Anda di halaman 1dari 34

L/O/G/O

Asma Bronkial
(Asma Stabil)
Oleh : dr. Yessy S. Sabri, SpP(K) 1
Definisi : Asma merupakan :

penyakit yang heterogen, dengan karakteristik


adanya inflamasi kronis saluran napas. Hal ini ditandai dengan
riwayat gejala saluran napas berupa whizing,
sesak napas, dada terasa berat dan batuk yang bervariasi dari
waktu kewaktu serta intensitasnya dan adanya keterbatasan
aliran udara ekspirasi yang bervariasi”

2
Prevalensi
7,8 %

7,7 % Sul

6,9 %
teng 1-18%
2,7 % NTT

DIY
Sum
bar 4,5%

Prevalensi di daerah

3
Patofisiologi

2
1 4
Barnes PJ, Drazen JM. Pathophysiology of asthma. In: Asthma and COPD 2009.
Beberapa gambaran gejala yang dapat mengarah
pada diagnosis asma adalah :

1. Pasien mengeluhkan adanya gejala lebih dari satu


macam (adanya whizing, sesak napas, dan dada terasa
berat).

2. Gejala biasanya memburuk pada malam serta dini hari.

3. Intensitas gejala berubah-ubah.

4. Adanya faktor pencetus dari gejala yang timbul, bisa


berupa infeksi virus, asap, paparan alergen atau hal-hal
lain yang bersifat individual.
5
Gambaran klinis
ANAMNESIS :

 Batuk, mengi, sesak napas episodik

 Bronkitis / pneumonia berulang

 Riwayat atopi pada penderita / keluarganya

 Riwayat faktor pencetus

 Perburukan gejala pada malam / dini hari


 Kumpulan dari gambaran demografi, gejala klinis,
serta karakteristik patofisiologi dikenal dengan
istilah “FENOTIP ASMA”

 Fenotip asma yang sudah dikenal adalah :


- Asma alergi
- Asma non alergi
- Asma onset lama
- Asma dengan hambatan aliran udara permanen
- Asma dengan obesitas

7
PEMERIKSAAN FISIS

 Tanpa serangan dapat normal


 Penyakit penyerta
 Saat serangan
sesak
mengi
otot bantu napas
pulsus paradoksus

8
RADIOLOGI

Bukan merupakan pemeriksaan rutin

Umumnya normal

Saat serangan terlihat

Hiperinflasi paru

9
Diagnosis
Gejala yang mendukung diagnosis :

1. Lebih dari satu gejala dari (whizing, sesak napas,


dada terasa berat dan batuk) terutama pada
dewasa
2. Gejala memburuk pada malam / dini hari
3. Gejala bervariasi berdasarkan waktu dan
intensitas
4. Gejala dapat dicetuskan oleh : infeksi sal. napas,
olahraga, obat, Asap, debu dll
10
Dasar diagnosis asma

1. Ada riwayat gejala Respirasi yang bervariasi

ANAMNESIS YANG BAIK

2. Adanya Bukti dari keterbatasan aliran udara ekspirasi

SPIROMETRI

11
Pemeriksaan Spirometri
“Suatu pemeriksaan yang berguna untuk memberikan
gambaran Fungsi paru seseorang”

(Normal, gangguan obstruksi, Gangguan restriksi atau


Campuran)

Pengukuran fungsi paru pada asma digunakan untuk


menilai:
1. Obstruksi jalan napas
2. Reversibiliti kelainan faal paru
3. Variabiliti faal paru.
4. Respon pengobatan 12
Pemeriksaan spirometri
Dilihat nilai : STANDAR
BAKU
 VEP1 EMAS
ASMA

 VEP1/KVP

Test Bronkodilator : Peningkatan VEP1 > 12%


dan 200 ml

13
Typical spirometric tracings
Volume Flow
Normal

FEV1
Asthma
(after BD)
Normal
Asthma
(before BD) Asthma
(after BD)

Asthma
(before BD)

1 2 3 4 5 6 Volume
Time (seconds)
Note: Each FEV1 represents the highest of
three reproducible measurements

GINA 2018 © Global Initiative for Asthma www.ginasthma.org


15
DIAGNOSIS BANDING

• Diagnosis banding asma dibuat


berdasarkan gambaran klinis serta umur
dari pasien.
• Diagnosis banding akan berbeda diantara
pasien dewasa lebih dari 40 tahun, usia
antara 12-39 tahun dan anak-anak usia 6-11
tahun.

16
ASMA STABIL.

“ Asma stabil adalah suatu keadaan dimana tidak


ditemukan adanya tanda-tanda eksaserbasi atau
perburukan gejala pada pasien”

• Penatalaksanaan asma berupaya untuk mencapai asma


terkontrol baik.

17
Penilaian Asma
1. Kontrol asma - 2 domain
– Nilai gejala pada 4 mg
– Nilai fak. Resiko untuk kemungkinan outcome yang buruk.

2. Pengobatan :
– Cek teknik pemakaian inhaler dan kepatuhan pasien
– Tanyakan efek samping yang terjadi
– Tanyakan apakah pasien punya asthma action plan?
– Bagaimana perilaku pasein dan keinginan yg ingin mereka capai untuk asmanya.

3. Komorbiditi
– rhinosinusitis, GERD, obesity, obstructive sleep apnea, depression, anxiety
– Dapat berkontribusi terhadap gejala dan kualitas.

GINA 2018, Box 2-1


Tingkat Kontrol berdasarkan GINA
Asthma Classification CONTROLLED PARTLY CONTROLLED UNCONTROLLED

None (2 or less More than


Daytime symptoms
/ week) twice / week
Limitations of 3 or more
None Any

TARGET
activities features of
Nocturnal symptoms / partly
None Any
awakening controlled
Need for rescue / None (2 or less / week)
More than asthma present
“reliever” treatment twice / week
in any week
Lung function < 80% predicted or personal best (if
Normal known) on any day
(PEF or FEV1)
One in any
Exacerbation None Once/more per year
week
GINA updated 2008

19
 Penilaian kontrol asma dapat dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang
mudah diisi oleh pasien.

 Kuesioner ini telah digunakan dibayak negara


dan telah divalidasi. Kuesioner tersebut
adalah :
- Asthma Control Test (ACT)
- Asthma Control Questionnaire (ACQ)
- Asthma Therapy Assessment Questionnaire (ATAQ)
20
- Asthma Control Scoring System (ACSS)
Asthma Control Test (ACT)
• Kuesioner ini terdiri dari lima buah
pertanyaan yang dapat diisi oleh penderita.
• Nilai skor satu sampai dengan lima untuk
tiap pertanyaan.
• Nilai total dari ACT dapat
mengklasifikasikan tingkat kontrol asma
Yaitu :
Bila total skor :
– 5 -15 = asma tidak terkontrol
– 16 - 19 = asma terkontrol sebagian
– 20 – 25 = asma terkontrol baik (target pengobatan 21
asma)
22
Pedoman terapi pada asma stabil
1. Tentukan Derajat keparahan penyakit.
2. Mulailah terapi sesuai dengan derajat
keparahan asma,
3. Monitoring terapi  tercapai asma terkontrol
total. Pertahankan minimal tiga bulan, turunkan
step terapi satu tingkat.
4. Follow up Fungsi Paru
Dilakukan untuk melihat efek pengobatan yang
diberikan.
Monitoring  mencapai asma terkontrol total
dengan dosis obat terendah tapi masih
memberikan efek perlindungan yang maksimal. 23
Penilaian terhadap derajat
keparahan asma
• How?
– Asthma severity is assessed retrospectively from the level of
treatment required to control symptoms and exacerbations
• When?
– Assess asthma severity after patient has been on controller
treatment for several months
– Severity is not static – it may change over months or years, or
as different treatments become available
• Categories of asthma severity
– Mild asthma: well-controlled with Steps 1 or 2 (as-needed
SABA or low dose ICS)
– Moderate asthma: well-controlled with Step 3 (low-dose ICS/
LABA)
– Severe asthma: requires Step 4/5 (moderate or high dose
ICS/LABA ± add-on), or remains uncontrolled despite this
treatment

GINA 2018
Penyesuaian terapi secara terus menerus

• Terapi farmakologi dan non-farmakologi harus disesuaikan mengikuti


siklus berkelanjutan yang meliputi penilaian, modifikasi terapi dan
peninjauan (review)

RCT, randomised controlled trial


Adapted from the Global Strategy for Asthma Management and 25
Prevention 2015, © Global Initiative for Asthma (GINA) all rights reserved.
  Available from http://www.ginasthma.org
Stepwise management - pharmacotherapy

Diagnosis
Symptom control & risk factors
(including lung function)
Inhaler technique & adherence
Patient preference

T
Symptoms

ASSES AT M EN
PO N S E
ADJUST T R E
Exacerbations
Side-effects Asthma medications
Patient satisfaction
Lung function

REVIEW RESS
Non-pharmacological strategies
Treat modifiable risk factors

STEP 4
STEP 5

Refer for
add-on *Not for children <12 years
STEP 3
PREFERRED STEP 1 STEP 2 treatment
e.g. **For children 6-11 years, the
CONTROLLER Med/high tiotropium,* preferred Step 3 treatment is
CHOICE anti-IgE, medium dose ICS
ICS/LABA anti-IL5/5R*
Low dose #For patients prescribed BDP/
Low dose ICS ICS/LABA** formoterol or BUD/ formoterol
maintenance and reliever
Other Consider low Leukotriene receptor antagonists (LTRA) Med/high dose ICS Add tiotropium* Add low therapy
controller dose ICS Low dose theophylline* Low dose ICS + LTRA Med/high dose dose OCS
(or + theoph*)
Tiotropium by mist inhaler is
options ICS + LTRA
(or + theoph*)
an add-on treatment for
patients ≥12 years with a
history of exacerbations
As-needed short-acting beta2-agonist (SABA) As-needed SABA or
RELIEVER low dose ICS/formoterol#

GINA 2018, Box 3-5 (2/8) (upper part) © Global Initiative for Asthma www.ginasthma.org
Jenis obat yang digunakan pada asma :

• Obat kontroler : merupakan obat yang


dipakai sehari-hari sebagai terapi
maintenen yang reguler. Obat ini berfungsi
mengurangi inflamasi, gejala serta resiko
terjadinya eksaserbasi.

• Obat pelega : Obat ini digunakan oleh


semua pasien asma untuk menghilangkan
segera gejala yang timbul.
27
FOLLOW UP TERAPI
1. Kunjungan  1-3 bulan, pasien asma yang hamil
maka kunjungan kembali  tiap 4-6 minggu.

2. Setelah eksaserbasi
 
maka pasien harus kembali
dalam 1 minggu. Hal yang menjadi dasar follow up
pasien adalah :
 tingkat kontrol asma
 Respon terhadap terapi awal yang diberikan.
 Kemampuan serta keinginan pasien untuk tetap mematuhi
rencana pengobatan yang telah ditentukan.

28
PENYESUAIAN TERAPI
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dokter dalam
terapi adalah : Pertahankan step awal terapi selama 3
bulan.
Bila terjadi eksaserbasi cek dulu :
• Tehnik pemakaian inhaler.
• Kepatuhan pasien terhadap pengobatan
• Modifikasi faktor resiko seperti merokok
• Nilai adakah komorbid yang mempengaruhi kondisi
pasien
• Bila faktor diatas tidak bermasalah baru dipikirkan
untuk meningkatkan step terapi
29
• Penurunan step terapi.
• Tindakan ini difikirkan bila asma terkontrol
total telah dicapai serta dapat
dipertahankan selama 3 bulan. Pilihkan
waktu yang tepat untuk menurunkan terapi.

30
Pemilihan inhaler
Untuk memastikan pengunaan inhaler yang benar maka
perlu dilakukan 4 C yaitu :

• Choose : Pilihkan devise yang paling sesuai untuk


pasien.
• Check : Selalu periksa
• Correct : Berikan contoh langsung teknik yang benar
• Confirm : pastikan semua inhaler yang diresepkan
mampu digunakannya dengan benar.
31
Pencegahan terhadap faktor resiko

• Pasien terlibat dalam managemen asmanya.


Beberapa hal yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh pasien adalah penilaian arus puncak
ekspirasi (APE) tiap hari, pengisian ACT, serta
asma plan.
• Pergunakan obat yang dapat meminimalisasi
eksaserbasi.
• Hindari paparan asap rokok lingkungan.
• Nilai kemungkinan adanya alergi terhadap
makanan.
• Bila ditemukan pasien dengan asma berat segera
32
rujuk ke spesialis.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

1. Segera berhenti merokok bagi pasien asma


yang merokok.
2. Aktifitas fisik.
3. Tanyakan riwayat pekerjaan pasien.
4. Tanyakan riwayat pengobatan pasien
(Penggunaan obat Anti Inflamasi Non Steroid
(AINS) sering sebagai pencetus serangan.

33
Terima kasih

34

Anda mungkin juga menyukai