Anda di halaman 1dari 22

Patofisiologi Trauma Dada

Trauma tumpul pada bagian dada biasanya menyebabkan memar atau


jejas, trauma pada bagian yang terkena dan seringkali menyebabkan fraktur baik
tertutup maupun terbuka. Fraktur tulang iga dapat menyebabkan flail chest yang
merupakan kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas
dengan keseluruhan dinding dada akibat fraktur iga multipel pada dua atau lebih
tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur sehingga menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika parenkim paru mengalami kerusakan maka
akan menyebabkan hipoksia yang serius.

Sedangkan trauma dada oleh benda tajam sering berdampak buruk bagi
penderita. Hal ini karena benda tajam langsung menusuk dan menembus dinding
dada dengan merobek pembuluh darah intercostae dan menembus organ yang
berada pada posisi tusukannya sehingga mengakibatkan perdarahan pada rongga
dada dan jika berlangsung lama akan menyebabkan tekanan yang meningkat
secara progresif sehingga dapat menyebabkan pneumotoraks, penurunan ekspansi
paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal napas dan jantung.

1
WOC Trauma Dada

Trauma tajam dan trauma


tumpul

Perpindahan energi kinetik dari objek penyebab trauma ke jaringan tubuh. Energi
kinetik ini dipengaruhi oleh massa dan kecepatan objek tersebut. Perpindahan
energi yang besar menyebabkan kerusakan atau trauma pada jaringan tubuh

Trauma dada

Diafragma Perlukaan pada kulit Mengenai paru dan Fraktur iga Fraktur costae Peningkatan tekanan
dan jaringan rongga pleura multiple intrathoraks yang
progresif
Ruptur diafragma Gangguan
Terputusnya saraf Menimbulkan luka pergerakan dinding Flail chest
perifer terbuka pada pleura dada dan krepitasi Tension
Herniasi isi abdomen pneumotoraks
ke rongga dada Fragmen tulang yang
Memicu impuls nyeri Open pneumotoraks Thoraks bergerak patah mendesak
asimetris dan tidak jaringan sekitar Penekanan vena cava
terkoordinasi
Ekspansi diafragma MK : nyeri akut Terjadi hubungan
terganggu antara udara luar Destruksi kapiler Penurunan efektivitas
dengan rongga pleura Gerakan pernapasan dalam rongga dada pompa jantung
yang buruk
Gangguan oksigenasi
Terdapat udara di Darah terakumulasi MK : penurunan
rongga pleura MK : pola napas di rongga pleura curah jantung
Hipoksia tidak efektif
Volume ruang pleura
meningkat Hematothoraks
Gagal napas

2
Ekspansi paru tidak Patah tulang
maksimal menusuk

Hipoventilasi, Pneumothoraks
peningkatan RR dan tertutup
takikardi
Perdarahan pada
Hipoksemia rongga pleura

MK : gangguan Paru kolaps


pertukaran gas

Penurunan ekspansi Penurunan fungsi


paru alveoli

Napas cepat dan Penurunan difusi O2


pendek dan CO2 pada
membran alveoli

MK : gangguan
pertukaran gas MK : gangguan
pertukaran gas

3
Asuhan Keperawatan Kasus Semu (Trauma Dada)

Pada tanggal 14 April 2018 pukul 15.00 WIB, Tn.A usia 24 tahun dengan
penurunan kesadaran dibawa ke IGD Jombang oleh temannya. Teman pasien
mengatakan jika pasien mengalami kecelakaan motor (tunggal), terjatuh sendiri
dan masuk ke dalam lubang irigasi jalan. Pasien ditemukan sudah tidak sadarkan
diri ± 1 jam yang lalu sebelum dibawa ke rumah sakit kemudian segera dibawa
teman pasien rumah sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan GCS 355,
TD 130/60 mmHg, N 100 kpm, suhu 35,8°C, RR 28 kpm, pernapasan cepat dan
dangkal, SpO2 82%, pergerakan dada asimetris (dada kiri tertinggal), perkusi
redup pada dada bagian kiri, vokal fremitus menurun pada dada kiri, terdapat
retraksi pada dada kiri, ronkhii pada dada kiri, akral dingin, wajah pucat, nyeri
dada skala 5, pupil isokor (2 mm) dan terdapat memar pada kedua tangan dan
kaki. Pada pemeriksaan rontgen toraks AP posisi supinasi didapati adanya cairan
pada dinding dada sebelah kiri.

