sedangkan sholad luput boleh di qoshor bila sholad tersebut tertinggal dalam
safar/perjalanan bila di qodha dalam masa safar maka tidak boleh di qoshor.
5. Wajib berniat qoshor ketika takbiratul ihrom. Contoh lafadh niatnya adalah:
6. Tidak mengikuti orang yang sholat sempurna (4 rakaat) walaupun hanya sebentar.
Bila ia sempat mengikuti imam yang mengerjakan sholad secara sempurna maka
7. Selama dalam sholad ia harus masih berstatus sebagai musafir. Apabila dalam
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama,
dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat mempunyai dua
unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku
berdasar pada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang bersifat batiniyah adalah
sifatnya tersembunyi dalam hati karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya. Shalat
banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah di tentukan
waktunya. Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan
dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur‟an dan hadis, hendaknya perbedaan
29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim , 2004. Alquran Digital version 2.1 : Hak cipta Milik Alloh SWT
El-Sutha, Saiful Hadi. 2012. Buku Panduan Sholat Lengkap (Wajib & Sunnah) .:
Wahyu Media
Rifai, Muh . cetakan 2011. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : PT. Karya
Toga Putra.
30