Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS BESAR

HEPATITIS A

Pembimbing :

dr. Barry Anggara Putra, Sp. PD

Disusun Oleh:

Noor Ain binti Latif (11 2016 181)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD TARAKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

PERIODE 2 APRIL 2018 – 10 JUNI 2018


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :…………….

SMF PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT: RSUD TARAKAN

Nama : Noor Ain binti Latif Tanda tangan

Nim : 11.2016.181

Dr. Pembimbing/penguji : dr. Barry Anggara Putra, Sp. PD

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Nn. GN Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal lahir :30/11/1993, 25 Suku bangsa : chinese


tahun

Status pernikahan : belum menikah Agama : Buddha

Pekerjaan : mahasiswa Pendidikan : S1

Alamat : jakarta
A. ANAMNESIS

Diambil dari : Auto/alloanamnesis

Keluhan utama: keluhan demam sejak 5 hari SMRS.

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
yang dialaminya naik turun terutama dirasakan pada sore hari sekitar 37,5 - 38 oC. Pasien
juga mengatakan mual dan muntah. Muntah sudah lebih dari 5 kali. Pasien juga mengatakan
nyeri ulu hati namun tidak menjalar. Pasien juga mengeluh badan terasa lesu dan nafsu
makan menurun. Pasien juga mengaku ada mencret sebanyak 4 kali serta buang air kecilnya
berwarna teh (cokelat tua). pasien juga mengatkan mata mulai menguning 1 hari SMRS.
Sebelum ke rumah sakit pasien ada minum panadol, demamnya akan turun kemudian akan
naik lagi, nyeri kepalanya juga tidak berkurang. Nyeri tenggorokan disangkal pasien. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat sering makan di warung pinggir jalan.

Penyakit dahulu (Tahun, diisi bila ya (+), bila tidak (-))

( - ) cacar ( - ) Malaria ( - ) Batu ginjal/saluran kemih ( - )


Cacar air ( - ) disentri ( - ) burut/hernia ( - )
Difteri ( - ) Hepatitis ( - ) Penyakit prostat

( - ) Batu rejan ( - ) Tifus Abdominalis ( - ) Wasir

(+) Campak ( - ) Skrofula ( - ) Diabetes

( - ) Diabetes ( - ) influensa ( - ) Sifilis

( - ) Tonsilitis ( - ) Gonore ( - ) Tumor

( - ) Korea ( - ) Hipertensi ( - ) Penyakit Pembuluh

( - ) Pneumonia ( - )Ulkus Ventrikuli ( - ) Perdarahan otak

( - ) Ulkus Duodeni ( - )Psikosis ( - ) Demam Rematik Akut

( - ) Pleuritis ( - )Gastritis ( - ) Neurosis

( - )Tuberkulosis ( - ) Batu empedu Lain-lain ( - ) operasi


riwayat( - ) Kecelakaan

Riwayat Keluarga

Hubungan Umur Jenis Kelamin Keadaan Penyebab


(tahun) Kesehatan Meninggal

Kakek Tidak pasti Laki-laki meninggal Tidak tahu

Nenek Tidak pasti perempuan meninggal Tidak tahu

Ayah 58 tahun Laki-laki DM, HT Tidak tahu

Ibu 53 tahun perempuan DM Tidak tahu

Anak-anak - - - -

Adakah Kerabat Yang Menderita:

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi +

Asma +

Tuberkulosis +

Arthritis +

Rematisme +

Hipertensi + Ayah

Jantung +

Ginjal +

Lambung +

DM + Ayah, ibu

ANAMNESIS SISTEM

Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan.


Kulit

( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam

( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis

( - ) Lain-lain

Kepala

( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala

( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus

Mata

( - ) Nyeri ( - ) Radang

( - ) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan

( + ) Kuning / Ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan

Telinga

( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran

( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran

( - ) Tinitus

Hidung

( - ) Trauma ( - ) Gejala penyumbatan

( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman


( - ) Sekret ( - ) Pilek

( - ) Epistaksis

Mulut

( - ) Bibir kering ( - ) Lidah kotor

( - ) Gusi sariawan ( - ) Gangguan pengecap

( - ) Selaput ( - ) Stomatitis

Tenggorokan

( - ) Nyeri tenggorokan ( - ) Perubahan suara

Leher

( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher

Dada (Jantung/Paru)

