Anda di halaman 1dari 6

LO 2 Pertimbangan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuatkan gigi tiruan


cekat pada pasien adalah:

1. Pertimbangan pemakaian gigi tiruan cekat harus memperhatikan


aspek "Reason for Seeking Treatments" dari pasien, yaitu apa alasan
pasien menginginkan dilakukannya perawatan. Ada empat aspek
mengapa pasien membutuhkan perawatan dari dokter gigi yaitu
:
a) Kenyamanan.
Berkaitan dengan ada tidaknya bengkak ataupun rasa sakit yang
menyertai sehingga dapat mempengaruhi rencana perawatan dan
pemilihan gigi tiruan serta kenyamanan pasien dalam
melakukan fungsi mastikasi.
b) Fungsi.
Apakah terdapat maloklusi, disfungsi mastikasi, disfungsi
fonetik yang mengindikasikan untuk dilakukannya pemakaian
gigi tiruan cekat. Gigi tiruan cekat dirasakan sebagai gigi asli
oleh pasien sehingga memakai gigu tiruan tetap dianggap lebib
nyaman.
c) Sosial.
Apakah status sosial pasien mengharuskan atau menuntut untuk
memiliki OH serta estetika yang baik sehingga perlu dibuatkan
gigi tiruan tetap yang estetik.
d) Penampilan.
Penampilan ini terkait dengan bentuk, malposisi dan
developmental defect gigi geligi.
2. Jumlah gigi.
Pembuatan gigi tiruan dalam penggantiannya mempertimbangkan
jumlah kehilangan gigi, jumlah gigi yang tersisa, dan gigi yang masih
dapat berfungsi sebagai abutment atau penyangga. Hal ini sesuai
dengan hukum Ante yang menyatakan luas jaringan periodontal gigi
yang akan diganti minimal sama dengan luas jaringan periodontal
gigi. Gigi penyangga yang tidak mampu mendukung gigi tiruan cekat,
maka didesain untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan.
3. Pertimbangan jaringan periodontal.
Pertimbangan jaringan periodontal didasarkan pada kemampuan
jaringan periodontal dalam mendukung gigi tiruan cekat. Penilaian
jaringan periodontal didasarkan pada perbandingan mahkota dan akar
gigi penyangga. Perbandingan mahkota dan akar gigi penyangga
tersebut adalah 1 : 2. Pertimbangan jaringan periodontal didasarkan
juga pada tidak adanya kelainan jaringan periodontal, keadaan lingir
yang belum terjadi resorbsi, serta kedalaman sulkus untuk akhiran
margin.
4. Oklusi gigi.
Pada pemeriksaan yang tidak menunjukkan adanya kontak prematur
ataupun ketidakseimbangan oklusi. Gigi yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan tersebut harus dihilangkan sebelum dilakukannya
perawatan pembuatan gigi tiruan cekat.
5. Terjadinya pergeseran gigi tetangga ke arah residual ridge.
Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya lebar mesio-distal ruang
gigi yang hilang, sehingga ukuran pontiknya akan menjadi terlalu
kecil. Pontik yang terlalu kecil akan menyebabkan gigi tiruan cekat
yang tidak adekuat, karena distribusi tekanan tidak merata. Keadaan
ini dapat diawali dengan melakukan perawatan ortodontik untuk
mengembalikan tempat yang hilang.
6. Kasus maloklusi.
Pada pasien dengan kondisi singulum deep bite dan edge to edge,
tekanan yang diterima lebih besar dibandingkan kondisi oklusi yang
normal. Kasus seperti ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
membuat desain gigi tiruan cekat untuk pasien. Misalnya lebih baik
jangan dibuatkan cantilever bridge karena pontiknya dapat mengalami
rotasi akibat retainernya yang hanya ada satu.
7. Kesediaan pasien
Saat menjelaskan rencana perawatan pada pasien, tahapan seperti
pengurangan jaringan gigi, menghilangkan keaslian gigi,
kemungkinan rasa ngilu akan dirasakan pada saat pembuatan gigi
tiruan cekat. Respon pasien terhadap penjelasan ini harus
diperhatikan. Misalnya ada kasus kehilangan gigi 11, dan gigi 12 dan
21 yang diindikasikan untuk penyangga masih dalam kondisi yang
sehat dan tidak ada karies. Jika pasien memilih untuk tidak dilakukan
pengurangan jaringan giginya agar keaslian giginya dipertahankan,
maka dapat dipertimbangkan untuk membuat desain gigi tiruan yang
minimal preparasinya seperti maryland bridge.
8. Kondisi calon gigi penyangga (abutment)
Bukan tidak mungkin, pasien yang ingin dibuatkan gigi tiruan
cekat telah melakukan perawatan endodontik. Gigi pasca-endodontik
lebih rapuh dibandingkan gigi vital karena tidak adanya sirkulasi
darah di sana. Jika terdapat gigi pasca-endodontik yang diindikasikan
sebagai abutment, maka gigi itu harus diberi tambahan kekuatan.
Misalnya pada gigi insisivus, dapat dilakukan pembuat restorasi
mahkota pasak untuk menurunkan resiko fraktur.
Perlu diketahui bahwa gigi abutment beresiko untuk mengalami
nekrosis. Jika calon gigi abutment mengalami karies yang sudah
melibatkan dentin, maka lebih baik dilakukan perawatan endodontik
untuk mencegah terjadinya nekrosis pulpa setelah dilakukan
pembuatan gigi tiruan cekat. Hal ini untuk meningkatkan keberhasilan
perawatan gigi tiruan cekat dan agar gigi tersebut bertahan lama
dalam rongga mulut pasien.

