Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BATASAN KARAKTERISTIK
Tidak perhatian secara konsisten Pengingkaran
terhadap stimulus-stimulus pada sisi Fungsi tidak mengalami perbaikan dengan meminta
yang mengalami gangguan perhatian pada sisi yang diabaikan
Perawatan diri tidak adekuat Tidak perhatian
Pemberian posisi dan/atau tindakan Gagal membaca kata-kata pada sisi halaman yang
kewaspadaan perlindungan pada sisi mengalami gangguan ; saat perhatian diminta pada
yang mengalami gangguan kalimat yang terlewatkan, mereka dapat membaca
kata tersebut tanpa mengubah arah pandangan atau
menggerakkan kepala
Tidak melihat pada sisi yang Indikator mayor
mengalami gangguan
Meninggalkan makanan di piring Tidak perhatian yang konsisten terhadap stimulus
pada sisi yang mengalami gangguan pada sisi yang mengalami gangguan
Perawatan diri tidak adekuat pada sisi yang
mengalami gangguan
Kurangnya pemberian posisi dan/atau tindakan
kewaspadaan keamanan pada sisi yang mengalami
gangguan
Tidak melihat ke arah sisi yang mengalami gangguan
Mengabaikan makanan atau mengurang materi
bacaan pada sisi yang mengalami gangguan
4. Diagnosis keperawatan
Pada tahun 1987 dalam konferensi ketujuh NANDA (NANDA,1999) .
Masalah pengabaian unilateral ditambahkan sebagai subdiagnosis Gangguan
Sensoris/Persepsi. Pengabaian unilateral didefinisikan sebagai “suatu kondisi
individu tidak menyadari dan tidak perhatian secara perseptual terhadap salah satu
sisi tubuhnya” (NANDA, 1999, hlm. 115). Pengabaian unilateral dibedakan dari
gangguan sensoris/persepsi pada lansia karena pengabaian unilateral desebabkan
oleh kondisi patologis, bukan suatu proses penuaan normal. Pengabaian unilateral
disebabkan oleh cedera pada jaringan otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
pada lingkungan. Pengabaian unilateral dapat disebabkan oleh beberapa perilaku
seperti yang ditemukan pada gangguan persepsi sensoris lainnya, namun hanya
berhubungan dengan peresepsi terhadap separuh tubuhnya; hal ini biasanya
dihubungkan dengan hemiplagia , heminopsia atau defisit sensori lain ( Heilman
& Valenstien, 1977)
5. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Umum
1) Pengendalian Input Sesori
2) Dukungan Psikososial
3) Dukungan Keamanan
4) Keterlibatan Keluarga
b. Intervensi Spesifik untuk Perilaku Tidak Perhatian
1) Pemberian Isyarat
G. DEFISIT PENGETAHUAN
Defisit pengetahuan adalah diagnosis keperawatan yang paling sering digunakan
untuk orang dewasa pada semua tingkat usia dan penyuluhan adalah salah satu
tindakan keperawatan yang paling sering dilakukan. Defisit pengetahuan muncul saat
individu memiliki informasi kognitif yang tidak cukup atau memiliki keterampilan
psikomotor yang berkaitan dengan topik spesifik seperti kondisi tertentu atau rencana
terapi.
Kurang pengetahuan dapat menyebabkan kurangnya perilaku pencegahan primer
seperti aktivitas tidak adekuat, kurangnya pencegahan sekunder seperti kurangnya
perilaku pencegahan tersier pada penderita diabetes yang kurang mencegah kerusakan
kulit.
Tujuan umum intervensi keperawatan defisit pengetahuan pada lansia adalah
untuk meningkatkan pengetahuan. Peningkatan pengetahuan, justru dapat
berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan perawatan diri dan manajemen diri.
Lansia adalah pasien yang paling sering mendapat penyuluhan karena defisit
pengetahuan biasanya diikuti dengan diagnosa lain, tapi penyuluhan dapat menjadi
tindakan yang sesuai untuk beberapa diagnosis lain tersebut. (Carpenito, 1995)
1. Faktor Yang Berhubungan
a. Penyakit penyerta, seperti diabetes
b. Terapi baru yang dianjurkan
c. Tidak berpengalaman dalam keterampilan psikomotor
d. Kurangnya paparan dengan informasi
e. Kesalahan dalam interpretasi informasi
f. Adanya permasalahan dalam penglihatan
g. Keterbatasan kognitif
2. Pengkajian
Pengkajian lansia yang mengalami defisit pengetahuan harus ditunjukan untuk
mengetahui apa saja yang sudah klien ketahui. Pengkajian yang sering dilakukan
adalah memantau ketrampilan pasien dan pertanyaan verbal tentang pengetahuan
pasien. Pengkajia juga harus ditujukan pada kesiapan untuk belajar. Kesiapan
untuk belajar dipengaruhi oleh suatu rangkain faktor-faktor yang kompleks.
Lansia memiliki kesulitan dalam belajar mengenai medikasi selama
hospitalisasi. Gangguan terkait memori yang beragam umumnya terjadi pada
lansia, meskipun masalah memori yang dilaporkan sendiri oleh lansia tidak
berkolerasi baik dengna kesulitan yang ditemukan. (Davis, 1992)
3. Intervensi Keperawatan
Penyuluhan kepada pasein adalah intervensi utama defisiensi pengetahuan.
Tujuan pemberian pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan; perawat sering
memberikan penyuluhan, untuk meningkatkan pengetahuan (Lorig, 1996).
Penyuluhan mendukung untuk berfungsi secara psikososial, memfasilitas
perubahan perilaku gaya hidup, dan dimulai sebagai respons terhadap diagnosis
keperawatan Defisit Pengetahuan.
4. Prinsip Penyuluhan dan Pembelajaran
Banyak prinsip penyuluhan pasien sesuai untuk lansia, karena tingkat
kecemasan tinggi dapat diatasi dengan teknik relaksasi atau dengan intervensi lain
agar orises belajar dapat dilaksanakan didukung dengan lingkungan yang
kondusif. Umpan balik mengenai pembelajaran memberikan informasi kepada
klien.
a. Penuhi kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi
b. Ciptakan lingkungan yang kondusif
c. Kecepatan pemberian materi penyuluhan
d. Struktur pendidikan
e. Lakukan pengulangan untuk mencapai pembelajaran
f. Kaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan sebelumnya
g. Pemberian informasi pada hal yang penting
h. Ajarkan informasi yang penting terlebih dahulu dan dari yang sederhana
i. Berikan umpan balik
j. Beri pujian
k. Gunakan berbagai kanal multisensori
l. Gunakan berbagai sumber edukasi
m. Dorong interaksi antara peserta didik dan pemberi materi
5. Intervensi Keperawatan Pada Lansia
Penyuluhan pada lansia membutuhkan individualisasi proses pembelajaran
untuk mengompensasi setiap gangguan yang mungkin dialami lansia. Hubungan
interpersonal antara perawat dengan klien harus tetap menjunjung rasa hormat,
penerimaan, dan kesabaran. Penyuluhan kepada lansia harus disampaikan dengan
sikap optimis terhadap lansia.
Penyajian materi pada penyuluhan terhadap lansia harus menggunakan
berbagai indera, penggunan huruf yang besar dengan warna kontras yang tidak
menyilaukan mata dan didukung dengan pencahayaan yang cukup dapat
membantu lansia memahami materi yang disampaikan. Berbicara dengan perlahan
dan jelas dapat meningkatkan komunikasi kepada lansia yang mengalami
gangguan pendengaran. Kemudian dengan bertatap muka dengan lansia, dapat
membuat lansia lebih memahami materi penyuluhan yang disampaikan.
Hambatan yang didapatkan ketika melakukan penyuluhan pada lansia
beragam, misal pada lansia dengan gangguan penglihatan yaitu penurunan
ketajaman mata dan penggunaan kacamata yang kurang baik, lansia dengan
gangguan pendengaran adalah adanya presbikusis. Kemudian lansia dengan
masalah kognitif seperti masalah memori, penurunan konsentrasi, dan
melambatnya kemampuan memproses informasi.
Strategi yang harus dilakukan ketika menghadapi hambatan seperti di atas,
yaitu:
a. Gunakan materi dengan visual yang tidak membutuhkan kegiatan
membaca
b. Gunakan kata yang paling umum digunakan
c. Gunakan kalimat pendek
d. Gunakan contoh secara bebas dan nyata
e. Libatkan orang terdekat dalam pengalaman belajar
Dengan pemberian motivasi kepada lansia diharapkan lansia dapat lebih
berpikir secara terbuka, dengan memberikan pertanyaan sesering mungkin pada
lansia akan memberikan gambaran yang lebih luas terhadap lansia dengan
gangguan memori.
Adanya kesulitan pembelajaran mengakibatkan motivasi belajar pada lansia
menjadi turun, seperti (Doak et.al: 1996):
a. Kesulitan memproses gambar dan simbol
b. Kecenderungan untuk mengartikan penjelasan secara harfiah
c. Kecenderungan berpikir tentang hal yang spesifik dan kesulitan berpikir
secara konsep
d. Keterbatasan kosa kata
e. Ketakutan untuk mengajukan pertanyaan
f. Kesulitan membaca grafik
6. Strategi Berbeda Pada Pembelajaran Lansia
a. Penggunaan teknologi untuk menyediakan pembelajaran yang menarik
b. Komputer adalah guru yang sabar dan tidak mengenal lelah
c. Penggunan grafik untuk meningkatkan stimulasi visual, pembelajaran melalui
pertanyaan dan memberikan umpan balik.
d. Penggunaan media video dapat meningkatkan minat pembelajaran