( - ) Nyeri dada ( - ) Sesak nafas

( - ) Berdebar ( - ) Batuk darah

( - ) Ortopnoe ( - ) Batuk

Abdomen (Lambung/Usus)

( - ) Rasa kembung ( - ) Wasir

( +) Mual ( - ) Mencret

( + ) Muntah ( - ) Tinja darah


( - ) Muntah darah ( - ) Tinja berwarna dempul

( - ) Sukar menelan ( - ) Tinja berwarna hitam

( - ) Nyeri perut ( - ) Benjolan

( - ) Perut membesar

Saluran Kemih / Alat kelamin

( -) Disuria ( - ) Kencing nanah

( - ) Stranguria ( - ) Kolik

( - ) Poliuria ( - ) Oliguria

( - ) Polakisuria ( - ) Anuria

( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin

( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes

( - ) Ngompol ( - ) Penyakit Prostat

Katamenia

( -) Leukore (-) Pendarahan

( -) lain – lain

Haid : Tidak ditanyakan

(- ) Haid terakhir ( -) Jumlah dan lamanya ( -) Menarche

( -) Teratur/tidak ( -) Nyeri ( -) Gejala Kilmakterium

(-) Gangguan haid ( -) Pasca menopause


Saraf dan Otot

( - ) Anestesi ( - ) Sukar mengingat

( - ) Parestesi ( - ) Ataksia

( - ) Otot lemah ( - ) Hipo / hiperesthesi

( - ) Kejang ( - ) Pingsan

( - ) Afasia ( - ) Kedutan (“Tick”)

( - ) Amnesia ( - ) Pusing (vertigo)

( - ) Lain-lain ( - ) Gangguan bicara (Disartri)

Ekstremitas

( - ) Bengkak ( - ) Deformitas ( - ) Nyeri sendi ( - ) Sianosis

Berat Badan

Berat badan rata-rata (Kg) tidak tahu

Berat tertinggi kapan (Kg) tidak tahu

Berat badan sekarang (Kg) 58 kg

(bila pasien tidak tahu dengan pasti)

Tetap (-)

Turun (+)

Naik (-)

RIWAYAT HIDUP

Riwayat Kelahiran

Tempat lahir : ( ) Di rumah ( ) Rumah Bersalin ( ) RS Bersalin


( + ) Puskesmas

Ditolong oleh : ( ) Dokter ( + ) Bidan ( ) Dukun

Riwayat Imunisasi

( +) Hepatitis ( + ) BCG ( + ) Campak ( +) DPT

( +) Polio ( +) Tetanus

Riwayat Makanan

Frekuensi / Hari : 3 kali

Jumlah / Hari : 1 piring

Variasi / Hari : Cukup (Nasi, ayam, ikan dan sayur-sayuran)

Nafsu makan : tidak terganggu

Pendidikan

( ) SD ( ) SLTP ( ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan

( ) Akademi ( + ) Universitas ( ) Kursus ( ) Tidak sekolah

Kesulitan

Keuangan : tidak ada

Pekerjaan : tidak ada

Keluarga : tidak ada

Lain-lain : tidak ada


B. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan Umum

Tinggi Badan : 158 cm

Berat Badan : 58 kg

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 90 x/min

Suhu : 38,8°C

Pernafasaan : 20x/min

Keadaan gizi : kelebihan berat badan

IMT : 23.23 kg/m2

Kesadaran : Compos mentis

Sianosis : tidak ditemukan

Udema umum : tidak ditemukan

Habitus : Athletikus

Cara berjalan : Normal

Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif

Umur menurut taksiran pemeriksa : Sesuai

Kelenjar Getah Bening

Submandibula : Tidak teraba adanya pembesaran

Leher : Tidak teraba adanya pembesaran

Supraklavikula : Tidak teraba adanya pembesaran


Ketiak : Tidak teraba adanya pembesaran

Lipat paha : Tidak teraba adanya pembesaran

Kepala

Ekspresi wajah : Tenang

Simetri muka : Simetris

Rambut : Hitam, merata

Mata

Exophthalamus : Tidak ada

Enopthalamus : Tidak ada

Kelopak : Edema (-)

Lensa : Jernih

Konjungtiva : pucat (-)

Visus : Normal

Sklera Ikterik (+)

Telinga

Tuli : Tidak tuli

Selaput pendengaran : Intak (+), warna seperti mutiara.

Lubang : Lapang

Penyumbatan : Tidak ada

Serumen : Tidak ada


Pendarahan : Tidak ada

Cairan : Tidak ada

Mulut

Bibir : Normal.

Tonsil : T1-T1, tampak tenang

Bau pernapasan : Normal

Gigi geligi : Lengkap, caries dentis (-)

Trismus : Tidak ada

Faring : Tidak hiperemis

Selaput lendir : Normal

Lidah : Normal

Leher

Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5-2 cmH2O

Kelenjar Tiroid : Tidak membesar.

Kelenjar Limfe : Tidak membesar.

Trakea : Tidak ada deviasi.

Dada

Bentuk : Simetris, retraksi sela iga (-), lesi (-), benjolan (-).

Pembuluh darah : Spider Nevi (-)


Pulmo

Depan Belakang
Inspeksi Kiri simetris pada saat statis dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Sela iga normal, benjolan (-) Sela iga normal, benjolan (-)
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Sela iga normal, benjolan (-) Sela iga normal, benjolan (-)
Palpasi Kiri Sela iga normal, benjolan (-), Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris nyeri tekan (-), fremitus taktil
simetris
Kanan Sela iga normal, benjolan (-), Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris nyeri tekan (-), fremitus taktil
simetris
Perkusi Kiri sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru
Kanan sonor pada seluruh lapang paru Sonor sepanjang linea scapularis

Batas paru-hati linea midclav dextra,


sela iga VI, peranjakan 2 cm
Auskultas Kiri suara napas vesikuler (+) , Rhonki (-), suara napas vesikuler (+) , Rhonki
i Wheezing (-) (-), Wheezing (-)

Kanan Suara napas vesikular (+), Rhonki (-), Suara napas vesikular, Rhonki (-),
Wheezing (-) Wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada lesi kulit, tidak ada bekas operasi

Palpasi : Ictus cordis teraba 1 cm lateral di sela iga 4 garis mid-clavicularis kiri

Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea sternalis kanan

Batas atas : ICS II linea sternalis kiri

Batas pinggang : ICS III linea parasternalis kiri

Batas kiri : ICS V 2 cm medial linea axilaris anterior kiri

Auskultasi : BJ I-II murni, reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Perut

Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak terlihat lesi kulit dan bekas luka
operasi, tidak tampak adanya pelebaran vena.

Palpasi

Dinding perut : supel, nyeri tekan epigastrium (+), benjolan (-), defense muscular (-)

Hati : Tidak teraba pembesaran hati

Limpa : tidak teraba pembesaran limpa

Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi : Bising usus (+), tidak ada bruit

Pembuluh Darah

Arteri Temporalis : Pulsasi (+)

Arteri Karotis : Pulsasi (+)

Arteri Brakhialis : Pulsasi (+)

Arteri Radialis : Pulsasi (+)

Arteri Femoralis : Pulsasi (+)


Arteri Poplitea : Pulsasi (+)

Arteri Tibialis Posterior : Pulsasi (+)

Arteri Dorsalis Pedis : Pulsasi (+)

Anggota Gerak

Lengan Kanan Kiri

Tonus: Normotonus

Massa: Normal

Sendi: Tidak ada kelainan

Kekuatan: +5 +5 Sensori: + +

+5 +5 + +

Edema: - - Sianosis: - -

- - - -

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri

Tonus: Normotonus

Massa: Normal

Sendi: Tidak ada kelainan

Kekuatan: +5 +5 Sensori: + +

+5 +5 + +

Edema: - - Sianosis: - -

- - - -

Reflex
Kanan Kiri

Refleks Tendon + +

Bisep + +

Trisep + +

Patela + +

Achiles + +

Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Patologis - -

D. LABORATORIUM & PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 09/04/2018

Hemoglobin : 14,4 g/dL (11.0-16.5)

Hematokrit : 44.4 % (35.0-45.0)

Eritrosit : 4.92 Juta (4-5)

Leukosit : 5.059 sel/uL (4.00-10.00)

Trombosit : 158.600 sel/uL (150.000-450.000)

Elektrolit

Natrium : 141 mEq/L (135-150)

Kalium : 4.1 mEq/L (3.6-5.5)

Klorida : 102 mEq/L (94-111)

Fungsi ginjal

Ureum : 10.0 mg/dL (15-50)

Kreatinin : 0.53 mg/dL (0.6-1.3)


Gula darah

Gula Darah Sewaktu : 78 mg/dL (<140)

Fungsi liver

AST (SGOT) : 1893 U/L (<32)

ALT (SGPT) : 1669 U/L (<33)

Bilirubin total : 5,66 mg/dl (< 1,1)

Bilirubin direk : 5,16 mg/dl (<0,6)

Bilirubin indirek : 0,50 mg/dl (0,1-0,7)

Anti HAV IgM : Reaktif

HbsAg kualitatif : Non reaktif

Anti HCV : Non reaktif

Anti HIV : Non reaktif

V. DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
yang dialaminya naik turun terutama dirasakan pada sore hari sekitar 37,5 - 38 oC. Pasien
juga mengatakan mual dan muntah. Muntah sudah lebih dari 5 kali. Pasien juga mengatakan
nyeri ulu hati namun tidak menjalar. Pasien juga mengeluh badan terasa lesu dan nafsu
makan menurun. Pasien juga mengaku ada mencret sebanyak 4 kali serta buang air kecilnya
berwarna teh (cokelat tua). pasien juga mengatakan mata mulai menguning 1 hari SMRS.
Sebelum ke rumah sakit pasien ada minum panadol, demamnya akan turun kemudian akan
naik lagi, nyeri kepalanya juga tidak berkurang. Nyeri tenggorokan disangkal pasien. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat sering makan di warung pinggir jalan.

Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/min
Kadar respirasi : 20 x/min
Suhu : 38,8 ° C
Mata : kunjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+)
Thoraks :
Pulmo :

Depan Belakang
Inspeksi Kiri simetris pada saat statis dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Sela iga normal, benjolan (-) Sela iga normal, benjolan (-)
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Sela iga normal, benjolan (-) Sela iga normal, benjolan (-)
Palpasi Kiri Sela iga normal, benjolan (-), Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris nyeri tekan (-), fremitus taktil
simetris
Kanan Sela iga normal, benjolan (-), Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris nyeri tekan (-), fremitus taktil
simetris
Perkusi Kiri sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru
Kanan sonor pada seluruh lapang paru Sonor sepanjang linea scapularis

Batas paru-hati linea midclav dextra,


sela iga VI, peranjakan 2 cm
Auskultas Kiri suara napas vesikuler (+) , Rhonki (-), suara napas vesikuler (+) , Rhonki
i Wheezing (-) (-), Wheezing (-)

Kanan Suara napas vesikular (+), Rhonki (-), Suara napas vesikular, Rhonki (-),
Wheezing (-) Wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada lesi kulit, tidak ada bekas operasi

Palpasi : Ictus cordis teraba 1 cm lateral di sela iga 4 garis mid-clavicularis kiri

Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea sternalis kanan

Batas atas : ICS II linea sternalis kiri

Batas pinggang : ICS III linea parasternalis kiri

Batas kiri : ICS V 2 cm medial linea axilaris anterior kiri

Auskultasi : BJ I-II murni, reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen :

Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak terlihat lesi kulit dan bekas luka
operasi, tidak tampak adanya pelebaran vena.

Palpasi

Dinding perut : supel, nyeri tekan epigastrium (+), benjolan (-), defense muscular (-)

Hati : Tidak teraba pembesaran hati

Limpa : tidak teraba pembesaran limpa

Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi : Bising usus (+), tidak ada bruit

Pemeriksaan Penunjang

AST (SGOT) : 1893 U/L (<32)

ALT (SGPT) : 1669 U/L (<33)

Bilirubin total : 5,66 mg/dl (< 1,1)

Bilirubin direk : 5,16 mg/dl (<0,6)

Diagnosis Kerja
Hepatitis A
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
1. Dukungan asupan kalori dan cairan secara adekuat.
2. Hindari konsumsi alkohol dan obat-obatan yang dapat terakumulasi di hati.
3. Pada fase akut, sebaiknya pasien istirehat total di tempat tidur (tirah baring) dan
kembali beraktivitas setidaknya setelah 10 hari dari awitan ikterik. Hindari aktivitas
fisis yang berlebihan dan berkepanjangan, tergantung derajat kelelahan dan malaise.

Medikamentosa

Paracetamol 3 x 500 mg
Domperidone 3 x 10 mg
Attapulgit 3 x 1
Curcuma 3x1

PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Pendahuluan
Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis bisa
disebabkan oleh virus, alkohol, narkoba, obat (termasuk obat yang diresepkan), atau
racun. Penyebab lainnya adalah infeksi oportunistik (IO). Tetapi kebanyakan hepatitis
disebabkan oleh infeksi virus. Ada 5 macam virus hepatitis, tipe A, B, C, D, dan E. 5
tipe dari virus ini menjadi perhatian karena penyebab kesakitan dan kematian serta
berpotensi menjadi penyakit penyebaran yang luas.
Hepatitis A dan E kebanyakan disebabkan karena tertelan air atau makanan
yang terkontaminasi. Hepatitis B, C, dan D timbul dari kontak parenteral dengan
cairan tubuh yang terinfeksi. Kebanyakan transmisi untuk virus ini termasuk penerima
produk darah yang terkontaminasi, prosedur medis yang invasif yang menggunakan
peralatan yang terkontaminasi, dan untuk hepatitis B dari proses kelahiran antara ibu
ke anak, dari keluarga ke anak ataupun dari hubungan seksual.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi
dengan virus-virus lainnya , seperti :
 Cytomegalovirus
 Virus Epstein-Barr
 Virus Herpes simplex
 Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai
penyakit liver residu. Umumnya penderita hepatitis akut pada orang dewasa akan
sembuh secara sempurna ( > 90%). Hanya sebagian kecil yang menetap (permanent)
dan menjadi kronik (5 – 10%). Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama, pada
hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian. Waktu terekspos sampai kena
penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu. Penderita akan mengalami gejala gejala seperti
demam, lemah, letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah
yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.
Di negara berkembang, dan di daerah dengan standar higiene yang buruk,
kejadian infeksi virus ini adalah tinggi dan penyakit biasanya kontak pada anak usia
dini. Setelah kenaikan pendapatan dan akses untuk membersihkan air meningkat,
insiden HAV menurun. Hepatitis A menyebabkan infeksi dengan tanda-tanda dan
gejala klinis pada lebih dari 90% anak yang terinfeksi dan karena infeksi
menimbulkan kekebalan seumur hidup, penyakit ini tidak ada makna khusus untuk
mereka yang terinfeksi pada awal kehidupan. Di Eropa, Amerika Serikat dan negara-
negara industri lainnya, di sisi lain, infeksi ditularkan terutama oleh orang dewasa
muda yang rentan, kebanyakan dari mereka terinfeksi dengan virus selama perjalanan
ke negara-negara dengan kejadian penyakit yang tinggi, atau melalui kontak dengan
orang menular.
Infeksi HAV merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri yang tidak
mengakibatkan infeksi kronis atau penyakit hati kronis. Namun, 10% -15% dari
pasien mungkin mengalami gejala kekambuhan selama 6 bulan setelah penyakit akut.
Gagal hati akut dari hepatitis A jarang terjadi (secara keseluruhan tingkat fatalitas
kasus: 0,5%). Risiko untuk infeksi simtomatik secara langsung berkaitan dengan usia,
dengan> 80% orang dewasa mengalami gejala kompatibel dengan hepatitis virus akut
dan mayoritas anak-anak memiliki infeksi yang asimtomatik atau tidak bergejala.
Antibodi dihasilkan sebagai respons terhadap infeksi HAV. Berlangsung selama hidup
dan memberikan perlindungan terhadap reinfeksi. Penyakit ini dapat dicegah dengan
vaksinasi, vaksin hepatitis A dan telah terbukti efektif dalam mengendalikan wabah di
seluruh dunia.

Anatomi
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga
kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin. Hati merupakan kelenjar
tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus
utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior,
lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum Falsiformis.
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi
vena sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang
dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati. Sistem biliaris
dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili
kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris
intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus porta.
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
 Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah. Ada dua macam
aliran darah pada hati, yaitu darah portal dari usus dan darah arterial, yang
keduanya akan bertemu dalam sinusoid. Darah yang masuk sinusoid akan
difilter oleh sel Kupffer.
 Fungsi metabolik. Hati memegang peran penting pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, vitamin.
 Fungsi ekskretorik. Banyak bahan diekskresi hati di dalam empedu, seperti
bilirubin, kolesterol, asam empedu, dan lain-lain.
 Fungsi sintesis. Hati merupakan sumber albumin plasma; banyak globulin
plasma, dan banyak protein yang berperan dalam hemostasis.

Etiologi

Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E

Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral jarang Parenteral Fekal-oral


Transmisi melalui orang seksual, seksual, orang ke perinatal,
lain perinatal orang, perinatal memerlukan
koinfeksi dengan
type B
Keparahan Tidak ikterik Parah Menyebar luas, Peningkatan Sama
dan
dapat berkembang insiden kronis dan dengan D
asimptomatik
sampai kronis gagal hepar akut
Sumber Darah, feces, Darah, saliva, Terutama melalui Melalui darah Darah,
feces, saliva
virus saliva semen, darah
sekresi
vagina

 Alkohol

Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

 Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.

Epidemiologi dan Faktor Resiko

Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di
seluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2
juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode hepatitis dengan klinis anikterik, tidak
nyata atau subklinis. Secara global virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia
yang persisten. Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis
A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu
berkisar dari 39,8 – 68,3 %. Peningkatan prevalensi anti HAV yang berhubungan
dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan kondisi kesehatan
dibawah standar. Lebih dari 75% anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India,
menunjukkan sudah memiliki antibody anti-HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar
infeksi HAV didapat pada awal kehidupan, kebanyakan asimptomatik atau
sekurangnya anikterik.
Virus Hepatitis A (HAV)
 Masa inkubasi 15 – 50 hari (rata-rata 30 hari)
 Distribusi di seluruh dunia; endemisitas tinggi di negara bekembang
 HAV dieksresi di tinja oleh orang yang terinfeksi selama 1-2 minggu sebelum
dan 1 minggu setelah awitan penyakit.
 Viremia muncul singkat (tidak lebih dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 90
hari pada infeksi yang membandel atau infeksi yang kambuh.
 Transmisi enterik (fekal-oral) predominan di antara anggota keluarga.
Kejadian luar biasa dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan
bersama, makanan terkontaminasi dan air.
 Faktor resiko lain meliputi :
o pusat perawatan sehari untuk bayi dan anak batita
o institusi untuk developmentally disanvantage
o berpergian ke negara berkembang
o perilaku seks oral – anal
o pemakaian bersama pada IVDU (intra vena drug user)
 Tidak terbukti adanya penularan maternal – neonatal
 Prevalensi berkolerasi dengan standar sanitasi dan rumah tinggal ukuran besar
 Transmisi melalui transfusi darah sangat jarang
Patofisiologi

Setelah liver membuka sejumlah agen seperti virus, liver menjadi membesar
dan terjadi peradangan sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak
nyaman . Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit , pembelahan sel-sel hati
yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrosis dan regenerasi dari
sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena
virus masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringan-
jaringan hepar ( sel-sel hepar ) . Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang
terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.
Data spesifik pada patogenesis hepatitis A , hepatitis C , hepatitis D , dan
hepatitis E sangat terbatas . Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi
klinik dari peradangan akut HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien .
Komplex kekebalan – Kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan
untuk manifestasi extrahepatik dari hepatitis akut B . Hepatitis B diyakini masuk
kedalam sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam dinding pembuluh darah dan aktif
dalam sistem pengisian. Respon-respon klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang
terjadi dimana-mana.
Fase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas
fagositosis dan aktifitas enzym , perbaikan sel-sel hepar . Jika tidak sungguh-sungguh
komplikasi berkembang , sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara
normal setelah hepatitis virus kalah . Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua
sampai tiga bulan .

Tanda dan Gejala


Gejala awal infeksi hepatitis A mirip dengan gejala influenza, tetapi beberapa
penderita, terutama anak-anak, tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala
biasanya muncul 2 sampai 6 minggu, (periode inkubasi), setelah infeksi awal.
Gejala biasanya berlangsung kurang dari 2 bulan, meskipun beberapa orang dapat
sakit selama 6 bulan. Namun secara umum, manifestasi semua jenis hepatitis sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Stadium-stadiumnya antara
lain :
 Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut
kanan atas urin menjadi lebih coklat.
 Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat
pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang,
tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna
kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
 Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada
orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya
berbeda

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan hepatitis secara umum :
← 1. Laboratorium

← a. Pemeriksaan pigmen

← urobilirubin direk

← bilirubin serum total

← bilirubin urine

← urobilinogen urine

← urobilinogen feses

0 Jika bilirubin diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

b. Pemeriksaan protein
← protein totel serum

← albumin serum

← globulin serum

← HbsAG

0 Albumin serum biasanya menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar
protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada
berbagai gangguan hati.

c. Waktu protombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
← AST atau SGOT

← ALT atau SGPT

Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian


tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama
berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak,
meningkat pada kerusakan sel hati.
← LDH

← Amonia serum

2. Radiologi
← foto rontgen abdomen

← pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif

← kolestogram dan kalangiogram

← arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan
← biopsi hati

Meskipun HAV diekskresi dalam tinja menjelang akhir masa inkubasi, diagnosis
spesifik dibuat oleh deteksi HAV IgM antibodi spesifik dalam darah. Antibodi IgM
hanya ada dalam darah menyusul infeksi hepatitis akut A. Hal ini terdeteksi dari satu
sampai dua minggu setelah infeksi awal dan berlangsung sampai 14 minggu.
Kehadiran antibodi IgG dalam darah berarti bahwa tahap akut penyakit ini sudah
pernah ada dan orang tersebut sudah kebal terhadap infeksi lebih lanjut. IgG antibodi
terhadap HAV juga ditemukan dalam darah berikut vaksinasi dan tes untuk kekebalan
terhadap virus didasarkan pada deteksi antibodi ini.
Selama tahap akut infeksi, alanin transferase enzim hati (ALT) ada didalam
darah pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada normal. Enzim berasal dari sel-sel
hati yang telah rusak oleh virus. Virus hepatitis A ada didalam darah, (viral load), dan
kotoran orang yang terinfeksi sampai dua minggu sebelum penyakit klinis
berkembang.

Penatalaksanaan
Tidak ada penanganan khusus untuk hepatitis A, pasien hanya dianjurkan untuk tirah baring.
Penatalaksanaan untuk hepatitis A :
1. Dehidrasi berat diindikasikan untuk rawat inap
2. Tidak ada terapi medicamentosa karena pasien bisa sembuh sendiri
3. Pemeriksaan bilirubin pada minggu kedua dan ketiga untuk pemantauan
4. Pembatasan aktivitas fisik agar tidak membebani hati hingga fungsi hati kembali normal.
5. Dihindari makanan yang mengandung alkohol atau hepatotoksik. Pemberian
makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus menerus muntah.

Pencegahan
Pencegahan hepatitis virus secara umum :
 Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum
makan dan setelah dari toilet
 Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air
 Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya
dengan air botol. Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti
sayuran mentah, buah dan sup
 Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar
anggota keluarga. Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen,
handuk, alat makan dan gelas minuman sesama keluarga
 Jangan berbagi jarum suntikan
Pencegahan terhadap infeksi hepatitis A secara enterik :
Pencegahan dengan imunoprofilaksis
1. Imunoprofilaksis sebelum paparan
a. Vaksin HAV yang dilemahkan
 Efektifitas tinggi (angka proteksi 94 – 100 %)
 Sangat imunogenik (hampir 100% pada subjek sehat)
 Antibodi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85 – 90% subjek
 Aman, toleransi baik
 Efektifitas proteksi selama 20 – 50 tahun
 Efek samping utama adalah nyeri di tempat penyuntikan
b. Dosis dan jadwal vaksin HAV
 > 19 tahun, 2 dosis HAVRIX (1440 Unit Elisa) dengan interval 6-12 bulan
 anak > 2 tahun, 3 dosis HAVRIX (360 Unit Elisa), 0, 1, dan 6-12 bulan atau 2 dosis
(720 Unit Elisa), 0, 6-12 bulan
c. Indikasi vaksinasi
 Pengunjung di daerah resiko tinggi
 Homoseksual dan biseksual
 IVUD
 Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami kejadian luar biasa
luas
 Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka nasional
 Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik
 Pekerja laboratorium yang menangani HAV
 Pramusaji
 Pekerja pada bagian pembuangan air
2. Imunoprofilaksis pasca paparan
 Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas
 Keberhasilan imunoglobulin sudah nyata akan tetapi tidak sempurna
 Dosis dan jadwal pemberian imunoglobulin :
o Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin
setelah paparan
o Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
o Indikasi : kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan infeksi
HAV akut
Tiga vaksin yang diproduksi dari kultur sel HAV disebarkan di fibroblast
manusia. Setelah pemurnian dari sel, persiapan HAV formalin-aktif dan teradsorpsi ke
adjuvan aluminium hidroksida. Satu vaksin diformulasikan tanpa bahan pengawet;
dua lainnya disiapkan dengan 2-phenoxyethanol sebagai pengawet. Vaksin keempat
adalah dibuat dari HAV dimurnikan dari kultur sel yang terinfeksi diploid manusia
dan tidak aktif dengan formalin. Persiapan ini teradsorpsi ke biodegradable, 150 nm
vesikula fosfolipid dibubuhi hemaglutinin dan neuramidase influenza. Virosomes ini
diperkirakan untuk langsung menargetkan influenza prima antibodi-presenting sel
serta makrofag, sehingga merangsang vaksin diinduksi cepat sel B dan T-sel
proliferasi di sebagian besar vaksin. Sebuah kombinasi vaksin yang mengandung
hepatitis aktif A dan vaksin hepatitis B rekombinan telah mendapatkan izin sejak
tahun 1996 untuk digunakan pada anak berusia satu tahun atau lebih di beberapa
negara. Kombinasi vaksin diberikan sebagai rangkaian tiga dosis, menggunakan
jadwal0, 1, 6 bulan.
Semua vaksin Hepatitis A sangat imunogenik. Hampir 100% dari orang
dewasa akan mengembangkan tingkat antibodi protektif dalam waktu satu bulan
setelah dosis tunggal vaksin. Hasil yang sama diperoleh pada anak-anak dan remaja di
negara-negara berkembang dan sedang dikembangkan. Efektivitas perlindungan dari
vaksin terhadap penyakit klinis ditentukan dalam dua percobaan besar. Diantara
hampir 40.000 anak di Thailand yang berusia 1-16 tahun efektivitas perlindungannya
adalah 94% (95% interval: 82% -99%) setelah dua dosis vaksin yang diberikan satu
bulan terpisah. Diantara sekitar 1000 anak usia 2-16 tahun, tinggal di sebuah
komunitas yang sangat endemik penyakit di Amerika Serikat, kemanjuran satu dosis
vaksin adalah 100% (95% interval: 87% -100%).
Meskipun satu dosis vaksin menyediakan setidaknya perlindungan jangka
pendek, produsen saat ini merekomendasikan dua dosis untuk memastikan
perlindungan jangka panjang. Dalam studi mengevaluasi durasi perlindungan dari dua
atau lebih dosis vaksin hepatitis A, 99% -100% dari individu yang divaksinasi
memiliki tingkat antibodi menunjukkan perlindungan 5-8 tahun setelah vaksinasi.
Model kinetik dari antibodi menunjukkan bahwa durasi perlindungan kemungkinan
harus minimal 20 tahun, dan mungkin seumur hidup. Studi pasca-pemasaran
pengawasan diperlukan untuk memonitor vaksin diinduksi perlindungan jangka
panjang, dan untuk menentukan kebutuhan dosis booster vaksin. Hal ini terutama
berlaku di daerah endemisitas penyakit yang rendah.
Jutaan orang kini telah divaksinasi terhadap HAV. Vaksin saat ini dapat
ditoleransi dengan baik dan tidak ada efek samping serius terkait dengan penggunaan
mereka. Kontraindikasi untuk vaksinasi hepatitis A termasuk alergi diketahui salah
satu komponen vaksin. Vaksin hepatitis A dapat diberikan dengan semua vaksin lain
yang termasuk dalam Program Perluasan Imunisasi dan dengan vaksin biasanya
diberikan untuk perjalanan. Administrasi serentak globulin serum imun tidak muncul
untuk mempengaruhi secara signifikan pembentukan antibodi pelindung.
Daftar pustaka

1. Andri Sanityo. Hepatitis Virus Akut. Aru W. Sudoyo, Idrus Alwi editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat penerbitan departemen
penyakit dalam FKUI.2006:427-432
2. Tosca. Hepatologi. Leksana, Hanafiah Mirzanie editor, Buku Saku Internoid.
Tosca Enterprise.2005.Chapter 1:1-21
3. http://kepacitan.wordpress.com/2011/02/13/lphepatitis/
4. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/20/hepatitis/ᄃ
5. http://nasori.blogspot.com/2006/03/hepatitis-dan-pencegahan-pengobatan.html ᄃ
6. Gastroenterology. Acute Hepatitis. Section 11. Anthony s. Fauci, MD, Eugene
Braunwald, MD editor. Harrison’s Manual of Medicine 17th International Edition.
McGraw Hill Companies. 2008. 854-872

Anda mungkin juga menyukai