Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

PEMBUATAN DAN KALIBRASI GYPSUM BLOCK


(PENGUKURAN KADAR LENGAS TANAH)

Disusun Oleh :
Farhan Pratama Suhendra
NIM.A1C015007

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi secara umum kadar air dalam tanah berubah– ubah dari keadaan
jenuh, tak jenuh maupun kering. Hal ini disebabkan oleh faktor hujan, faktor alam
pengaruh tumbuh– tumbuhan disekitarnya. Jenis tanah sendiri juga menjadi hal yang
menyebabkan kondisi air dalam tanah berperilaku beda. Atas dasar inilah penelitian
pengukuran kadar air dalam tanah dilakukan dengan metode baru dan langsung di
lapangan.
Dunia pertanian baik itu pra panen maupun pasca panen, salah satu unsur
yang sering diukur adalah kadar lengas tanah. Air tanah merupakan salah satu sifat
fisik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langung, karena setiap
tanaman memerlukan kondisi tanah yang sesuai dalam masa pertumbuhanya.
Pertumbuhan tanaman akan optimal apabila tanaman berada pada tanah pada
kelembaban atau kadar air yang sesuai. Kadar lengas tanah yang tidak sesuai dapat
menyebabkan tanaman akan layu atau kering saat keadaan tanah yang kekurangan air
dan akan busuk saat kadar air tanah berlebihan. Pengukuran kadar lengas tanah dapat
dilakukan menggunakan berbagai macam metode, salah satunya menggunakan
kalibrasi gypsum block.

A. Tujuan

1. Mengetahui cara pembuatan gypsum block.


2. Mengetahui cara kalibrasi gypsum block.
3. Mengetahui cara kalibrasi multimeter.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Islami dan Utomo (1995), status air tanah dalam hubungannya
dengan tanah secara keseluruhan dapat dinyatakan dalam kandungan air massa (W)
atau kandungan air volume (θ). Cara yang paling sederhana untuk menentukan
kandungan air tanah adalah dengan menimbang sejumlah sampel tanah (biasanya
sekitar 10-20 gram) dalam keadaan lembab atau basah (Tb), kemudian contoh tanah
tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 4-24 jam. Selanjutnya
tanah kering ditimbang (Tk), dan kandungan air massa (W), diperoleh dengan:
Tb  Tk
W = x 100 %
Tk
Cara penentuan kandungan air semacam ini disebut “cara gravimetri”, dan
merupakan cara penentuan kadar air secara langsung dan digunakan sebagai kalibrasi.
Dengan cara gravimetri, walaupun sangat sederhana, asal dikerjakan secara benar dan
teliti, hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. Selain cara tersebut diatas,
yang merupakan cara penentuan kadar air tanah tidak langsung antara lain neutron
probe dan cara tensiometer.
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan
air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air
antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus.
Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau
liat. (Hardjowigeno, S., 1992).
Menurut Hansen (1979), sifat-sifat listrik dari tahanan (penghantar), penguat
(capacitance), dan kekuatan listrik dapat digunakan untuk menunjukan kadar
kelembaban. Perubahan kelembaban mempengaruhi semua sifat listrik tersebut. Blok
yang porus yang berisi elemen listrik dimasukan kedalam tanah. Multimeter
merupakan alat pengukur serbaguna antara lain dapat digunakan untuk mengukur
tahanan, tegangan dan arus listrik. Karena, multimeter tidak dapat menunjukan lengas
tanah secara langsung, maka perlu dilakukan kalibrasi terhadap gypsum block
terlebih dahulu sehingga diperoleh persamaan kalibrasi dari hasil regresi linear dari
masing-masing gypsum tersebut, karena kadar kelembaban blok berubah, sifat-sifat
listrik juga berubah.
Gypsum block adalah alat sensor yang dipakai dalam bidang pertanian untuk
mengukur lengas tanah atau kelembaban tanah guna memilih jenis tanaman dan
mengatur kesuburannya pada suatu tanah atau lahan yang akan dikerjakan. Alat ini
dapat digunakan dengan biaya yang terjangkau dan paling sederhana dari pada alat
sensor elektrik yang lain. Gypsum block terdiri dari sebuah gypsum padat yang sudah
dicetak berbentuk silinder maupun persegi empat dengan kisaran ukuran yang
ditentukan dan dilengkapi dua elektroda dalam hal ini menggunakan sebuah kabel
yang ditanamkan pada block dengan jarak 1 cm dalam keadaan elektroda parallel atau
searah (Skinner, 1997).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Bubuk gypsum block 6. Kabel


1. Air sebagai pelarut 7. Plat logam
2. Tanah 8. Oven
3. Timbangan 9. Pencetak gypsum
4. Plastik 10. Multimeter

B. Prosedur Kerja

1. Membuat gypsum block, dengan cara sebagai berikut:


a. Membagi kabel menjadi dua, lalu mengupas sedikit pada kedua ujungnya
b. Salah satu ujung kabel di ikatkan dengan plat logam
c. Membuat adonan gypsum block dengan penambahan air sedikit-sedikit agar
tidak terlalu encer.
d. Mencetak adonan gypsum block kedalam pipa pralon yang dibelah menjadi
dua yang sudah diberi karet sampai setengah tinggi pralon dengan lapisan
plastik untuk alasnya. Mengkondisikan agar adonan yang akan dicetak tidak
terdapat gelembung udara.
e. Menempatkan dua kabel yang sudah diberi plat logam tadi dengan posisi plat
logam berada dibawah menempel pada gypsum block dan kedua plat logam
tidak boleh bersentuhan atau terlalu dekat dengan pralon.
f. Menambahkan adonan gypsum block sampai penuh.
g. Mengangin-anginkan gypsum block sampai kering lalu membuka cetakan
dengan hati-hati.
h. Membuat satu lagi gypsum block dengan cara yang sama.
2. Tanah ditempatkan dalam pot, dengan kondisi tanah tidak terlalu banyak air.
3. Gypsum Block ditanam sebanyak enam buah dengan kedalaman 15 cm.
4. Tanah disiram sampai keadaan jenuh.
5. Setelah 24 jam mengukur gypsum block dengan menggunakan multimeter dan
ambil sampel tanah kemudian dimasukan kedalam cawan, sampel tanah dan
cawan ditimbang, kemudian dioven selama 24 jam.
6. Setelah dioven, sampel tanah dan cawan ditimbang. Kemudian sampel tanah
dibuang dan cawan ditimbang
7. Hal yang sama seperti ditulis diatas dilakukan dengan rentang waktu 24 jam
sekali sampai konstan atau mendekati titik layu permanen.
8. Hasilnya dicatat kemudian dihitung kadar airnya dengan rumus :
Ma  Mb
W= x100%
Mb  Mc
Dimana : Ma = Berat cawan dan tanah basah
Mb = Berat cawan dan tanah kering
Mc = Berat cawan
9. Membuat grafik hubungan antara kadar air tanah dengan hambatan gypsum
block.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gypsum I
Hari ke - Berat Tanah Berat Tanah Ka kΩ
Basah + Cawan Kering + Cawan
1 9,30 7,44 58,1 % -0,2
2 9,30 7,50 55,2 % 1,677
3 9,30 7,65 48,8 % 1,9
4 9,30 7,69 46,6 % 2,71

2. Gypsum II
Hari ke - Berat Tanah Berat Tanah Ka kΩ
Basah + Cawan Kering + Cawan
1 9,26 7,38 59,8 % 0,38
2 9,26 7,45 56,4 % 1,532
3 9,26 7,53 52,6 % 1,98
4 9,26 7,60 49,4 % 2,76

Perhitungan Kadar Air Gypsum


𝑀𝑎−𝑀𝑏
Rumus : 𝐾𝑎 = 𝑥 100 %
𝑀𝑏−𝑀𝑐

Keterangan: Ma = Berat cawan + tanah basah Berat cawan = 4,8 gram


Mb = Berat cawan + tanah kering Berat cawan = 4,9 gram
Mc = Berat cawan
Kadar air
1. Gypsum I
9,30−7,44
1. x 100 % = 58,1 %
7,44−42,4
9,30−7,50
2. x 100 % = 55,2 %
7,50−4,24
9,30−7,65
3. x 100 % = 48,8 %
7,65−4,24
9,30−7,69
4. x 100 % = 46,6 %
7,69−4,24

2. Gypsum II
9,26−7,38
1. x 100 % = 59,8 %
7,38−4,24
9,26−7,45
2. x 100 % = 56,4 %
7,45−4,24
9,26−7,53
3. x 100 % = 52,6 %
7,53−4,24
9,26−7,60
4. x 100 % = 49,4 %
7,60−4,24

B. Pembahasan

Gypsum block adalah salah satu alat sensor tanah yang dapat langsung dipakai
dilapangan setelah dikalibrasi, dengan prinsip kerja yaitu memanfaatkan sifat hantar
listrik dari air dan telah lama dipakai dalam bidang pertanian guna mengukur
kelembaban atau kelengasan tanah. Gypsum block terdiri dari sebuah gypsum padat
yang sudah dicetak berbentuk silinder maupun persegi empat dengan kisaran ukuran
yang ditentukan dan dilengkapi dua elektroda dalam hal ini menggunakan sebuah
kabel yang ditanamkan pada block dengan jarak 1 cm dalam keadaan elektroda
parallel atau searah.
Prinsip kerja gypsum block yaitu jika dalam kondisi basah, gypsum block akan
menghasilkan resistansi yang kecil. Demikian sebaliknya dalam kondisi kering, block
akan menghasilkan resistansi yang lebih tinggi. Sebelum dipakai, gypsum block harus
dikalibrasi dahulu secara individu, karena setiap gypsum block memiliki karakteristik
tersendiri.

Dari hasil yang didapat pada perhitungan dan pengukuran terdapat banyak
ketidaksesuaian antara landasan teori dengan pengukuran di lapangan. Beberapa
pengukuran resistansi yang semakin lama seharusnya nilainya akan bertambah,
namun pada kenyataannya terkadang naik dan terkadang turun. Kadar air semakin
lama seharusnya akan semakin menurun tetapi pada pengukuran ternyata tidak stabil.
Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Kualitas atau mutu gypsum yang kurang baik, ini dapat terjadi karena adanya
rongga dalam gypsum sehingga air dapat masuk dan akan berpengaruh
terhadap besar resistansi terukurnya.
2. Kedalaman pengambilan sample tanah yang kurang tepat berada di sekitar
gypsum, sehingga data yang diperoleh kemungkinan bukanlah nilai resistansi
sekitar gypsum.
3. Tidak meratanya sebaran air sehingga antar gypsum yang satu dengan yang
lain mempunyai selisih nilai resistansi yang signifikan.
Menurut indranada 1994, factor factor yang mempengaruhi kadar air tanah terdiri
dari:
1. Kadar Bahan Organik
Kadar bahan organic tanah mempunyai pori pori yang jauh lebih banyak
dari pada partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih
banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar dan
ketersediaan air tanah.
2. Kedalaman Solum
Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah,
semakin dalam maka ketersediaan kadar air juga akan semakin banyak.
3. Iklim dan Tumbuhan
Iklim dan tumbuhan pempunyai pengaruh yang penting bagi ketersediaan
air yang dapat yang dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuhan dalam tanah.
Temperature dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh
pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui
saluran evaporasi permukaan tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan
keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah factor pertumbuhan yang berarti.

4. Senyawa Kimiawi
Senyawa kimiawi garam garam dan senyawa pupuk baik alamiah maupun non
alamiah mempunyai gaya asmotic yang dapat menarik dan menghidrolisis air
sehingga koefisien laju meningkat.
5. Tekstur Tanah
Tekstur tanah berpengaruh bahwa dengan adanya perbedaan jenis tekstur tanah
dapat menggambarkan tingkat kemampuan tanah untuk mengikat air.
6. Struktur Tanah, Permeabilitas, Serta Pori Ttanah
Struktur Tanah, permeabilitas tanah serta pori tanah merupakan hal yang
penting bagi faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air didalam tanah. Tanah yang
mempunyai ruang pori yang lebih banyak akan mampu menyimpan air lebih banyak.
Tanah yang lebih baik untuk proses pertumbuhan tanaman adalah jenis tanah jenis
inseptisol, karena jenis tanah inseptisol cukup subur karena mempunyai bahan
organic yang cukup tinggi.

Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Gravimetris
Gravimetris merupakan cara yang paling umum dipakai. Prinsipnya adalah
mengambil sejumlah tanah basah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
100º-110º C untuk waktu tertentu. Air yang hilang merupakan jumlah air yang
terdapat dalam tanah basah.
Masalah utama yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kandungan air
secara gravimetri adalah untuk mendapatkan sampel tanah yang representative.
Adalah sangat sulit dengan sampel tanah 10-20 gram dapat mewakili kondisi
lapangan yang sangat bervariasi. Untuk memperbanyak sampel tanah diperlukan
tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Di samping itu juga tidak dapat
mengadakan pengukuran sampel tanah berulang kali ditempat yang sama.
2. Tensiometer
Tensiometer dimungkinkan mengukur tegangan yang mengikat air, tetapi
tidak mengukur absolut air dalam tanah. Prinsipnya adalah air dalam tensiometer
akan berekuilbrium dengan air tanah melalui ujung yang poros, sehingga tegangan
air tanah sama dengan tegangan pada potensiometer (alat mengukur tegangan
pada tensiometer). Tensiometer biasanya digunakan pada tanah yang lembab.
3. Neutron (Neutron Probe)
Neutron merupakan cara penetuan kadar air paling mutakhir. Prinsipnya
adalah atom hidrogen yang terdapat dalam air tanah secaara efektif dapat
mengurangi kecepatan neutron dan membaurkannya. Karena pembauran dan
perubahan arah, sebagian dari neutron kembali ke asalnya, tetapi telah berubah
sebagai neutron yang mempunyai kecepatan yang diperlambat. Jumlah neutron
diperlambat kemudian dihubungkan dengan jumlah atom H (selanjutnya dengan
moleul H2O) yang terdapat dalam tanah. Keuntungan dengan cara ini adalah tanah
tidak terganggu dan dapat dipergunakan pada tanah yang mengandung garam.
4. Menggunakan sifat panas
Konduktivitas tanah dapat dapat dipergunakan sebagai suatu indeks
kelembaban tanah, karena besarnya konduktivitas tergantung kepada adanya
kelembaban pada tanah.
5. Blok porous (gypsum block)
Menurut Hansen (1979), sifat-sifat listrik dari tahanan (penghantar), penguat
(capacitance), dan kekuatan listrik dapat digunakan untuk menunjukkan kadar
kelembaban. Perubahan kelembaban mempengaruhi semua sifat listrik tersebut.
Multimeter merupakan alat pengukur serba guna antara lain dapat digunakan
untuk mengukur tahanan, tegangan dan arus listrik. Karena multimeter tidak dapat
menunjukkan lengas tanah secara langsung, maka perlu dilakukan kalibrasi
terhadap gypsum block terlebih dahulu sehingga diperoleh persamaan kalibrasi
dari hasil regresi linear dari masing-masing gypsum tersebut. Karena kadar
kelembaban blok berubah, sifat-sifat listrik juga berubah.
Prinsip kalibrasi dari gypsum blok itu sendiri adalah melakukan pembacaan
resistansi yang berada ditanah dengan menggunakan multimeter. Pengukuran secara
langsung ke tanah dengan menggunakan multimeter tidak bisa dilakukan sehingga
pada multimeter itu sendiri tidak menghasilkan keluaran berupa resistansi dari tanah
tersebut. Untuk itu, agar pembacaan dapat dilakukan maka digunakan gypsum blok
sebagai media untuk mengkalibrasi atau sensor untuk menghantarkan resistansi tanah
yang berdasarkan atas kandungan air ditanah tersebut.
Pada praktikum acara ini akan di bahas hasil yang di peroleh, dalam
perhitungan penentuan kadar lengas tanah kita menggunakan cara gypsum block.
Berikut merupakan hasil pengamatn dan grafik hubungan kadar air dan resitansi yang
diperoleh :
Gypsum I
Hari ke - Berat Tanah Berat Tanah Ka kΩ
Basah + Cawan Kering + Cawan
1 9,30 7,44 58,1 % -0,2
2 9,30 7,50 55,2 % 1,677
3 9,30 7,65 48,8 % 1,9
4 9,30 7,69 46,6 % 2,71
Gypsum II
Hari ke - Berat Tanah Berat Tanah Ka kΩ
Basah + Cawan Kering + Cawan
1 9,26 7,38 59,8 % 0,38
2 9,26 7,45 56,4 % 1,532
3 9,26 7,53 52,6 % 1,98
4 9,26 7,60 49,4 % 2,76

Grafik Hubungan Kadar Air Tanah


dengan Resistansi pada Gypsum I
Kadar Air, -0.2,
58.10% Kadar Air, 1.677,
55.20% Kadar Air, 1.9,
Kadar Air, 2.71,
48.80% -0.2
46.60%
1.677
1.9
2.71

Grafik Hubungan Kadar Air Tanah dengan Resistansi pada Gypsum I


Grafik Hubungan Kadar Air Tanah
dengan Resistansi pada Gypsum II
Kadar Air, 0.38,
59.80% Kadar Air, 1.532,
56.40% Kadar Air, 1.98,
52.60% Kadar Air, 2.76,
49.40%
0.38
1.532
1.98
2.76

Grafik Hubungan Kadar Air Tanah dengan Resistansi pada Gypsum II

Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi kadar air suatu
tanah maka resistansinya pun semakin kecil. Hal tersebut telah dibuktikan dengan
percobaan selama empat hari, yang mana pada hari pertama ketika sampel tanah
dicampur tanah dengan air sampai becek yang menyebabkan resistansinya menjadi
kecil dan minus. Pada hari kedua didapatkan resistansi yang lebih besar dari resistansi
sebelumnya, dikarenakan kadar air yang berada pada sampel tanah yang diambil
sudah mulai berkurang. Untuk hari ketiga dan keempat pun sama yaitu semakin kadar
airnya berkurang maka resistansinya semakin besar. Namun setelah diamati dari
karakter hubungan kadar air dan resistansi dari kedua gypsum tersebut ditemukan
nilai yang tidak seragam.
Pada pengukuran kadar lengas tanah praktikum acara ini, dibuat dua buah
gypsum block yaitu gypsum I dan gypsum II. Pada gypsum I diperoleh nilai hambatan
-0.2 kΩ dengan kadar air 58.1 %. Data yang kedua dengan nilai hambatan 1.677 kΩ
dan nilai kadar air 55.2 % pada hari kedua. Hari ketiga nilai hambatannya 1.9 kΩ dan
kadar air 48.8 %. Hari keempat nilai hambatannya 2.71 kΩ dan kadar air 46.6%.
Untuk gypsum II, pada hari pertama diperoleh kadar air 59.8% dan nilai
hambatannya 0.38 kΩ . Pada hari kedua diperoleh nilai hambatannya 1.532 kΩ dan
kadar air 56.4%, sedangkan hari ketiga kadar air 52.6% dan nilai hambatannya 1.98
kΩ. Dan pada hari keempat nilai hambatannya 2.76 kΩ dan kadar airnya 49.4 %.
Nilai hambatan dari kedua gypsum tersebut tidak stabil karena terjadi kenaikan dan
penurunan.
Kendala yang terjadi saat praktikum adalah kurangnya referensi yang
sebenarnya mengenai gypsum blok, sehingga pada saat praktikum kurang mengetahui
ketika terjadi kesalahan, terutama pada saat pengukuran resistansi dari tanah tersebut.
Ketika pengukuran resistansi didapatkan nilai yang melenceng dari percobaan yang
lain, sehingga praktikan tidak mengetahui solusi untuk mengetahui masalah tersebut.
Teknik pembuatan gypsum blok yang benar pun masih menjadi evaluasi, karena
keadaan gypsum blok yang kurang baik akan mempengaruhi uji coba, sehingga
pengetahuan tentang pembuatan gypsum blok perlu dibahas lebih luas lagi.
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Cara pembuatan gypsum blok yaitu dengan cara membuat adonan bubuk gyps
yang sudah dikentalkan dan kemudian memasukannya kedalam sebuah
cetakan silinder berukuran 5 cm yang mana ditengahnya ditanamkan dua buah
kabel berwarna merah dan hitam.
2. Kalibrasi gypsum blok dan multimeter berguna untuk mengetahui kadar air
dengan melihat besaran keluaran berupa resistansi yang terbaca.

B. Saran

Sebaiknya untuk praktikum gypsum blok yang akan datang diharapkan agar
laboratorium dapat menyediakan alat yang banyak, terutama multimeter yang
berguna bagi praktikum acara ini sehingga dengan demikian akan membuat waktu
lebih efisien dan penggunaan multimeter dapat dilakukan tidak hanya bergiliran.
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, V.E., O.W. Israelsen, G.E. Stringham., E.P. Tachyan dan Soetjipto. 1979.
Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. Jakarta: Erlangga.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta

Indranada, Henry . 1994 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Semarang : Bumi Aksara .

Islami, T., et al. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Malang: IKIP Semarang
Press.

Skinner, A, Resurrecting The Gypsum Block for Soil Moisture Measurement,


Measurement Engineering Australia, in Australian Viticuluture, 1997.

Anda mungkin juga menyukai