Ditinjau dari anatomi jaringan penyangga gigi (periodontium)

- Dilihat secara klinis apakah normal atau tidak


a. pertama, dilihat dari daerah marginal dan attached gingiva itu berwarna
merah muda “coral”.
b. Kedua ukuran dari jaringan gusi yang cocok dengan elemen celluler dan
intercelluler dan aliran darahnya.
c. Ketiga, kontur gingiva yang bervariasi dan tergantung dari bentuk gigi dan
lengkung gigi geligi rahang, lokasi dan ukuran area kontak proximal.
d. Keempat, bentuk interdental ditentukan oleh kontur proximal gigi.
e. Kelima , konsistensi jaringan gusi adalah kencang dan kenyal.
f. Keenam tekstur permukaan jaringan gusi menyerupai kulit jeruk.
g. Ketujuh, posisi gusi ; tepi gusi melekat pada gigi.

Dintinjau adanya penyakit atau kelainan yang mungkin timbul pada


jaringan penyangga gigi
a. peradangan jaringan gusi (yang paling sering terjadi), pembesaran gusi
(hyperplasia)
b. Peradangan jaringan periodontal (periodontitis)
c. Trauma oklusi

Ditinjau dari persiapan jaringan penyangga gigi untuk menerima


restorasi cekat
a. Sebelum perawatan GTT, semua faktor dan penemuan yang berhubungan
dengan penyakit pasien harus dicatat
b. Penyakit periodontal harus dikenali dan dirawat sebelum pembuatan GTT.
c. Menghilangkan faktor trauma oklusi
d. Menentukan macam dan jumlah gigi penyangga yang menyangga yang
akan digunakan -> hubungannya dengan hukum ante “jumlah lebar
membran periodontal gigi penyangga minimum harus sama atau lebih
besar dari jumlah lebar membran periodontal gig yang diganti”.
e. Memperhatikan perbandingan mahkota dan akar dari gigi penyangga GTT.
Optimal 2:3, minimal 1:1

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memindahkan mahkota dan


jembatan yang gagal diantaranya ;

1. Medical contraidications
2. Restorability of retainers
3. Periodontal status
4. Intracoronal acces
5. Status of underlying core
6. Cement used
7. Crown aand bridge materials

DAFTAR PUSTAKA

Allan, D. N., dan Foreman, P. C. 1991. Petunjuk Bergambar Mahkota dan

Jembatan. Jakarta: Penerbit Hipokrates

Johnson, J.F. 1960. Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics.


WB Saunders : Philadelpia.

Lesmana. R. A. 1999. Faktor-Faktor Periodontal yang Harus


Dipertimbangkan Pada Perawatan Dengan Gigi Tiruan Cekat. Jurnal
Kedokteran Gigi vol.6; No.3 : Universitas Indonesia

Martanto, P. 1985. Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan. edisi

2. Penerbit Alumni: Bandung.

Nallaswamy, Deepak. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi :


JAYPEE
Prajitno HR.1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. Pengantar Dasar dan
Rancangan Pembuatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai