Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

MARINKULTUR

BUDIDAYA MUTIARA

Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (Responsi) pada
mata kuliah Marinkultur Tahun Ajaran 2017/2018

Oleh :

Nama : Rayvel Turnip


NIM : L1C015016
Kelompok :6
Asisten : Trisna Wahyu

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
PURWOKERTO

2018
Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTIKUM

MARINKULTUR TAHUN 2018

Oleh

Nama : Rayvel Turnip

Nim : L1CO15016

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti responsi praktikum mata kuliah


Marinkultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman.

Diterima dan disetujui


Tanggal, 25 juni 2018

Asisten

Trisna Wahyu
H1K014033
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kerang Mutiara adalah jenis kerang yang mampu menghasilkan mutiara.

Mutiara air tawar dan mutiara air laut adalah dua jenis kerang yang berbeda nilai

dan kelasnya setelah dibuat perhiasan. Perhiasan mutiara adalah handycraft

unggulan Indonesia. Komoditas ini telah terkenal di mancanegara sehingga

memiliki potensi eksport yang tinggi.. Industri budidaya kerang mutiara diprediksi

akan berkembang pesat dimasa depan. Dewasa ini perhiasan merupakan bukan

hanya sebagai barang untuk mempercantik dan memperindah diri khususnya

untuk para kaum hawa, tetapi sekarang perhiasan sudah menjadi investasi harta

yang sangat aman dan nyaman dikarenakan harga dari perhiasan yang harganya

stabil dan cenderung meningkat pada akhir-akhir tahun ini, salah satu dari

perhiasan yang cocok untuk dijadikan sebagia investasi selain emas adalah

mutiara.

Salah satu komoditas ekspor indonesia adalah tiram mutiara. Tiram

mutiara merupakan komoditas ekspor yang penting bagi indonesia karena

memiliki nilai jual yang tinggi dan juga sebagai penyumbang devisa cukup besar

bagi negara. Tiram mutiara hidup pada perairan tropis. Lingkungan periran tropis

indonesia sangat mendukung kehidupan tiram mutiara sehingga pertumbuhannya

bisa berlangsung sepanjang tahun. Hingga saat ini pemanfaatannya belum

dilakukan dengan optimal, tiram mutiara memiliki potensi yang sangat tinggi

sehingga dibutuhkan pengelolaan dan pengembangan yang baik. Beberapa

pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi adalah kondisi

teknis yang terdiri dari parameter fisik, kimia dan biologi dan non teknis yang
berupa pangsa pasar, keamanan dan sumber daya manusia (Raharjo, 2008 ; Mastu,

2011).

Menurut Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di

Indonesia adalah: Pintada maxima, Pinctada margaritefera, Pinctada fucata,

Pinctada chimnitzii, dan Pteria penguin. Di beberapa daerah Pinctada fucata

dikenal juga sebagai Pinctada martensii. Sebagai penghasil mutiara terpenting

adalah tiga spesies, yaitu, Pinctada maxima, Pinctada margaritifera dan Pinctada

martensi. Sebagai jenis yang ukuran terbesar adalah Pinctada maxima.

Pinctada maxima adalah spesies akuakultur yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi (Taylor et al ,1997). Di pasaran internasional, mutiara yang

diproduksi sering kali disebut dengan nama “South Sea Pearl”. Indonesia

termasuk salah satu negara penghasil mutiara (South Sea Pearl) yang cukup

diskenal di pasaran dunia, sebagian besar produksi South Sea Pearl yang

dipasarkan berasal dari hasil budidaya (Anna, 2006). Produksi mutiara berbasis

budidaya merupakan aktivitas usaha yang menguntungkan. Perkembangan usaha

budidaya mutiara saat ini sudah mengarah pada kegiatan industri yang terintegrasi

(Fassler, 1995).

Untuk membedakan jenis tiram mutiara tersebut, perlu dilakukan

pengamatan morfologi, seperti warna cangkang dan cangkang bagian dalam

(Nacre), ukuran serta bentuk. Bentuk mutiara sendiri terbagi menjadi 2 jenis. Jenis

yang pertama ialah mutiara dengan inti bulat. Hal tersebut dapat diamati melalui

proses pembentukannya. Mutiara bulat terbentuk karena butiran manik-manik

yang terbuat dari kulit cangkang tiram mutiara pada bagian dari lapisan induk

mutiara ke dalam lapisan mantel yang mengeluarkan lapisan mutiara. Tiram


memperlakukan manik-manik tersebut sebagai penyakit dan menyelimutinya

dengan lapisan nacre yang akan terbentik batu mutiara berbentuk bulat.

Sedangkan mutiara blister di produksi dengan memasukkan separoh manik-

manik, ditempelkan didinding cangkang bagian dalam. Setelah lapisan nacre

menyelimuti manik-manik, bentuk yang terjadi tersebut dan lapisan nacre lainnya

yang telah dibentuk melengkung, ditempelkan ke bagian datar dari manik-manik.

Hasilnya juga disebut sebagai mutiara 'mabe'.

1.2. Tujuan

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa dapat :

1. Mengetahui teknik pembuatan (budidaya) mutiara blister (blister pearl)

2. Mengetahui teknik pembuatan (budidaya) mutiara bulat (round pearl).

3. Mengetahui parameter kualitas air yang mempengaruhi budidaya mutiara


II. TEKNIK PEMBUATAN MUTIARA

2.1. Mutiara Bulat

2.1.1 Alat

Alat yang digunapan dalam praktikum pembuatan mutiara bulat adalah

inti berbentuk bulat , penjepit (shell holder), pembuka cangkang, pinset, baji yang

terbuat dari kayu dengan ukuran 3cm x 1cm, spatula, tang, nucleus carrier,

incision knife, mantel carrier, pinset dan alat dokumentasi. Sedangkan alat yang

digunakan pada saat pengamatan adalah kolam atau bak terbuka, tali rafia,

keranjang, thermometer dan pH universal

2.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan mutiara bulat adalah

inti bulat ukuran 6 mm, kerang kijing (Pilsbryoconcha exilis) dan air tawar

2.1.3 Tahap Kerja


Tahap kerja dalam pembuatan mutiara bulat dibagi menjadi dua tahapan

yaitu; Pembuatan potongan mantel dan operasi inti bulat. Pembuatan potongan

mantel dan operasi dapat dilihat pada gambar berikut.

2.1.3.1. Pembuatan Potongan mantel

Kerang kijing dibelah menjadi dua

Diambil mantelnya, dipotong menjadi dua bagian


menggunakan pisau dan diambil menggunakan
pingset

Bagian mantel dipilih bagian yang baik dan bagian


pinggiran hitam dibuang
Mantel dipotong-potong persegi dengan ukuran 2 – 3
mm menggunakan incision knife.

Gambar 1. Skema kerja pemotongan mantel

2.1.3.1 Operasi inti bulat

Alat dan bahan dipersiapkan

Kerang dibuka dengan menggunakan pembuka


cangkang

Diganjal dengan menggunakan baji

Mantel dibuka secara perlahan dengan bantuan spatula

Tusuk bagian dalam tubuh dekat dekan dengan kaki

Potongan matel yang telah disediakan dimasukan dalam


tubuh tiram mutiara melalui lubang yang telah dibuat

Selanjutnya inti dibawa dengan nucleus carrier


diarahkan pada bagian dalam tubuh kerang

Cangkang Kerang kijing ditutup kembali


Diamati setiap minggu selama 1 bulan

Gambar 2. Skema kerja operasi inti bulat


2.2. Mutiara Blister

2.2.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan mutiara bulat adalah

penjepit (shell holder), pembuka cangkang, spatula dan baji 3 cm x 1 cm, lem,

blister carrier, tang, alat dokumentasi dan kapas. Sedangkan alat untuk

pengamatan adalah kolam atau bak terbuka, keranjang , tali rafia, pH universal

dan thermometer.

2.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan mutiara adalah kerang

kijing (Pilsbryoconcha exilis), inti setengah bulat, dan air tawar.

2.2.3. Tahap Kerja

Tahap kerja dalam pembuatan kerang mutiara blister adalah sebagai

berikut:

Alat dan bahan dipersiapkan

Cangkang kerang dibuka dengan menggunakan


pembuka spatula

Diganjal dengan menggunakan baji

Lendir dibersihkan dengan kapas untuk


penempelan inti

Inti dilem dan ditaruh pada daerah yang telah


dibersihkan
Cangkang kerang mutiara ditutup kembali dan
dimasukan ke bak

Lakukan pengamatang kerang dan Parameter


kualitas airnya

Gambar 3. Skema kerja pembuatan mutiara blister

2.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Marinkultur dilaksanakan pada 28 April 2018 di Laboratorium

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsoed. Sedangkan engamatan

dilaksanakan pada tanggal 5, 12, 19 dan 26 Mei 2018.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Mutiara Bulat

3.1.1 Jumlah Sampel

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah sampel kelompok 1 sampai 6

terdapat pada gambar. 4 dibawah ini :

Gambar 4. Grafik jumlah sampel mutiara bulat

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak empat kali,

bahwa selama pengamatan terdapat 9 kerang yang mati dari total 12 kerang,

dengan masing - masing kelompok diberi 2 kerang. Pengamatan yang pertama,

kelompok yang mengalami kematian pada kerangnya yaitu kelompok 1,2,4,5 dan

6 dengan jumlah kerang yang mati 6, kelompok 1 dengan jumlah kerang yang

mati 1, kelompok 2 dengan jumlah kerang yang mati 1, kelompok 4 dengan

jumlah kerang yang mati 1, kelompok 5 dengan jumlah kerang yang mati 1 dan

kelompok 6 dengan jumlah kerang yang mati 2. Pengamatan yang kedua tidak ada

kelompok yang mengalami kematian pada kerangnya dan begitu juga pada

pengamatan ketiga. Sedangkan pada pengamatan keempat, kelompok yang


mengalami kematian pada kerangnya yaitu kelompok 1, 2 dan 4 dengan jumlah

kerang yang mati 3, kelompok 1 dengan jumlah kerang yang mati 1, kelompok 2

dengan jumlah kerang yang mati 1, kelompok 4 dengan jumlah kerang yang mati

1. Adapun kelompok yang kerangnya dapat bertahan hidup hingga pengamatan

keempat yaitu pada kelompok 3 dan 5 dengan jumlah kerang 3, sedangkan kerang

yang tidak dapat bertahan hidup dari awal pengamatan yaitu kelompok 6 .

Penyebab terjadinya kematian pada kerang mutiara menurut Anggrowati

(2008) diantaranya karena bakteri, perubahan iklim, cara pengelolaan budidaya,

organisme penempel, bencana alam, pemasangan nukleus, parasit, pencemaran,

predator, penanganan yang kasara dan virus. Namun pada praktikum ini

kemungkinan besar kematian kerang diakibatkan karena pemasangan nukleus

(operasi) yang salah sehingga mengakibatkan kerang mati. Kematian kerang yang

dipelihara diduga akibat infeksi setelah operasi. Hal ini dapat dilihat dari bekas

luka sayatan yang membusuk (Rachman et al.,2009).

3.1.2 Jumlah Inti yang Lepas

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah inti yang lepas kelompok 1 sampai

6 terdapat pada gambar. 5 dibawah ini :


Gambar 5. Grafik jumlah inti mutiara bulat yang lepas

Berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak empat kali

terdapat 9 kerang yang mati dari total 12 kerang. Masing-masing kelompok diberi

2 kerang dimana tiap kerang memiliki 1 inti mutiara. Pengamatan yang pertama,

kelompok yang kerangnya mengalami lepas inti terdapat pada kelompok 1

dengan jumlah inti lepas adalah 1, kelompok 4 dengan jumlah inti lepas adalah 1,

dan kelompok 5 dengan jumlah inti lepas adalah 1. Jumlah total inti kerang yang

lepas pada pengamatan pertama yaitu 3. Pengamatan yang kedua, tidak terdapat

kerang yang mengalami lepas inti. Pengamatan yang ketiga, kerang yang

mengalami lepas inti terdapat pada kerang kelompok 2 dengan jumlah inti lepas

adalah 1 dan kelompok 4 dengan jumlah inti lepas adalah 1. Sedangkan pada

pengamatan keempat, jumlah inti yang lepas berjumlah 1 yaitu pada kelompok 1.

Sehingga di total keseluruhan inti yang lepas berjumlah 9.

Inti kerang mutiara yang lepas diakibatkan karena beberapa hal. Sama

halnya seperti kematian kerang mutiara, penyebab lepasnya inti mutiara bulat juga

sama dengan penyebab kematian kerang. Menurut Anggrowati (2008) diantaranya

karena bakteri, perubahan iklim, cara pengelolaan budidaya, organisme penempel,

bencana alam, pemasangan nukleus, parasit, pencemaran, predator, penanganan

yang kasara dan virus. Namun pada praktikum ini kemungkinan besar kematian

kerang diakibatkan karena pemasangan nukleus (operasi) yang salah sehingga

mengakibatkan kerang mati. Sedangkan menurut Rachman (2009) persentase hasil

implantasi yang rendah diduga disebabkan oleh beberapa faktor tehnis, misalnya

potongan mantel tidak menempel pada inti, posisi peletakan inti yang tidak tepat
sehingga mutiara tidak terbentuk, seleksi tingkat kematangan gonad yang kurang

akurat dan lubang sayatan terlalu lebar sehingga inti mudah dimutahkan.

Pelepasan inti kerang mutiara bulat dapat dicegah dengan menjaga

perairan baik dalam faktor fisika,kimia dan biologi (Ismail, 2012). Pencegahan

juga dapat dilakukan dengan melakukan operasi pemasangan inti kerang mutiara

bulat secara berhati-hati. Serta menjaga kerang supaya tidak stres. Kemungkinan

terbesar pelepasan inti mutiara bulat adalah karena operasi yang kurang berhati-

hati sehingga tidak meletakkan inti yang sesuai dengan tempatnya.

3.2 Mutiara Blister

3.2.1 Jumlah Sampel

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah sampel kelompok 6 terdapat pada

gambar. 6 dibawah ini

10

8
jumlah sampel (ekor)

4
Jumlah sampel
2

0
1 2 3 4
Minggu ke-

Gambar 6. Grafik jumlah sampel mutiara blister

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah disampaikan dalam grafik

gambar 5, yaitu berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak

empat kali tidak terdapat sampel kerang yang mati dari total 9 kerang, Pada

pengamatan pertama yaitu terdapat 9 kerang yang bertahan hidup. Pada

pengamatan kedua jumlah kerang mutiara yang masih hidup yaitu 9 kerang. Pada
pengamatan ketiga jumlah kerang mutiara yang masih hidup masih 9 kerang. Dan

pada pengamatan yang keempat jumlah kerang mutiara yang masih hidup masih

senilai 9 kerang. Hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kematian

pada kerang selama 4 kali pengamatan.

Penyebab terjadinya kematian pada kerang mutiara menurut Anggrowati

(2008) diantaranya karena bakteri, perubahan iklim, cara pengelolaan budidaya,

organisme penempel, bencana alam, pemasangan nukleus, parasit, pencemaran,

predator, penanganan yang kasara dan virus. Pada praktikum mutiara blister ini

tidak ada kerang yang mati sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab

kematian tersebut sersifat kecil atau tidak terdapat faktor yang ada di atas tersebut

dalam pemeliharaan kerang mutiara blister. Hal lain yang dapat menyebabkan

kematian kerang mutiara yaitu lem yang berlebihan. Perekat yang berlebihan

menyebabkan kerang susah untuk berespirasi dan mengalami rangsangan yang

sangat hebat, karna mantel kerang sangat sensitif apabila terkena bahan reaktif.

Pemilihan lokasi kurang baik, misalnya kondisi perairan yang kurang

mendukung, mudah dipengaruhi oleh perubahan musim atau dekat dengan sumber

polusi akan berakibat kematian kerang mutiara. Selain itu, jika perawatan atau

pembersihan tidak maksimal juga akan berakibat pada kematian masal

(Anggorowati, 2008).

3.2.2 Jumlah Inti yang Lepas

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah inti yang lepas kelompok 6 terdapat

pada grafik dibawah ini


2.5

jumlah init yang lepas (buah)


2

1.5

1
Jumlah inti yang lepas
0.5

0
1 2 3 4
Minggu ke-

Gambar 7. Grafik jumlah inti yang lepas mutiara blister

Berdasarkan hasil grafik di atas dapat dilihat bahwa; hasil pengamatan

yang dilakukan sebanyak empat kali, selama pengamatan terdapat 2 inti yang

lepas dari total 18 inti. Pada pengamatan pertama dan kedua tidak menunjukkan

adanya inti kerang yang lepas dari kelompok 6. Selanjutnya pada pengamatan

ketiga jumlah inti kerang yang lepas dari kelompok 6 yaitu 1. Sedangkan pada

pengamatan yang keempat jumlah inti kerang yang lepas dari kelompok 6 yaitu 1,

dimana selama 4 minggu pengamatan total inti yang lepas dari kelompok 6 yaitu

2. Dapat disimpulkan berdasarkan hasil grafik di atas, jumlah inti yang masih

bertahan dari awal sampai akhir pengamatan yaitu 16 inti, dan inti kerang yang

terlepas dari awal pengamatan tidak ada.

Lepasnya inti kerang mutiara menurut Kaleb et al. (2015) dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, pemasangan yang terlalu berdekatan atau

berhadap-hadapan. Peletakan inti yang berhadap-hadapan akan menyebabkan

mutiara blister saling bertemu sehingga kerang merasa tidak nyaman dan

melepaskannya. Kurang berhati-hatinya dalam membuka mantel juga dapat

menyebabkan mantel tidak dapat tertutup kembali sehingga memungkinkan untuk

kerang mutiara blister mengeluarkan inti blisternya.


Faktor penyebab lepasnya inti kerang mutiara blister tersebut dapat di

cegah dengan cara pemasangan inti blister pada sisi yang berbeda, sehingga inti

blister tidak saling bertemu. Membuka dengan hati-hati dan tidak terlalu besar

supaya inti mantel dapat tertutup kembali. Memasang inti kerang mutiara blister

menggunakan lem secukupnya. Menjaga kerang supaya tidak stress dengan segera

memasukkannya kembali kedalam air (Kaleb et al., 2015)

3.3 Parameter Kualitas Air


Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan parameter kualitas air seperti

pada tabel berikut.

Tabel 1. Parameter kualitas air pada kerang mutiara bulat

Jumlah Jumlah
Hari/Tanggal pH Suhu
Sampel inti/Individu
5 mei 2018 2 1 6 26
12 mei 2018 0 0 7 26
19 mei 2018 0 0 7 27
26 mei 2018 0 0 6 25

Tabel 2. Parameter kualitas air pada kerang mutiara blister

Kedalaman 30
Hari/Tanggal Parameter Air Permukaan Dasar
cm
Suhu 27 28 27
5 mei 2018
pH 6 6 6
Suhu 27 26 28
12 mei 2018
pH 7 7 7
Suhu 29 28 27
19 mei 2018
pH 7 7 7
Suhu 28 26 26
26 mei 2018
pH 6 6 6

Berdasarkan dari tabel 1. didapat hasil pH dan suhu pada kualitas perairan

pada perairan kerang mutiara bulat pada minggu pertama yaitu pH sebesar 6 dan

suhu sebesar 26°C. Pada minggu kedua pH sebesar 7 dan suhu sebesar 26°C. Pada
minggu ketiga pH sebesar 7 dan suhu sebesar 27°C. Dan pada minggu keempat

pH sebesar 6 dan suhu sebesar 25°C.

Sedangkan dari tabel 2. didapat hasil pH dan suhu pada kualitas perairan

pada perairan kerang mutiara blister pada minggu pertama pH sebesar 6 pada

semua kedalam, suhu 27°C pada permukaan dan dasar. Sedangkan pada

kedalaman 30cm suhu sebesar 26°C. Pada minggu kedua pH sebesar 7 pada

semua kedalaman dan suhu sebesar 27°C pada semua kedalaman. Pada minggu

ketiga pH sebesar 7 pada semua kedalaman dan suhu sebesar 29°C pada

permukaan, 28°C pada kedalaman 30cm dan 27°C pada dasar perairan, Pada

minggu keempat pH sebesar 6 pada semua kedalaman dan suhu sebesar 28°C

pada permukaan, 26°C pada kedalaman 30cm dan 26°C pada dasar perairan.

Menurut Dan & Ruobo (2000) dan Oliver (2000) dalam Rachman (2009)

monitoring kualitas air selama proses pelapisan mutiara pada pemeliharaan kerang

air tawar penting dilakukan, karena kualitas air sangat berpengaruh terhadap

sintasan dan kualitas mutiara yang dihasilkan. Kisaran suhu yang baik untuk

kelangsungan hidup dan pertumbuhan antara 15°C –25°C. Pada kondisi

lingkungan yang tidak sesuai, kerang akan berkonsentrasi mengalokasikan energi

tubuh lebih banyak untuk beradaptasi dengan lingkungan daripada aktivitas lain

seperti pelapisan inti selama proses pembentukan mutiara, sehingga lapisan

mutiara yang terbentuk menjadi lebih tipis. Sedangkan pH ideal berkisar antara

6,5-8.

Perairan yang digunakan untuk budidaya kerang mutiara bulat dan blister

memiliki suhu diatas kisaran ideal namun memiliki pH yang sesuai dengan

kisaran ideal. Suhu yang lebih tinggi dari kisaran ideal kurang optimal untuk
budidaya kerang mutiara. Sedangkan pH masi dalam kisaran normal sehingga

masih aman digunakan untuk budidaya mutiara tersebut.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Teknik pembuatan (budidaya) mutiara blister adalah dengan membuka mantel

dan menyisipkan inti berbentuk setengah lingkaran diantara cangkang dan

mantel. Selama 4 kali pengamatan tidak didapatkan kerang yang mengalami

kematian dari total 9 kerang mutiara. Sedangkan, inti yang lepas berjumlah 2

dari total inti 18.

2. Teknik pembuatan (budidaya) mutiara bulat yaitu dengan cara memasukan inti

bulat yang telah dilapisi potongan mantel ke dalam bagian tubuh kerang.

Selama 4 kali pengamatan terdapat 9 kerang yang mengalami kematian dar

total 12 kerang mutiara. Sedangkan, inti yang lepas berjumlah 9 dari total 12

inti. Jumlah sampel kerang mutiara yang dapat bertahan hidup hingga

pengamatan ke empat yaitu 3.

3. Parameter kualitas air yang diukur dalam 4 kali pengamatan adalah suhu

kisaran 25-29oC dan pH 6-7. Perairan yang digunakan untuk budidaya kerang

mutiara bulat dan blister memiliki suhu diatas kisaran ideal namun memiliki

pH yang sesuai dengan kisaran ideal.

4.2. Saran

Sebaiknya pada saat praktikum operasi pemasangan inti mutiara dilakukan

dengan teknik yang benar dan perlu hati-hati agar kerang tidak sampai mati..
DAFTAR PUSTAKA

Anggrowati, Dien A. 2008. Kematian Masal Pada Usaha Budidaya Kerang

Mutiara. Jurnal Oseanografi lipi 18(2): 9-14

Anonymous 2005. The Pearl Source. Diamon Graphics. sales@

thepearl.source.com .1–11–2008.

Diamond, Jared. 2015. The World Until Yesterday.Apa yang Dapat Kita Pelajari

dari Masyarakat Tradisional?. Kepustakaan Populer Gramedia (KPG):

Jakarta.

Hasmah. 2015. Teknik Budidaya Kerang Mutiara di Kelurahan Liwuto Pulau

Makasar Kota Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Sejarah dan

Budaya 6(2).

Ismail, Endan. 2012. Kesesuaian Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan

Untuk Budidaya Induk Mutiara di Teluk Semangka, Kabupaten Tanggamus,

Provinsi Lampung. Program pascasarjana Universitas Terbuka Jakarta.

Kaleb,Yanti., Mamangkey, N. Gustaf,. Mantiri, Desi.2015. Pembentukan Lapisan

Mutiara Blister Pteria Penguin Dalam Sembilan Bulan Perkembangan.

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 2(1).

Kotta, Raissmin.2017. Teknik Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima).

Jurnal unkhair 2(1) : 228 – 244.

Makhas, A Kheisya. 2014. Perkembangan Mutiara Mabé pada Pinctada

margaritifera di Perairan Arakan, Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir dan Tropis

1(1).

Mamangkey, N. 2009. Improving the quality of pearls from Pinctada maxima.

Thesis. James Cook University eprint. p 167.


Rachman, Boedi. 2009. Pengaruh Kedalaman Terhadap Proses Pelapisan Inti

Bulat Pada Kerang Air Tawar (Anodonta woodiana). Jurnal Biologi

Indoneisa 6(1) : 71-78.

Taylor, J and Strack, E. 2008. Pearl Production (p 273-302). Dalam: Southgate

P.C and Lucas J.S. The Pearls Oyster. Elsevier BV, Amsterdam.

Wada, K.T and Tëmkin, I. 2008. Taxonomy and phylogeny (p 37- 75). Dalam:

Southgate P.C and Lucas J.S. The Pearls Oyster. Elsevier BV, Amsterdam.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengamatan

Tabel 1. Parameter kualitas air pada kerang mutiara bulat

Jumlah Jumlah
Hari/Tanggal pH Suhu
Sampel inti/Individu
5 mei 2018 2 1 6 26
12 mei 2018 0 0 7 26
19 mei 2018 0 0 7 27
26 mei 2018 0 0 6 25

Tabel 2. Parameter kualitas air pada kerang mutiara blister

Kedalaman 30
Hari/Tanggal Parameter Air Permukaan Dasar
cm
Suhu 27 28 27
5 mei 2018
pH 6 6 6
Suhu 27 26 28
12 mei 2018
pH 7 7 7
Suhu 29 28 27
19 mei 2018
pH 7 7 7
Suhu 28 26 26
26 mei 2018
pH 6 6 6

Lampiran 2. Foto Kegiatan

 Pembuatan Kerang Mutiara Bulat

Proses operasi kerang mutiara Proses pengambilan mantel kerang


Proses pemotongan mantel
Operasi kerang mutiara

Proses penanaman inti bulat pada tubuh Hasil operasi kerang mutiara
kerang

 Pembuatan kerang mutiara blister

Proses pemasangan inti blister Hasil operasi kerang mutiara blister


Persiapan pembudidayan Kerang Peletakan kerang di keranjang
mutiara

Anda mungkin juga menyukai