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn.A
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jombang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Dx. Medis : Trauma dada tumpul
Penanggung jawab : Tn.B
2. Primary survey
Triage : merah
Keluhan utama/keadaan umum : kesadaran menurun akibat KLL
Kesadaran (A/V/P/U) : verbal

4
a. Airway
clear
b. Breathing
spontan, RR 28 kpm, SpO2 82%, pergerakan dada kiri tertinggal,
pernapasan cepat dan dangkal
c. Circulating
nadi 100 kpm (kuat dan reguler), akral dingin, dan wajah pucat
d. Disability
GCS 355, berespon terhadap rangsang suara, pupil isokor (2 mm)
e. Exposure
Terdapat memar pada kedua tangan dan kaki serta suhu 35,8°C
3. Secondary survey:
a) Riwayat penyakit dahulu
pasien tidak pernah menderita penyakit yang berat dan tidak
mempunyai riwayat alergi
b) Riwayat penyakit sekarang
pada tanggal 14 April 2018 pukul 15.00 WIB, Tn.A usia 24 tahun
dengan penurunan kesadaran dibawa ke IGD Jombang oleh temannya.
Teman pasien mengatakan jika pasien mengalami kecelakaan motor
(tunggal), terjatuh sendiri dan masuk ke dalam lubang irigasi jalan.
Pasien ditemukan sudah tidak sadarkan diri ± 1 jam yang lalu sebelum
dibawa ke rumah sakit kemudian segera dibawa teman pasien rumah
sakit.
c) S,A,M,P,L,E
S : penurunan kesadaran
A : tidak mempunyi riwayat alergi
M : tidak mengkonsumsi obat
P : tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat
L : 4 jam sebelumnya pasien memakan roti dan teh
E : kecelaksaan motor (tunggal), terjatuh sendiri dan masuk ke dalam
lubang irigasi jalan

5
d) Tanda-tanda vital
 TD : 130/60 mmHg
 RR : 28 kpm
 Nadi : 100 kpm
 Suhu : 35,8°C
e) GCS (eye, verbal, motorik) : 355
f) Pemeriksaaan fisik (head to toe)
 Kepala
Inspeksi : wajah pucat
Palpasi : tidak nyeri tekan
 Leher
Inspeksi : tidak terdapat laserasi
Palpasi : arteri carotis communis berdenyut kuat
 Dada
Inspeksi : pergerakan asimetris (pergerakan dada kiri
tertinggal), retraksi pada dada kiri, jejas pada dada
kiri
Palpasi : vokal fremitus menurun pada dada kiri
Auskultasi : ronkhii pada dada kiri
Perkusi : redup pada dada kiri
 Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat laserasi maupun memar
Palpasi : tidak terdapat massa maupun nyeri tekan
Auskultasi : bising usus 6 kpm
Perkusi : timpani
 Lower back atau punggung bawah
Inspeksi : tidak terdapat laserasi
Palpasi : tidak terdapat massa maupun nyeri tekan
 Pelvis
Inspeksi : tidak terdapat laserasi maupun memar
Palpasi : tidak terdapat nyeri

6
 Genitalia
Inspeksi : tidak terdapat kelainan
 Ekstremitas atas dan bawah, kulit
Inspeksi : terdapat memar pada kedua tangan dan kaki
Palpasi : akral dingin
 Persarafan
Tidak terdapat kelainan pada nervus I sampai dengan XII
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul :
a. Ketidakefektifan pola napas
b. Nyeri akut

7
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan. Diurutkan permasalahan A, B, C, D
No. Intervensi Rasional Jam/waktu Implementasi
1 A:
- Evaluasi kepatenan - Untuk menjamin masuknya 15.02 WIB - Mengevaluasi kepatenan jalan napas
jalan napas udara ke paru secara Hasil : jalan napas clear
normal sehingga oksigenasi
tubuh tercukupi
- Berikan posisi semi - Memaksimalkan ventilasi 15.02 WIB - Memberikan posisi semi fowler
fowler
2 B:
- Kolaborasi pemberian - Mencegah terjadinya 15.04 WIB - Kolaborasi pemberian oksigen
oksigen hipoksia dan gangguan Hasil : memberikan oksigen sesuai
pernapasan indikasi
- Kolaborasi pemberian - Menghilangkan atau 15.05 WIB - Kolaborasi pemberian analgesik
analgesik mengurangi nyeri Hasil : memberikan analgesik sesuai
indikasi
- Monitor pengembangan - Ekspansi dada yang 15.06 WIB - Memonitor ekspansi dada
dinding dada yang asimetris dapat Hasil : pengembangan dinding dada
maksimal meningkatkan kerja bagian kiri tertinggal
pernapasan
- Monitor status respirasi - Mengetahui status 15.08 WIB - Mencatat perubahan dalam status
dan oksigenasi oksigenasi oksigenasi
Hasil : RR 28 kpm, ronkhii pada
dada kiri, perkusi redup pada dada
bagian kiri, vokal fremitus menurun,
retraksi pada dada kiri, pergerakan
dada kiri tertinggal
- Monitor kecemasan - Kecemasan dapat 15.10 WIB - Memonitor kecemasan pasien
pasien terhadap meningkatkan kebutuhan Hasil : pasien ansietas
oksigenasi oksigen sehingga kerja

8
pernapasan meningkat
- Lakukan pemeriksaan - Mengetahui adanya trauma 15.15 WIB - Melakukan pemeriksaan rontgen
rontgen toraks di dalam toraks toraks
Hasil : adanya cairan pada dinding
dada sebelah kiri
3 C:
- Observasi adanya pucat - Pucat merupakan indikasi 15.18 WIB - Mengobservasi adanya pucat dan
dan sianosis terjadinya hipoksemia sianosis
Hasil : wajah pucat
- Kaji sirkulasi perifer, - Menunjukkan penurunan 15.19 WIB - Mengkaji status sirkulasi perifer
meliputi nadi, dan konsumsi oksigen pada Hasil : TD 130/60 mmHg, nadi 100
temperatur ekstremitas sirkulasi perifer kpm, akral dingin
- Kolaborasi rehidrasi - Menggantikan kehilangan 15.19 WIB - Kolaborasi rehidrasi cairan
cairan cairan Hasil : memberikan cairan RL 20
tpm
- Observasi kadar Hb - Mengetahui status sirkulasi 15.20 WIB - Pemeriksaan kadar Hb
dan oksigenasi Hasil : kadar Hb 11,1 g/dL
4 D:
- Kaji tingkat kesadaran - Mengetahui tingkat 15.25 WIB - Mengkaji tingkat kesadaran klien
klien kesadaran pasien Hasil : GCS 355

