“FILSAFAT ILMU”
Oleh:
MUHAMMAD ISRAJUDDIN
R1D1 15 127
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis mampu menyelesaikan buku yang berjudul
“Filsafat Ilmu”. Tak lupa pula penulis panjatkan salawat serta salam kepada Nabi Besar
Muhammad SAW karena atas jasanyalah sehingga kita mampu berada diera modernisasi
seperti sekarang ini.
Dalam penyelesaian makala ini, penulis secara langsung atau tidak langsung telah
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimah kasih
kepada bapak Dr. Ida Usman S.si,M.Si selaku dosen pengampuh dan pembimbing mata
kuliah “Filsafat Sains Dan Konsep Teknologi” yang telah membimbing penulis agar dapat
memahami tentang ilmu filsafat. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
orang tua, keluarga, teman serta pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan buku
ini.
Penulis menyadari bahwa makala ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi kesempurnaan
makala ini serta memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi yang
membutuhkannya. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHLUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari kebenaran
telah memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang kesadaran, kemauan, dan
kemampuan manusia sesuai dengan posisinya sebagai makhluk Tuhan untuk
dipublikasikan dalam kehidupan. Manusia dianugrahi oleh Tuhan berupa akal, daya
pikir, yang tidak diberikan kepada makhluk lain, maka sudah sepantasnya akal ini
dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemampuan berpikir tersebut, dan
kemampuan berpikir inilah yang membedakan manusia dengan hewan.
Setiap kejadian atau peristiwa pada dasarnya tidak dapat lepas dari peristiwa-
peristiwa lain yang mendahuluinya. Jadi, sesuatu itu bias terjadi karena ada
hubungan dengan peristiwa sebelumnya. Oleh karena itu kejadian demi kejadian
atau peristiwa demi peristiwa haruslah selalu diperhatian kehadirannya. Demikian
pula dengan apa yang disebut filsafat dan ilmu, ia muncul dan berkembang bukan
karena ia sendiri, melainkan adanya sesuatu (peristiwa) yang memicu muncul dan
berkembangnya.
Setelah menyadari betapa pentingnya berpikir, rasanya mempelajari filsafat
menjadi sangat perlu adanya. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk
memahami bagaimana cara berpikir tersebut. Dalam makalah ini akan difokuskan
membahas tentang hakekat filsafat, hakekat filsafat ilmu, dan juga menjelaskan
mengenai perbedaan dan persamaan antara filsafat dengan filsafat ilmu.
B. Rumusan Masalah
Begitu pentingnya mempelajari filsafat Ilmu, Kebenaran dan Penjelajahannya
yaang telah dijelaskan pada pendahuluan, adapun permasalahan yang akan dibahas
antara lain :
1. Apakah Hakikat Filsafat Ilmu ?
2. Apakah Hakikat kebenaran ?
3. Apa kriteria kebenaran Ilmiah ?
4. Apa saja jenis dan Sifat Kebenaran Ilmiah ?
5. Bagaimana Cara Mendapatkan Kebenaran Ilmiah ?
6. Apakah Keterkaitan antara Filsafat Ilmu dan Kebenaran ?
7. Bagaimana Penjelajahan Ilmu dan batas-batasnya ?
C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dapat kami simpulkan
tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui Hakikat Filsafat Ilmu.
2. Untuk mengetahui Hakikat Kebenaran.
3. Untuk mengetahui kriteria kebenaran Ilmiah.
4. Untuk mengetahui jenis dan sifat kebenaran Ilmiah.
5. Untuk mendapatkan kebenaran Ilmiah.
6. Untuk mengetahui keterkaitan antara filsafat ilmu dan kebenaran.
7. Untuk mengetahui penjelajahan ilmu dan batas-batasnya.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan artikel adalah sebagai berikut::
1. Manfaat Umum
Semoga dengan penulisan ini bisa membantu para pembaca baik itu
mahasiswa maupun calon guru dalam mendalami materi Filsafat Ilmu.
2. Manfaat Khusus
Mengembangkan kemampuan penulis dalam mempelajari Materi filsafat
Ilmu.
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Kebenaran Non-Ilmiah
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran
logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor non- ilmiah. Beberapa
diantaranya adalah:
Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan
tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering
tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua
kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya
penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.
Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah
serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis.
Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan
adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian
membuktikan hal itu tidak benar.
Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan
Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi
sebagian hal lain tidak.
Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa
menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya
dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman
lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung
Kouros dan museum Getty diatas.
Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena
mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-
parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan
biaya tinggi.
Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun
kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif
lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh
kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang
memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran
yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa
benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.
3. Kebenaran Filsafat
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan
sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau
mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan
pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa
kelompok (madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya ;)) mungkin
terminologi yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis
alias menganut madzab dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran
realisme dan naturalisme sekaligus.
a) Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan sesuatu
yang pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
b) Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti
berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
c) Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu
yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat,
pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.
d) Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi
merupakan satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas
kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
e) Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan pengalaman
sebagai pernyataan pikiran.
f) Pragmatisme: Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus, yang sarat
dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat praktis, karena praktis
berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.
1. Kriteria Kebenaran
Apakah “benar” itu? Randall & Bucher: “Persesuaian antara pikiran
dan kenyataan”. Jujun S. Suriasumantri: “Pernyataan tanpa ragu”. Ketika kita
mengakui kebenaran sebuah proposisi bahwa bumi bergerak mengelilingi
matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai tidaknya proposisi tersebut dengan
kenyataannya.
2. Teori Penentuan Kebenaran
a) Teori Koherensi (Teori kebenaran saling berhubungan)
“Suatu proposisi (pernyataan) dianggap benar apabila pernyataan tersebut
bersifat konheren atau konsisten atau saling berhubungan dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh: jika kita menganggap
bahwa, “semua makhluk hidup pasti akan mati” adalah pernyataan yang benar,
maka pernyataan bahwa “pohon kelapa adalah makluk hidup dan pasti akan
mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan
yang pertama.
b) Teori Korespondensi (Teori saling berkesesuaian)
Teori ini digagas oleh Bernard Russell (1872-1970). Menurutnya
pernyataan dikatakan benar bila materi pengetahuan yang dikandung
pernyataan tersebut saling berkesesuaian dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Contoh: jika seseorang mengatakan bahwa “tugu monas
ada di kota Jakarta” maka pernyataan tersebut adalah benar sebab
pernyataan tersebut sesuai dengan fakta bahwa tugu monas berdiri di kota
Jakarta.
Teori korespondensi digunakan untuk proses pembuktian secara empiris
dalam bentuk pengumpulan data-data yang mendukung suatu pernyataan
yang telah dibuat sebelumnya.
c) Teori Pragmatisme (Teori konsekuensi kegunaan)
Teori yang dicetuskan oleh Peirce (1839-1914) ini disandarkan pada
teori pragmatisme. Penganut teori ini menyatakan bahwa kebenaran
suatu pernyataan diukur dengan kriteria “apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis?”. Artinya, suatu pernyataan dikatakan
benar jika konsekuensi dari pernyataan tersebut memiliki kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata yakni ilmu dan pengetahuan. Ilmu
merupakan salah satu dari hasil usaha manusia untuk memperadab dirinya.
Sedangkan pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni,
pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya, adalah
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Selain kedua
penyebab di atas manusia juga mampu untuk menalar apa yang sedang
diusahakannya, penalaran sendiri adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Hal ini yang tidak dimiliki oleh makhluk lain
selain manusia.
Dalam filsafat, kebenaran dibagi atas beberapa teori diantaranya adalah:
Teori korespondency, konsistency, pragmatisme dan teori religius.
Dulu ilmu pengetahuan praktis tidak mempengaruhi hidup sehari-hari.
Dianggap sesuatu yang tidak penting dan dianggap biasa saja, bila ilmu pengetahuan
tidak mempunyai konsekuensi dalam hidup kemasyarakatan, karena maknanya
sama sekali lain. Pada masa lampau kegiatan ilmiah tidak bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan taraf hidup jasmani. Karena manusia pada masa itu
menganggap bahwa taraf hidup sudah ditentukan oleh kodrat.
Namun, Kegiatan ilmiah sekarang ini didasarkan pada dua keyakinan yaitu:
pertama segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja
untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih
mendalam menurut segala aspeknya. Kedua Semua aspek realitas membutuhkan juga
penyelidikan seperti itu. Kebutuhan-kebutuhan yang paling primer, seperti air,
makanan, udara, cahaya, kehangatan, tempat tinggal tidak akan cukup tanpa
penyelidikan.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Semoga dapat memberikan manfaat baik
kepada pembaca maupun penyusun. Pastinya dalam penyusunan makalah ini tidak
luput dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sangatlah diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan semoga
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA