Anda di halaman 1dari 82

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan merupakan mekanisme utama dalam peristiwa kelahiran bayi,
merupakan proses yang dimulai dengan konsepsi dan berakhir dengan adanya
permulaan persalinan. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan ketuban
keluar dari rahim ibu. Ibu yang mengalami proses kelahiran akan memasuki masa
nifas. Nifas adalah masa pulih, dimana dimulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti semula (Mochtar, 2012).
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan
yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan keadaan tersebut
dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.
Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Ibu (AKI), umur harapan hidup dan angka kematian balita
(Depkes Rl, 2011). OIeh karena itu, persalinan ibu harus mendapatkan fasilitas
dan partisipasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi
masyarakat setempat dan lainnya. Kematian ibu atau kematian maternal saat ini
masih merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sangat penting.
Kematian seorang wanita saat melahirkan sangat mempengaruhi kelangsungan
hidup bayinya. (Budiarso,2011)
Di dunia diperkirakan setiap tahun hampir 3,3 juta bayi lahir mati dan
lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama kehidupannya. Jumlah
terbesar kematian bayi terjadi di wilayah Asia Tenggara (1,4 juta kematian bayi
dan 1,3 juta lahir mati). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat 35 per
1.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi erat kaitannya dengan
kesehatan ibu dan pemeriksaan ibu yang diperoleh sebelum, selama, dan segera
setelah melahirkan (Novita, 2008)

1
2

Secara garis besar penyebab kematian ibu dapat dikategorikan dalam


penyebab langsung dan tidak langsung (WHO, 1998). Penyebab langsung (Direct
obstetric deaths), yaitu kematian ibu yang langsung disebabkan oleh komplikasi
obstetric pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian yang disebakan oleh
suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat-akibat tindakan tersebut yang
dilakukan selama hamil,bersalin atau nifas, seperti perdarahan, toxemia dan
infeksi. Sedangkan penyebab tak langsung (Indirect Obstetric deaths), yaitu
kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit yang bukan komplikasi obstetri,
yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan, persalinan dan nifas.
84% kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik langsung dan di dominasi
oleh tiga sebab utama (trias klasik), yaitu perdarahan (46,7%), toxemia (14,5 %)
dan infeksi (8%). Kematian ibu akibat perdarahan dapat disebabkan oleh
perdarahan antepartum, perdarahan post partum, kehamilan ektopik, perdarahan
akibat robekan rahim dan abortus. (Royston, 2010)
Berdasarkan masalah tersebut, maka sangat diperlukan suatupelayanan
kesehatan yang dapat mendeteksi secara dini komplikasi-komplikasi yang
mungkin terjadi. Pelayanan tersebut dapat berupa pendekatan sederhana melalui
pelayanan yang diberikan selama masa kehamilan yang disebut Antenatal Care
(ANC). Dengan pelayanan Antenatal Care (ANC) bidan diharapkan memantau
kehamilan sehingga nantinya dapat menuju kepersalinan normal tanpa ada
komplikasi atau dengan meminimalkan trauma. (Saiffudin, 2002). Untuk itu,
pemerintah juga mendukung upaya penekanan AKI dan AKB lewat program
Making Pregnancy Safer (MPS), (Republika, 2010), ada pendekatan yang
dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut Making
Pregnancy Safer (MPS). Tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan
adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Setiap
komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai).
Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. (Novita,
2008). Pada saat persalinan juga memegang peranan penting untuk menekan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan melakukan
3

pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan


standar yang telah ditetapkan, dan dengan melakukan persalinan yang
aman.Begitu juga dimasa nifas, diperlukan pemantauan kesehatan ibu dan bayi
sampai 4 atau 6 minggu sehingga dapat mendeteksi komplikasi-komplikasi yang
mungkin terjadi selama masa nifas dan bayi baru lahir. (Mochtar, 1998).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas kasus
Ny. ”Y” selama kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dalam laporan
studi kasus dengan judul ”Asuhan Kebidanan pada Ny. ”Y” dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di BPM Nurul Husnah jl Pringgan
Pasar satu Helvetia Medan dengan menggunakan metode SOAP.

1.2. Ruang Lingkup Asuhan

Ruang lingkup asuhan diberikan pada ibu hamil Trimester ke-3 yang
fisiologis, bersalin, masa nifas, neonatus dan KB.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menerapkan dan mengaplikasikan Manajemen Asuhan Kebidanan pada


ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. ”Y” dengan menggunakan
metode SOAP.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mengkaji data subjectif yang didapat dari Ny. ”Y” selama kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.
b. Mengkaji data objektif Ny. ”Y” selama kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
c. Menegakkan diagnosa, diagnosa potensial dan tindakan segera dalam
assesment pada kasus Ny. ”Y” selama kehamilan, persalinan, nifas,bayi baru
lahir, dan keluarga berencana.
d. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon ibu
terhadap tindakan dan asuhan yang telah diberikan kepada Ny.”Y” selama
4

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

1.4. Sasaran, tempat, dan waktu


1. Sasaran
Asuhan kebidanan diberikan kepada ibu yang dimulai dari hamil, bersalin,
nifas, neonatus,dan KB.
2. Tempat
Lokasi dilakukannya asuhan kebidanan pada ibu adalah di BPM Nurul
Husnah jl Pringgan Pasar satu Helvetia Medan
Waktu
1. ANC pertama tanggal 24 Februari 2015
2. ANC kedua tanggal 10 Maret 2015
3. ANC ketiga tanggal 21 Maret 2015
4. ANC keempat tanggal 30 Maret 2015
5. Bersalin tanggal 10 Maret 2015
6. Kunjungan nifas hari pertama tanggal 10 Maret 2015
7. Home visit nifas hari keenam tanggal 16 Maret 2015
8. Home visit dua minggu post partum tanggal 24 April 2015
9. Home visit empat minggu post partum dan KB tanggal 08 Mei 2015

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode


penulisan, pelaksanaan, sistematika penulisan

BAB II : Landasan teori

BAB III : Berisi tentang pengkajian tentang DS, DO, interprestasi data
identifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera,
rencana, implementasikan dan evaluasi.

BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan
2.1.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah mulai ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Prawarirohardjo, 1999). Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid
terakhir (Saifuddin, 2012).

2.1.2. Fisiologi Kehamilan


Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh pemeliharaan janin
dalam kandungan yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma, saat
hamil akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah drastis. Organ
reproduksi interna wanita adalah alat pembuahan atau kandungan bagian dalam
yang meliputi ovarium, tuba falopi, uterus, dan vagina. Organ reproduksi eksterna
wanita adalah alat pembuahan atau kandungan bagian luar yang meliputi mons
veneris, labia mayor, labia minor, klitoris, introitus vagina, introitus uretra,
kelenjar bartholini dan anus. Payudara/mamae/susu adalah kelenjar yang terletak
di bawah kulit dan di atas otot dada (Saifuddin, 2012).

2.1.3. Tanda Dan Gejala Kehamilan


a. Tanda Kehamilan Pasti
Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil maka dalam pemeriksaan
melalui USG (ultrasonografi) terlihat adanya gambaran janin. USG
memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan (gestasional sac) pada
minggu ke-5 sampai ke-7, pergerakan jantung biasanya terlihat pada 42 hari
setelah konsepsi yang normal atau sekitar minggu ke-8, melalui pemeriksaan
USG, dapat diketahui juga panjang, kepala dan bokong janin dan merupakan
metode yang akurat dalam menentukan usia kehamilan.

5
6

Pemeriksaan merasakan gerakan janin dalam rahim pada usia 20 minggu,


terlihat adanya gambaran kerangka janin dengan pemeriksaan radiology, terdengar
adanya denyut jantung janin, melalui pemeriksaan dengan ultrasonografi Doppler
dapat dideteksi dengan denyut jantung janin pada minggu ke-8 sampai minggu
ke-12 setelah menstruasi terakhir dengan stetoskop leanec denyut jantung
terdeteksi pada minggu ke-18 sampai minggu ke-20 (Ai Yeyeh, 2010).

b. Tanda-Tanda Mungkin Hamil


Reaksi kehamilan positif : cara khas yang dipakai untuk menentukan adanya
Human Chorionic Gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing
pertama pagi hari. Dengan tes kehamilan tertentu air kencing pagi hari ini dapat
membantu membuat diagnosis kehamilan sedininya (Wiknjosastro dalam
Prawirohardjo, 2005). Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara
37,2°C sampai 37,8°C adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan. Gejala ini
sering dipakai dalam pemeriksaan kemandulan. Gejala kehamilan tidak pasti
(keluhan pasien) :
1. Payudara bengkak
2. Mual
3. Sering buang air kecil
4. Sakit kepala
5. Sakit punggung
6. Perut kram
7. Ngidam atau menolak makanan tertentu (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo,
2005).
7

2.1.4. Perubahan-Perubahan Fisiologi Kehamilan


1. Uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia, sehingga menjadi seberat 1000
gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan
hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim
karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2010; h. 85-87).
2. Ovarium
Dengan adanya kehamilan, indung telur yang mengan-dung korpus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba, 2010; h. 92).
3. Vagina dan Perineum
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain
terjadinya peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat)
pada kulit dan otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya
tanda chadwick yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang
disebabkan hiperemia, serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang
meningkat akibat stimulasi estrogen (Aprillia, 2010; h. 65).
4. Payudara
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 179), pada
awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi semakin lunak.
Seletah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena – vena
dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar,
kehitaman, dan tegak. Aerola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar
sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar (Djusar,
2009).
5. Sirlukasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi). Sel
darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
8

dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai


anemia fisiologis (Manuaba, 2010; h. 93).
6. Sistem Respirasi
Kapasitas paru secara total menurun 4-5% dengan adanya elevasi
diafragma. Fungsi respirasi juga mengalami peru-bahan. Respirasi rate 50%
mengalami peningkatan, 40% pada tidal volume dan peningkatan konsumsi
oksigen 15–20% diatas kebutuhan perempuan tidak hamil (Aprillia, 2010; h.
71-72).
7. Sistem pencernaan
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 185), seiring
dengan makin membesarnya uterus, lambung, dan usus akan tergeser.
Perubahan yang nyata terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus
digestivus. Mual terjadi akibat penurunan asam hidrokloroid dan penurunan
motilitas, serta konstipasi akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma
sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan
muncul. Haemoroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat
konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesa-
ran uterus (Djusar, 2009).
8. Sistem perkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada
hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan
tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodelusi
menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan
bertambah (Manuaba, 2010; h. 94).
9. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi
9

(khloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan meng-


hilang (Manuaba, 2010; h. 94).

2.1.5. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan


Empat tanda bahaya kehamilan :

a. Perdarahan dari jalan lahir


b. Nyeri kepala yang sangat hebat
c. Gangguan pada penglihatan
d. Nyeri perut yang sangat hebat
Selain itu ada 18 hal yang harus diwaspadai dan harus melahirkan di rumah sakit
yaitu:
a. Pernah di operasi seksio sesaria (operasi caesar)
b. Perdarahan dari jalan lahir selain lendir bercampur darah
c. Persalinan kurang dari 37 minggu (kurang bulan)
d. Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonium kental (cairan warna keruh)
e. Ketuban pecah disertai tidak terasa gerakan janin
f. Ketuban telah pecah lebih dari 24 jam atau ketuban pecah pada kehamilan
kurang bulan ada tanda gejala infeksi : Suhu tubuh tinggi, menggigil, nyeri
perut dan cairan ketuban yang berbau
g. Tekanan darah lebih dari 160/110
h. Tinggi fundus 41 cm atau lebih kehamilan kembar
i. Ada tanda gerakan janin berkurang (10 gerakan dalam 1 hari)
j. Kepala janin belum masuk panggul pada persalinan
k. Letak sungsang, lintang
l. Bagian terendah bukan kepala saja, tapi ada bagian lain misalnya tangan/lengan
m. Tali pusat keluar sebelum bayi lahir
n. Syok
o. Anemia (Aprillia, 2010; h. 96).
10

2.1.6. Penatalaksanaan Dalam Kehamilan

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu mak


perlu penanganan yang sesuai dengan keadaan perubahan yang terjadi. Ibu hamil
harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah dan ia hendaknya disarankan
untuk menemui petugas kesehatan jika ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika
ia merasa khawatir untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan
sehubungan dengan hal-hal diatas petugas kesehatan akan memberikan asuhan
antenatal yang lebih baik dengan tujuan :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, social ibu, dan
bayi.
3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang miungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tmbuh kembang secara normal (Ai Yeyeh, 2011).

2.2. Persalinan
2.2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau
persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2012).
11

2.2.2. Fisiologi Persalinan


1. Ada perubahan serviks menipis dan membuka
2. His teratur makin lama makin sering dan makin sakit
3. Rasa nyeri dibagian belakang dan menyebar ke depan
4. Ada proses penurunan kepala bayi
5. Kepala bayi terfiksasi di PAP
6. Pemberian obat penenang tidak mengurangi rasa sakit (Wiknjosastro, 2012).

2.2.3. Tanda-tanda Persalinan


1. Terjadinya His Persalinan
2. Pengeluaran Lendir & Darah (Pembawa Tanda)
3. Pengeluaran Cairan diakibatkan krn Selaput Ketuban Pecah
4. Pada periksa dalam di jumpai perubahan serviks :
a) Perlunakan Serviks
b) Pendataran serviks
c) Pembukaan serviks (Wiknjosastro, 2012).

2.2.4. Tanda-Tanda Persalinan


a. Terasa nyeri di selangkangan
Anda akan merasakan nyeri di bagian selangkangan karena ada tekanan
sebagai akibat posisi kepala janin sudah turun ke bawah, ke daerah rangka tulang
pelvis. Lantaran janin menekan kandung kemih, ibu hamil menjadi sering buang
air kecil. Anda juga merasakan sakit pada perut, mulas, sering buang air besar,
dan buang angin (Sarwono, 2009).
12

b. Sakit pada panggul dan tulang belakang.

Anda akan merasakan sakit berlebih pada panggul dan bagian tulang belakang.
Rasa sakit ini disebabkan oleh pergeseran dan pergerakan janin yang mulai
menekan tulang belakang (Wiknjosastro, 2012).

c. Keluarnya Lendir Kental Bercampur Darah

Selama kehamilan bayi anda tersumbat dalam rahim oleh mucus (gumpalan lendir
yang lengket pada leher rahim). Saat persalinan dimulai dan cervix mulai membuka,
gumpalan mucus tadi terhalau. Pada saat bersamaan, membran yang mengelilingi bayi
anda dan cairan amniotik agak memisah dari dinding rahim. Penampakan dari darah dan
mucus yang keluar tampak bagai cairan lengket berwarna merah muda ini merupakan
tanda anda segera akan menjalani proses persalinan (Wiknjosastro, 2012)..

d. Kontraksi

Adalah tidak biasa bisa suatu persalinan diawali dengan kontraksi yang kuat.
Mulanya, kontraksi tersasa seperti sakit pada punggung bawah, yang berangsur-
angsur bergeser ke bagian bawah perut. Beberapa menggambarkannya mirip
dengan mulas saat haid. Saat mulas bergerak kebagian perut dengan tangan dapat
anda rasakan bagian perut tersebut mengeras. Kejangnya mirip kontraksi Braxton
Hicks (kontraksi palsu), namur terasa teratur, semakin seiring dengan kemajuan
proses persalinan. Rahim tersusun oleh otot-otot longitudinal involuntary, yaitu
otot-otot yang tak dapat anda kontrol sesuka hati. Selama proses melahirkan, otot-
otot tersebut semakin menebal dan memendek seiring dengan setiap kontraksi,
dan saat itu juga otot-otot itu berangsur-angsur berhenti menipis, atau menghapus
cervix. Proses ini berlanjut hingga pembukaan cervix menjadi penuh, ukuran
lebarnya antara 8-10 cm (Wiknjosastro, 2012)..

e. Pecahnya Air Ketuban

Pada beberapa kasus, membran masih utuh hingga akhir tahap pertama
persalinan. Kemudian, desakan kontraksi dan tekanan kepala bayi anda pada
mulut cervix menyebabkan pecahnya air ketuban. Saat air ketuban mulai bocor,
13

anda akan merasakan semburan air atau hanya rembesan, namun persitiwa
sebenarnya pecahnya air ketuban tidak terasa, karena membran tidak memiliki
syaraf. Tugasnya adalah menampung dua liter air amniotik steril, yang saat keluar
sekaligus juga membersihkan jalur persalinan. Seiring dengan pecahnya
membran, proses melahirkan akan berlangsung cepat. Kepala bayi akan berusaha
keras menekan cervix, untuk membukanya dan merangsang pelepasalan
prostaglanding untuk memacu kontraksi (Wiknjosastro, 2012)..

2.2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


a. Power
His yang sempurna bila terdapat :
a. Kontraksi yang simetris
b. Kontraksi aling kuat ataua danya dominasi di fundus uteri
c. Sesudah itu terjadi relaksasi
Pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat, disebut amplitudo atau intensitas
his yang mempunyai deua bagian :
1. Bagian pertama peningkatan tekanan yang agak cepat
2. Bagian kedua penurunan tekanan yang agak lamban (Susan, 2012).

b. Passage ( Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas:
1. Bagian keras: tulang-tulang panggul
2. Bagian lunak: uterus, otot dasar panggul dan perineum (Susan, 2012).
14

1. Anatomi Panggul
Selama proses persalinan janin harus beradaptasi melewati tulang-tulang
pelvis. Penolong persalinan harus memahami cirri-ciri dari struktur pelvis untuk
dapat menggambarkan mekanisme persalinan dan lebih mudah memahami
masalah-masalah yang dapat timbul selama proses tersebut.
Tulang-tulang pelvis terdiri dari empat jenis tulang yaitu: sacrum,
koksigius, dan dua tulang koksa. Tulang koksa tersusun dari tiga tulang yang
bergabung – pubis, ischium dan ilium. Terdapat empat sendi, simfisis pubis di
anterior, sakro koksigius, dan dua sakro iliaka di posterior. Simfisis pubis dan
sendi sakro koksigius merupakan sendi simfisis kartilaginosa yang dikelilingi oleh
ligament yang kuat di bagian anterior dn posterior dan terpengaruh oleh reaksin
selama kehamilan. Sendi sakro iliaka adalah sendi synovial yang disangga oleh
ligament sakro iliaka, iliolimbar, lumbosakrum lateral, sakrotuberus, dan
sakrospinosus (Obstetri, 2010).

a. Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil. Bentuknya adalah
bulat oval. Batas-batasnya ialah: promontorium, sayap sacrum, linea terminalis,
ramus superior ossis pubis dan pinggir atas pubis. Biasanya tiga ukuran ditentukan
dari P.A.P :
a) Ukuran muka belakang (diameter antero posterior), conjugate vera, dari
promontorium ke pinggir atas simfisis, terkenal dengan nama conjugate vera,
ukurannya 11 cm. Ukuran ini adalah ukuran yang terpenting dari panggul.
Sebetulnya conjugate vera bukan ukuran yang terpendek antara promontorium dan
simfisis. Ukuran yang terpendek adalah conjugate obstertica, yaitu dari
promontorium ke simfisis beberapa millimeter di bawah pinggir atas simfisis.
1) Pada wanita hidup conjugate vera tak dapat diukur dengan langsung, tapi dapat
diperhitungkan dari conjugate diagonalis (dari promontorium ke pinggir bawah
simfisis).
2) Conjugate diagonalis ini dapat diukur dengan jari yang melakukan
pemeriksaan dalam. Jika panggul sempit, conjugate vera dapat diperhitungkan
15

dengan mengurang conjugate diagonalis dengan 1,5 – 2 cm (CV= CD – 1,5). Pada


panggul normal jari tak cukup panjang untuk mencari prmontorium.
b) Ukuran melintang (diameter transversa)
Ukuran melintang adalah ukuran terbesar antara linea terminalis diambil tegak
lurus pada conjugate vera (Indonesia 12,5 cm, Eropa 13,5 cm).
c) Kedua ukuran serong (diameter obliqua)
Dari artikilatio sakroiliaka ke tuberkulum pubikum dari belahan panggul yang
bertentangan (13 cm) (Obstetri, 2010).

b. Bidang Luas Panggul


Bidan luas panggul adalah bidang dengan ukuran-ukuran terbesar. Bidang
ini terbntang antara pertengahan simfisis, pertengahan asetabulum, dan pertemuan
antara ruas sakral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukurang
melintang 12,5 cm. Karena tidak ada ukuran yang kecil, bidang ini tidak
menimbulkan kesukaran dalam persalinan (Obstetri, 2010).

c. Bidang Sempit Panggul (bidang tengah panggul)


Bidan Sempit Panggul ialah bidang dengan ukuran-ukuran yang terkecil.
Bidang ini terdapat setinggi pinggir bawah simfisis, kedua spina ischiadika dan
memotong sacrum kurang lebih 1-2 cm di atas ujung sacrum. Ukuran muka
belakang 11,5 cm, ukuran melintang 10 cm, dan diameter sagialis posterior ialah
dari sacrum ke pertengahan antara spina ischiadika 5 cm. Bidang ini paling sulit
penilaiannya dalam ilmu kebidanan, karena ukuran-ukurannya paling kecil, lagi
pula sulit mengukurnya. Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai
kesempitan bidan sempit panggul (Obstetri, 2010)..

d. Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukan satu bidang, tetapi terdiri dari dua segituga
dengan dasar yang sama, yaitu garis yang menghubungkan kedua tuber
ischiadikum kiri dan kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah os sacrum,
16

sisinya adalah ligamentum sakrotuberosum kiri dan kanan. Segituga depan


dibatasi oleh arcus pubis.
Pada pintu bawah panggul biasanya ditemukan tiga ukuran:
a) Ukuran muka belakang, yaitu dari pinggir bawah simfisis ke ujung sacrum
(11,5 cm)
b) Ukuran melintang ialah ukuran antara tuberischiadikum kiri dan kanan sebelah
dalam (10 cm)
c) Diameter sagitalis posterior, yaitu dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran
melintang (7,5 cm) (Obstetri, 2010).

2. Jenis-jenis Panggul
a) Ginekoid
1) Bentuk ini adalah yang khas bagi wanita.
2) Diameter sagitalis posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter
sagitalis anterior.
3) Batas samping segmen posterior membuat dan segmen anterior juga
membulat dan luas.
4) Diameter transversa kira-kira sama panjangnya dengan diameter antero
posterior hingga bentuk pintu atas panggul mendekati bentuk lingkaran
(bulat).
5) Dinding samping panggul lurus, spina ischiadica tidak menonjol, diameter
interspinalis 10 cm atau lebih.
6) Incissura ischiadica mayor bulat.
7) Sacrum sejajar dengan simfisis konkavitas yang normal.
8) Arcus pubis luas.
9) Jenis ini ditemukan pada 45% perempuan (Obstetri, 2010)..

b) Android
1) Diameter sagitalis posterior lebih pendeh dari diameter sagitalis anterior.
2) Batas samping segmen posterior tidak membulat dan membentuk sudut
yang runcing dengan pinggir samping segmen anterior.
17

3) Segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga.


4) Dinding samping panggul konvergen, spina ischiadica menonjol, arcus
pubis sempit.
5) Incissura ischiadica sempit dan dalam.
6) Sacrum letaknya ke depan, hingga diameter antero posterior pada pintu
atas panggul maupun pintu bawah panggul.
7) Bentuk sacrum lurus, kurang melengkung, sedangkan ujungnya menonjol
ke depan.
8) Jenis ini ditemukan pada 15% perempuan (Obstetri, 2010)..

c) Anthropoid
1) Diameter antero posterior dari pintu atas panggul lebih besar dari diameter
transversa hingga bentuk pintu atas panggul menonjol ke depan.
2) Bentuk segmen anterior sempit dan runcing.
3) Incissura ischiadica mayor luas.
4) Dinding samping konvergen, sacrum letaknya agak ke belakang hingga
ukuran antero posterior besar pada semua bidang panggul.
5) Sacrum biasanya mempunyai 6 ruas hingga panggul anthropoid lebih
dalam hingga panggul-panggul lain.
6) Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan (Obstetri, 2010)..

d) Platipeloid
1) Bentuk ini sebenarnya panggul ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang.
2) Ukuran melintang jauh lebih besar daripada muka belakang.
3) Jenis ini ditemukan pada lebih dari 5% perempuan (Obstetri, 2010)..
18

c. Passanger
Bagian anatomi Penjelasan
(Tulang)
Frontal ada 2 tulang dahi
Parietal ada 2 buah tulang ubun-ubun
Temporal ada 2 buah tulang pelipis
Oksipital tulang belakang kepala
(Sutura)
Sagitalis berada diantara 2 tulang parietal
Frontalis berada diantara 2 tulang frontal
Coronal ada 2 sutura coronal, masing masing diantara tulang
frontal dan parietal di kedua sisi kepala
Lamboidal ada 2 sutura lamboidal, masing-masing diantara tulang
parietal dan bagian atas tulang oksipital pada kedua sisi
kepala
(fontanel)
anterior/ubun-ubun dibentuk oleh pertemuan sutura frontal, sagital dan 2
besar/sinsiput sutura coronal. Fontanel anterior secara kasar berbentuk
belah ketupat. Dan 4 sutura dapat diraba menjauhi
fontanel anterior pada 4 arah sesuai letak titik-titik pada
belah ketupat.
posterior/ubun- dibentuk oleh pertemuan sutura sagital dan 2 sutura
ubun kecil/occiput lamboidal. Fontanel posterior dibentuk oleh pertemuan
sutura sagital, dan 2 sutura lamboidal. Fontanel posterior
secara kasar berbentuk segitiga, dan 3 sutura dapat diraba
menjauhi fontanel posterior pada 3 arah sesuai titik-titik
segitiga. Tulang oksipital, yang merupakan dasar segitiga
juga dapat diraba.
Sumber : Buku Asuhan Kebidanan 1
19

a. Faktor passenger
1) Letak
Adalah hubungan antara sumbu panjang janin dan sumbu panjang ibu. Letak
terbagi menjadi 3:
a) Letak longitudinal. Yaitu sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu bisa
berupa letak kepala atau letak sungsang. Letak kepala dibagi menjadi 2
b) letak fleksi. Yaitu letak belakang kepala.
c) Letak defeksi, terdiri dari letak puncak kepala, letak dahi dan letak muka
(Karmita, 2013).
Letak sunsang terbagi menjadi 2:
a) Letak bokong sempurna (complete breech)
b) Letak bokong (frank breech)
c) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)
d) Letak lintang (transverse lie). Letak memanjang terjadi pada lebih dari
99% perselaninan Aterm.
e) Letak oblik. sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45
derajat, membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu berubah
menjadi letak memanjang atau melintang selama proses persalinan
(Suryati, 2011).

2) Sikap janin
adalah postur khas janin yag ditentukan dengan melihat hubungan bagian-
bagian janin tehadap satu sama lain dan efeknya pada kolumna vertebralis janin.
Pada bulan- bulan terakhir kehamilan janin membentuk postur khas yang disebut
sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin memebentuk suatu massa ovoid yang
secara kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan sendirinya janin
menjadi melipat atau membungkuk sehingga punggungnya menjadi sangat
konveks; kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir bertemu
dengan dada; paha fleksi didepan abdomen; tungkai bawah tertekuk pada lutut;
dan punggung kaki bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah.
20

Pada Semua presentais kepala, lengan biasanya saling menyilag didada atau
terletak disamping, dan tali pusat terletak diruang antara kedua lengan dengan
ekskerimas bawah. Postur ini khas terjadi akibat cara pertumbuhan janin dan
akomodasinya terhadap rongga uterus (Suryati, 2011).

3) Presentasi
adalah bagian terbawah janin, bagian tubuh janin yang berada paling Depan
didalam jalan lahir atau berada paling dekat dengannya. Bagian terbawah janin
dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Pada letak memanjang,
bagian terbawah janin adalh kepala janin atau bokong, masing –masing
membentuk presentasi kepala atau bokong. Jika janin terletakmpada sumbu
panjang melintang, bahu merupakan bagian terbawahnya.
a. Presentasi kepala. (Hubungan kepala dengan tubuh janin). bila kepala fleksi
sempurna sehingga dagu berada ditoraks presentasi dipertimbangkan sebagai
verteks atau oksipital. Sesungguhnya verteks terletak tepat didepan ubun-ubun
kecil dan onsisiput tepat dibelakangnya.
b. Presentasi wajah. Jauh lebih jarang, leher janin dapat mengalami hiperektensi
sehingga oksiput dan punggung saling menempel dan wajah menjadi bagian
terdepan jalan lahir.
c. Presentasi sinsiput dan dahi. Kepala janin dapat mengalami suatu posisi
diantara kedua keadan ini, pada beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan
bagian presentasi yaitu fontanel anterior (ubun- ubun beasr/ bregma). –
persentasi sinsiput, atau mengalami ekstensi parsial dengan dahi sebagai
bagian terbawah disebut presentasi dahi. Ketika persalian maju presantasi
sinsiput atau dahi hampir selalu berubah menjadi presentasi verteks atau muka
karena masing-masing akan mengalami fleksi atau ekstensi.
d. Presentasi bokong, bila janin presentasi bokong. Terdapat tiga konfigurasi
umum yang dapat terjadi.
e. Apabila paha berada dlam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di depan
badan, hal ini disebut presentasi bokong murni (frank breech)
21

f. Jika paha fleksi diabdomen dan tu gkai bwaha terletak diatas oaha keadan ini
disebut presentasi bokong sempurna (complete breech)
g. bila salah satu atau kedua kaki atau satu atau kedua lutut merupaka bagian
terbawah hal ini disebut presentasi bokong tidak sempurna (incomplete
breech) atau presentasi bokong kaki (footling breech) (Suryati, 2011).

4) Posisi
adalah titik yang dipilih secara acak pada janin untuk setiap presentasi, yang
dihubungkan dengan sisi kiri atau kanan panggul ibu. Posisi janin untuk indikator,
atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sbeeblah kanan, kiri, dean,
atau belakang terhadap sumbu ibu (materal- pelvis). Ada lima variasi dari
penunjuk arah atau indikator pada bagian terbawah janin:
a) Letak belakang kepala (LBK)
Indikator : ubun-ubun kecil
Variasi posisi :
1) ubun-ubun kecil kiri depan (LOA)
2) ubun-ubun kecil kiri belakang (LOP)
3) ubun-ubun kecil melintang kiri (LOT)
4) ubun-ubun kecil kanan depan (ROA)
5) ubun-ubun kecil kanan belakang (ROP)
1) ubun-ubun kecil melintang kanan (ROT) (Obstetri, 2010).
b) posisi dahi
Indikator : teraba dahi dan ubun-ubun besar (sinsiput)
Variasi Posisi :
1) Ubun-ubun besar kiri depan (LSA
2) Ubun-ubun besar kiri belakang (LSP)
3) Ubun-ubun besar melintang kiri (LST)
4) Ubun-ubun besar kanan depan (RSA)
5) Ubun-ubun besar kanan belakang (RSP)
2) Ubun-ubun besar melintang kanan (RST) (Obstetri, 2010).
22

c) Posisi muka
Indikator : dagu (meto)
Variasi posisi :
1) Dagu kiri depan (LMA)
2) Dagu kiri belakang (LMP)
3) Dagu melintang kiri (LMT)
4) Dagu kanan depan (RMA)
5) Dagu kanan belakang (RMP)
6) Dagu melintang kanan (RMT) (Obstetri, 2010).
d) Posisi bokong
Indikator : Sakrum
Variasi posisi : Sakrum Kiri depan (LSA), Sakrum kanan depan (RSA),
Sakrum kanan belakang (RSP), Sakrum melintang kanan (RST) (Obstetri,
2010).

1. Pelepasan plasenta
Normalnya pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir
terobliterasi dan organ ini berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan
tebal beberapa cm diatas segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang
terletak dibawah batas ketinggian umbilikus. Penyusutan ukuran uterus yang
mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan bidang tempat implantasi
plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan yang
mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas plasenta
terbatas, plasenta terpaksa menkuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan
lapisan decidua yang paling lemah lapisan spongiosa, atau decidua spongiosa
mengalah, dan pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan
plasenta dan mengecilnya ukuran tempat implantasi dibawahnya (Suryati, 2011).
23

2. Ekstrusi plasenta
Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang
diberikan kepadanya oleh dinding uterus menyebabkan organ ini menggelincir
turun menuju ke segmen bawah uterus atau bagian atas vagina (Suryati, 2011).

3. Moulage
Adalah perubahan bentuk kepala dalam usaha menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul ialah dengan bersgesernya tulang tengkorak yang satu dibawah
tulang tengkorak yang lain. moulage merupakan perubahan bentuk kepala janin
akibat gaya kompresi eksternal. Beberapa moulage timbul sebelum persalinan,
kemungkinan berkaitan dengan kontraksi braxton hicks. Suatu mekanisme
pengunci dipersambungan korona dan lamdoidea mencegah tumpang tindih tulang
parietalis (Suryati, 2011).
Moulage dikaitkan dengan pemendekan diameter suboksipitobregmatika
dan pemanjangan diameter mentovertikal. Perubahan-perubahan ini memainkan
peranan penting pada panggul sempit atau presentasi ansinklitik. Pada keadaan
ini, derajat moulege yang dialami kepala dapat membuat perbedaan antara
pelahiran pervaginam spontan atau sectio sesaria.moulege kepala berat sebagai
penyebab trauma serebri karena banyaknya faktor yang saling berkaitan misalnya
persalinan memanjang dengan sepsis janin dan asidosis, tidaklah mungkin untuk
mengukur efek moulage dengan dugaan sekuele neurologis pada neonatus atau
janin (Suryati, 2011).

4. Psikologis
Rangsangan diterima oleh ibu melalui penglihatan dan pendengaran
maupun perabaan tentang proses persalinannya kemudian karena ibu menganggap
hal tersebut sebagai stresor maka akan dikirimkan ke otak melalui saraf bahwa hal
tersebut merupakan keadaan yang berbahaya sehingga otak menstimulasi sel-sel
kromafin medulla adrenal menghasilkan katekolamin. Kadar katekolamin serum
maternal yang tinggi mempunyai efek inhibisi langsung pada kontraktilitas
miometrium (Suryati, 2011).
24

Adapun dari kerja hormon ganda seperti pada glukokortikoid yang


dihasilkan di korteks adrenal selain bekerja untuk metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak juga pada respon stres psikis yang berdampak pada fisik, salah
satunya meningkatkan denyut nadi, sekresi keringat, frekuensi pernafasan maka
karena metabolisme meningkat yang ditandai oleh hal tersebut energi ibu untuk
mengedan terbuang ditambah pada saat terjadi kontraksi otot-otot rahim akan
mengubah protein G pada otot untuk digunakan sebagai energi kontraksi (Suryati,
2011).

5. Penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal neonatal.
Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik, diharapkan kesalahan atau
malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi. Peran dari penolong
persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan (Suryati, 2011).

2.2.6. Perubahan Dalam Proses Persalinan


Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis
bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda
gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal
apa tidak persalinan kala I (Suryati, 2011).
a. Perubahan tekanan darah
Perubahan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg
diantara konstraksi-konstraksi uterus,tekanan darah akan turun seperti sebelum
masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi konstraksi. Arti penting dan
kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,sehingga
25

diperlukan pengukuran diantara konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang
sangat takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan kenaikan tekanan
darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk
mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang
mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus
terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sikulasi darah
baik untuk ibu maupun janin akan terganggu,ibu dapat terjadi hipotensi dan janin
dapat asfiksia (Suryati, 2011).
b. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik
akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena
kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuhKegiatan metabolisme yang
meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,denyut nadi,pernapasan,kardiak
output dan kehilangan cairan (Suryati, 2011).
c. Perubahan Suhu Badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai
tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap
normal asal tidak melebihi 0,5-1 derjat C. Suhu badan yang naik sedikit
merupakan hal yang wajar,namun keadaan ini berlangsung lama,keadaan suhu ini
mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain
selaput ketuban pecah atau belum,karena hal ini merupakan tanda infeksi (Suryati,
2011).
d. Denyut Jantung
Penurunan yang menyolok selama acme konstraksi uterus tidak terjadi jika
ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara
konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum
masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang
terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang
normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi
infeksi (Suryati, 2011).
26

e. Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar (Suryati,
2011).
f. Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan,hal ini disebabkan oleh kardiak
output yang meningkat serta glomelurus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak
begitu kelihatan dalam posisi terlentang,yang mempunyai efek mengurangi aliran
urine selama persalinan.Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan
hal yang wajar,tetapi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini
lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau pada kasus pre
eklamsia (Suryati, 2011).
g. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang
akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan akan
menyebaabkan konstipasi (Suryati, 2011).
x. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali
ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel darah putih meningkat
secara progessif selama kala satu persalinan sebesar 5000s/d 15.000 WBC sampai
dengan akhir pembukaan lengkap,hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula
darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang
mengalami penyulit atau persalinan lama (Suryati, 2011).
i. Konstraksi Uterus
Konstraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus
dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon
oksitosin (Suryati, 2011).
j. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat
otot yang lebih tebal dan kontraktif,terdapat banyak otot sorong dan memanjang,
terbentuk dari fundus sampai ishimus uteri. Segmen Bawah rahim (SBR)
27

terbentang di uterus bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot
yang tipis dan elastis,pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan
memanjang (Suryati, 2011).
k. Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR,dalam keadaan
persalinan normal tidak tampak dan akan kelihatan pada persalinan obnormal,
karena konstraksi uterus yang berlebihan,retraksi ring akan tampak sebagai garis
atau batas yang menonjol di atas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman
ruptur uterus (Suryati, 2011).

2.2.7. Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan


1. KALA I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif (Susan, 2012).
a. Fase laten persalinan
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
2) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
3) Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam.
b. Fase aktif persalinan
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
2) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan1 cm atau
lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4) Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:
a) Fase akselerasi, berlangsung dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 menjadi 4
cm.
28

b) Fase dilatasi maksimal, berlangsung dalam waktu 2 jam, pembukaan


berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, berlangsung sangat lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap (Susan, 2012).

2. KALA II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala
pengeluaran. Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-
3 menit sekali (Susan, 2012).
a. Tanda dan gejala kala II
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum atau vaginanya.
2) Perineum terlihat menonjol.
3) Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.
4) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
b. Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan
dalam yang menunjukan
1) Pembukaan serviks telah lengkap.
2) Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multigravida rata-rata ½ jam (Susan, 2012).

3. KALA III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Dwi, 2010).
1) Fisiologi kala III persalinan
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
implantasi plasenta. Karena tempat implantasi plasenta menjadi semakin kecil,
29

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal,
kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun
kebawah uterus atau bagian atas vagina (Dwi, 2010).
2) Tanda-tanda lepasnya plasenta
a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
b. Tali pusat memanjang.
c. Semburan darah tiba-tiba.
3) Manajemen aktif kala III
a. Tujuan
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan
mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis
(Dwi, 2010)..
b. Keuntungan
a) Kala III persalinan yang lebih singkat.
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta
Tiga langkah manajemen aktif kala III
a) Pemberian suntikan oksitosin
b) Melakukan peregangan tali pusat terkendala
c) Massase fundus uteri (Susan, 2012).

4. KALA IV
Asuhan dan pemantauan pada kala IV
Setelah plasenta lahir :
1. Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara
pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih
bawah
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, perdarahan masih dianggap
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
30

4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (apakah ada laserasi atau episiotomi).
5. Evaluasi kondisi ibu secara umum.
6. Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan dihalaman
belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian
dilakukan (Susan, 2012).
7. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi
dan kemajuan persalinan dengan adanya pembukaan serviks melalui periksa
dalam, mendeteksi apakah persalinan berjalan dengan normal. Dengan
demikian juga dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya
partus lama (Susan, 2012)..

2.3. Bayi Baru Lahir


2.3.1 Definisi
Bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dilahirkan dari ibu baik
secara spontan atau tindakan dengan berat badan 2500-4000 gram tanpa cacat
bawaan dan memiliki APGAR score 7-10 (Sujianti, 2011).

2.3.2. Ciri-ciri Bayi Normal


1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan 44-53 cm
3. Lingkar kepala 33-35 cm
4. Dada cenderung bulat
5. Abdomen menonjol
6. Refleks moro positif, refleks isap bagus
7. Nilai APGAR 7-10
8. Gerakan aktif dan tangis kuat (Sujianti, 2011).
31

2.3.3. Keadaan klinik Bayi Baru Lahir Normal


1. Denyut jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 kali/menit, kemudian
menurun sampai 120-140 kali/menit.
2. Pernafasan spontan 30-60 kali/menit.
3. Bayi tenang dalam keadaan stabil.
4. Daya hisap serta refleks teratur dan baik (Sujianti, 2011)..

2.3.4. Penanganan Bayi Baru Lahir


1. Membersihkan jalan nafas
2. Bayi normal akan menangis spontan segera setalah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis pertolongan segera membersihkan jalan nafas.
3. Memotong dan merawat tali pusat
4. Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir. Tali pusat di potong 5
cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril, sebelumnya pastikan bahwa
tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan.
Tali pusat diikat dengan pengikat steril dan dibungkus dengan kasa steril.
5. Mempertahankan suhu tubuh bayi
1) Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuat tetap
hangat.
2) Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parental dengan dosis 0,5-1
mg/hari.
3) Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetra siklin 1 % dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
4) Identifikasi pada bayi baru lahir normal tanda pengenal harus diberikan
sampai bayi dipulangkan, pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum:
nama ( bayi atau ibu ), tanggal lahir, jenis kelamin. Ukur berat lahir, panjang
32

bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medic (Sujianti,
2011)..

2.3.5. Pemantauan Bayi Baru Lahir


Tujuan pementauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi
normal atau tidaknya dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
a. Dua jam pertama sesudah lahir
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya (Hamzah,
2012).

2.4. Nifas
2.4.1 Definisi
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2012)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama nifas ini yaitu 6-8
minggu (Mochtar, 2010).

2.4.2. Perubahan fisiologis masa nifas


Perubahan fisiologi pada involusi alat-alat kandungan pada jam pertama
sesudah partus, akan terjadi adaptasi pada semua sistem dalam tubuh.
1. Involusi uterus
Suatu proses perubahan fisiologis pemulihan organ reproduksi kembali
sempurna dimana uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya
kembali sebelum hamil.
33

2. Kontraksi uterus
Setelah 1-2 jam pertama postpartum kontraksi uterus menurun dan kontaksi
menjadi lebih stabil.
3. After pains (mules-mules)
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan.
4. Luka jalan lahir
Luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
5. Tempat melekatnya plasenta
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan
diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6 2,4 cm,
dan akhirnya pulih.
6. Serviks
Setelah persalinan, bentukserviks agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-
perlukaan kecil.
7. Legimen
Legimen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah
bayi lahir secara berangsur-angsur menciut dan pulih kembali.
8. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
1) Lochea rubra (cruenta) berisi darh segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Postpartum hari
pertama sampai dengan hari ketiga
2) Lochea sanguinolenta berwarna merah kecokelatan mengandung sel darah
tua, sisa jaringan dan leukosit. Hari ke-3 sampai ke-7 postpartum
3) Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berwarna lagi mengandung sel
darah merah sedikit, sel desidua, leukosit, sisa-sisa jaringan. Hari ke-7
sampai ke-14 postpartum.
34

4) Lochea alba cairan putih berwarna jernih mengandung leukosit, sel epitel,
mukosa, bakteri. Setelah 2 minggu postpartum (Mochtar, 2010).

9. Perubahan pada vagina dan perineum


1) Dinding vagina yang lembut akan kembali setelah 6-8 minggu postpartum.
Rugea (lekuk-lekuk dinding vagina) kembali 4 minggi postpartum.
2) Penebalan mukosa (selaput lendir vagina) terjadi bersamaan berfungsinya
kembali ovarium.
3) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi. Pada postpartum hari ke-5, perineum
sudah mendapatkan kembali lagi tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan (Mochtar, 2010).

2.4.3. Perawatan masa nifas


1. Mobilisasi
Ibu harus istirahat baring terlentang selama 8 jam pasca bersalin, kemudian
boleh imring kekiri dan kekanan untuk mencegah terjadinya trombosit dan
tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk. Hari ketiga berjalan-
jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka (Mochtar, 2010).
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran, dan buah-buahan (Mochtar,
2010)..
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Wanita yang
mengalami sulit kencing disebabkan adanya oedema kandung kemih yang
terjadi selama persalinan (Mochtar, 2010).
35

4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi
dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal (Mochtar, 2010).
5. Perawatan payudara (mammae)
Perawatan payudara telah dilakukan sejak wanita hamil supaya putting susu
lumas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
dianjurkan pada ibu untuk menyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayinya (Mochtar, 2010)..
6. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mammae sejak kelahiran yaitu:
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak
bertambah.
2) Keluar cairan susu julong dari duktus laktiferus disebut kolostrum
berwarna kuning-putih susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan pada bagian dalam, dimana-
mana vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang,
maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang
merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan mio-efitel
kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar, produksi akan
banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

2.4.4. Rawat gabung


Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera memberikan ASI, sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin (Budiarti, 2011).
36

2.5. Keluarga Berencana


2.5.1. Pengertian alat-alat kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/ konsepsi
(bukan aborsi). Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya suatu kehamilan (Abdul, 2013).

2.5.2. Pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi


1. Usia ibu < 20 tahun : kontrasepsi yang reversibilitasnya tinggi atau
tingkat kembali kesuburannya tinggi
2. Usia ibu > 35 tahun : kontrasepsi effektif atau kegagalannya rendah
reversible atau irreversible
3. Usia reproduksi sehat : effektif, reversible dan tidak mengganggu ASI
(Abdul, 2013)

2.5.3. Macam-macam alat kontrasepsi yang bisa digunakan


Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia. Terdiri dari KB
hormonal, non hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap.
A. KB Hormonal
1) Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah :
a. Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali (kecuali pil)
b. Kenaikan berat badan
c. Muncul flek hitam pada wajah
d. Mual, pusing, atau muntah
2) Cara kerja :
a. Menekan masa subur
b. Mencegah penempelan
c. Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh air mani
d. Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga terganggu
(Abdul, 2013).
37

4. Pil oral kombinasi


a. Afektif dan reversible
b. Harus diminum setiap hari
c. Efek samping yang serius jarang terjadi Efek samping yang sering timbul
yaitu mual dan bercak perdarahan atau spotting
d. Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
e. Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat

Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu :


1) Monofasik :
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/
progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
2) Bifasik :
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/
progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
3) Trifasik :
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/
progestin dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif

Kelebihan pil oral kombinasi, yaitu:


a. Memiliki efektifitas yang tinggi
b. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c. Tidak mengganggu hubungan seksual
d. Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid
e. Dapat digunakan jangka panjang selama wanita itu ingin menggunakannya
dan diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan kembali setelah
diberhentikan
f. Untuk kontrasepsi darurat
38

Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu:


a. Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
b. Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c. Perdarahan bercak/spotting terutama 3 bulan pertama
d. Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk wanita menyusui
e. Meningkatkan TD

5. Suntik
1) Suntik progestin
Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat dipakai oleh
semua WUS, kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4 bulan), cocok untuk masa
laktasi karena tidak mempengaruhi ASI.
Jenis-jenis suntik progestin :
a. DMPA mengandung 150 mg DMPAyang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikkan IM
b. Depo Noristerat yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat dengan cara
disuntikan IM dalam
Kelebihan suntik progestin, yaitu :
a. Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang
b. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
c. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada penyakit jantung
d. Tidak berpengaruh terhadap ASI
Kekurangan suntik progestin, yaitu :
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti spotting, siklus memanjang dan
memendek
b. Klien bergantuung pelayanan kesehatan dan tidak dapat dihentikan sewaktu-
waktu
c. Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah penghentian
pemakaian
39

2) Suntik kombinasi
Merupakan jenis suntikan yang terdiri atas 25 mg Depo Medroksiprogesteron
Asetat 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM 1 bulan sekali
Kelebihan suntik kombinasi, yaitu:
a) Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan suami istri
b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang
c) Efek samping yang kecil
d) Klien tidak perlu menyimpann obat suntik
Kekurangan suntik kombinasi, yaitu:
a) Terjadi perubahan pola haid, apotting, perdarahan sela sampai 10 hari
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
c) Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan
d) Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya

6. Implant
Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk
Indoplan/Implano, klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh semua ibu usia
reproduksi, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, kesuburan akan
kembali setelah dicabut, efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
bercak dan aminorhea dan aman dipakai saat menyusui.
Keuntungan implant, yaitu :
a. Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian
tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
b. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus estrogen, tidak
mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI
c. Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan pencabutan
setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan implant, yaitu :
a. Perubahan pola haid
b. Nyeri kepala dan nyeri dada
c. Peningkatan/ penurunan BB
40

B. KB Non Hormonal
1) AKDR (IUD)
Cara kerja :
a. Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
b. Mencegah implantasi telur dalam uterus.
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Keuntungan IUD, yaitu :
a. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
b. Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual.
c. Tidak mempengaruhi ASI.
d. Metode jangka panjang.
e. Dapat digunakan sampai menopouse.
Efek samping penggunaan IUD :
a. Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak
b. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama)
c. Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi
d. Saat haid lebih sakit

2) Kondom
Cara kerja :
a. Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
b. Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain.
Keuntungan kondom, yaitu :
a. Tidak mengganggu produksi ASI.
b. Mencegah Penyakit Menular Seksual (PMS)
c. Mencegah ejakulasi dini.
d. Mencegah terjadinya kanker serviks.
e. Mencegah imunoinfertiltas.
f. Murah dan dapat diberi secara umum.
41

Efek samping :
a. Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan
b. Alergi
c. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

C. KB Yang Tanpa Memakai Alat Apapun (Alamiah)


1) Coitus Interuptus (Senggama Terputus)
Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita.
Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina. Dengan demikian tidak ada pertemuan antara
apermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah.
Keuntungan :
a. Efektif bila dilaksanakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produsi ASI
c. Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya
d. Tidak ada efek samping
e. Tidak memerlukan alat

2) Kalender
Metode KS dengan tidak melakukansanggama pada masa subur,
effektiitasnya 75%-80%, pengertian antar pasangan harus ditekankan, faktor
kegagalan karena salah menghitung masa subur dan siklus haid yg tidak teratur
Masa subur siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 1.

3) MAL (Metode Amenorrea Laktasi)


Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif. MaL dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui secara penuh,
lebih efektif jika pemberian belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan.
Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu menunda atau menekan ovulasi.
42

Keuntungannnya :
Efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, segera
efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada eefek samping secara sistemik,
tidak perlu perawatan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya.
Keterbatasannya :
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca persalinan.
b. Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial.
c. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
d. Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B
(HBV) dan HIV/AIDS.
e. Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif,
bayinya berusia kurang dari 6 bulandan belum mendapat haid setelah
melahirkan.

D. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (MOW)
Pengikatan/pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk
mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus, dilakukan
dengan cara operasi, effektivitas : tinggi, reversibilitas: rendah, disebut
kontrasepsi mantap.

