Anda di halaman 1dari 6

47

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah experimental clinic, dengan

rancangan penelitian one group pretest posttest (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Bandar Lor Kediri dan di

Laboratorium Bakteri IIK Bhakti Wiyata Kediri.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua anak, yang sekolah di SD Al

Mahrusiyah Lirboyo Kediri berjumlah 50 Anak.

2. Sampel

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian

(Nursalam, 2008). Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah total sampling (sampel yang di ambil 23 anak berdasarkan survei

pendahuluan pada tanggal 14 Oktober 2017). Total sampling menurut

Sugiyono (2007) adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

47
48

sampel sama dengan populasi. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah

semua anak yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Kriteria sampel

dalam penelitian ini yaitu :

a. Belum pernah dilakukan aplikasi fluorida secara topikal.


b. Tidak mengonsumsi obat antibiotik, karena akan mempengaruhi

flora dalam rongga mulut.


c. Indeks DMF-T 3 – 6, tanpa adanya keradangan gingiva (gingivitis).
d. Bersedia untuk dijadikan sampel.
e. Anak berusia 8-12 tahun.

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aplikasi fluorida secara topikal.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sensitivitas karies.

E. Definisi Operasional
a. Aplikasi topikal fluorida adalah pengolesan langsung fluorida pada enamel.

Dengan menggunakan fluorida yang berjenis sodium fluorida (NaF) dan

berbentuk gel, yang diaplikasikan mengunakan kuas aplikator, dan bahan

sodium fluorida.
b. Sensitivitas karies adalah istilah yang digunakan, untuk menggambarkan

kerentanan gigi terhadap karies. Tes sensitivitas karies merupakan cara yang

dipilih, untuk melihat aktivitas karies perseorangan. Pengukuran dilakukan

dengan menghitung jumlah Streptococcus mutans dalam saliva sampel.


c. Streptococcus mutans adalah bakteri utama penyebab karies gigi yang dapat

diisolasi dari saliva maupun plak, bersifat fakultatif anaerob, gram positif,

dan di dalam media Mitis Salivarius agar Bacitracin (MSB), akan

berbentuk bulat menyerupai anggur dan berwarna biru.

F. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat Penelitian
49

a. Diagnostic set (kaca mulut, sonde, pinset, dan ekskavator)


b. Handscoon
c. Masker
d. Pot Salep sterillow speed dan brush
e. Inkubator anaerob dan aerob
f. Kertas label
g. Kuas aplikator
h. Petridis steril
i. Mikropipet
j. Mikroskop cahaya
k. Caloni counter
l. Autoclave
2. Bahan Penelitian
a. Brain Heart Influsion Broth (BHIB), dan Tryptone Yeast Cysteine (TYC)
b. Sampel saliva
c. Fluorida 3M Clinpro Putih Varnis

G. Prosedur Penelitian
1. Cara Pengambilan Saliva dan Aplikasi Gel Fluorida
a. Sebelum memulai penelitian, peneliti harus mendapatkan ijin dari

Dekan FKG IIK, dosen pembimbing beserta kepala Klinik Bandar Lor.
b. Mengurus Etical Clearence di laboratorium LP2M IIK Bhakti Wiyata

Kediri.
c. Pemberian informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan pada

orang tua/wali santri SD Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri, yang akan

dijadikan sebagai sampel.


d. Seleksi sampel dilakukan dengan cara pemeriksaan DMFT pada anak.

Cara pemeriksaan DMFT, dilakukan di Poli Gigi Klinik Bandar Lor,

dikarenakan lokasi tersebut dekat dengan SD yang dipilih sebagai

sampel. Sampel terpilih didudukkan di kursi gigi, dan dilakukan

pemeriksaan DMFT, dengan didampingi pembimbing, dan dengan

kriteria penilaian sebagai berikut :


1) D (Decay) : melihat jumlah gigi karies yang masih dapat

ditambal,
50

2) M (Missing) : melihat jumlah gigi tetap yang telah atau harus

dicabut karena karies,


3) F (Filling) : melihat jumlah gigi tetap yang telah ditambal dan

tambalan masih dalam keadaan baik.

Tabel 1. Kriteria DMFT (Rizqi, dkk., 2013).

0 Tidak ada karies


1 Karies sangat ringan
2-3 Karies ringan
4-5 Karies sedang
6 atau lebih Karies berat

Apabila sesuai dengan kriteria dan bersedia untuk dijadikan sampel

penelitian, maka sampel yang terpilih dan bersedia akan dimintai

informed concent, dan pengisian formulir oleh orangtua/wali santri

yang bersedia untuk diteliti.

e. Setelah pemeriksaan DMFT, akan dilakukan pemeriksaan saliva,

dengan teknik pengambilan menggunakan metode spitting. Subjek

diinstruksikan tetap duduk, posisi tubuh tegak lurus dan kepala

ditundukkan. Pada metode ini, saliva dikumpulkan di dasar mulut, dan

kemudian subjek meludahkannya, ke dalam pot salep steril setiap 60

detik. Menggunakan metode Spitting, pada metode ini, saliva

dikumpulkan di dasar rongga mulut, dan kemudian subjek

meludahkannya ke dalam tabung saliva ± 1 ml.


f. Pengambilan sampel saliva sebelum melakukan aplikasi fluorida ini

digunakan sebagai kelompok pre penelitian, yang selanjutnya saliva

akan disimpan dalam tabung berpenutup, dan dimasukkan ke dalam box


51

ice supaya sampel tidak berubah. Setelah itu, sampel dibawa ke

Laboratorium Bakteri IIK Bhakti Wiyata Kediri, untuk dilakukan uji

sensitivitas dengan melihat jumlah Streptococcus mutans.


g. Aplikasi Topikal Fluorida
1) Gigi dibersihkan dari debris, plak, dan kalkulus, kemudian dipulas

dengan brush mengunakan pumice, rubber cups, brush, dan dental

floss.
2) Seluruh permukaan gigi dikeringkan dengan kapas dan cotton roll.
3) Bahan fluorida dituangkan dan aduk hingga homogen, dan

dioleskan kepermukaan gigi mengunakan kuas aplikator yang

disediakan.
4) Meratakan fluorida pada seluruh permukaan gigi dengan lidah
5) Sampel dipesan untuk tidak makan, minum atau berkumur selama

30 menit, setelah aplikasi fluorida


h. Saliva akan diambil kembali terhitung 7 hari, setelah aplikasi gel

fluorida, dengan cara yang sama seperti pengambilan saliva sebelum

pemberian aplikasi topikal fluorida.

2. Penghitungan Koloni Streptococcus mutans


Saliva yang telah diambil dibawa ke laboratorium Bakteri IIK

Bhakti Wiyata Kediri untuk dilakukan pembiakan Streptococcus mutans.

Sampel dikultur pada media Brain Heart Influsion Broth (BHIB), dan

diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam sebanyak 0,5 ml. setelah itu,

sampel diambil menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 ml dari media

BHIB dan ditanam pada petridish yang berisi Mitis Salivarius agar
52

Bacitracin (MSB) dengan media agar menggunakan metode spreading.

Kemudian sampel dinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.


Penghitungan koloni bakteri Streptococcus mutans dilakukan

dengan menggunakan Colony counter menggunakan satuan Colony

Forming Unit (CFU) dengan klasifikasi 0= tidak ditemukan koloni

bakteri, 1=1-50 CFU, 2=51-500 CFU, 3=501-5000 CFU, 4=500-10.000

CFU, 5=10.001> CFU. Jumlah koloni Streptococcus mutans pada hasil


Izin Dekan, Pembimbing, dan 5
penghitungan lebih dari 10 CFU/ml menandakan terdapat hubungan
Kepala Sekolah
antara bakteri Streptococcus mutans dengan resiko karies tinggi atau

sensitivitas karies meningkat (Nuzulia dan Santoso, 2017).


Populasi penelitian

Informed concent
H. Analisa Data
Seleksi
Data subyek berupa data Numerik, diuji statistik dengan program
yang diperoleh

SPSS. Data tersebut dilakukan uji parametrik dengan uji T berpasangan, dengan
Inkubasi selama 24 Evaluasi hasil
Pengambilan
syarat data berdistribusi normal, jam, nilai perubahankoloni
dengan suhu
dan diperoleh dengan nilai P <
saliva 0
37 C Streptococcus
0.005, untuk mengetahui adanya perbedaan probablitis pada mutanspengambilan

sampel, sebelum dan setelah aplikasi fluorida.


Topikal aplikasi
I. fluorida
Alur Penelitian

Inkubasi selama 24 Evaluasi hasil


Pengambilan koloni
jam dengan suhu
saliva 370C Streptococcus
mutans

Analisa

Setelah 7 hari Hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai