Anda di halaman 1dari 2

Ahmada Dian Nurilma 1512100015

MEKANISME REPLIKASI DNA


Model replikasi DNA secara semikonservatif menunjukkan bahwa DNA anakan
terdiri atas pasangan untaian DNA induk dan untaian DNA hasil sintesis baru. Model ini
memberikan gambaran bahwa untaian DNA induk berperanan sebagai cetakan (template)
bagi pembentukan untaian DNA baru. Seperti diketahui, molekul DNA untai-ganda terdiri
atas dua untai molekul DNA yang berpasangan secara komplementer yaitu antara basa
nukleotida A dengan T, dan antara C dengan G. Oleh karena itu. proses replikasi DNA harus
diawali dengan pemutusan (denaturasi) ikatan antara untaian DNA yang satu dengan untaian
komplementer nya. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing untaian DNA tcrsebut dapat
bertindak sebagi cetakan, sebab proses pemasangan nukleotida-nukleotida baru dengan
cetakannya akan terhalangi jika kedua untai itu masih berada dalam keadaan berikatan.
Dengan demikian. salah satu bagian yang sangat penting dalam proses replikasi DNA adalah
denaturasi antara untaian DNA yang satu dengan untaian komplementernya.
Denaturasi yang terjadi pada saat awal replikasi DNA adalah proses enzimatis. Oleh
karena molekul DNA adalah biomolekul yang sangat vital bagi jasad, maka denaturasi DNA
terjadi secara parsial dan bertahap. Denaturasi awal terjadi pada bagian DNA yang dikenal
sebagai ori (origin of replication) atau titik awal replikasi. lkatan hidrogen antara A- T dan C-G
akan terputus dan diikuti dengan pembukaan untaian DNA. Untaian DNA membuka
membentuk struktur yang disebut sebagai garpu replikasi (replication fork). Garpu replikasi
akan bergerak sehingga molekul DNA induk membuka secara bertahap. Masing-masing
untaian DNA induk yang sudah terpisah satu sama lain berfungsi sebagai cetakan untuk
penempelan nukleotida-nukleotida yang akan menyusun molekul DNA baru. Nukleotida-
nukleotida baru akan dipolimerisasi menjadi untaian DNA baru dengan urutan scsuai dengan
urutan cetakan DNA komplemennya. Basa nukleotida A dipasangkan dengan basa T yang ada
pada cetakannya, sedangkan basa C dipasangkan dengan basa G. Oleh karena itu, untaian
DNA baru yang terbentuk merupakan komplemen untaian DNA induk. Proses polimerisasi
nukleotida terjadi pada kedua untaian DNA cetakan sehingga pada akhir satu kali putaran
replikasi akan dihasilkan dua molekul DNA baru yang identik. Masing-masing molekul DNA
untai-ganda yang terbentuk terdiri atas untai DNA induk dan untai DNA baru hasil polimerisasi
selama proses replikasi. Dalam putaran replikasi berikutnya akan terjadi proses yang serupa
sehingga DNA anakan menjadi DNA induk untuk replikasi berikutnya.
Ahmada Dian Nurilma 1512100015

Gambar 1. Skema eksperimen Meselson dan Stahl. Dalam eksperimen tersebut


Meselson dan Stahl menumbuhkan E. coli dalam medium yang mengandung isotop nitrogen
15
N sehingga DNA yang disintesis menjadi lebih “berat” kemudian bakteri di pindahkan
14
dalam medium biasa yang mengandung N yang lebih "ringan". Selanjutnya DNA
diisolasi dan diultrasentrifugasi menggunakan gradien cesium chloride (CsCI) untuk
menentukan densitas DNA-nya. Stelah replikasi DNA yang pertama, satu pita DNA baru
15
muncul dengan kerapatan yang berada di antara DNA yang dilabeli dengan N (sehingga
DNA dupleks menjadi berat/berat B/BI) dan di antara DNA dengan 14N (DNA "ringan (R)"
atau R / R ). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis replikasi secara konservatif tidak mungkin
terjadi. Replikasi bcrikutnya menunjukkan bahwa replikasi secara dispersif juga tidak
mungkin terjadi karena replikasi secara dispersif akan menghasilkan produk yang terdiri atas
15 14
seperempat N dan tiga perempat N setelah dua kali replikasi dalam medium yang
mengandung 14N. Sebaliknya, replikasi secara semikonsevatif akan menghasilkan produk yang
terdiri atas setengah B / R dan setengah lagi sebagai R / R. Dengan kata lain, produk hibrid
B/ R pada replikasi yang pertarna masing-masing akan terpisah menjadi untaian B dan R
yang akhirnya akan bertemu dengan pasangannya yang lebih ringan dan menghasilkan
nisbah (rasio) 1 : 1 DNA B / R terhadap R/R.

Referensi: Yuwono, Triwibowo. 2010.”Biologi Molekular”. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai