Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANAK YATIM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Disusun Oleh:
Setiyo Novanto(1111
Rahman Grogol Bin Galau (1111

Dosen Pembimbing:

PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI TAHUN


AJARAN 1945/1946
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama universal yang ajarannya meliputi berbagai aspek
kehidupan manusia. Dalam ajaran Islam, terdapat keberpihakan yang besar
dan jelas kepada nasib kaum dhuafa dan anak yatim. Keberpihakan Islam ini
secara nyata dapat dilihat dan dikaji dalam kitab suci Al-Qur’an dan As-
Sunnah, dalam realitas sejarah masa Khulafaur Rasyidin, dan generasi
seterusnya. Keberpihakan Islam ini bukan sebatas pada aktivitas yang
memecahkan berbagai masalah sosial dan kemanusiaan bagi kaum dhuafa
dan anak yatim, melainkan lebih dari itu bagaimana menyelamatkan mereka
dari bahaya kesesatan dan kekafiran, kemudian membawa mereka menuju
keselamatan, kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

1. Latar Belakang
a. Latar Belakang Pemilihan Judul
b. Latar Belakang Pembuatan Makalah
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Yatim menurut bahasa adalah orang yang ditinggal mati ayahnya.
Sedangkan menurut istilah, yatim dikhususkan bagi seseorang yang ditinggal
mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa. Seperti disebutkan dalam hadits
Nabi yang artinya: “Tidak disebut yatim jika sudah dewasa”.

Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa yang dinamakan


yatimadalah anak yang bapaknya telah meninggal dan belum baligh
(dewasa), baik ia kaya ataupun miskin, laki-laki atau perempuan. Adapun
anak yang bapak dan ibunya telah meninggal biasanya disebut yatim piatu,
namun istilah ini hanya dikenal di Indonesia, sedangkan dalam literatur fikih
klasik dikenal istilah yatim saja
Allah dan Rasul-Nya memang tidak menjelaskan dan memberikan
definisi secara khusus tentang anak yatim. Namun dari berbagai keterangan
dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan dalam Sunnah Rasulullah saw. dapat
dijumpai beberapa makna dan arti anak yatim. Salah satunya, seperti yang
dinyatakan dalam firman Allah sehubungan dengan kisah Nabi Khidir a.s.
ketika memberikan penjelasan kepada Nabi Musa a.s. yang berguru
kepadanya
“Adapun dinding itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu,
dan di bawahnya itu ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedangkan ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan
bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kami tidak dapat sabar
terhadapnya.” ( al- Kahfi :82)

Dari ayat ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang disebut anak
yatim adalah anak-anak yang ayahnya mereka telah meninggal dunia.

Sementara itu dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang lain dijelaskan bahwa


yatim itu bukan hanya terbatas pada anak-anak yang tidak mempunyai ayah
saja, tetapi juga mereka tidak memiliki dua orang tua. Salah satu firman Allah
yang berkaitan dengan masalah ini menerangkan,
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), maka serehkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan
janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan
(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka
dewasa.Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia
menahan diri (dari makan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin,
maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila
kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan
saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.Dan cukuplah Allah
sebagai Pengawas (atas persaksian itu)”( an-Nisaa : 6)

Secara tersirat ayat ini menunjukkan makna yatim ialah anak-anak


yang kedua orang tua mereka telah meninggal dunia. jika hanya bapak yang
meninggal dunia, berarti masih ada ibu yang mengasuh dan merawat mereka
dengan menggunakan harta peninggalan bapak mereka. Namun dalam ayat
ini diisyaratkan bagi orang-orang yang mampu dan berkecukupan dalam
mengasuh dan merawat anak-anak yatim tidak boleh mempergunakan dan
memakan harta kaum dhuafa itu, kecuali jika mereka miskin. Ketentuan ini
diisyaratkan pada orang lain yang mengurus dan mengasuh anak-anak yatim
dan bukan untuk ibunya. Dengan demikian dari kedua makna di atas dapat
ditarik suatu kesimpulan tentang defenisi yatim adalah anak-anak yang
bapakatau orang tua mereka telah meninggal dunia.