2) Vasektomi (MOP)
Pengikatan atau pemotongan vas defferen kiri dan kanan pada pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis, dilakukan dengan cara operasi kecil/
minorsurgery, effektifitas : tinggi, reversibilitas : rendah, disebut kontrasepsi
mantap.
43

2.6. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan (SOAP)


2.6.1. Manajemen Askeb Pada Kehamilan Multigravida
Subjektif :
1. Gravida, Abortus
2. HPHT, TTP
3. Keluhan utama sering buang air kecil, nyeri pada pinggang, susah tidur, sakit
di bagian perut bawah, mudah keram di bagian kaki, nyesak di bagian perut.
4. Riwayat menstruasi
5. Riwayat Penyakit : TBC, DM, Hepatitis, Anemia, Hipertensi, HIV/AIDS,
jantung, asma.
6. Perawatan Yang Akan Dilakukan
a. Perawatan payudara
b. Senam hamil
c. Pola makan dan pemenuhan nutrisi
7. Personal hygine
8. Persiapan persalinan
a. Tempat persalinan
b. Pendamping persalinan
9. Posisi
10. Pemberian ASI
11. Perencanaan KB

Objektif :
1. Keadaan Umum
2. Vital Sign
3. TB, BB, LILA
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan Leopold : TFU, TBJ, DJJ.
6. Pemeriksaan Ekstramitas : Varises, odem
7. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan panggul, Hb, Protein Urin, Glucosa
Urine
44

Assesment :
Dx : Ibu primigravida G:III P:II A:0 dengan usia kehamilan 34 minggu
Masalah :
a. Sering buang air kecil
b. Susah tidur
c. Nyeri pada pinggang
d. sesak napas apabila tidur terlentang
e. Mudah kram
f. Kurang nafsu makan

Kebutuhan :
1. Nutrisi : Sayur 1 mangkuk kecil, 1 potong sedang ikan, 1 gelas susu
2. Istirahat dan tidur yang cukup
a. menghentikan aktifitas jika sudah lelah
b. tidur siang hari minimal 2 jam
c. tidur malam hari minimal 8 jam
3. Perawatan payudara
a. Membersihkan puting susu
b. Masase payudara
c. Melakukan pijat payudara searah jarum jam
d. Menggunakan bra yang dapat menopang payudara
4. Personal hygiene
a. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari
b. Mengganti celana dalam jika sudah merasa lembab
c. Membersihkan alat genital setelah BAK dan BAB
d. Mandi minimal 2 kali sehari
5. Senam hamil atau berjalan-jalan di pagi hari
6. Informasi tanda-tanda bahaya kehamilan
a. Anemia
b. Perdarahan
c. Pecah ketuban
45

d. Eklamsi
e. Sakit kepala yang hebat
f. Penglihatan kabur
g. Tidak ada pergerakan bayi

Planning :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam keadaan
baik
2. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan, kaki
bengkak, anemia, sakit kepala yang berlebihan, preeklamsi
3. Memberitahu ibu cara perawatan payudara mengunakan bra yang
menyokong, membersihkan putting susu, melakukan pijatan payudara
4. Mengajari ibu personal hygiene seperi vulva hygiene, mengganti pakaian
dalam, mengajari ibu untuk cara mencebok dari depan ke belakang
5. Mengajari ibu senam hamil ataupun aktivitas yang bermanfaat untuk proses
persalinan ibu
6. Mengajari ibu mengatur posisi untuk tidak tidur terlentang terlalu lama agar
ibu tidak mengalami kesulitan nafas.
7. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup : istirahat pada malam hari 8 jam dan
pada saat tidur siang 2 jam
8. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang seperti 1 piring nasi, 1 potong sedang ikan, 1
buah-buahan, dan 1 mangkuk kecil sayur-sayuran
9. Menganjurkan ibu mengurangi aktivitas yang terlalu berat.
10. Memberikan konseling kepada ibu untuk persiapan persalinannya
11. Menginformasikan kepada ibu tempat persalinan yang nyaman.
46

2.6.2 Manajemen Askeb Pada Persalinan Kala I Multigravida


Subjektif :
1. Kontraksi
2. Mulai kapan adanya lendir bercampur darah
3. Ada atau tidaknya keluar cairan warna putih
4. pendampingi persalinan : suami, keluarga
5. Pengetahun ibu saat persalinan : posisi, teknik relaksasi pernafasan, IMD
6. Apakah ibu merasa cemas

Objektif :
1. Tanda Vital sign
2. Palpasi (leopold 1-4)
3. TBJ, DJJ
4. Vaginal Touch
5. Jumlah his, durasi, interval, dan kekuatannya

Assesment :
Dx : Ibu inpartu kala I degan usia kehamilan 32-40 minggu
dengan fase laten
Masalah : Cemas menghadapi persalinan
Kebutuhan :
1. Makan dan minum sesuai keinginan ibu
Makan : nasi, roti, buah
Minum : susu, teh manis, air putih
2. Dukungan fisik dan psikis agar ibu tidak cemas
3. Pengaturan posisi : posisi berdiri, posisi jongkok, posisi tidur sesuai
kenyamanan ibu
4. Memberi keleluasaan untuk ke kamar mandi
5. Anjurkan untuk jalan-jalan disekitar tempat bersalin
6. Ajarkan keluarga untuk memijat punggung ibu untuk mengurangi rasa nyeri.
47

Planning :
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang
dilakukan :
a. TTV
b. Kemajuan persalinan
c. DJJ
2. Memberikann ibu makan dan minum disaat tidak ada kontraksi sesuai dengan
keinginan ibu, seperti :
a. Air putih, teh manis, kopi susu
b. Nasi, roti, buah
3. Memberikan dukungan emosional kepada ibu :
a. Memberikan pujian
b. Memberi semangat
4. Memberi dukungan fisik :
a. mengelus perut ibu
b. memijit pada daerah yang sakit
c. menggosok-gosok punggung
5. Mengatur posisi yang nyaman dan sesuai keinginan ibu :
a. Jongkok
b. Berdiri
c. Terlentang
d. Miring
e. Setengah duduk
6. Mengajari ibu cara meneran yang benar, dengan cara menarik nafas panjang
dan mengeluarkan nafas dengan cara dibatukkan.
7. Mengajari ibu teknik relaksasi pernafasan untuk mengurangi rasa nyeri
8. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan ke sekitar tempat bersalin
9. Mengevaluasi kemajuan persalinan dengan partograf
48

2.6.3. Manajemen Askeb Pada Persalinan Kala II Multigravida


Subjektif :
1. Ibu merasa ada dorongan kuat dan refleks meneran
2. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
3. Ibu merasa ingin BAB
4. Ibpu merasa semakin cemas menghadapi persalinan

Objektif :
1. Anus membuka
2. Vulva membuka
3. Tekanan anus
4. Peningkatan pengeluaran darah dan lendir
5. Pembukaan lengkap
6. Kepala telah turun didasar panggul
7. Kepala bayi terlihat pada introitus vagina

Assesment :
Dx : Ibu Multigravida inpartu kala II
Masalah : Ibu semakin merasa cemas menghadapi persalinan
Kebutuhan :
1. Dukungan emosional
2. Pendampingan dari keluarga
3. Bimbingan meneran
4. Makan dan minum disela kontraksi

Planning :
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan dukungan:
a. Melakukan rangsangan taktil
b. Menjadi teman bicara atau pendengar yang baik
49

c. Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran


bayinya
3. Memberikan ibu dukungan emosional
a. Memberikan pujian
b. Memberikan semangat
4. Menganjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan
untuk meneran
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi
6. Memberi ibu kesempatan untuk relaksasi jika ibu kelelahan
7. Mengusap keringat ibu agar ibu merasa nyaman

2.6.4. Manajemen Askeb Pada Persalinan Kala III Multigravida


Subjektif :
1. Ibu merasa bahagia setelah melahirkan bayinya
2. Ibu merasa nyeri pada jalan lahir
3. Ibu merasa adanya kontraksi

Objektif :
1. Semburan darah tiba- tiba
2. Uterus membundar
3. Tali pusat memanjang

Assesment :
Dx : Ibu inpartu dengan persalinan kala III
Masalah : Ibu merasa nyeri pada jalan lahir
Kebutuhan : 1. Dukungan emosional dengan memberi selamat atas
kelahiran bayinya
2. Makan dan minum sesuai keinginan ibu seperti roti, buah,
susu, teh manis, air putih
50

Planning :
1. Memotong dan mengikat tali pusat
2. Mendekatkan bayi pada ibunya skin to skin (bounding attachman untuk IMD)
3. Melakukan palpasi untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
4. Melaksanakan manajemen aktif kala III
a. Memberikan injeksi oksitosin 10 unit per im
b. melakukan penegangan tali pusat
c. masase uterus
6. Setelah tampak plasenta 75% putar searah jarum jam agar selaput plasenta
terpilin
7. Memeriksa kelengkapan plasenta

2.6.5. Manajemen Askeb Pada Persalinan Kala IV Multigravida


Subjektif :
1. Ibu merasa senang karena telah melahirkan bayinya
2. Ibu masih merasa nyeri pada perineum
3. Ibu merasa masih ada sedikit kontraksi
4. Ibu merasa lelah
5. Ibu merasa pusing

Objektif :
1. TTV
2. Keadaan umum ibu
3. Kontraksi uterus
4. Perdarahan
5. Pemeriksaan TFU
6. Membersihkan ibu
51

Assesment :
Dx : Ibu post partum pengawasan kala IV
Masalah : Tidak Ada
Kebutuhan : 1. Dukungan emosional
2. Makan dan minum
3. Istirahat yang cukup

Planning :
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan dukungan emosional kepada ibu
3. Memberikan ibu makan dan minum
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan IMD
5. menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

2.6.6. Manajemen Askeb Pada Bayi Baru Lahir


Subjektif :
1. Bayi segera menangis
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
3. Bayi warna merah kemerahan
4. Tonus otot bayi baik

Objektif :
1. Tanda vtital bayi : Pols, RR
2. PB, BB
3. Apgar score
52

Assesment :
Dx : Bayi lahir segera menangis
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Suntik vik K
2. Menjaga kehangatan bayi
3. IMD

Planning :
1. Memberi tahu ibu tentang keadaan bayinya
2. Memantau bayi 2 jam pertama
3. Menjaga kehangatan bayi
4. Membersihkan jalan nafas bayi
5. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan inisiasi menyusui dini
6. Melakukan perawatan tali pusat
7. Memberi salep mata pada bayi
8. Menyuntikkan vit K
9. Melakukan kontak kulit dengan ibunya
10. Menjelaskan pada ibu tentang pencegahan infeksi
11. Menjelaskan cara teknik menyusui
12. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada bayi
13. Memberikan imunisasi Hb0
53

2.6.7. Manajemen Askeb Pada Ibu Nifas


Subjektif :
Ibu post partum dengan G:III P:0 A:0 mengeluh nyeri saat ingin melakukan BAK
dan BAB.

Objektif :
1. Tanda Vital
2. Tinggi Fundus
3. Lokia
4. Perineum

Assesment :
Dx : Ibu post partum 2 jam
Masalah : Nyeri saat BAK dan BAB
Kebutuhan : 1. Istirahat yang cukup
1. Melakukan mobilisasi
2. Makanan dan minum yang mengandung banyak protein
seperti tempe, tahu, ikan.

Planning :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik.
2. Mengajarkan ibu massase uterus agar tidak terjadi perdarahan
3. Memberitau ibu agar tidur supaya proses involusi berjalan dengan baik
4. Membantu ibu untuk memberikan ASI awal agar ibu mengetahui pentingnya
ASI untuk bayinya
5. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi protein yang tinggi
6. Mengajari ibu perawatan payudara
7. Anjurkan ibu untuk rajin personal hygine dan vulva hygine
8. Memfasilitasi ibu untuk bounding attachment dan rooming in agar bayinya
tidak hipotermi dan menjalin hubungan yang erat antara ibu dan bayinya
54

9. Melakukan informed consent akan dilakukan kunjungan rumah pada minggu


ke 1 postpartum
10. Menganjurkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
seperti implant ataupun IUD

2.6.8. Manajemen Askeb Pada Keluarga Berencana


Subjektif :
1. Ibu primipara
2. Keluhan utama : ingin menjarangkan kehamilannya
3. Riwayat kesehatan

Objektif :
1. Keadaan Umum
2. Vital Sign

Assesment :
Dx : ibu ingin menjarangkan kehamilan dengan memakai KB
Masalah : ibu bingung mau memakai KB apa
Kebutuhan : 1. Musyawarah dengan suami
2. Konseling tentang KB yang sesuai bagi ibu

Planning :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan konseling tentang alat-alat kontrasepsi, kerugian dan kekurangan
setiap alat
3. Memberikan konseling kepada ibu bahwa ibu sebaiknya menggunakan KB
untuk menjarangkan kehamilan.
4. Melakukan pencatatan untuk kunjungan berikutnya
5. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
55

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

3.1. Manajemen Askeb Pada Kehamilan Primigravida

Identitas pasien

Nama Isteri : Ny. D Nama suami : Tn. M

Umur : 18 tahun Umur : 24 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : IRT Pendidikan : Wiraswata

Alamat : Jln. Gaperta Gg. Bahagia

Kunjungan pertama ( 29 Januari 2015 )

Data subjektif

1. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu


Gravida : I Partus : 0 Abortus : 0
2. Keluhan utama :
a. Ibu mengatakan nyeri di pinggang
b. Ibu mengatakan merasa sakit di perut bagian bawah
c. Ibu mengatakan bagian kaki nya mudah kram
3. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 18 April 2014
TTP : 25 Januari 2015
4. Riwayat kebidanan yang lalu : Tidak Ada
5. Riwayat penyakit : Tidak ada

55
56

Data objektif

1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b.
2. Vital sign
a. TD : 110/ 70 mmHg
b. Nadi : 80 x/i
c. RR : 20 x/i
d. Temp : 36,8 C
3. TB : 159 cm
BB : 68 kg
LILA : 23,8 cm
4. Pemeriksaan muka
a. Oedema : tidak ada
b. Konjungtiva : pucat
c. Sclera : tidak kuning
d. Hidung : tidak ada folip
e. Mulut : bersih, tidak ada caries
f. Telinga : simetris, tidak ada serumen
5. Pemeriksaan abdomen
a. Leopold 1 : TFU 35 cm , TBJ 3410 gram
b. Leopold 2 : teraba punggung disebelah kanan ibu
c. Leopold 3 : bagian bawah teraba kepala
d. Leoplod 4 : konvergen
6. Auskultasi : 138 x/i
7. Pemeriksaan penunjang : tidak ada dilakukan
57

Assessment :

Dx : ibu G1 P0 A0 dengan usia kehamilan 35 minggu, janin hidup


tunggal
Masalah : merasa nyeri pada pinggang dan bagian perut serta kakinya
mudah kram
Kebutuhan : nutrisi, istrahat dan tidur yang cukup, senam hamil

Planning :

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan


2. Menganjurkan kepada ibu memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, seperti 1 piring nasi, 1 potong
sedang ikan, 1 buahan dan 1 mangkok sedang sayuran hijau.
3. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan
4. Mengajari ibu untuk mengatur posisi agar tidak tidur telentang terlalu lama
5. Menganjurkan ibu untuk istrahat yang cukup
6. Memberitahu ibu untuk kunjungan selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan
panngul, protein urine, glukosa urine dan pemeriksaan Hb darah.

Kunjungan kedua ( 4 Februari 2015 )

Subjektif
Ny. D 18 tahun G1 P0 A0 menikah dengan Tn. M 24 tahun. Bidan
melakukan kunjungan kerumah pada tanggal 4 februari 2015 untuk melihat
keadaan Klien. Ibu mengatakan merasa nyesak jika tidur telentang, nyeri dibagian
bawah perut, kaki nya masih sering terasa kram, serta mengeluh ada sedikit
bengkak atau oedema pada bagian kaki.
58

Objektif
Keadaan umum ibu baik dengan data dasar
Tanda Vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Pols : 82 x/i
c. Temp : 36,5 ° C
d. RR : 20 x/i
e. Lila : 24 cm
f. DJJ : 140 x/i
Palpasi Perut
Leopold I : TFU 36 cm, TBJ 3565 gram
Leopold II : Teraba sebelah kanan punggung
Leopold III : Teraba kepala
Leopold IV : Belum masuk PAP
Pemeriksaan Panggul
Distansia cristarum : 25 cm
Distansia spinarum : 29 cm
Conjugata eksterna : 19 cm
Lingkar panggul : 88 cm
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 10 gr%
Protein urine : negatif
Glukosa urine : negatif
59

Assesment
Ibu primigravida dengan usia kehamilan 36 minggu.
Keadaan Umum : Baik
Masalah : merasa nyeri pada bagian bawah perut, kaki kram, dan kaki
sedikit oedema
Kebutuhan : 1. Istirahat yang cukup
2. Jalan-jalan pagi hari
3. Senam hamil atau aktifitas sehari yang bermanfaat
mempercepat penurunan kepala janin, seperti berjongkok

Planning
1. Memberitahu ibu hasil pemerikasaan yang telah dilakukan
2. Menganjurkan ibu tidur dan istirahat yang cukup : Ibu beristirahat jika ibu
sudah merasa capek, tidur siang minimal 2 jam, dan tidur pada malam hari
minimal 8 jam
3. Memberitahu ibu informasi tentang senam hamil atau aktifitas yang
bermanfaat untuk proses persalinan ibu.
4. Menganjurkan ibu untuk lebih memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan
bergizi seimbang
5. Mengajari ibu melakukan perawatan payudara seperti:
a. Membersihkan putting susu secara rutin
b. Memakai brah yang menyokong
c. Cara melakukan pijatan payudara
6. Menganjurkan ibu lebih memenuhi kebutuhan nutrisi dan makanan bergizi
seimbang
7. Memberitahu ibu untuk kunjungan selanjutnya akan dilakukan kembali
pemeriksaan leopold dan penyuluhan tanda-tanda persalinan
60

Kunjungan ketiga ( 11 Februari 2015 )

Subjektif
Ny. D 18 tahun GIP0A0 menikah dengan Tn. D 24 tahun. Bidan
melakukan kunjungan kerumah ibu pada tanggal 11 Februari 2015. Ibu mengeluh
merasa nyeri pada bagian bawah perutnya semakin sering, sulit tidur, dan sesak
bila tidur terlentang.

Objektif
Keadaan umum ibu baik dengan data dasar
Tanda Vital
a. TD : 120/80 mmHg
b. Pols : 70 x/i
c. Temp : 36,8 ° C
d. RR : 24 x/i
e. Lila : 24 cm
f. DJJ : 138 x/i
Palpasi Perut
Leopold I : TFU 36 cm, TBJ 3565 gram
Leopold II : Teraba sebelah kanan punggung
Leopold III : Teraba kepala
Leopold IV : Kepala janin sebagian sudah masuk PAP

Assesment
Diagnosa : Ibu primigravida dengan usia kehamilan 37 minggu, janin tunggal
hidup intra uteri.
Keadaan Umum : Baik
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Istirahat yang cukup
2. Mengajari ibu untuk mengatur posisi agar tidak tidur
telentang terlalu lama
3. Informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
61

Planing
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Mengingatkan ibu untuk terus mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang.
3. Mengingatkan ibu untuk terus melakukan perawatan payudara agar ASI nya
lancar
4. Mengingatkan ibu untuk jalan-jalan pagi hari atau mobilisasi
5. Mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan personal higiene nya
6. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan : Perdarahan, pembengkakan
didaerah wajah dan ekstremitas yang disertai dengan tekanan darah yang
tinggi, sakit kepala yang berlebihan, janin tidak bergerak.
8. Mememberitahu ibu akan dilakukannya kunjungan ulang.

Kunjungan Keempat ( 24 Februari 2015 )

Subjektif
Ny. D 24 tahun GIP0A0 menikah dengan Tn. M 24 tahun. Bidan
melakukan kunjungan kerumah ada tanggal 24 Februari 2015 untuk melihat
keadaan klien. Ibu mengatakan nyeri perutnya semakin sakit hingga kepinggang,
ada kontraksi dengan durasi singkat dan jarang, dan merasa cemas untuk
menghadapi persalinan.

Objektif
Keadaan umum ibu baik dengan data dasar
Tanda Vital
a. TD : 120/70 mmHg
b. Pols : 80 x/i
c. Temp : 37 ° C
d. RR : 22 x/i
e. Lila : 24,5 cm
62

f. DJJ : 132x/ i
Palpasi Perut
Leopold I : TFU 37 cm, TBJ 4.030 gram
Leopold II : Teraba sebelah kanan punggung
Leopold III : Teraba kepala
Leopold IV : Sudah masuk PAP

Assesment
Ibu primigravida dengan usia kehamilan 39 minggu.
Keadaan Baik
Masalah : Ibu merasa nyeri bagian bawah perut hingga kepinggang semakin
sering, dan merasa cemas menghadapi persalianan
Kebutuhan : 1. Istirahat yang cukup
2. Motivasi dan dukungan
3. Personal Hygiene
4. Tanda-Tanda Persalinan

Planing
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Menganjurkan ibu tidur dan istirahat yang cukup : Ibu beristirahat jika ibu
sudah merasa capek, tidur siang minimal 2 jam, dan tidur pada malam hari
minimal 8 jam.
3. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan, yaitu adanya rasa mules yang teratur
yang semakin sering dan semkin lama, keluar lendir bercampur darah,
keluarnya cairan ketuban.
4. Menganjurkan ibu mengurangi aktivitas yang terlalu berat, seperti mengangkat
barang yang berat.
5. Memberikan dukungan mental dan support untuk mengurangi rasa cemasnya
6. Menganjurkan ibu untuk sering melakukan yang bermanfaat untuk proses
persalinannya, seperti berjongkok
63

7. Memberitahu ibu tentang teknik relaksasi pernafasan untuk mengurangi nyeri


pada saat persalinannya
8. Memberitahu ibu bahwa ia akan didampingi saat persalinannya

3.2. Manajemen Askeb Pada Persalinan Primigravida

Kala I

Subjektif :

Ny. D GI P0 A0 datang ke klinik pada tanggal 11 April 2015 pukul 17.00 wib. Ibu
mengatakan merasa mules sejak pukul 08.00 wib.

Objektif : vital sign

TD : 120/80 mmHg

RR : 22x/i

Temp : 37˚ C

Nadi

Pukul 17.30 wib : 88 x/i 21.30 wib : 88 x/i

18.00 wib : 90 x/i 22.00 wib : 80 x/i

18.30 wib : 88 x/i 22.30 wib : 88 x/i

19.00 wib : 95 x/i 23.00 wib : 90 x/i

19.30 wib : 100 x/i 23.00 wib : 90 x/i

20.00 wib : 95 x/i 23.30 wib : 92 x/i

20.30 wib : 90 x/i 00.00 wib : 90 x/i

21.00 wib : 90 x/i 00.30 wib : 98 x/i


64

DJJ

Pukul 17.30 wib : 130 x/i 19.00 wib : 135 x/i

18.00 wib : 130 x/i 19.30 wib : 138 x/i

18.30 wib : 128 x/i 20.00 wib : 130 x/i

20.30 wib : 135 x/i

21.00 wib : 140 x/i 23.00 wib : 145 x/i

21.30 wib : 142 x/i 23.30 wib : 148 x/i

22.00 wib : 140 x/i 00.00 wib : 145 x/i

22.30 wib : 145 x/i 00.30 wib : 140 x/i

His

Pukul 17.00 wib : 2 x 10 menit durasi 20 detik

17.30 wib : 2 x 10 menit durasi 20 detik

18.00 wib : 2 x 10 menit durasi 20 detik

18.30 wib : 2 x 10 menit durasi 20 detik

19.00 wib : 2x 10 menit durasi 20 detik

19.30 wib : 2 x 10 menit durasi 25 detik

20.00 wib : 2 x 10 menit durasi 25 detik

20.30 wib : 3 x 10 menit durasi 30 detik

21.00 wib : 3 x10 menit durasi 30 detik

21.30 wib : 3 x10 menit durasi 32 detik


65

22.00 wib : 3 x10 menit durasi 30 detik

22.30 wib : 3 x10 menit durasi 35 detik

23.00 wib : 4 x10 menit durasi 35 detik

00.00 wib : 4 x10 menit durasi 40 detik

00.30 wib : 4 x10 menit durasi 40 detik

VT Pukul 15.00 wib : 2 cm


Leopold : divergen

Assesment

Diagnose : ibu GI P0 A0 inpartu dengan usia kehamilan 39 minggu

Masalah : ibu merasa cemas menghadapi persalinan

Kebutuhan : mobilisasi, support, mental, makan dan minum

Planing :

1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang dilakukan


2. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi sesuai keinginan ibu
3. Meminta keluarga untuk mendampingi dan memberikan support kepada ibu
4. Memberikan keleluasan kepada ibu untuk ke kamar mandi
5. Mengajari ibu untuk teknik relaksasi pernafasan yang efektif saat adanya his
6. Mengevaluasi kemajuan persalinan menggunakan partograf

Kala II

Subjektif :

Ibu mengatakan semakin sering merasakan sakit sampai menjalar ke


pinggang dan merasa ingin meneran dan BAB. Sudah keluar cairan bercampur
darah dari kemaluan dan ibu semakin merasa cemas dan khawatir.
66

Objektif :
TTV : TD : 120/80 mmHg
Temp : 37,5˚C
RR : 24 x/i
Pols : 85 x/i
Pemeriksaan umum :
1. Dorongan meneran
2. perineum menonjol
3. vulva membuka
4. ada tekanan anus
5. kepala janin sudah masuk didasar panggul
6. kepala janin sudah terlihat di introitus vagina

Assesment :

Dx : ibu inpartu kala II janin tunggal hidup dan persentase kepala

Masalah : semakin cemas menghadapi persalinannya, takut dan khawatir

Kebutuhan : dukungan emosional, memimpin meneran, dan support

Planing :

1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan


2. Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai dengan
kelahiran bayinya.
3. Memberikan pujian kepada ibu untuk membesarkan hati ibu
4. Menganjurkan ibu agar miring ke kiri terutama jika dalam keadaan mules
5. Menganjurkan suami dan keluarga agar tetap mendampingi ibu selama dalam
proses persalinan
6. Mengajarkan cara mengedan dan tehnik relaksasi dengan baik, serta teknik
menarik nafas.
7. Memberikan ibu minum di sela-sela kontraksi
67

8. Mengajarkancaramengedandenganteknikrelaksasidenganbaik,
sertateknikmenariknafas
9. Memberikanibuminumdisela-selakontraksi
10. Memimpinpersalinanjikaadakontraksi
11. Meletakanbayidiatasperutibu
12. Menjepittalipusatdanmemotongtalipusat
13. Membersihkandanmengeringkanbayibarulahir
Data perkembangan
1. setelahibudipimpinuntukmeneranselamasetengahjam
setelahpembukaanlengkapmakabayilahir normal padapukul 06.00 WIB
2. menjepittalipusat
3. Mengeringkanbayi
4. Meletakandiatasperutibudanmelakukan IMD

Kala III
Data Subjektif :
ibusegerainginbersalinkarenakankontraksisemakinkuat ( nyeripadaperutibu)
namundenganhaliniibusangatsenangdengankelahiranputranya
Data Objektif :
TTV : TD : 110/70 mmHg RR : 22x/i
Pols : 78x/I Temp : 36,7 C
Pemeriksaanabdomen :
keadaanibubaik, kontraksi uterus baik, Tfusejajardenganpusat,
palpasitidakterdapatjaninkedua, uterus memundar , talipusatmemanjang,
adasemburandarahtiba-tiba
Assessment :
Dx :ibubersalindenganpartus : III abortus : 0
Kebutuhan :Dukunganemosionaldarikeluarga , danminum
Data Perkembangan :Penilaianpada BBL danibuyaituBounding attachment
Denganpandanganpositif :-ibusenangdengankelahiranbayinya yang ketiga
- Meningkatkanperkembanganemosionalpadabayi
68

- Secarapsikologisanakterikatdenganikatankasihsayang
- Ibumelihatnyaketikadialahir
- Di peluk, di ciumdengankasihsayang
- Anakpertamadankeduanyasangatsenangdengankelahiranadiknya.
Denganpandangannegatif :
- akanberkurangikatanibudananak
- Gangguanemosional , (gampangmarah )
Planning :
1. Menginformasikanhasilpemeriksaandanassuhan yang akandiberikan
2. Memberitahukepadaibudankeluargabahwaakandisuntikansintosinon
3. Menjepitdanmemotongtalipusatbayi
4. Melakukan PTT
atauperegangantalipusatyaitudengantandaadanyasemburandarah,
talipusatmemanjang, uterus membundar
5. Melakukanmasasesetelahlahirnyaplasentasearahdenganjarum jam
6. Memeriksaperdarandanadanyarobekanjalanlahir.

KALA 1V
Subjektif :ibusangatsenangkarenatelahberhasilmelahirkanbayinyadengan normal
danibumerasakannyeridibagian perineum.
Objektif :
TTV : TD : 120/80 mmHg
Pols : 80x/I
RR : 24x/I
Temp : 36 C
Kontraksiuterus :baik
Kandungkemihkosong
PemeriksaanTFU :duajaridibwhpusat
Assessment :
Dx : p III A, 0 kala IV
Masalah : ibumerasalelahdannyeripada perineum
69

Kebutuhan : - istirahatdanmemberikandukunganemosional
- Nutrisidancairan
- Mobilisasi ( berjalankekamarmandi )
Planning :
1. Memberitahukankepadaibuhasilpemeriksaan yang dilakukan
2. Melakukanpemantauankontraksidanmelakukanpemeriksaanplasenta
3. Memberikandukungandanmelakukanobservasikala IV
4. Memberikanibumakandanminum : makannasi , roti, minum air putih, the
manis
5. Menganjurkanibuuntukmelakukan IMD
6. Memberitahukanibubilaingin BAK ibubisaturundaritempattidur
7. Mendukumentasikansemuaalat yang bisadipakaidenganlarutanklorin
8. Menganjurkanibuuntuktidur, danistirahatjikadiamerasalelahdancapek
9. Melakukanpendokumentasian

3.3. ManajemenAskebPadaBayiBaruLahir
Data Subjektif :bayilahirbugardanmenagiskuat
Data Objektif :
Keadaanumumbayibaikbergerakaktifdansegeramenangis
Kebugaran :kulitkemerah-merahan, bayisegeramenangis, denyutnadi,
refleksterhadaprangsangan, tonus otot, usahabernafas.
Tanda-tanda vital bayi :
Denyutnadi : 120x/I menit.
Pernapasan : 42x/menit.
Temperatur : 36,6 ̊C
PB : 48cm
Lk : 35cm
Ld : 33cm
Jeniskelamin :perempuan
BB : 3000 gram
PemeriksaanAnus :ada(+)
70

Kuku yang panjang :ya


Rambut yang lebat :ya
Refleksmenghisap :ya (+)
Warnakulitkemerahan
Talipusatterbungkuskassasteril, danmasihbasah

Assesment :
Dx : BayiNy. Y lahirspontandanbugar
Masalah :Tidakada
Kebutuhan : IMD, menjagakehangatanbayi, PemberianVit K dan Hb0, IMD,
Bounding Attacment,danPerawatanTalipusat

Planning
1. Memberitahuankondisitentangbayi yang dilahirkanya
2. Perlihatkanbayipadaibudananggotakeluargalainya
3. Mengupayakanbayi agar tetaphangat.
4. Menjagakehangatantubuhbayi, memakaikanbayipakaian yang kering.
5. Pencegahaninfeksidenganperawatantalipusat, personal hygine,
danmelakukanperawatanpadamatabayi.
6. Penilaiansegerasetelahlahirdengancaramenjagakehangatantubuh,membersihkanjal
annafas, potongdanikattalipusat,melakukan IMD, Memberikansalepmata.
7. MencegahKehilanganPanasyaitumembuatbayi skin to skin
ataukontakkulitdenganibu, membuattopi di kepalanya,
tidakmenimbangdanmemandikanbayi.
8. AsuhanTalipusatyaitumemotongdanmengikatnya.
9. Melakukan IMD iniadalah agar bayistabildalambernafas,
mengedalikansuhutubuhbayi, membuatbayitidurnyenyakdantidakterganggu.
10. Manajemenlaktasi, pencegahaninfeksimata,danpemberian vitamin K1,
kemudianpemberianimunisasidanmelakukanpemeriksaanbayidengancaramem
astikankamarhangat , pakaian yang digunakanbayi.
71

8.

1.5. Manajemen Askeb Pada Keluarga Berencana


Subjektif :
Ibu mengatakan saat ini hanya menginginkan menggunakan kontrasepsi
yang tidak mengganggu produksi ASI nya.

Objektif :
Keadaan umum ibu baik

TD : 120/80 mmHg
Pols : 76 x/i
Temp : 36 ° C
RR : 24 x/i

Assesment :
Dx : ibu ingin menjarangkan kehamilan dengan memakai KB
Masalah : ibu bingung mau memakai KB apa
Kebutuhan : 1. Musyawarah dengan suami
2. Konseling tentang KB yang sesuai bagi ibu

Planning :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan konseling tentang alat-alat kontrasepsi, kerugian dan
kekurangan setiap alat kontrasepsi
3. Memberikan konseling kepada ibu bahwa ibu sebaiknya menggunakan KB
untuk menjarangkan kehamilan.
4. Melakukan pencatatan untuk kunjungan berikutnya
5. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
72

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kehamilan

Kehamilan yang di alami oleh Ny. D ini merupakan suatu kehamilan yang
normal dan tidak ada penyulit yang berarti. Ibu sudah memeriksakan
kehamilannya sebanyak 8 kali, dimana pemeriksaan pertama dilakukan saat usia
kehamilan 4 bulan, pemeriksaan ulang dilakukan pada usia kehamilan 5 bulan
dengan pemeriksaan ulang selanjutya dilakukan setiap bulan pada bulan-bulan
berikutnya hingga usia kehamilan 10 bulan. Namun hal ini tidak sesuai dengan
teori Menurut saifuddin (2010: 90), pemeriksaan kehamilan seharusnya
dilaksanakan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu satu kali pada triwulan
73

pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.
Sedangkan Ny. D tidak melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester I (0-3
bulan pertama kehamilan) melainkan pada bulan ke- 4 atau pada trimester 2,
meskipun pemeriksaan ulang selanjutnya dilakukan rutin setiap bulan.
Masa kehamilan Ny. D selama dalam pemantauan dan hasil anamnesa
penulis selanjutnya berlangsung baik dimana. Ny. D mendapat imunisasi TT
lengkap yaitu TT1 pada usia kehamilan 4 bulan dan TT2 saat usia kehamilan 5
bulan. Hal ini sesuai denngan teori menurut Saefudin (2010, 90), yaitu asuhan
standar minimal pemeriksaan meliputi 7 T, yaitu: timbang berat badan, mengukur
tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian tetanus toxoid lengkap,
tablet penembah darah, tes penyakit menular dan temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan. Dan selama kehamilan ibu sudah mengkonsumsi tablet
penambah darah minimal 90 tablet.
Obat yang diminum ibu yaitu vitamin dan tablet tambah darah (Fe).
Gerakan janin dirasakan pada umur kehamilan 4 bulan pergerakan janin masih
dirasakan oleh ibu saat ini. Berdasakan kartu perkembangan kehamilannya
menunjukan perkembangan yang baik. Pada catatan perkembangan Ny. D yang
selanjutnya tidak tampak adanya suatu permasalahan kehamilan yang mengarah
pada hal yang patologis.
4.2. Persalinan

Ibu datang ke BPS Bidan S pada pukul 15.00 WIB merasa hamil 9 bulan
dengan keluhan mules-mules dirasakan semakin dan juga keluar darah bercampur
lendir. Hal ini menunjukkan tanda-tanda persalinan (Affandi, 2008: 39), maka
dilakukan pemeriksaan dalam, dengan hasil Vulva vagina tidak ada kelainan,
portio tebal lunak, pembukaan 2 cm, ketuban utuh, moulage tidak ada, bagian-
bagian kecil janin tidak teraba, penurunan kepala stasion -1. Namun pada pukul
23.00 WIB saat dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan masih 7
cm, partograf melewati garis waspada, namun bidan tidak melakukan persiapan
rujukan Ny. D ke rumah sakit melainkan tetap melakukan asuhan persalinan
seperti pada pasien tanpa penyulit. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut
afandi (2008:61), yaitu jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
74

waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan


adanya penyulit. Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang
diperlukan, misalnya: persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan.
Pukul 02.30 WIB ibu mengeluhkan rasa mules yang tak tertahankan,
dikalukan pemeriksaan dalam dengan hasil: portio tidak teraba, pembukaan
lengkap, ketuban negatif, penurunan kepala station +2. Lamanya kala 1 dari
pembukaan 2 cm sampai 10 cm Ny. D adalah kurang lebih 10 jam. Sedangakan
menurut Manuaba (2009:145) pembukaan 0 sampai lengkap (kala I) memerlukan
waktu antara 10-14 jam. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan Ny. D pada kala 1
ini masih dalam waktu yang normal.
Pada persalinan kala II, ibu mengalami persalinan dengan distosia bahu,
dimana setelah kepala bayi lahir tidak terjadi putaran paksi luar karena bahu sulit
dilahirkan. Hal ini mendapat penanganan oleh bidan dengan melakukan manuver
Mc. Robert dan manuver Massanti dengan melakukan episiotomi sebelumnya.
Manuver yang dilakukan sesuai dengan teori Saifuddin (2010) bahwa dalam
penanganan distosia bahu manuver pertama yang dilakukan adalah manuver Mc.
Robert kemudian Manuver Massanti, kemudian manuver Corkscrew woods,
dengan melakukan episotomi sebelumnya. Hanya saja manuver yang dilakukan
hanya sampai manuver Massanti, karena bahu dan tubuh bayi sudah dapat
dilahirkan Namun dalam melakukan episiotomi terjadi kesenjangan antara teori
dan praktik di lapangan. Teori mengatakan bahwa dalam melakukan tindakan
episiotomi terlebih dahulu melakukan anastesi lokal dengan menyuntikkan secara
subkutan bahan anastesi (Lidokain 1%) 5-10 ml sambil menarik jarum ke luar di
bagian perineum yang akan dilakukan episiotomi (Saifuddin, 2010). Sedangkan
dalam pelaksanaannya tidak dilakukan nastesi lokal. Adapun sebab-sebab distosia
bahu dapat dibagi dalam 3 golongan, yakni:
a. Kelainan tenaga atau kelainan his. His yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami
hambatan atau kemacetan (Wiknjosastro, 2012: 587).
75

Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru pada
dinding perut, hernia, diastase muculus rectus abdominis atau karena sesak
nafas (obstetri patologi, 1981: 154).
b. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
c. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetannya.
(Wiknjosastro, 2012:587)
Distosia bahu terutama disebabkan oleh demografis panggul, kegagalan
bahu untuk “melipat” ke dalam panggul disebabkan oleh fase aktif dan persalinan
kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum
bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul (Saifuddin, 2010).
Menurut pendapat penulis salah satu faktor penyebab terjadinya distosia
bahu pada kasus ini adalah akibat dari kekuatan mengejan yang kurang kuat
dimana ibu tidak mau makan maupun minum apapun meski hanya sedikit
sehingga membuat ibu lemas, dan merasa lelah selama merasakan rasa mules
yang semakin sering dan kuat, dan juga Ny. D selalu merasa gelisah dalam
menghadapi persalinannya karena ini merupakan kehamilannya yang pertama.
Waktu kala II Ny. D berlangsung selama ± 105 menit dan masih dikatakan
dalam waktu yang normal sesuai dengan teori menurut buku Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita (Manuaba, 2009:145), menyatakan bahwa kala II
persalinan janin berlangsung 1-2 jam (60-120 menit).
Kala III Ny. D berlangsung secara normal. Plasenta lahir lengkap setelah
diberikan asuhan manajemen aktif kala III. Kotelidon lengkap, selaput janin utuh.
Plasenta lahir 7 menit dari lahirnya bayi. Hal ini sesuai dengan batas normal
lamanya kala III yang diungkapkan dalam teori manajemen aktif kala III, yaitu
plasenta lahir tidak lebih dari 30 menit (Saifudin, 2010) terdapat luka episiotomi
dikarenakan perineum ibu kaku dan terjadi distosia bahu.
76

Pada kala IV, kontraksi uterus ibu baik, berada pada 1 jari di bawah pusat.
Keadaan umum ibu baik, kandung kemih kosong, sudah dilakukan penjahitan luka
episiotomi derajat II dan perdarahan tidak ada. Pada kala IV ini Ny. D dianjurkan
untuk memantau kontraksi dengan melakukan massase pada fundus uteri seperti
yang telah diajarkan pada ibu. Hal ini dilakukan untuk mencegah tejadinya
perdarahan post partum. Oleh karena itu penulis melakukan observasi setiap 15
menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam berikutnya. Asuhan kebidanan
kala IV berjalan dengan lancar sesuai dengan teori (Varney, 2008: 837), bahwa
tindakan pertama bidan setelah perlahiran plasenta adalah mengevaluasi
konsistensi uterus dan melakukan masa uterus sesuai kebutuhan untuk
memperkuat kontraksi, melakukan inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, da
perineum, inspeksi dan evaluasi plasenta, membran, dan tali pusat, penjahitan
laserasi atau episiotomi, menyelesaikan evaluasi postpartum segera. Hal ini sudah
dilakukan dengan hasil normal.

4.3. Bayi Baru Lahir


Proses persalinan Ny. D berlangsung normal dan telah dilakukan asuhan
bayi baru lahir, keadaan kulitnya kemerahan, gerakan bayi aktif yang
menunjukkan bayi aktif dan sehat. Salah satu asuhan yang diberikan yaitu
menjaga kehangatan bayi, memberikan bayi ASI dini pada ibunya, namun di
Bidan M dalam penanganan bayi baru lahir tidak dilakukan pemberian salep mata
± 1 jam setelah proses kelahiran bayi untuk mencegah infeksi pada mata, dan
tidak dilakukan pemberian vitamin K untuk mencegah perdarahan pada bayi.
77

Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa bayi baru lahir harus diberikan vit
K untuk mencegah terjadinya perdarahan dalam waktu 24 jam atau sebelum ibu
dan bayi dipulangkan ke rumah harus diberikan imunisasi hepatitits B, polio dan
BCG (Saifuddin, 2010)
Pemberikan vitamin K dosis Per oral 1 mg (untuk BBL normal dan cukup
bulan) maupun perparental dengan dosis 0,5 – 1 mg IM (untuk bayi resiko tinggi).
Tujuan diberikannya vitamin K adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan
defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir (Saefuddin, 2001 : N-35).
Pada perawatan tali pusat tidak dilakukan pembalutan pada tali pusaat
maupun membubuhi apapun pada tali pusat sesuai dengan teori yang ada,
(Affandi, 2010). Bayi dapat meneteki dengan dengan baik, Ny. D dianjurkan
untuk memberikan ASI secara ekslusif (6 bulan tanpa diberikan makanan
tambahan apapun termasuk air putih) (Affandi 2010) dan Ny. D pun mengikuti
anjuran.
Pada 6 jam kelahiran bayi tampak tenang, sudah mendapat colostrum, bayi
sudah dapat mengisap dengan kuat. Tali pusat bayi sudah lepas pada hari ke tujuh
kelahiran bayi dan bayi tampak sehat. Bayi belum mendapat imunisasi apapun,
namun ibu dianjurkan untuk pergi ke Puskesmas untuk mendapat imunisasi. Hal
ini menunjukan adanya kesenjangan terhadap teori bahwa terdapat 2 jadwal
pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi Hepatitis B sebanyak
3 kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah bayi lahir menggunakan uniject), 1 dan 6
bulan. Jadwal kedua, imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 0, dan
DPT + Hepatitis B pada 2, 3, dan 4 bulan usia bayi (Affandi, 2010).

4.4. Nifas
Pada 2 jam postpartum, ibu mengatakan masih mules, tidak mengalami
perdarahan. Ibu sudah dapat berkemih secara lancar pada 2 jam postpartum, uterus
mengecil dengan tinggi 2 jari dibawah pusat, kolostrum keluar sedikit, mobilisasi
dini terlaksana dengan baik, serta hubungan ibu dengan bayi baik. Hal ini sesuai
dengan teori (Ambarwati, 2011) bahwa terjadi involusi uteri akibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Pada akhir kala III persalinan uterus berada di garis tengah kira-
78

kira 2 cm di bawah umbilicuc.Satu hari setelah postpartum ibu diperkenankan


untuk pulang keadaan ibu dan bayinya baik.
Pada hari ke-6 ibu dilakukan kunjungan nifas pertama setelah melahirkan.
Keadaan ibu dan bayi baik, TFU sudah tidak teraba, terdapat lochea
sanguinolenta, luka jahitan bersih tapi belum terlalu kering. Pada hari ke-14,
tinggi fundus uteri tidak teraba, terdapat pengeluaran lochea alba, tidak ada
perdarahan abnormal, luka jahitan bersih dan agak kering, tidak ada tanda–tanda
infeksi dan penyulit dalam masa nifas. Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik,
pengeluaran ASI lancar dan banyak. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa pada hari
ke-5 postpartum, uterus kurang lebih Pertengahan antara pusat dan shymphisis,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat teraba lagi di atas sympisis (Ambarwati, 2011).
Pada 6 minggu post partum, ibu sehat, lochea tidak keluar, ibu sedang mengalami
haid hari ke empat, ibu saat ini hanya ingin menggunakan metode KB alamiah, ia
menjadi aseptor KB MAL.
Pengeluaran lochea dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah dan
warnanya sebagai berikut: Lochea rubra 1-4 hari, Lochea sanguinolenta 4-7,
Lochea serosa 7-14 hari, berwarna kekuningan, Lochea alba setelah bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum (Ambarwati, 2011).
Pada masa nifas Ny. D berjalan dengan normal dengan keluhan yang biasa
yaitu pada 6 jam ibu masih mengeluh mules-mules terutama ketika ibu menyusui
bayinya. Hal ini merupakan keadaan fisiologis karena pengaruh hormon prolaktin
dan oksitosin yang dihasilkan otot uterus saat berkontraksi sehingga menyebabkan
rasa mules dan hal ini akan mencegah perdarahan serta merangsang pengeluaran
kolostrums dan ASI (Ambarwati, 2011). Pada masa nifas Ny. D tidak terdapat
kesenjangan yang berarti antara teori, keadaan ibu, dan asuhan yang diberikan.
4.5.Keluarga Berencana
Metode kontrasepsi yang digunakan ibu saat ini adalah dengan metode
alamian metode methode amenorrhoe lactation atau MAL. Metode MAL adalah
metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI (Affandi, 2009). Cara
kerja metode MAL dengan meningkatkan kadar prolaktin menyebabkan ovarium
menjadi kurang sensitif terhadap peransangan gonadotropin yang memang sudah
79

rendah, dengan akibat timbulnya in aktivitas ovarium, kadar estrogen yang rendah
dan anovulasi. Menurut teori jika seseorang ibu memberikan ASI kepada bayinya
dengan kriteria MAL maka kemungkinan untuk ibu hami dalam 6 bulan pertama
setelah melahirkan hanya kurang dari 2%, dengan syarat bayi tersebut harus
berusia kurang dari 6 bulan, ibu tidak mengalami perdarahan vaginal setelah 56
hari postpartum, dan menyusui harus menjadi sumber nutrisi eksklusif untuk
bayinya ( Varney, 2011). Dengan kata lain tidak dapat kesenjangan antara teori
dengan asuhan yang diberikan kepada Ny. D
80

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif dengan postmatur
pada NY. D di BPM Bidan M maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Asuhan kebidanan pada ibu hamil
Kehamilan Ny. D merupakan kehamilan normal. Selama kehamilan, ibu
sudah memeriksakan dan tidak ada masalah pada catatan perkembangan
selanjutnya.
2. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Kala I berlangsung ± 10 jam, dan partograf melewati garis waspada dan
bidan tidak melakukan tindakan khusus. Kala II berlangsung ± 105 menit
dengan distosia bahu akibat kekuatan mengejan yang kurang kuat (ibu
tidak mau makan maupun minum apapun meski hanya sedikit sehingga
membuat ibu lemas, dan merasa lelah selama merasakan rasa mules yang
semakin sering dan semakin kuat). Ibu segera mendapat penanganan dari
bidan dengan melakukan manuver Mc. Robert hingga manuver Massanti
dengan melakukan episiotomi sebelumnya. Terdapat kesenjangan dengan
teori pada kala II dengan tidak dilakukannya anastesi lokal sebelum
melakukan episiotomi, kemudian bayi dapat dilahirkan. kala III ±7 menit.
Kala IV normal, Perdarahan tidak ada, tidak ada hal yang menimbulkan
komplikasi yang membahayakan pada ibu.
3. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Lahir jam 02.45 WIB dengan letak belakang kepala, jenis kelamin laki-
laki, berat badan 3800 gram, panjang badan 54 cm, ketuban pecah spontan
jam 23.00 WIB dengan warna jernih, pada bayi lahir dengan keadaan
normal. Terdapat kesenjangan dalam tindakan antara teori dengan
kenyataan, yaitu tidak dilakukannya pemberian salep mata, vitamin K, dan
imunisasi hepatitis B 0 pada bayi baru lahir Ny. D.

83
81

4. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas


Masa nifas Ny. D berlangsung secara normal tanpa adanya masalah seperti
perdarahan abnormal, infeksi. Involusi uterus berlangsung normal, dan
pengeluaran lochea normal, pengeluaran ASI lancar, pada 6 minggu post
partum ibu menjadi akseptor KB MAL.
5. Asuhan Kebidanan pada aseptor KB
Pada kunjungan masa nifas ke empat yakni 6 minggu postpasrtum ibu
menggunakan metode kontrasepsi alamiah yakni metode methode
amenorrhea lactation.

5.2. Saran
Dalam rangka mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya
dalam asuhan kebidanan, penulis menyumbangkan saran sebagai berikut :
1. Mahasiswa Kebidanan
Mahasiswa kebidanan diharapkan mampu membiasakan diri dalam
memberikan asuhan pada setiap tindakan kepada setiap pasien di lahan
praktik, sesegera mungkin dan sesuai dengan teori atau protap yang sudah
diajarkan dalam perkuliahan, dengan menguasai teori agar menjadi kebiasaan
yang baik sehingga ketika sudah menjadi bidan mampu meminimalisir
kemungkinan penyimpangan yang terjadi dalam memberikan asuhan
kebidanan di setiap tindakan khususnya dalam penanganan pada ibu bersalin
dengan distosia bahu.
2. Untuk BPM Bidan M
a. Bidan diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan yang harus
diketahui tentang keadaan ibu dan bayi kepada setiap ibu hamil, khususnya
ibu bersalin yang mengalami kasus serupa dengan Ny. D dengan distosia
bahu agar ibu dan keluarga mengerti sehingga dapat lebih kooperatif dan
membantu bidan sendiri ketika terjadi komplikasi serius dapat ditangani
sesegera mungkin dengan tepat dan mampu menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi karena sudah diantisipasi sebelumnya, serta sama halnya pada ibu nifas
82

dan bayinya sehingga apabila terdapat tanda-tanda bahaya bisa segera


ditangani.
b. Bidan diharapkan mampu melakukan semua tindakan atau asuhan dengan
tepat sesuai dengan protap yang berlaku pada setiap asuhan yang diberikan
khususnya saat partograf melewati garis waspada untuk melakukan persiapan
rujukan dan pada pemberian anastesi sebelum melakukan tindakan episiotomi
serta pemberian salep mata, vitamin K, dan imunisasi HB 0 dalam asuhan
pada bayi baru lahir, dan mempertahankan setiap tindakan yang sudah
dilakukan sesuai dengan teori maupun protap yang berlaku.
c. Bidan diharapkan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasien
agar tercipta suasana yang terbuka dan harmonis yang dapat meingkatkan
pelayanan kebidanan khususnya dalam memberikan pelayanan kebidanan
pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai