Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kloning merupakan salah satu bioteknologi mutakhir yang sangat bermanfaat untuk
memultiplikasi genotip hewan yang memiliki keunggulan tertentu dan preservasi hewan yang
hampir punah. Walaupun keberhasilan produksi hewan kloning lewat transfer inti sel somatik
telah dicapai pada berbagai spesies, seperti domba, sapi, mencit, kambing babi, kucing, dan
kelinci, efisiensinya sampai sekarang masih sangat rendah yakni kurang dari 1 persen, dengan
sekitar 10 persen yang lahir hidup. Transfer inti melibatkan suatu seri prosedur yang kompleks
termasuk kultur sel donor, maturasi oosit in vitro, enukleasi, injeksi sel atau inti, fusi, aktivasi,
kultur in vitro reconstructed embryo, dan transfer embrio. Jika salah satu dari tahap-tahap ini
kurang optimal, produksi embrio atau hewan kloning dapat terpengaruh.
Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak awal tahun 1900, tetapi contoh hewan
kloning baru dapat dihasilkan lewat penelitian Wilmut et al. (1997), dan untuk pertama kali
membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Hewan kloning
tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba dewasa yang dikultur dalam suatu medium,
kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang kromosomnya telah dikeluarkan, yang pada
akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang diberi nama Dolly. Kloning domba pertama
sebenarnya telah dilaporkan 26 tahun yang lalu oleh Willadson (1986) yang menggunakan
blastomer-blastomer embrio sebagai donor inti. Dan hal inilah yang menjadi precursor bagi
kegiatan-kegiatan transplantasi inti hewan-hewan domestik termasuk domba Dolly.
Hewan-hewan kloning yang dihasilkan dari transplantasi inti sel somatik telah dilaporkan
pada mencit, sapi, kambing, domba, dan babi. Penelitian-penelitian yang melibatkan spesies-
spesies lain terus dilakukan, dan dari informasi yang dihimpun menunjukkan bahwa berbagai
spesies hewan dapat dikloning lewat transplantasi inti. Walaupun hewan kloning yang dihasilkan
lewat transplantasi inti sangat tidak efisien, akan tetapi fakta bahwa perkembangan kloning akan
besar sekali dampaknya terhadap kehidupan manusia menyebabkan percobaan-percobaan terkait
kloning masih dilakukan. Terlepas dari pro dan kontra terhadap proses kloning, pada dasarnya
kloning tetap memiliki beberapa manfaat yang dapat diperoleh manusia misalnya dalam
melestarikan keanekaragaman hayati yang terancam punah. Untuk itu, perkembangan

1
pengetahuan tentang kloning seperti proses klonin, tehnik kloning, serta manfaat kloning harus
dipahami secara benar.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latarbelakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan kloning?
1.2.2 Bagaimanakah tehnik-tehnik kloning yang pernah dilakukan?
1.2.3 Bagaimanakah manfaat dari kloning?
1.2.4 Bagaimanakah keuntungan dan kerugian yang dapat diperoleh dari penerapan
kloning?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Menjelaskan pengertian kloning.
1.3.2 Menjelaskan bagaimana tehnik-tehnik kloning yang pernah dilakukan.
1.3.3 Menjelaskan manfaat dari kloning.
1.3.4 Menjelskan keuntungan dan kerugian dari penerapan kloning.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kloning
Kloning berasal dari kata "Klon" dalam bahasa Yunani yang berarti ranting yang
dapat mereplikasi sendiri dan akhirnya tumbuh menjadi pohon. Kloning terjadi secara
alami dalam banyak jenis tanaman yaitu dengan cara vegetatif.kloning adalah cara
bereproduksi secara aseksual atau untuk membuat salinan atau satu set salinan
organisme mengikuti fusi atau memasukan inti diploid kedalam oosit. Americaan
Medical Association mendefinisikan kloning sebagai produksi dari organisme identik
secara genetik melalui sel somatik transfer nuklir, walaupun definisi yang lebih luas
sering digunakan untuk memasukkan produksi jaringan dan organ dari kultur sel atau
jaringan menggunakan sel.
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik
individu identik yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau
tanaman bereproduksi secara aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok
organisme hewan maupun tumbuhan melalui proses reproduksi aseksual yang berasal
dari satu induk yang sama. Setiap anggota klon tersebut memiliki jumlah dan susunan
gen yang sama sehingga kemungkinan besar fenotifnya juga sama. Berikut akan
dijelaskan mengenai proses kloning pada manusia, hewan dan tumbuhan.
A. Kloning pada Manusia
Proses kloning pada manusia, sebenarnya tidak memiliki banyak perbedaan
dengan bayi tabung atau in vitro fertilization. Dalam proses ini, sperma sang suami
dicampur ke dalam telur sang istri dengan proses in vitro di dalam tabung kaca.
Setelah sperma tumbuh menjadi embrio, embrio tersebut ditanamkan kembali
ke dalam tubuh si ibu, atau perempuan lain yang menjadi ’ibu tumpang’. Bayi yang
lahir secara biologis merupakan anak suami-istri tadi, walaupun dilahirkan dari rahim
perempuan lain. Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan sel stem: suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel
tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.

3
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian
dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur: suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan
kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur.
5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah
(hari kedua) menjadi sel embrio.
6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari
ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama
dengan sel stem donor.

B. Kloning pada Hewan


Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan
dibentuk dari satu sel yang diambil dari organisme induknya dan secara genetika
membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan kloning ini adalah
duplikat yang persis sama baik dari segi sifat dan penampilannya seperti induknya,
dikarenakan adanya kesamaan DNA.
Di alam, sebenarnya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual pada
beberapa jenis organisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar dalam satu
telur juga merupakan apa yang disebut dengan kloning. Dengan kemajuan
bioteknologi sekarang ini, bukan mustahil untuk menciptakan lebih lanjut mengenai
kloning pada hewan.
Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak
berhasil selama bertahun-tahun lamanya.Kesuksesan pertama yang diraih oleh
ilmuwan pada saat mereka berhasil mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di
tubuh katak dewasa.Namun demikian, kecebong tersebut tidak pernah berhasil tumbuh
menjadi katak dewasa.Kemudian, dengan menggunakan nuclear trasnfer di sel
embrio, para ilmuwan mulai melakukan penelitian terhadap kloning hewan
mamalia.Tapi sekali lagi, hewan-hewan tersebut tidak pernah mencapai hidup yang
panjang.

4
Kloning pertama yang berhasil diujicobakan dan bisa bereproduksi adalah
seekor domba yang dinamakan Dolly. Dolly ditemukan oleh Ian Wilmut dan kawan-
kawanya di Skotlandia pada tahun 1997. Tapi tidak sama dengan uji coba kloning
sebelumnya yang menggunakan sel embrio, kloning dolly menggunakan sel dari
domba dewasa. Karena sel domba dewasa ini dianggap sudah tua, maka, dolly pun jadi
berumur pendek, walau tidak sependek hewan lain hasil kloningan dengan
menggunakan sel embrio.
Sekarang ini, para ilmuwan sudah sukses mengkloning banyak hewan seperti
tikus, kucing, kuda, babi, anjing, rusa, dan sebagainya dari sel embrio maupun sel non-
embrio, tergantung dari tujuan pengkloningan tersebut.Jika, diharapkan hewan hasil
kloning yang bisa bereproduksi, maka digunakanlah sel non-embrio, sedangkan jika
diharapkan hewan kloning yang tidak harus bisa bereproduksi, maka digunakan sel
embrio.
Proses kloning hewan melalui tahap berikut, yaitu mengekstrak nukleus DNA
dari suatu sel embrio kemudian ditanamkan dalam sel telur yang sebelumnya intinya
sudah dihilangkan. Kadang-kadang proses ini distimulasi oleh manusia menggunakan
alat dan bahan-bahan kimia. Sel telur yang sudah dibuahi ini kemudian dimasukkan
kembali ke dalam tubuh sel hewan inangnya dan membentuk sifat yang identik.
Beberapa ilmuwan menjadikan hewan hasil kloningan yang tidak bisa
bereproduksi sebagai bahan pangan.Namun baru-baru ini, diberitakan bahwa hewan
hasil kloning, tidak layak untuk dikonsumsi sebagai makanan manusia walau belum
ada bukti pasti mengenai hal tersebut.Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih
terus dilakukan.

C. Kloning pada Tubuhan


Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu
teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan
bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada
kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.

5
Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama
adalah teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya,
sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang kedua
adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic Potential.Artinya, setiap sel yang
memiliki potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi
suatu tanaman lengkap.
Dalam kultur jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi
tumbuhannya, yaitu:
1. Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, seperti pucuk adventif atau embrio
somatiknya.
2. Eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Yang penting dalam eksplan ini adalah factor varietas,
umur, dan jenis kelaminnya. Bagian yang sering menjadi ekspan adalah pucuk
muda, kotiledon, embrio, dan sebagainya.
3. Media tumbuh, karena di dalam media tumbuh terkandung komposisi garam
anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media.
4. Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
zat ini adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam
kultur tertentu.
5. Lingkungan Tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi
temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran
wadah kultur.

2.2 Tehnik-Tehnik Kloning


Pada tahun 1928, Hans Spemann, melakukan eksperimen dengan embrio
salamander dengan melakukan percobaan dengan tehnik transfer inti sel embrio
salamander ke sel tanpa inti atau tanpa nukleus. Transfer nukleus pada dasarnya
membutuhkan dua sel, yaitu suatu sel donor dan sel oosit atau sel telur. Telur matur
sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya. Proses pembuangan nukleus tadi
dinamakan proses enukleasi.

6
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur
yang telah dienukleasi tadi kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik.
Penelitian membuktikan bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila berada dalam kondisi
anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah penerimaan nukleus donor seperti dirinya
sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan
membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam
uterus induk pengganti (surrogate mother).
Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor
akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama
dengan proses bayi tabung yang tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli obstetri
ginekologi.

Gambar 1. Transfer Nukleus


Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik
Honolulu. Adapun penjelasan mengenai tehnik-tehnik kloning tersebut adalah sebagai
berikut.
2.2.1 Tehnik Roslin
Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning.
Dengan kegiatan kloning yang dilakukan pada kambing tidak hanya
membangkitkan antusias terhadap kloning, melainkan kegiatan kloning tersebut

7
membuktikan bahwa kloning binatang dewasa dapat disempurnakan.
Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus dewasa ternyata mampu
memproduksi suatu hewan yang lengkap atau komplit.
Ian Wilmut dan Keith Cambell memperkenalkan tentang suatu metode yang
mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel, yakni sel donor dan
sel telur. Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu
keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio.
Tahapan yang dilakukan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell adalah
sebagai berikut (Rusda, M., 2003). Pertama, suatu sel (yang dijadikan sebagai sel
donor) diseleksi dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn
Dorset) untuk menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini,
peneliti membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan in vitro atau diluar
tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti
yang sama.
Kedua, Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan
campuran, yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan
kehidupan sel. Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang
aktif dan memasuki stadium G0 atau stadium dorman. Kemudian sel telur dari
domba betina Blackface dienokulasi dan diletakkan disebelah sel donor.. Domba
blackface adalah domba betina yang mukanya tertutupi bulu hitam atau sering
disebut juga Scottish Blackface.
Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik
digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama
pertumbuhan dari suatu embrio mulai diaktifkan. Tehnik ini tidaklah sepenuhnya
sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel
yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkan suatu embrio setelah
diaktifkan oleh kejutan listrik (Rusda, M., 2003).

8
Gambar 2. Domba Muda yang Diberi Nama Dolly (Kiri), dengan Induk
Pengganti yang Sudah Diciptakan Melalui kloning oleh Institut Roslin.

Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam
hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Apabila ternyata sel yang diletakkan di
dalam oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya akan lebih mampu bertahan
dibandingkan dengan embrio yang diinkubasi di dalam laboratorium. Pada tahap
terakhir, embrio tersebut akan ditempatkan ke dalam uterus betina penerima
(surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil
kloning tadi hingga hewan hasil kloning siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi
kekeliruan atau kesalaha selama dalam uterus domba, maka suatu duplikat yang
persis sama dari donor akan lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama
dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang
merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis
lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap DNA. Percobaan kloning domba
Dolly, yang merupakan mamalia pertama yang dikloning dari DNA sel dewasa,
telah dibunuh dengan suntikan mematikan pada tanggal 14 Februari 2003.
Sebelum kematiannya, Dolly menderita kanker paru-paru dan arthritis
melumpuhkan, padahal sebagian besar domba Finn Dorset hidup sampai 11

9
sampai 12 tahun. Setelah diperiksa, kambing Dolly tampaknya menunjukkan
bahwa, selain kanker dan arthritis, ia tampaknya cukup normal. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai proses kloning dengan tehnik Roslin yang
dilakukan pada domba, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Roslin.

10
2.2.2 Tehnik Honolulu
Pada Juli 1998, sebuah tim ilmuwan dari Universitas Hawai
mengumumkan bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning
yang secara genetik identik. Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko
Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari Universitas Hawai. Yanagimachi
menciptakan tiga generasi berturut-turut. Sebelum keberhasilan ini, diperkirakan
bahwa tahap awal di mana embrio genom hewan mengambil lebih (dua-sel pada
tikus) menyulitkan nukleus pemrograman ulang terjadi. Tikus adalah salah satu
yang untuk melakukan kegiatan mengkloning tidak seperti domba. Pada tikus, sel
telur melai melakukan mitosis segera setelah proses pembuahan terjadi, sehingga
menyebabkan peneliti hanya memiliki sedikit waktu untuk memprogram ulang
inti baru.
Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan
beberapa jam sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur
untuk memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan
keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi mampu melakukan
kloning dengan angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi yaitu menghasilkan 3
kloning dari sekitar seratus proses kloning yang yang dilakukan, sedangkan
dibandingkan percobaan yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya menghasilkan
satu klon dari 277 proses kloning yang di lakukan. Apabila kita persentasikan,
maka prosentase keberhasilan tehnik Honolulu lebih besar dengan angka
persentase 3%, sedangkan tingkat keberhasilan dengan tehnik Roslin yang
dilakukan oleh Ian Wilmut hanya sebesar 0,361%.
Wakayama dan Yanagimachi melakukan pendekatan terhadap masalah
sinkronisasi siklus sel yang berbeda dibandingkan Ian Wilmut. Ian Wilmut
menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus dipaksa untuk memasuki ke
stadia G0, sedangkan Wakayama dan Yanagimachi awalnya menggunakan
beberapa tipe sel yakni, sel otak dan sel kumulus. Sel otak berada dalam stadia G0
secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun G1.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai penerima atau resipien dari
inti donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke

11
dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap
ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk
mengkloning Dolly, percobaan Wakayama tanpa melalui proses in vitro atau di
luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu
jam sel-sel telah menerima nukleus-nukleus yang baru. Setelah penambahan
waktu selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk
memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi
secara alamiah.
Pada suatu kultur dengan suatu substansi yang mampu menghentikan
pembentukan suatu polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum
fertilisasi. Polar body akan menjadikan jumlah dari gen dalam sel menjadi
setengah dari jumlah gen sel normal. Setelah penyatuan, sel-sel berkembang
menjadi embrio-embrio. Embrio-embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada
induk betina donor (surrogate mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap
untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus,
maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe sel kumulus.
Setelah terbukti bahwa tehniknya dapat menghasilkan kloning yang hidup,
Wakayama juga membuat kloning dari kloning, dan membiarkan mahluk klon
yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka
memiliki kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan
keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning.
Tehnik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih
lanjut tentang bagaimana tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah
nukleus. Tikus bereproduksi dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding
dengan domba. Hal ini menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang.
Kloning juga sedang diterapkan pada spesies lain. Sebagai contoh, pada awal
tahun 2000, Akira Onishi dan koleganya di Jepang, mencoba untuk mengkloning
babi dengan menggunakan tehnik Honolulu.
Para pendukung teknologi kloning berpendapat bahwa teknologi kloning
dan penelitian akan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan kehidupan
dengan menjawab permasalahn-permasalahn biologi secara kritis, dan

12
memajukan dunia peternakan, genetika dan ilmu medis. Alasan utama di balik
kegunaan kloning adalah bahwa dengan menghasilkan salinan genetik yang
hampir identik dari suatu organisme, hasil yang diperoleh lebih cepat dan lebih
dapat diprediksi dibandingkan dengan teknik reproduksi sebelumnya seperti
inseminasi buatan, yang membutuhkan biaya yang mahal (Tong, W F., 2002).
Ada beberapa perbedaan mendasar antara tehnik kloning Roslin yang diterapkan
oleh Ian Walmut dan tehnik Honolulu yang dilakukan oleh Wakayama.
Perbedaannya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Perbedaan teknik kloning Roslin dengan teknik kloning Honolulu

13
Untuk lebih jelas melihat proses kloning Honolulu, maka dapat dilihat pada
gambar 4, sebagai berikut:

Gambar 4. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Honolulu

2.3. Manfaat Kloning


Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di bidang
medis. Beberapa diantara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat diringkas
sebagai berikut:
1. Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Manfaat kloning terutama dalam rangka
pengembangan ilmu biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi.
2. Kloning dapat menyediakan sarana budidaya tanaman yang lebih kuat dan lebih tahan
terhadap penyakit, sambil menghasilkan produk lebih. Hal yang sama bisa terjadi pada
ternak serta di mana penyakit seperti penyakit kaki dan ulut bisa menjadi
eradicated. Kloning karena itu bisa secara efektif memecahkan masalah pangan dunia
dan meminimalkan atau mungkin kelaparan.
3. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan
anak.

14
4. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ
pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko
penolakan.
5. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh
yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Kemungkinan bahwa kelak manusia
dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh
embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh
manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli
embrio dan sel-sel hasil kloning.
6. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan
mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi
kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat
proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.
7. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-
penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam
menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak,
jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan
bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

2.4 Keuntungan dan Kerugian dari Penerapan Kloning


A. Keuntungan kloning antara lain:
1. Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan
hewan, meningkatkan produktivitasnya.
2. Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit
kronis-guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek
samping terhadap kesehatan manusia.
3. Untuk memperoleh hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen
dan diagnosis penyakit genetik.
4. Upaya konservasi pada hewan atau tumbuhan langka

15
B. Kerugian kloning antara lain:
1. Kloning pada manusia akan menghilangkan garis keturunan.
2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
3. Resiko kesehatan pada hewan yang dikloning.
4. Menurunkan tingkat keanekaragaman

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara
lain:
1. Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik individu
identik yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman
bereproduksi secara aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme
hewan maupun tumbuhan melalui proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu
induk yang sama.
2. Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik
Honolulu.
3. Manfaat kloning bagi manusia antara lain; untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul, untuk tujuan diagnostik dan
terapi, dan menolong atau menyembuhkan pasangan infertil untuk mempunyai
keturunan

3.2 Saran

Hendaknya ilmu kloning bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, terlepas dari
pro dan kontra terhadap kloning. Akan tetapi pengawasan terhadap kegiatan kloning juga
perlu awasi oleh pihak yang berwenang dalam hal ini oleh pemerintah yakni dengan
membuat peraturan yang jelas mengenai teknologi kloning, sehingga tidak terjadi penyalah
gunaan teknologi oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab.

17
Daftar Pustaka

Elrod,Susan.2007.Genetika.Jakarta.Erlangga
Prawirohartono,Slamet.2007.Sains Biologi.Jakarta.Bumi Aksara
Priadi,Arif. 2007.Sains Biologi.Jakarta.Yudhistira
Rusda, M. 2003.Kloning.USU Repository
Sardjoko.1991.Bioteknologi:Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya. Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama
Suryo.1998.Genetika.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.

18

Anda mungkin juga menyukai