2. Ayat-Ayat Yang Berhubungan Dengan Anak Yatim

Al-Qur’an menjelaskan tentang anak-anak yatim dalam berbagai


kaitan antara lain, dengan agama, keimanan, harta, warisan, rampasan
perang, perkawinan, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan
anak yatim dalam Al-Qur’an bukan semata-mata masalah sosial dan
kemanusiaan, tapi juga berhubungan dengan persoalan keagamaan dan
keimanan yang berpengaruh kelak di alam akhirat. Oleh karena masalah anak
yatim dalam Islam termasuk hal yang sangat penting, sehingga memerlukan
perhatian dan penanganan yang serius dari orang-orang yang memiliki
kepedulian dan kecukupan. Allah memerintahkan orang –orang yang
beriman dan bertakwa agar memperhatikan, memelihara, membantu,
menolong dan melindungi anak-anak yatim dengan cara-cara yang telah
ditetapkan-Nya.
a. Berbuat Baik Kepada Anak Yatim
Al-Qur’an menjelaskan keharusan berbuat baik kepada anak-anak
yatim, Allah berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri “ ( an- Nisaa : 36)

Ayat ini memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada anak-anak


yatim dalam berbagai hal yang dapat menjadikan hidup mereka menjadi
tenang, sejahtera, dan bahagia. Jika tidak begitu, kehidupan mereka semakin
menderita dan sengsara. Berbuat baik kepada mereka dapat meringankan atau
menghilangkan kesengsaraan dan penderitaan yang dialami sejak kecil;
mengangkat harkat dan martabat mereka, serta dapat meningkatkan semangat
mereka untuk menghadapi hidup dan masa depan.
b. Memuliakan Anak Yatim

Hidup anak-anak yatim juga harus dimuliakan dan dihormati. Mereka


yang tidak mau memuliakan anak-anak yatim mendapat teguran dan
peringatan dari Allah swt. Al-Qur’an menegaskan :
“ Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak
yatim”. ( al Fajr : 17 )

Allah mengingatkan manusia jangan sampai mengira bahwa


kemuliaan di sisi Allah itu hanya ditentukan oleh kaya atau miskin dalam
harta benda atau banyak dan sedikit makanannya, gendut atau kurusnya
perut, bukan itu sekali-kali bukan itu, tetapi semata-mata karena
kerakusanmu terhadap harta kekayaan yang berlebihan sehingga kalian tidak
ada kasih sayang kepada anak yatim, dan tidak suka membantu pada fakir
miskin.

c. Mengurus Mereka Secara Patut dan Adil

Mereka yang mengurus anak-anak yatim di rumah atau di dalam panti


asuhan perlu menjaga diri dan berusaha merawat anak-anak itu secara patut
dan bersikap adil. Firman Allah :
Tentang dunia dan akhirat, dan mereka bertanya kepadamu tentang anak
yatim. Katakanlah, “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik”,
dan jika bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah
mengetahui siapa yang berbuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.
Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( Al
Baqarah : 220 )

Tentang dunia dan akhirat. Inilah yang harus menjadi renungan.


Perhatian kepada dunia menghasilkan upaya meraih keuntungan dini. Sedang
ganjaran ukhrawi tidak diraih di sini. Jika hanya berfikir tentang dunia anak
yatim dan orang lemah tidak akan terbantu, karena tidak ada imbalan duniawi
yang akan diperoleh dari mereka. Tetapi jika berfikir tentang akhirat, pasti
anak yatim termasuk yang dipikirkan nasibnya dan diperhatikan keadaannya.
Untuk mengingatkan agar manusia, khususnya para pengasuh anak
yatim, selalu mencurahkan kasih sayang dan tidak menyulitkan orang lain,
apalagi anak-anak yatim yang tidak berdaya, Allah mengingatkan kasih
sayang-Nya yang sedemikian luas pada manusia
Mengurus dan mengasuh anak-anak yatim secara patut akan
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang secara wajar dan lebih baik.
Hidup mereka tidak akan terlantar dan terabaikan. Mereka dapat menikmati
hidup dengan sebaik-baiknya layaknya anak-anak lain yang masih memiliki
orang tua kandung.

d. Bergaul Dengan Mereka Sebagai Saudara

Allah memerintahkan kaum muslimin agar tidak bersikap masa bodoh


dan tak acuh terhadap anak-anak yatim. Mereka yang tidak dapat memelihara
dan mengurus anak-anak itu di rumah sekurangkurangnya dapat berbuat baik
kepada mereka, diantaranya menghormati mereka dengan cara mengajak
anak-anak itu bergaul dan memandangnya sebagai saudara sendiri.
Firman Allah :
Tentang dunia dan akhirat, dan mereka bertanya kepadamu tentang anak
yatim. Katakanlah, “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik”,
dan jika bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah
mengetahui siapa yang berbuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.
Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( Al
Baqarah : 220 )

Mengajak bergaul dan menganggap sebagai saudara dapatmembantu


anak-anak yatim merasa tidak kesepian dan terasing dalam hidup mereka,
selain juga dapat menggembirakan dan membahagiakan hidup mereka di
dunia ini.
Setiap muslim termasuk anak-anak mereka perlu menanamkan pada
diri mereka, bahwa sesungguhnya anak-anak yatim itu adalah saudara yang
perlu digauli atau diajak bergaul. Sebab, antara orang dan anak-anak lain
yang mau bergaul dengan mereka dalam pandangan Allah swt. adalah
bersaudara.
e. Memberi Harta Dan Makanan Kepada Anak Yatim
Allah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya agar anak-anak yatim
yang miskin dan sengsara yang tidak memiliki harta waris peninggalan dan
orang tua perlu diberikan bantuan harta dan makanan.
Al-Qur’an menerangkan:
Bukanlah menghadap wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari
Kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-Nabi, dan memeberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir ( yang memerlukaan pertolongan ), dan orang-orang yang
meminta-minta, dan ( memerdekakan ) hamba sahaya. Mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan
dalam peperangan. Mereka itulah orangorang yang benar ( imannnya ), dan
mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al Baqarah : 177 )

Maksud dari ayat tersebut ialah, kebajikan atau ketaatan yang


mengantar kepada kedekatan kepada Allah bukanlah dalam menghadapkan
wajah dalam sholat ke arah timur dan barat tanpa makna, tetapi kebajikan
yang seharusnya mendapat perhatian semua pihak adalah yang mengantar
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu keimanan kepada Allah, dan
lain-lain yang disebut oleh ayat ini.

f. Memperbaiki Rumah Mereka


Hal ini dilakukan oleh Nabi Khidir as. Ketika Nabi Musa as.
Mengikutinya untuk berguru, sebagaimana di jelaskan Allah dalam Al-
Qur’an.
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota
itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang
ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka Tuhan-Mu menghendaki agar
supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhan-Mu, dan bukanlah aku
melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikianlah itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya. ( QS. Al Kahfi : 82 )
Oleh sebab itu, hamba-hamba-Nya diharapkan agar memperhatikan
keadaan rumah anak-anak yatim yang ditinggalkan orang tua mereka.
Apabila rumah mereka itu mengalami kerusakan-kerusakan, hendaknya
umat Islam berusaha memperbaiki dan membangunnya kembali. Selain
agar mereka dapat tinggal dan berteduh dengan lebih aman dan nyaman,
juga dalam rangka memelihara harta-benda peninggalan orang tua.

g. Melindungi Harta Mereka


Supaya makanan kita halal, kita harus waspada terhadap hal-hal yang
mencemari kehalalan makanan kita dari dan menjaganya dari halhal yang
berbau syubhat. Lebih-lebih kita harus menghindari memakan harta anak
yatim, yang mana Allah telah peringatkan dan menjadikan perbuatan itu
sebagi puncak kezaliman. Allah swt telah berfirman :
Sesungguhnya orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sesungguhnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya, dan mereka akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala ( neraka ). (QS. An Nisaa :10 )
Maksud dari ayat ini adalah, dia memakan apa yang
menghantarkannya masuk ke dalam neraka Jahannam di akhirat nanti. Azab
ini terkadang juga terjadi di dunia, yaitu orang yang memakan harta anak
yatim perutnya terkena berbagai penyakit yang membakar ususnya. Pada hari
Kiamat nanti, orang-orang mukmin akan melihat golongan manusia yang
telah memakan harta anak yatim itu, dan mereka mempunyai tanda tersendiri,
yaitu dari mulut mereka keluar asap. Dan, jangan dipahami bahwa hanya
perut saja yang akan dipenuhi dengan api neraka, sementara sekujur tubuh
mereka tidak dibakar api. Namun, nanti perut mereka akan dibakar oleh api
neraka yang berkobar di dalam tubuhnya, dan tubuh mereka juga akan
dipanggang dengan api neraka yang menyala-nyala.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anak yatim adalah sosok manusia yang mendapat kedudukan khusus
dan mulia di sisi Allah swt. perhatian Allah swt. begitu besar kepada mereka,
sebagaimana tercermin dari banyaknya ayat dalam Al-Qur’anul Karim yang
membicarakan masalah yatim. Bahkan, bila Al-Qur;an menyebutkan
namanama kaum dhuafa, maka anak yatim menduduki urutan pertama.
Bahkan kata yatim (tunggal) atau yatama (jamak) disebut kurang lebih 23
kali dalam Al- Qur’an. Adalah wajar jika mereka mendapat perhatian yang
besar dari Allah swt. sebab, selain dhuafa, sejak kecil mereka telah
merasakan penderitaan lahir batin.
Al-Qur’an menjelaskan tentang anak-anak yatim dalam berbagai
kaitan antara lain, dengan agama, keimanan, harta, warisan, rampasan
perang, perkawinan, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan
anak yatim dalam Al-Qur’an bukan semata-mata masalah sosial dan
kemanusiaan, tapi juga berhubungan dengan persoalan keagamaan dan
keimanan yang berpengaruh kelak di alam akhirat. Oleh karena masalah anak
yatim dalam Islam termasuk hal yang sangat penting, sehingga memerlukan
perhatian dan penanganan yang serius dari orang-orang yang memiliki
kepedulian dan kecukupan.
Keberpihakan Allah swt kepada kaum dhuafa sedemikian detail dan
terperinci. Hal ini juga memberi gambaran bahwa sedemikian besar
perhatian, pembelaan dan perlindungan yang Allah berikan kepada mereka.
Semuanya memperkuat dan memperjelaskan konsepsi ajaran Islam dalam
mengatasi masalah sosial kemanusiaan, khususnya pengentasan dan
pemberdayaan kaum dhuafa. Di sini, Allah selain telah memberikan batasan
yang jelas tentang dhuafa dan anak yatim yang biasanya dilakukan oleh
manusia, juga telah memberikan cara-cara konkret dalam memberi bantuan
serta pertolongan kepada mereka. Disamping itu, Allah juga memberikan
penghargaan kepada orang-orang yang memiliki keberpihakan dan
kepedulian atas nasib dhuafa dan menentukan sanki kepada mereka yang
tidak mau membantu, menolong, mempedulikan, membela, dan melindungi
golongan dhuafa ini di dunia dan akhirat

Allah, melalui serangkaian peraturan dalam Al-Qur’an, telah


mewajibkan kepada kita, khususnya orang-orang yang berpunya untuk
meringankan dan bersimpati terhadap penderitaan mereka. Al-Qur’an sendiri
secara tegas menyatakan bahwa faktor utama kecemburuan sosial adalah
jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Karena itulah perintah
mengulurkan tangan kepada mereka yang tidak berpunya merupakan suatu
petunjuk yang selalu diulang-ulang dalam Al-Qur’an, di samping kecaman
bahkan ancaman kepada mereka yang tidak mengindahkannya.

Anda mungkin juga menyukai