Anda di halaman 1dari 21

Laporan Stase PT Air dan KKP

LAPORAN KEGIATAN STASE PT AIR DAN KKP


Oleh:

Hendry J. R. Tandra, S.Ked – 17014101114

Faleriano Makay, S.Ked - 17014101163

Windy D. P. Masengi, S.Ked - 17014101065

Kezia P. Oroh, S.Ked – 17014101078

Maniata F. Bata, S.Ked - 17014101080

Laura N. Tjia, S.Ked - 17014101091

Febrilya R. Regina, S.Ked - 17014101115

Mawarni S. Tumbel, S.Ked - 17014101125

MASA KKM
20 November – 31 Desember 2017

BAGIAN KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN STASE PT AIR DAN KKP

MASA KKM: 20 November – 31 Desember 2017

Telah disetujui pada tanggal November 2017

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Ronald I. Ottay, M.Kes dr. Frelly Kuhon, M.Kes


JADWAL KEGIATAN STASE PDAM DAN KKP

NO HARI/TANGGAL TOPIK BIMBINGAN PEMBIMBING


1 Rabu - Melapor kepada dr. Pingkan
22 – 11 - 2017 M. Pijoh, MPHM untuk
kunjungan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas
III Bitung
2 Kamis - Melapor di Perusahaan Air Bpk. Angga Pangkerego
23 – 11 – 2017 Minum Manado
- Parameter Pengukuran Air
- Proses Pengolahan Air Baku
menjadi Air Bersih
3 Kamis - Wilayah Kerja
23 – 11 – 2017 - Peraturan Karantina Bpk. Tony Rumengan
- Pemeriksaan Karantina
- Poliklinik di Pelabuhan
- PHEIC
PT AIR MANADO
 Hari / Tanggal : Kamis/ 23 November 2017
 Jenis Kegiatan : Bimbingan dan Orientasi Instalasi Pengolahan Air
 Narasumber : Bapak Angga Pangkerego

Materi Bimbingan
A. Pengertian dan Fungsi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
PDAM merupakan unit usaha milik daerah yang bergerak dalam distribusi air
bersih bagi masyarakat umum. Sedangkan PT Air adalah perusahaan yang dikelola oleh
swasta yang juga bertugas untuk mendistribusi air besih kepada masyarakat . Perusahaan
air minum yang dikelola oleh swasta (umumnya) tidak mendapat bantuan dana
operasional dari pemerintah meski mungkin sebagian dari perusahaan mengajukan
pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank.

B. Air Bersih
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416 tahun 1990,
bahwa : “air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak”.
 Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air
bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan
biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes
10 No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih
adalah sebagai berikut:
a. Syarat-syarat Fisik
Secara fisik air bersih harus tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau
kurang lebih 25oC.
b. Syarat-syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total
solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe),
mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F),
serta logam berat.
c. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan
tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.
d. Syarat-syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
 Persyaratan Kuantitatif (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah
penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari
standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah
kebutuhan air bersih.

C. Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416 tahun 1990,
bahwa : “air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.”.
Berdasarkan Permenkes no. 492/ MENKES/ PES/ IV/ 2010 Syarat Air Minum
Yang Layak Dikonsumsi adalah air yang secara:
 Fisik : tidak berwarna, tidak berbau, berasa alami, dan jernih
 Biologis : bebas dari bakteri E Coli dan Coliform
 Kimia : pH berkisar antara 6,5 – 8,5 , mengandung mineral dibawah 500
(Total dissolved solid < 500) , bebas dari zat kimia beracun, logam berat,
pestisida, dan tidak mengandung bahan radioaktif.
Dalam merubah air bersih menjadi air minum maka dibutuhkan beberapa syarat
sebagai berikut:
 Perebusan
 Disinfektan (memakai zat kimia seperti kaporit)
 Menggunakan sinar UV

D. Parameter Pengukuran Air Bersih


 Parameter pH : mengukur konsentrasi H+ dan anion (6,5-9,2)
 Daya Antar Listrik (DAL) : mengukur kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan ke dalam air (<100)
 Turbidimeter : mengukur kekeruhan air (< 5 NTU)

E. Instalasi PDAM di Manado


 Instalasi Vol 2A : daerah Singkil
 Instalasi Vol 2B : daerah Tikala, Kairagi dan Paal 2
 Instalasi Lota : Kecamatan wenang daerah Wanea
 Instalasi Pancoran 9 : daerah Kleak dan Kampus
 Instalasi Malalayang : Malalayang 1 dan Malalayang 2
 Instalasi Sea : hanya untuk daerah Jalan Sea

F. Sumber dari Daerah Aliran Sungai (DAS)


 IPA Paal 2A dan Paal 2B  DAS TONDANO
 IPA Lota dan Pancuran IX  DAS TINOOR
G. Proses Pengolahan Air Baku menjadi Air Bersih
 Intake (pengumpulan air)
Bangunan pertama untuk pengambilan air dari sumber air yang pada
umumnya berasal dari air sungai. Intake dilengkapi dengan “Bar Screen” yang
berfungsi untuk menahan benda – benda ringan seperti sampah agar tidak
mengganggu kinerja pompa. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak
yang akan dipompa ke bangunan berikutnya.
 Pra sedimentasi
Unit pengelolaan yang akan mengendapkan partikel diskrit yaitu partikel
yang mengendap sendiri dibawah pengaruh gravitasi tanpa menggunakan bahan
kimia juga berfungsi menahan sampah – sampah ringan seperti botol.
 Koagulasi
Proses pemberian koagulan (tawas) untuk mengurangi gaya tolak menolak
antar partikel koloid sehingga koloid menjadi tidak stabil dan membentuk flok-
flok kecil dengan teknik pengadukan cepat (rapid mixing) agar bahan kimia
tercampur dan terdistribusi ke seluruh bagian air secara merata.
 Flokulasi
Proses ini ditujukan untuk mempercepat tumbukan antara partikel koloid
yang sudah tidak stabil supaya bergabung membentuk dan memperbesar flok
dengann teknik pengadukan yang lambat (slow mixing).
 Sedimentasi (pengendapan)
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang
sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Pada bak sedimentasi akan terpisah
antara air dan lumpur.
 Filtrasi (penyaringan)
Suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana air dilewatan melalui
suatu media yang berongga untuk menyisihkan sebanyak mungkin materi yang
tersuspensi. Media berbutir ini biasanya berupa antrasit, pasir silica, dan kerikil
silica dengan ketebalan yang berbeda.
 Reservoir
Unit ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air dari hasil
pengolahan sebelum didistribusikan ke rumah warga melalui pipa-pipa.
 Desinfeksi
Proses destruksi mikroorganisme patogen dalam air dengan menggunakan
bahan kimia (kaporit) atau ozon.
 Distribusi
Proses distribusi air bersih kemudian ke rumah warga dengan pipa-pipa
untuk dipakai.

Gambar 1. Proses pengelolaan air baku menjadi air bersih


KKP (KANTOR KESEHATAN PELABUHAN) LAUT BITUNG

 Hari / Tanggal : Kamis/ 23 November 2017


 Jenis Kegiatan : Bimbingan
 Narasumber : Bapak Tony Rumengan

Materi Bimbingan

A. Pengertian Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)


Kantor Pesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
kementerian kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

B. Peraturan-peraturan Karantina
 UU Karantina Laut No 1 Tahun 1962
 International Health Regulation (IHR) 2005 oleh WHO
 Permenkes 356 tahun 2008 (tugas pokok dan fungsi kantor kesehatan pelabuhan)
 Kepmenkes 424 tahun 2007 (pedoman upaya kesehatan pelabuhan dalam rangka
karantina kesehatan)
 Kepmenkes 425 tahun 2007 (pedoman penyelenggaraan karantina kesehatan di
kantor kesehatan pelabuhan)
 Kepmenkes 431 tahun 2007 (pedoman teknis pengendalian risiko kesehatan
lingkungan)

C. Tugas dan Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)


1. Tugas: melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit
potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta
pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia dan penanganan radiasi di wilayah kerja
bandara, pelabuhan dan lintas batas darat Negara. (Pasal 2 PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN)
2. Fungsi:
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, KKP
menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi (Pasal 3 PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN
PELABUHAN):
o Pelaksanaan kekarantinaan
o Pelaksanaan pelayanan kesehatan
o Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan dan
lintas batas darat
o Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali
o Pelaksanaan pengaman radiasi pengion dan non pengion, biologi dan
kimia
o Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai
penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional dan
internasional.
o Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
kejadian luar biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan serta kesehatan
matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan
penduduk.
o Pelaksanaan fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat Negara
o Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan
alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi
persyaratan dokumen kesehatan OMKABA/IMPOR.
o Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya
o Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat Negara
o Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat Negara
o Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat Negara
o Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan dan
surveilans kesehatan pelabuhan
o Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan dan
lintas batas darat Negara
o Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggan KKP.

D. Sejarah Karantina

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) pada awal mulanya berasal dari suatu
kegiatan yang disebut karantina, yang berasal dari bahasa latin yaitu Quadraginta yang
berarti 40. Kegiatan karantina ini dilakukan pada semua penderita penyakit menular baik
yang masuk ke suatu negara selama 40 hari.
Pada tahun 1348 lebih dari 60 juta orang penduduk dunia meninggal karena
penyakit Pes (Black Death). Pada tahun yang sama Pelabuhan Venesia sebagai salah satu
pelabuhan yang terbesar di Eropa melakukan upaya karantina dengan cara menolak
masuknya kapal yang datang dan daerah terjangkit Pes serta terhadap kapal yang
dicurigai terjangkit penyakit Pes (Plague).
Kegiatan karantina di Indonesia mulai dilakukan setelah penyakit Pes mulai
memasuki negara Indonesia pada tahun 1911 melalui Pelabuhan Tanjung Perak,
Surabaya. Kemudian mulai masuk juga melalui pelabuhan lain yaitu Pelabuhan
Semarang pada tahun 1916, dan pelabuhan Cirebon pada tahun 1923. Pada zaman
kolonial Belanda penanganan kesehatan di pelabuhan dilaksanakan oleh Haven Arts
(dokter pelabuhan). Saat itu di Indonesia hanya ada dua Haven Arts yaitu di Pulau
Rubiah di Sabang dan Pulau Onrust di Teluk Jakarta. Pada tahun 1949/1950 setelah
Indonesia merdeka membentuk 5 pelabuhan karantina, yaitu:
 Pelabuhan Karantina Klas I : Tantjung Priok dan Sabang
 Pelabuhan Karantina Klas II : Surabaya dan Semarang
 Pelabuhan Karantina Klas III : Cilacap
Pada tahun 2004 terbit PERMENKES No. 356 tentang organisasi dan tata kerja
KKP, yaitu: KKP Kelas I (eselon II B) : 7 KKP, KKP Kelas II (eselon III A) : 21 KKP
dan KKP Kelas III (eselon III B) : 20 KKP. Pada tahun 2008 dilakukan lagi revisi
sekaligus mencabut Permenkes 265 tahun 2004 dengan Permenkes
356/Menkes/Per/IV/2008. Sejak berlakunya peraturan ini, maka di lingkungan
Departemen Kesehatan terdapat 7 (tujuh) KKP Kelas 1, 21 (dua puluh satu) KKP Kelas
II, dan 20 (dua puluh) KKP Kelas III.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 juga telah
mengalami perubahan sebagian isinya melalui Permenkes nomor
2348/Menkes/Per/XI/2011. Dalam perubahan tersebut jumlah KKP menjadi 49 dengan
rincian sebagai berikut:
 KKP Kelas I sebanyak 7 (tujuh) KKP
 KKP Kelas II sebanyak 21(dua puluh satu) KKP
 KKP Kelas III sebanyak 20 (dua puluh) KKP
 KKP Kelas IV sebanyak 1 (satu) KKP

E. Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Bitung


KKP Bitung berstatus KKP Kelas III yang beralamatkan Jln. D.S. Sumolong
Bitung 95522 TELP. (0438) 21076 FAX: (0438) 21884 dengan jumlah wilayah kerja
sebanyak 7 (tujuh) yang tersebar di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. KKP Bitung adalah
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
bertanggung jawab secara teknis dan administratif kepada Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP & PL) mempunyai tugas
& fungsi mencegah masuk dan keluarnya faktor resiko penyakit.
1) Struktur Organisasi

Kepala Kantor
dr. Pingkan M. Pijoh, MPHM

Kepala Sub Bagian Tata Usaha


Julinda Paudanan, Amd.Ki

Kasie Pengendalian Karantina dan Kasie Pengendalian Resiko Lingkungan


Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan Lintas Wilayah
Masryk Kabuhung, SST Dian Dwirana, SE, M.Kes

Jabatan Fungsional Instalasi Wilayah Kerja / Koordinator


1.Pelabuhan Laut Belang / Suryanisa Kaempe,
1. Epidemiologi
A.Md KL
2. Entomologi Laboratorium 2. Pelabuhan Laut Labuan Uki / Komang
3. Sanitarian Ardika, A.MD Kep
3. Pelabuhan Laut Amurang / dr. Frans Steve
Martono Mintardjo
4. Pelabuhan Laut Kotabunan / Ario Paneo,
A.Md KL
5. Pelabuhan Laut Kema / Bismar Sitindaon ,
A.Md KL
6. Pelabuhan Laut Molibagu / Melisa I. Robot,
SST
7. Pelabuhan Laut Boroko / Bintauna

2) Wilayah Kerja
Provinsi Sulawesi Utara merupakan kantor induk KKP Kelas III Bitung
yang terletak di pelabuhan Laut Bitung dan memiliki 7 wilayah kerja yaitu:
o Pelabuhan Laut Belang, luas wilayah ± 2 Ha, jarak dari kantor induk ±
150 km, berada di Kabupaten Minahasa Tenggara.
o Pelabuhan Laut Labuan Uki, luas wilayah ± 5 Ha, jarak dari kantor induk
± 250 km, berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
o Pelabuhan Laut Amurang, luas wilayah ± 7 Ha, jarak dari kantor induk ±
150 km, berada di Kabupaten Minahasa Selatan.
o Pelabuhan Laut Kotabunan luas wilayah ± 1,5 Ha, jarak dari kantor induk
± 300 km, berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
o Pelabuhan Laut Kema, luas wilayah ± 2 Ha, jarak dari kantor induk ± 25
km, berada di Kabupaten Minahasa Utara dengan.
o Pelabuhan Laut Molibagu, luas wilayah ± 2 Ha, jarak dari kantor induk ±
250 km, berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
o Pelabuhan Laut Bintauna, luas wilayah ± 6 Ha, jarak dari kantor induk ±
350 km, berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
3) Tugas Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan dan surveilans
epidemiologi penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit
yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas
OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, dan
pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan surveilans epidemiologi di wilayah
kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat Negara.
4) Tugas Subbagian Tata Usaha
Bertugas melakukan koordinasi dan penyusunan program, pengelolaan
informasi, evaluasi, laporan, urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian,
penyelenggaraan pelatihan dan rumah tangga.
5) Tugas Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pengendalian vektor dan binatang penular
penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, kesehatan terbatas, kesehatan kerja,
kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk, penanggulangan
bencana, vaksinasi internasional, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan
pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang pengendalian risiko
lingkungan dan upaya kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara.
F. Pengawasan Kekarantinaan
Pengawasan kekarantinaan menurut UU karantina no 1 dan 2 tahun 1962 meliputi
pes (plague), kolera (cholera), demam kuning (yellow fever), cacar (smallpox), tifus
bercak wabahi (louse borne typhus), demam balik-balik (louse borne relapsing fever).
Sedangkan menurut IHR tahun 1969 dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu penyakit
karantina (plaque, yellow fever, cholera), emerging disease (AIDS, DHF, dll), dan new
emerging disease (SARS, Avian Flue, Ebola, dll). dan menurut IHR tahun 2005
pengawasan kekarantinaan berdasarkan Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC). PHEIC ditentukan langsung oleh WHO dengan kriteria berdampak
atau berisiko tinggi bagi masyarakat, KLB atau sifat kejadian tidak diketahui, berpotensi
menyebar secara internasional dan berisiko terhadap perjalanan ataupun perdagangan.
Beberapa penyakit yang termasuk dalam PHEIC seperti ebola, meningitis, sars, flu
burung dan flu babi.
Secara Operasional Penyelenggaraan identifikasi faktor risiko penyakit karantina
dan penyakit menular potensial wabah, meliputi :
 Alat angkut (kapal laut, pesawat)
 Muatan, yang terdiri dari crew, penumpang, dan barang (Omka)
 Lingkungan (pelabuhan dan bandara)

G. Pemeriksaan Karantina
Tim yang bekerja dalam pemeriksaan kapal ada 3, yaitu: tim kesehatan lintas
wilayah, tim sanitasi, dan tim kekarantinaan. Pemeriksaan kapal dari luar negeri berbeda
dengan pemeriksaan dari dalam negeri
Kapal luar negeri tidak diperbolehkan sandar langsung di pelabuhan. Jarak sandar
kapal adalah 2 mil dari pelabuhan. Setelah kapal berada pada jarak yang telah ditentukan
maka kapal harus menaikkan bendera karantina sebagai pertanda sesuai keadaan kapal
contohnya kapal menaikkan bendera berwana kuning apabila berada dalam kondisi sehat.
Kemudian, tim yang sudah ditugaskan akan menuju kapal menggunakan alat bantu
transportasi air untuk melakukan beberapa pemeriksaan berkas seperti dokumen
karantina, medicine list, medicine sertificate, SSCEC (Ship Sanitation Contol Exemption
Certificate) yang brerlaku selama 6 bulan dari tanggal pembuatan. Selain berkas
dilakukan juga pemeriksaan pada penumpang dan ABK; barang yang meliputi obat,
makanan, kosmetik dan alat kesehatan (omka); dan juga lingkungan. Kapal bisa berlabuh
apabila sudah mendapat sertifikat bebas berlabuh (Free Pratique) atau SIB (Surat Ijin
Berlayar).

H. Dokumen Kesehatan Kapal


1) Sertifikat Sanitasi Kapal (SSEC/SSCC)
SSCEC adalah dokumen kesehatan yang diberikan kepada alat angkut
kapal yang setelah dilakukan pemeriksaan kapal tim Kantor Kesehatan Pelabuhan
dan dinyatakan kapal bebas dari tanda – tanda kehidupan tikus. SSCEC berlaku
selama 6 bulan.Jika dalam pemeriksaan terdapat tanda – tanda kehidupan tikus
maka diterbitkan SSCC dan dilakukan tindakan pengendalian oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan.
2) Buku Kesehatan Kapal
Setiap kapal yang melakukan pelayaran wajib mempunyai buku kesehatan
kesehatan kapal (Health Book) sebagai alat koordinasi antar Kantor Kesehatan
Pelabuhan dengan nakhoda.Apabila dalam pemeriksaan dokumen kesehatan kapal
ditemukan kapal yang tidak atau belum mempunyai buku kesehatan kapal
maupun lembaran buku kesehatan tersebut telah habis, maka diharuskan membuat
buku kesehatan baru yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat.
3) Sertifikat P3K
4) Sertifikat Free Pratique
Free Pratique adalah dokumen kesehatan yang diberikan kepada kapal
yang datang dari luar negeri dimana dokumen free pratique diberikan jika setelah
pemeriksaan kapal oleh tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan dinyatakan kapal
bebas dari faktor risiko penyakit menular dan penyakit potensial wabah.
5) Surat Ijin Berlayar Kapal / Port Health Clearance (PHC)
Setiap kapal yang akan berlayar kedalam maupun luar negeri diberikan
surat ijin berlayar (SIB). SIB akan diberikan jika memenuhi persyaratan
kesehatan seperti SSCEC yang masih berlaku, buku kesehatan yang valid.
I. Bendera dan Isyarat Kapal
Petugas kantor kesehatan pelabuhan sangat perlu memperhatikan isyarat sesuai
“Alphabethic Flags” yang dikibarkan di atas kapal saat kapal tiba. Dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Bendera sebagai isyarat kapal


J. Mengendalian Penyakit Karantina di Pelabuhan
 Melaksanakan pemantauan alat angkut, container dan isinya yang datang dan
pergi dari daerah terjangkit, serta menjamin bahwa barang-barang diperlakukan
dengan baik dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi, vektor dan reservoar
 Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vector dan reservoir terhadap
alat angkut yang digunakan oleh orang yang bepergian
 Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan dekontaminasi
 Menyampaikan saran/rekomendai kepada operator alat angkut guna melakukan
pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau kendaraannya
 Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang terkontaminasi (seperti
air, makanan dan sisa pembuangan manusia)
 Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-sisa bahan
alat angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan penyakit
 Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan angkutan di
wilayah kedatangan
LAMPIRAN

1. Kantor Pelabuhan Kesehatan (KKP)

Foto bersama dr.Pingkan M.Pijoh, MPHM dan Bpk. Tony R

2. PDAM Manado
Parameter pH(biru) dan Parameter DAL (hitam)

Turbidimeter
Foto bersama Bpk. Angga di bangunan pengolahan air

Anda mungkin juga menyukai