Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih per hari) dan
berlangsung kurang dari 14 hari yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi
tinja dari penderita. Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak balita, penyakit diare apabila tidak segera diberi pertolongan pada anak dapat
mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2009).
Diare menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian anak di negara
berkembang, dan penyebab terpenting kejadian malnutrisi. Di dunia, sebanyak 4
sampai 6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare, dimana sebagian besar
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2003, kira-kira 1.87
juta anak dibawah usia lima tahun meninggal karena diare. Delapan dari 10
kematian tersebut terjadi dibawah usia dua tahun (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), kematian karena
diare di negara berkembang diperkirakan sudah menurun dari 4.6 juta kematian
pada tahun 1982 menjadi 2.5 juta kematian pada tahun 2003. Walaupun angka
kematian karena diare telah menurun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik
di negara maju maupun di negara berkembang (http.repository.usu.ac.id, dikutip
tanggal 1 April 2012)
Penyakit diare merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi
hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan dapat menyerang seluruh
kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan
tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada
bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia, anak-anak menderita
diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian
sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes RI, 2010).

1
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa tingkat
kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara anggota Assosiation South East Asia Nation (ASEAN). Penyebab
utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang adalah diare.
Sampai saat ini diare tetap sebagai child killer peringkat pertama di Indonesia.
Penderita diare di Indonesia ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya,
sebagian besar dari penderita diare adalah dibawah lima tahun. Kelompok ini setiap
tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. Sebagian dari penderita akan
jatuh kedalam dehidrasi dan jika tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat
meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000-500.000 anak dibawah
lima tahun meninggal setiap tahunnya (http.repository.usu.ac.id, dikutip tanggal 1
April 2012).
Salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional adalah
pembangunan nasional di bidang kesehatan. Sasaran yang akan dicapai Indonesia
sehat 2025 yaitu meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditujukan
dengan salah satu indikator yang diukur dengan umur harapan hidup (UHH),
dimana indikator dampak yang sangat berpengaruh adalah angka kematian bayi
(AKB) dan angka kematian ibu (AKI), target UHH pada tahun 2010 adalah 72
tahun. (www.depkes.go.id, dikutip pada tanggal 27 Maret 2012).
Di Jawa Barat, kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak usia
dibawah 5 tahun, kematian ini disebabkan karena dehidrasi akibat keterlambatan
orang tua dalam memberikan penanganan pertama saat anak terkena diare.
(www.kaskus.us, dikutip tanggal 27 Maret 2012).
Gambar 1.1
Prevalensi Diare Menurut Kelompok Umur

2
Pada Survei Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, dibahas
mengenai prevalensi dan pengobatan penyakit pada anak. SDKI mengumpulkan
data beberapa penyakit infeksi utama pada anak umur dibawah lima tahun (balita),
seperti infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), pneumonia, dan diare. Dari hasil
SDKI 2007 didapatkan prevalensi diare tertinggi yaitu pada anak umur 12-23 bulan,
diikuti umur 6-11 bulan dan umur 23-45 bulan. Dengan demikian, diare banyak
diderita oleh kelompok umur 6-35 bulan karena anak mulai aktif bermain dan
berisiko terkenan infeksi (Kemenkes RI, 2011 : 3).

Gambar 1.2
Persentase Balita Sebelum Survey Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2011,


Puskesmas Cipelang merupakan puskesmas dengan kasus diare tertinggi dari 15
puskesmas di Kota Sukabumi dengan rincian sebagai berikut :
Table 1.1
Jumlah Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2011

Jumlah Jumlah Kasus


No. Puskesmas %
Balita Diare pada Balita
1. Cipelang 1548 1096 70,80
2. Baros 1601 1043 65,14
3. Sukabumi 2095 1119 53,41

3
4. Limus Nunggal 1049 509 48,14
5. Pabuaran 887 358 40,36
6. Gedong Panjang 1724 606 35,15
7. Tipar 1694 595 35,12
8. Selabatu 1825 609 33,36
9. Sukakarya 1262 421 33,35
10. Lembur situ 937 276 29,45
11. Cikundul 1913 550 28,75
12. Karang Tengah 1629 463 28,42
13. Benteng 2201 507 23,03
14. Cibeureum Hilir 1938 300 15,47
15. Nanggeleng 1412 210 14,87
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 2011

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, menunjukan bahwa Puskesmas Cipelang


merupakan Puskesmas dengan kasus diare pada balita terbanyak pertama dari 15
Puskesmas Induk di Kota Sukabumi, dengan jumlah 1096 kasus dari jumlah balita
1548 atau sekitar 70,80%.
Puskesmas Cipelang mempunyai wilayah kerja dua kelurahan, yakni ;
Gunung Puyuh dan Sriwidari. Adapun rincian kejadian diare di daerah area kerja
Puskesmas Cipelang, sebagai berikut :

Tabel 1.2
Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan Kelurahan
di Wilayah kerja Puskesmas Cipelang di Kota Sukabumi
Kurun Waktu Januari – Desember Tahun 2011
Jumlah Jumlah Kasus
No. Kelurahan %
Balita Diare pada Balita
1. Gunung Puyuh 670 541 80,74
2. Sriwidari 878 555 63,21
Jumlah 1548 1096 70,80

4
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 2011

Melihat pada tabel 1.2 diatas, ternyata kejadian diare di Kelurahan Gunung
Puyuh merupakan Kelurahan dengan total kejadian diare pada balita yang paling
banyak dibandingkan dengan Kelurahan Sriwidari dengan jumlah 555 kasus dari
total kejadian diare yang ada pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cipelang Kota
Sukabumi.
Balita dengan rentang usia 0-5 tahun merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat bagi anak. Tentunya apabila usia ini anak menderita
suatu penyakit termasuk diare akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan anak. Banyak faktor yang ikut berperan dalam timbulnya diare,
yaitu faktor infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis (Ngastiyah,
2005 : 224). Adapun faktor risiko yang ikut berperan dalam hidupnya dalam
timbulnya diare pada umumnya adalah karena kurangnya pengetahuan orang tua
tentang hygiene perseorang maupun lingkungan, pola pemberian makan, dan faktor
sosial ekonomi maupun sosial budaya. Sering kali orang tua menghentikan
makanan pada anak diare, karena takut diare atau muntahnya akan bertambah
hebat. (Nursalam, 2008 : 171).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka saya
merumuskan masalah untuk dikaji. Masalah pokok dalam pembahasan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu diare?
2. Apa yang menjadi penyebab diare pada anak?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan diare?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari tugas makalah ini, yaitu:

5
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dan mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada
mata kuliah Keperawatan Anak mengenai “Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Diare”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami apa itu diare.
b. Mengetahui dan memahami penyebab diare pada anak.
c. Mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan pada anak
dengan diare.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu penulis dan pembaca dapat
menambah wawasan mengenai “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare”
dalam keperawatan anak.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali
sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa
darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut,
disentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya
tiga kali atau lebih dalam sehari.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Kesimpulannya diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari.
Bayi yang hanya menerima Air Susu Ibu (ASI eksklusif) sering mempunyai
tinja yang agak cair, atau seperti pasta hal ini juga tidak disebut diare. Ibu biasanya
mengetahui kapan anak mereka terkena diare dan dapat menjadi sumber diagnosis
kerja yang penting. Diare menyerang anak pada tahun-tahun pertama
kehidupannya. Insidensi diare tertinggi pada anak di bawah umur 2 tahun, dan akan
menurun seiring bertambahnya usia.
B. Tanda dan Gejala pada Anak dengan Diare
Berdasarkan Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
(2008 : 3), tanda dan gejala diare berdasarkan klasifikasi diare sebagai berikut:

7
Tabel : 2.3
Tanda dan Gejala Diare berdasarkan Klasifikasi Diare
Tanda /gejala yang tampak Klasifikasi
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Letargis atau tidak sadar
2. Mata cekung Diare dengan dehidrasi berat

3. Tidak bisa minum atau malas minum


4. Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Gelisah, rewel, atau mudah marah Diare dengan dehidrasi

2. Mata cekung ringan/sedang

3. Haus, minum dengan lahap


4. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak ada tanda-tanda untuk diklasifikasikan
Diare tanpa dehidrasi
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang
Diare selama 14 hari atau lebih disertai dengan
Diare presisten berat
dehidrasi
Diare selama 14 hari atau lebih tanpa disertai
Diare presisten
tanda dehidrasi
Terdapat darah dalam tinja (berak bercampur
Disentri
darah)
Sumber :Buku BaganManajemen Terpadu Balita Sakit (2008)

C. Patofisiologi Diare

8
9
Menurut Ngastiyah (2005 : 224-225), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare adalah:
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.

D. Etiologi
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Faktor infeksi Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare
pada anak.
2) Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat
dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis
dalam suatu susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare
berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan
malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak 10 yang disebut
trigliserida. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak
menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi

10
kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan
baik.
3). Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan
yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak
balita.
4). Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak
yang lebih besar.
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
 Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-
bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan
saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
 Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur
terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
 malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
 Kurang kalori protein.
 Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi

11
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
b). Infeksi parenteral
Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits,
bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.

E. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi,
dehidrasi ringan-sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi terjadi bila cairan yang
keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. Diare tanpa tanda dehidrasi terjadi
jika kehilangan 10% BB (Anonim, 2009). Sedangkan berdasarkan penyebabnya,
diare dapat dibedakan menjadi 4 jenis yakni sebagai berikut:
1) Diare akibat virus
Virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit,
akan menyebabkan infeksi dan kerusakan vili usus halus. Enterosit yang rusak
diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, vili mengalami atropi
dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya
sehingga timbul diare. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari
sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari (Irwanto
dkk., 2002).
2) Diare bakterial (invasif)
Diare ini agak sering terjadi tetapi mulai berkurang berhubung semakin
meningkatnya derajat hygiene masyarakat. Bakteri-bakteri yang terdapat pada

12
makanan yang tidak hygienis menjadi invasif dan menembus sel mukosa usus
halus, kemudian bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan membentuk
toksin-toksin yang dapat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan gejala
hebat seperti demam tinggi, 8 nyeri kepala, kejang-kejang, disamping mencret
berdarah dan berlendir (Tjay dan Rahardja, 2002).
3) Diare parasiter
Diare yang disebabkan oleh parasit yang terutama terjadi di daerah
subtropis biasanya bercirikan mencret yang intermiten dan bertahan lebih lama
dari 1 minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anoreksia,
nausea, muntah-muntah dan rasa letih umum (malaise) (Tjay dan Rahardja,
2002).
4) Diare akibat enterotoksin
Diare jenis ini jarang terjadi, tetapi lebih dari 50% wisatawan di negara-
negara berkembang dihinggapi diare ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman
yang membentuk enterotoksin seperti E. coli dan Vibrio cholerae. Toksin
melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini bersifat self
limiting disease, artinya akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan
dalam waktu kurang lebih 5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan
mukosa baru (Tjay dan Rahardja, 2002).

F. Manifestasi klinik
Menurut Ngastiyah (2005 : 225), manifestasi klinik penyakit diare antara
lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, feses cair
dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah. Kelamaan feses ini
akan berwarna hijau dan asam, anus lecet, dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat
akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok,
berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, dan
selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

13
G. Komplikasi
Menurut Suharyono (1999), dalam Nursalam (2008 : 171), akibat dari
diare akut maupun kronis dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Dehidrasi
Pada diare akut dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi
akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-ulang.Dehidrasi terjadi karena
kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan air.
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan dan
gejala klinis.Berdasarkan kehilangan berat badan, apabila berat air kurang
dari 5 % berat badan, maka dehidrasinya bersifat ringan dan satu-satunya
gejala dehidrasi yang jelas yaitu haus. Bila defisit melibihi 5 % berat badan,
penderita mungkin akan sangat haus. Hilangnya cairan dalam rongga ekstra
sel mengakibatkan turgor kulit berkurang, ubun-ubun dan mata cekung,
serta mukosa kering.Defisit cairan 5-10 % berat badan mengakibatkan
dehidrasi sedang, sedangkan defisit cairan 10 % atau lebih disebut dehidrasi
berat.
Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan,
diklasifikasikan menjadi tiga, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1.
Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan
Derajat Dehidrasi Kehilangan Berat Badan
Dehidrasi ringan < 5% (<50 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10 % (50-10 ml/kg)
Dehidrasi berat >10 % (<100 ml/kg)
Sumber: Nursalam (2008), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.2.
Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis
Penilaian A B C

14
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti Haus, ingin Malas minum atau
biasa minum banyak tidak bias minum
Periksa: Turgor Kembali sangat
Kembali cepat Kembali lambat
kulit lambat
Hasil
pemeriksaan Dehidrasi
Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang

Bila ada 1 tanda


Ditambah 1 atau
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Sumber: Nursalam (2008), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak

b. Hipoglikemi
Hypoglikemia terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang menderita
diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
kekurangan kalori protein (KKP), karena:
1) Penyimpanan persediaan glikogen dalam hati terganggu
2) Adanya absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pusat, syok, kejang
sampai koma.
c. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga
terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:

15
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering
memberikan air teh saja.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam
waktu yang terlalu lama.
3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik
d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare yang dengan atau tanpa disertai muntah, maka
dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok
hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia,
asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan didalam
otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita
dapat meninggal.

H. Penatalaksanaan

Menurut DITJEN, PPM dan PLP (1999) dalam penelitian Kartika


(2009) Perilaku Ibu Dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral Pada Balita Diare,
yang dikutip pada tanggal 11 April 2012, tujuan dalam mengelola dehidrasi
yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) dan kemudian mengganti cairan yang
hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Kehilangan cairan dapat
diganti baik secara oral maupun intravena.
a. Cairan rehidrasi oral
Prinsip yang mendasari URO (upaya rehidrasi oral) telah diterapkan
untuk pengembangan campuran glukosa dan elektrolit yang seimbang
untuk digunakan dalam pengobatan dan pencegahan dehidrasi, kekurangan
kalium, dan kekurangan basa yang terjadi karena diare.Untuk memenuhi
dua tujuan terakhir, kalium dan garam sitrat (bikarbonat) dimasukkan
sebagai tambahan terhadap natrium klorida.Campuran garam dan glukosa

16
ini dinamakan oral rehydration salt (ORS) atau disebut cairan rehidrasi
oral (oralit).Bila oralit dicampurkan dalam air, campuran ini disebut
larutan oralit. Oralit memiliki kandungan 3,5 gram/L NaCL, 2,5 gram/L
Na bikarbonat, 1,5 gramKCL dan 20 gram glukosa. Cairan rehidrasi oral
(ORS) tersebut dinamakan cairan rehidrasi oral formula lengkap,
disamping itu terdapat formula tidak lengkap atau formula sederhana atau
sering disebut cairan rumah tangga yang hanya mengandung 2 komponen
yaitu NaCL dan glukosa atau penggantinya misalnya sukrosa dan
merupakan larutan gula garam (LGG).
b. Cairan rumah tangga (CRT)
Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati
dehidrasi, cairan lain seperti larutan sup, larutan garam air kelapa, air tajin,
minuman yoghurt, mungkin lebih praktis dan hampir efektif sebagai upaya
rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus
segera diberikan kepada anak pada saat mulai diare, dengan tujuan
memberi lebih banyak cairan dari biasannya.Pemberian makanan juga
harus diteruskan. Berikut ini beberapa cairan rumah tangga yang dapat
menggantikan oralit :
1) Campurkan 1 gelas (200 ml) air putih, 1 sendok teh besar gula (gula
pasir atau gula merah), dan 1 ujung pisau garam dapur.
2) Campurkan 1 gelas (200 ml) air tajin, 1 sendok teh besar gula (gula
pasir atau gula merah), dan satu ujung pisau garam dapur.
3) Campurkan 1 gelas (200 ml) air kelapa dan 1 sendok teh besar gula.
Cairan yang berasal dari makanan paling efektif untuk terapi di rumah
jika mengandung beberapa garam, dan kandungan natrium harus
sekitar 50 mmol/l. Konsentrasi ini didapat melalui pengenceran 3
gram garam dapur ke dalam 1 liter air. Bila yang diberikan hanya
cairan bebas garam, bila memungkinkan diberikan pula makanan yang
mengandung garam. Namun begitu kombinasi ini kurang efektif
dalam pencegahan diare berat. Bayi yang diare harus selalu diteruskan
pemberian ASInya. Pemberian ASI pada saat diare merupakan

17
sumber penting air dan nutrisi, sedangkan garam dapat menurunkan
volume tinja dan lamanya sakit.
c. Cara pembuatan dan pemberian oralit
Gunakan gelas, cangkir, atau botol yang bersih. Gunakanlah air
minum baik air putih atau air teh atau susu yang telah dimasak. Kemudian
masukkan 1 bungkus oralit, (kecil, kemasan untuk 200 cc) ke dalam 1
gelas (200cc) yang telah berisi air minum tadi dan aduk hingga larut
betul.Pada prinsipnya berikan sebanyak anak mau minum.Mula–mula
berikan sedikit demi sedikit agar anak jangan muntah.Bila anak muntah,
tunggu dengan pemberian oralit selama 5-10 menit untuk kemudian
diberikan lagi sedikit demi sedikit. Dalam 2 jam pertama berikan oralit
sebanyak mungkin misalnya 2 gelas. Sebaiknya penderita secepatnya
dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk dinilai derajat
rehidrasinya oleh petugas kesehatan.Bila tanda-tanda dehidrasi sudah
berkurang pemberian cairan dapat dikurangi, misalnya 1 gelas tiap 2 atau 3
jam, sampai diare berhenti.Sebagai pedoman berikan 50 cc per kg berat
badansehari pada dehidrasi ringan dan 100 cc per kg berat badan sehari
pada dehidrasi sedang atau dapat pula setiap kali anakdibawah umur 6
tahun dan 2 gelas oralit untuk anak besar.

I. Pencegahan Diare
 Mencuci tangan, anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya,
sedangkan pada bayi sering dilap tangannya. Ibupun juga harus sering
mencuci tangan, terutam saat memberi makan pada anak dan setelah
memegang sesuatu yang kotor seperti setelah membersihkan kotoran
bayi atau anak.
 Tutup makanan dengan tudung saji.
 Masak air minum dan makan hingga matang.
 Jaga kebersihan makan dan minuman, berikan ASI ekslusif minimal 6
bulan karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk bayi yang

18
terpaksa menggunakan susu formula, maka dot nya harus dicuci bersih
dan disterilkan.
 Ajari anak agar terbiasa buang air besar di toilet.
 Membuang air limbah di saluran pembuangan limbah yang telah
disediakan yang telah disediakan.
 Jika terdapat makanan sisa kemarin yang bisa diberikan kepada bayi,
maka sebaiknya dihangatkan terlebih dahulu atau lebih baik diganti
dengan makanan yang baru.
J. Rencana pengobatan
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi
menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B, dan C sesuai dengan klasifikasi pada
pedoman MTBS (2008 : 16):
Pemberian cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makan :
a. Rencana Terapi A: Penanganan Diare di Rumah
Jelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
1) Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
 Jelaskan kepada ibu:
- Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air
matang sebagai tambahan
- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih
cairan berikut ini; oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin)
atau air matang

Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:


- Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam
kunjungan ini
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah
parah
 Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit, beri ibu 6 bungkus
oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

19
 Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit/cairan lain yang harus
diberikan setiap kali anak buang air besar:
- Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali buang
air besar
- Umur 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali buang
air besar
Katakan kepada ibu:
- Agar meminumkan sadikit-sedikit tapi sering dari
mangkuk/cangkir/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi
dengan lebih lambat
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2) Beri tablet zinc selama 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan
4) Kapan harus kembali
b. Rencana terapi B: penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam

UMUR Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


BERAT < 6 kg 6- < 10 kg 10- <12 kg 12-19 kg
JUMLAH 200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml

 Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama


Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam kg)x 75 ml
Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui.
- Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari
pedoman diatas
- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini
 Tunjukan cara memberikan larutan oralit
- Minumkansedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.

20
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih
lambat
- Lanjutkan ASI selama anak mau
 Berikan tablet zinc selama 10 hari
 Setelah 3 jam:
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
- Mulailah memberi makan anak
 Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
- Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
- Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah
untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
- Beri oralityang cukup untuk rehidrasi denganmenambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam Rencana Terapi A
- Jelaskan 4 aturan perawatan diare di rumah:
1. Beri cairan tambahan
2. Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
3. Lanjutkan pemberian makan
4. Kapan harus kembali
c. Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat
1) Dapatkah saudara segera memberi cairan intravena ?
Jika iya :
- Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
oralit melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100
ml/kg cairan Ringer Laktat (atau jika tidak tersedia, gunakan
cairan NaCl) yang dibagi sebagai berikut
Pemberian pertama Pemberian
UMUR
30 ml/kg selanjutnya 70 ml/kg
Bayi > 12 bulan 1 jam 5 jam
Anak 12 bulan – 30 menit 2 ½ jam

21
5 tahun
* ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
- Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat
- Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau
minum; biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan
beri juga tablet zinc
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan dehidrasi dan pilih Rencana Terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan.

2) Adakah fasilitas pemberian caiaran intravena terdekat (dalam 30


menit) ?
Jika iya :
- Rujuk segera untuk pengobatan intravena
- Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan cara
meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan
3) Apakah saudara terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk
rehidrasi, apakah anak masih bisa minum ?
Jika iya :
- Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa
nasogastrik atau mulut; beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total
120 ml/kg)
- Periksa kembali anak setiap 1-2 jam :
 Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat
 Jika setelah 3 jam keadaan dehidrasi tidak membaik, rujuk
anak untuk pengobatan intravena

22
- Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.
Kemudian tentukan Rencana Terapi yang sesuai (A,B atau C)
untuk melanjutkan pengobatan.
4) Rujuk segera untuk pengobatan IV/NGT/OGT
CATATAN:
Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan
hidrasi dengan pemberian larutan oralit per oral
Pemberian Tablet Zinc untuk Semua Penderita Diare
 Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat tablet zinc
sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan kecuali bayi muda
 Dosis tablet zinc (1 tablet = 20 mg)
Berikan dosis tunggal selama 10 hari :
- Umur 2-6 bulan : ½ tablet
- Umur > 6 bulan : 1 tablet
 Cara pemberian tablet zinc :
- Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak
- Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian
tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan
potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali himgga satu
dosis penuh
- Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap hari selama
10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti
- Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan
infus, tetap berikan tablet zinc segera setelah anak bisa minum
atau makan.

K. Asuhan keperawatan pada anak dengan diare


a. PENGKAJIAN
1. Identitas

23
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi
diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari
dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola
makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji
untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam
pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang).
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan Utama
Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi
klnis berupa BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari
biasanya.

 Riwayat Keperawatan Sekarang


Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa
yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena
infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak
lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan
terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya
tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang
terjadi karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut
3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14
hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan
muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan
lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun,
suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran.
 Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola

24
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
 Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada
kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan
yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang
dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin
di dalam rahim.
 Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang
dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .
 Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi
atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan
untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada
usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap
perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan
yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan
pertimbangan yang penting karena setiap individu mempunyai
ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan
pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995)
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau
tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan.
 Lingkungan rumah dan komunita
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene
yang kurang mudah terkena kuma penyebab diare.

 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan


BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan
cara bermain anak yangkurang higienis dapat mempermudah
masuknya kuman lewat Fecal-oral.

 Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu
keputusan untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung

25
pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh
anggota keluarga (orang tua).

3. Pola Fungsi kesehatan


a. Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene
berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan
samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan
dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <
1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu
formula dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat
diberikan makananpadat atau makanan cair.
b. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir,
darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab
dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output
terhadap kehilangan cairan lewat urine.
c. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat
terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi
rewel.
d. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4. Pengkajian Fisik
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda
yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut
kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat ditemukan peningkatan
frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya luka lecet
sekitar anus

26
 Sistem Neurologi

 Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang


 Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali
bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang,
ringan atau tidak tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis,
apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.
 Palpasi, adakah parese, anestesia,
 Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.

 Sistem Penginderaan

 Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,


 Inspeksi :Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput
sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala
kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus.
Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis.
Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil
(-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis
metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan
cuping hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada
kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan
terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)

 Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk
anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun.
Mata, tekanan bola mata dapat menurun,

27
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis
 Sistem Integumen

 Subyektif, kulit kering


 Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
 Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali
dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2
detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).

 Sistem Kardiovaskuler

 Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa
dingin
 Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis
(-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
 Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart
rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer
menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan
kekuatan nadi.
 Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada
kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak
lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang
interkostalis ke 4,5 dan 8.
 Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi,
auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya.
Kaji tekanan darah.

 Sistem Pernafasan

 Subyektif, sesak atau tidak


 Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal.
Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah
penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.
 Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti
vremitus (-).

28
 Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler,
intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi
adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi
lainnya.

 Sistem Pencernaan

 Subyektif, Kelaparan, haus


 Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3
kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
 Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),
peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1
detik.
 Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien
tidak membesar suara tymphani.
 Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-).
Hepar dan lien tidak teraba.

 Sistem Perkemihan

 Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya


 Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki,
apak labio mayor
menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK
frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau
mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
 Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Faeces lengkap
Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan kadar gula,
Biakan dan uji resistensi
2) Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal
4) Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)

29
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan
terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
b. Pemeriksaan intubasi duodenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif.

c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta
seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4. Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

3. Rencana Keperawatan

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual)

Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi

Intervensi Rasional

Sebagai upaya rehidrasi untuk


Berikan cairan oral dan parenteral sesuai mengganti cairan yang keluar
dengan program rehidrasiPantau intake dan bersama feses.Memberikan
output. informasi status keseimbangan
cairan untuk menetapkan

30
kebutuhan cairan pengganti.

Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan Menilai status hidrasi, elektrolit dan
hasil pemeriksaan laboratorium keseimbangan asam basa

Pemberian obat-obatan secara


kausal penting setelah penyebab
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan

Intervensi Rasional

Pertahankan tirah baring dan pembatasan


aktivitas selama fase akut. Menurunkan kebutuhan metabolik

Pembatasan diet per oral mungkin


ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga
Pertahankan status puasa selama fase akut terjadi kekurangan nutrisi.
(sesuai program terapi) dan segera mulai Pemberian makanan sesegera
pemberian makanan per oral setelah kondisi mungkin penting setelah keadaan
klien mengizinkan klinis klien memungkinkan.

Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai


dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai mengatasi/mencegah kekurangan
indikasi nutrisi lebih lanjut

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

31
Intervensi Rasional

Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya Menurunkan tegangan permukaan
dengan lutut fleksi. abdomen dan mengurangi nyeri

Meningkatkan relaksasi,
Lakukan aktivitas pengalihan untuk mengalihkan fokus perhatian
memberikan rasa nyaman seperti masase kliendan meningkatkan
punggung dan kompres hangat abdomen kemampuan koping

Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan


dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan Melindungi kulit dari keasaman
kulit feses, mencegah iritasi

Analgetik sebagai agen anti nyeri


dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus GI
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau dapat diberikan sesuai indikasi
antikolinergik sesuai indikasi klinis

Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Mengevaluasi perkembangan nyeri


Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, untuk menetapkan intervensi
petunjuk verbal dan non verbal selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.

Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Intervensi Rasional

Dorong keluarga klien untuk membicarakan Membantu mengidentifikasi


kecemasan dan berikan umpan balik tentang penyebab kecemasan dan alternatif
mekanisme koping yang tepat. pemecahan masalah

Membantu menurunkan stres


Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah dengan mengetahui bahwa klien
yang umum terjadi pada orang tua klien yang bukan satu-satunya orang yang

32
anaknya mengalami masalah yang sama mengalami masalah yang demikian

Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan Mengurangi rangsang eksternal


sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu yang dapat memicu peningkatan
klien. kecemasan

Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta
mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi Rasional

Efektivitas pembelajaran
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang mental serta latar belakang
penyakit dan perawatan anaknya. pengetahuan sebelumnya.

Pemahaman tentang masalah ini


Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penting untuk meningkatkan
penyebab dan akibatnya terhadap gangguan partisipasi keluarga klien dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas keluarga dalam proses perawatan
sehari-hari. klien

Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, Meningkatkan pemahaman dan


frekuensi dan cara pemberian serta efek partisipasi keluarga klien dalam
samping yang mungkin timbul pengobatan.

Meningkatkan kemandirian dan


Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal kontrol keluarga klien terhadap
setelah defekasi kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru

Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda


kenyamanan

33
Intervensi Rasional

Anjurkan pada keluarga untuk selalu


mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam Mencegah stres yang berhubungan
perawatn yang dilakukan dengan perpisahan

Berikan sentuhan dan berbicara pada anak Memberikan rasa nyaman dan
sesering mungkin mengurangi stress

Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain Meningkatkan pertumbuhan dan


sesuai dengan ingkat perkembangan klien perkembangan secara optimun

4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya
5.. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi
belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diare merupakan suatu gejala dari bermacam-macam penyakit. Penyebab
pasti dari diare ini tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi haruslah dengan
melakukan berbagai macam pemeriksaan dan riwayat penyakit sekarang, serta apa
saja yang dilakukan oleh penderita diare terakhir sekali. Barulah diketahui klien itu
menderita penyakit apa.
Dengan munculnya diare pada anak, terutama yang masih bayi tidak dapat
dianggap remeh walaupun hanya diare beberapa kali dalam sehari (diare ringan).

34
Karena 80% lebih tubuh bayi terdiri dari air. Yang bila terjadi diare berarti cairan
dan elektrolit dalam tubuh bayi keluar, sehingga bayi rentan untuk kekurangan
cairan dan elektrolit. Apalagi bila diare berat maka dehidrasi tidak dapat dihindari
lagi dan dapat terjadi hipovolemik shock.

B. Saran
Saran saya sebagai saya adalah peran perawat perlu dan penting sekali untuk
memberi penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang
mempunyai anak dan bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah
timbulnya diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena
bila bayi stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat
penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak atau dengan
memberikan oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama, kemudian
segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI, Buku Saku Lintas Diare, Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta : 2010.
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2011. Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare Tahun 2011.
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Nursalam, dkk (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba.
http://www.who.int/mediacentre.com, WHO (2009). Diarrhoea, dikutip tanggal 1 April
2012
http://www.depkes.id, dikutip tanggal 27 Maret 2012

35
http://www.kaskus.us, dikutip tanggal 27 Maret 2012
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.

36

Anda mungkin juga menyukai