9
D. Evaluasi dan hands off
Evaluasi Komunikasi
Subjektif: Situation :
Pasien mengeluh sesak napas dan nyeri Selamat sore dokter, saya Hana dari
dada skala 5. IGD Jombang. Melaporkan pasien yang
bernama Tn.A yang mengalami
penurunan kesadaran setelah mengalami
kecelakaan motor tunggal terjatuh
sendiri dan masuk ke dalam lubang
irigasi jalan.
Objektif: Background :
a) Keadaan umum lemah Diagnosa medis pasien tersebut trauma
b) GCS 355 dada tumpul tanggal masuk 14 April
c) Wajah pucat 2018 jam 3 sore. Tindakan yang sudah
d) Akral dingin dilakukan pemberian oksigen. Program
e) TD 130/60 mmHg, N 100 kpm, terapi sudah mendapatkan obat-obatan
RR 28kpm, S 35,8oC analgesik. TD 130/60 mmHg, N
100kpm, RR 28 kpm, S 35,8oC, wajah
pucat, akral dingin dan GCS 333.
Pemeriksaan rontgen toraks AP posisi
supinasi menunjukkan adanya cairan
pada dinding dada sebelah kiri.
Assesment: Assessment :
Masalah teratasi sebagian Berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen
toraks AP posisi supinasi menunjukkan
adanya cairan pada dinding dada
sebelah kiri, saya pikir masalah Tn.A
adalah hematothoraks.
Planning: Recomendation :
Intervensi dilanjutkan antara lain Apa advise dokter mengenai keadaan
pertahankan kepatenan jalan napas, pasien ? Perlukah dilakukan
kolaborasi pemberian oksigen dan pemasangan WSD ? Terimakasih
analgesik, berikan posisi semi fowler dokter.
serta monitor kecemasan pasien.

10
Patofisiologi ARDS

Atelektasis kongestif difus dapat menyebabkan terjadinya edema paru


interstisial dan penurunan kapasitas residu fungsional. Hukum Starling
menyatakan jika filtrasi cairan melewati endotel dan ruang interstisial adalah
selisih tekanan osmotik protein dan hidrostatik, sehingga setiap perubahan dalam
hukum Starling menyebabkan terjadinya edema paru. Peningkatan filtrasi cairan
dari kapiler ke interstisial terjadi akibat kegagalan fungsi ventrikel kiri karena
adanya peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, sehingga cairan kapiler tersebut
mengencerkan protein interstisial yang berakibat pada penurunan tekanan osmotik
interstisial dan mengurangi aliran cairan ke vena.

Pada ARDS, peningkatan permeabilitas membran alveoli-kapiler karena


kerusakan endotel kapiler atau epitel alveoli menyebabkan cairan kapiler
merembes dan terakumulasi dalam jaringan interstisial serta cairan akan masuk
dalam rongga alveoli apabila telah melebihi kapasitasnya sehingga alveoli
menjadi kolaps dan compliance paru akan menurun. Perubahan tekanan osmotik
disebabkan karena rembesan cairan yang banyak mengandung protein dan sel
darah merah.

Atelektasis yang terjadi disebabkan karena cairan bercampur dengan


cairan alveoli sehingga merusak surfaktan dan menyebabkan paru menjadi kaku.
Hal ini menyebabkan terjadinya shunting intrapulmoner serta hipoksemia berat
yang ditandai dengan pernapasan cepat dan dalam. Shuting intrapulmoner
menyebabkan penurunan curah jantung sebesar 40%.

Gangguan pertukaran gas menyebabkan terakumulasinya asam laktat


sehingga terjadi hipoksemia yang diikuti asidemia.

11
WOC ARDS

Injury

Penurunan aliran darah ke paru

Merangsang platelet teragregasi

Melepaskan serotonin, bradikinin


dan histamin

Terjadi inflamasi Menginflamasi dan merusak


membran alveoli
Pengeluaran prostaglandin
Meningkatkan permeabilitas
kapiler
Mempengaruhi hipotalamus

Cairan dan protein masuk ke Cairan masuk ke interstisial


Peningkatan set point alveolar
hipotalamus
Edema interstisial dan MK : kelebihan volume
Edema mukosa alveolar (edema paru) cairan
MK : hipertermi
Hipersekresi Penurunan aliran darah ke Nekrosisnya lapisan yang
jantung mengelilingi alveolus

Reflek batuk menurun


Penurunan curah jantung

MK : ketidakefektifan
perfusi jaringan 12
Reflek batuk menurun Nekrosisnya lapisan yang
mengelilingi alveolus

Akumulasi sputum
Terjadi kerusakan pada
Asidosis respiratorik surfaktan
Obstruksi jalan napas
Darah bersifat asam Atelektasis paru
MK : bersihan jalan napas
tidak efektif Peningkatan CO2 dalam Pertukaran O2 dan CO2
darah terganggu

Suplay O2 terganggu AGD abnormal dan


hiperkalemia

Penurunan O2 dalam darah Pasien sesak napas Peningkatan RR Gagal napas

Hipoksemia Cemas Hiperventilasi MK : gangguan


pertukaran gas

Penurunan O2 ke jaringan MK : ansietas MK :


ketidakefektifan pola
napas

13
Penurunan O2 ke jaringan

Penurunan O2 ke jaringan Penurunan O2 ke jaringan Sel kekurangan O2


perifer serebral

Mekanisme kompensasi
Penurunan SaO2 Penurunan kesadaran metabolisme anaerob

MK : gangguan perfusi Pembentukan ATP


jaringan perifer menurun

Energi ke otot menurun

Kelemahan

MK : intoleransi
aktivitas

14
Asuhan Keperawatan Kasus Semu (ARDS)

Pada tanggal 14 April 2018 pukul 15.00 WIB, Tn.A usia 24 tahun dengan
penurunan kesadaran dibawa ke IGD oleh teman dan kakaknya. Pasien tenggelam
di pantai ± 1 jam yang lalu sebelum dibawa ke rumah sakit. Teman pasien
mengatakan jika pasien tenggelam selama ± 6 menit. Awalnya, pasien berada di
pinggir pantai dan kemudian tiba-tiba ombak besar menghantam mereka dan
terlempar ke dalam air. Penjaga pantai segera menolongnya, pasien ditemukan
tidak sadardan hentinapas. Oleh penjaga pantai diberikan resusitasi jantung paru
dan pasien dapat bernapas spontan kembali. Setelah dilakukan pemeriksaan,
didapatkan GCS 333, SaO2 37%, TD 110/80mmHg, RR 32 kpm, nadi 162 kpm,
akral dingin, CRT >2 detik, suhu 36,5°C,terdapat retraksi intercostae, wajah
sianosis dan pada auskultasi ditemukan ronkhii. Pada pemeriksaan rontgen
thoraks memperlihatkan pelebaran mediastinum.
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama : Tn.A
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jombang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Dx. Medis : ARDS pada near drowning
Penanggungjawab : Tn.B
2) Primary survey
Triage : merah
Keluhan utama/keadaan umum : kesadaran menurun
Kesadaran (A/V/P/U) : pain
a) Airway
clear
b) Breathing
spontan, RR 32 kpm, SaO2 37%

15
c) Circulating
nadi 162 kpm (kuat), CRT >2 detik, akral dingin
d) Disability
GCS 333, berespon terhadap rangsang nyeri, pupil isokor (2 mm)
e) Exposure
tidak terdapat jejas dan suhu 36,5°C
3) Secondary survey:
a) Riwayat penyakit dahulu
keluarga pasien mengatakan jika pasien tidak pernah menderita
penyakit yang berat dan tidak mempunyai riwayat alergi
b) Riwayat penyakit sekarang
pada tanggal 14 April 2018 pukul 15.00 WIB, Tn.A usia 24 tahun
dengan penurunan kesadaran dibawa ke IGD oleh teman dan
kakaknya. Pasien tenggelam di pantai ± 1 jam yang lalu sebelum
dibawa ke rumah sakit. Teman pasien mengatakan jika pasien
tenggelam selama ± 6 menit. Awalnya, pasien berada di pinggir pantai
dan kemudian tiba-tiba ombak besar menghantam mereka dan
terlempar ke dalam air. Penjaga pantai segera menolongnya, pasien
ditemukan tidak sadar dan tidak bernapas. Oleh penjaga pantai
diberikan resusitasi jantung paru dan pasien dapat bernapas spontan
kembali.
c) S,A,M,P,L,E
S : penurunan kesadaran
A : tidak mempunyi riwayat alergi
M : tidak mengkonsumsi obat
P : tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat
L : 5 jam sebelumnya pasien memakan nasi kuning dan air putih
E : tenggelam di pantai ± 1 jam yang lalu
d) Tanda-tanda vital
 TD : 110/80 mmHg
 RR : 32 kpm
 Nadi : 162 kpm

16
 Suhu : 36,5°C
e) GCS (eye, verbal, motorik): 345
f) Pemeriksaaan fisik (head to toe)
 Kepala
Inspeksi : wajah pucat
Palpasi : tidak nyeri tekan
 Mulut
Inspeksi : sianosis
 Leher
Inspeksi : tidak terdapat laserasi
Palpasi : arteri carotis communisberdenyut kuat
 Dada
Inspeksi : terdapat retraksi intercostae, pergerakan dada
simetris
Palpasi : vokal fremitus meningkat
Auskultasi : wheezing
Perkusi : pekak
 Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat laserasi maupun memar
Palpasi : tidak terdapat massa maupun nyeri tekan
Auskultasi : bising usus 6 kpm
Perkusi : timpani
 Lower back atau punggung bawah
Inspeksi : tidak terdapat laserasi
Palpasi : tidak terdapat massa maupun nyeri tekan
 Pelvis
Inspeksi : tidak terdapat laserasi maupun memar
Palpasi : tidak terdapat nyeri
 Genitalia
Inspeksi : tidak terdapat kelainan
 Ekstremitas atas dan bawah, kulit
Inspeksi : tidak terdapat laserasi maupun memar

17
Palpasi : CRT >2 detik dan akral dingin

Kekuatan otot : 3 3
3 3
Keterangan :
3 : gerakan aktif,dapat melawan gravitasi
tahanan ringan
 Persarafan
Tidak terdapat kelainan pada nervus I sampai dengan XII
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul:
a) Gangguan pertukaran gas

18
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan. Diurutkan permasalahan A, B, C, D
No. Intervensi Rasional Jam/waktu Implementasi
1 A:
- Evaluasi kepatenan - Untuk menjamin masuknya 15.02 WIB - Mengevaluasi kepatenan jalan napas
jalan napas udara ke paru secara Hasil : ronkhii
normal sehingga oksigenasi
tubuh tercukupi
- Bersihkan sekret dari - Mempertahankan 15.04 WIB - Membebaskan jalan napas dengan
jalan napas, lakukan kepatenan jalan napas melakukan suction
suction Hasil : jalan napas paten
- Pemasangan intubasi - Mempertahankan 15.08 WIB - Memasang intubasi endotrakea
endotrakea kepatenan jalan napas dan Hasil : pemasangan ETT
pertukaran gas adekuat
2 B:
- Kolaborasi pemberian - Membuang kelebihan 15.12 WIB - Kolaborasi pemberian diuretik
diuretik (furosemide) cairan Hasil : memberikan furosemide
sesuai order dokter
- Berikan obat-obatan - Melebarkan bronkus 15.13 WIB - Kolaborasi pemberian bronkodilator
bronkodilator Hasil : memberikan salbutamol
sesuai order dokter
- Kaji adanya - Mengetahui kebutuhan 15.15 WIB - Mengkaji status pernapasan pasien
peningkatan atau oksigen dalam tubuh Hasil : RR : 32 kpm
penurunan jumlah
pernapasan
- Catat perubahan dalam - Pengembangan dada dapat 15.17 WIB - Mencatat perubahan dalam bernapas
bernapas menjadi batas dari dan pola napasnya
akumulasi cairan dan Hasil : vokal fremitus meningkat
adanya cairan dapat
meningkatkan vokal
fremitus

19
- Pertahankan ventilasi - Mempertahankan 15.19 WIB - Mempertahankan ventilasi mekanis
mekanis keadekuatan level oksigen Hasil :
dalam darah a. Mode : control
b. FiO2 : 100%
c. PEEP : 8 cm H2O
d. SaO2 : 90%
e. Volume tidal : 250 cc
f. I : E ratio = 1:2
- Kolaborasi pemberian - Mencegah terjadinya 15.21 WIB - Kolaborasi pemberian antibiotik
antibiotik infeksi oleh bakteri Hasil : memberikan antibiotik sesuai
indikasi
3 C:
- Observasi adanya pucat - Sianosis merupakan 15.22 WIB - Mengobservasi adanya pucat dan
dan sianosis indikasi terjadinya sianosis
hipoksemia sistemik Hasil : wajah pucat
- Kaji sirkulasi perifer, - Menunjukkan penurunan 15.23 WIB - Mengkaji status sirkulasi perifer
meliputi nadi, CRT, pada aliran perfusi perifer Hasil : TD 110/80 mmHg, nadi 162
warna dan temperatur kpm, akral dingin, CRT >2 detik
ekstremitas
- Pasang kateter urin - Pemantauan output urin 15. 25 WIB - Memasang kateter urin
4 D:
- Kaji tingkat kesadaran - Mengetahui tingkat 15.30 WIB - Mengkaji tingkat kesadaran klien
klien kesadaran pasien Hasil : GCS 345

20
D. Evaluasi dan hands off
Evaluasi Komunikasi
Subjektif: Situation :
Pasien mengeluh kesulitan bernapas. Selamat sore dokter, saya Fuji dari IGD
Jombang. Melaporkan pasien yang
bernama Tn.A yang mengalami
penurunan kesadaran setelah tenggelam
di pantai.
Objektif: Background :
f) Keadaan umum lemah Diagnosa medis pasien tersebut ARDS
g) GCS 345 pada near drowning, tanggal masuk 14
h) Wajah pucat April 2018 jam 3 sore. Tindakan yang
i) Akral dingin sudah dilakukan pemasangan ventilasi
j) CRT >2 detik mekanik dan pemasangan kateter urin.
k) SaO2 37% Program terapi sudah mendapatkan
l) TD 110/80 mmHg, N 162 kpm, obat-obatan diuretik, bronkodilator dan
RR 32 kpm, S 36,5oC antibiotik. TD 110/80 mmHg, N 162
kpm, RR 32 kpm, S 36,5oC, wajah
pucat, akral dingin, CRT >2 detik,
SaO237%, GCS 345. Pada pemeriksaan
rontgen thoraks memperlihatkan
pelebaran mediastinum.
Assessment: Assessment :
Masalah teratasi sebagian Berdasarkan hasil rontgen toraks yang
telah dilakukan, saya pikir nantinya
Tn.A dapat mengalami regurgitasi atau
srisiko aspirasi.
Planning: Recomendation :
Intervensi dilanjutkan antara lain Apa advise dokter mengenai keadaan
pertahankan kepatenan jalan napas, catat pasien ? Perlukah diberikan sedatif ?
perubahan dalam bernapas, pertahankan Terimakasih dokter.
ventilasi mekanis, dan observasi status
sirkulasi perifer.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adyana, MP. . Acute Respiratory Distress Syndrome dan Acute Pneumonia pada Near
Drowning : Sebuah Laporan Kasus.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/8102. Diakses pada 16 April 2018.

Ners Indonesia. 2016. Askep Drowning atau Tenggelam.


https://ikatannersindonesia.wordpress.com/2016/12/07/askep-drowninng-atau-
tenggelam/. Diakses pada 16 April 2018.

Kurniawan, Matheus. 2015. Contoh SBAR.


https://www.scribd.com/document/262577842/CONTOH-SBAR#. Diakses pada 16 April
2018.

Simamarta, Teresia. 2014. Asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma thoraks.
http://www.academia.edu/8685384/asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma_th
oraks. Diakses pada 16 April 2018.

Mayasari, D. 2017. Penatalaksanaan Hematotoraks Sedang Et Causa Trauma Tumpul.


repository.lppm.unila.ac.id/5168/1/ARTIKEL%20DIANA-ANISA%20IKA.pdf.Diakses
pada 16 April 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai